5. Masa depan
"Tanpa kamu ngasih aku apa pun, aku tetep akan tahu kalo hatimu itu buat aku."
(TF)
✏✏
Nade diam saja terus kala Mars mulai meninggalkannya di tempat.
Nade tak bisa bergerak. Tubuhnya seolah kehilangan nyawa, mulutnya kebas tergugu. Badannya lemas.
"Ka-kamu Mars?"
Mars siapa memangnya?
Nade tak kenal dengan Mars.
Tak ingat sedikit pun.
"Jangan ganggu hidup aku lagi woi!"
✏✏
Sudah larut malam. Pulang sekolah tadi, dia langsung merebahkan diri ke atas ranjang. Cuek. Leika dan Any sesekali masuk mengingatkan untuk makan.
Malam ini, dengan badan segar sehabis mandi, Nade keluar menuju balkon. Dia butuh udara segar.
"Semoga aja bunga itu nggak dateng lagi," harapnya ketika sekarang dia sudah berada di balkon. Tangannya menumpu pada penyangga. Malam ini sejuk membuat badannya meremang.
"Dan semoga lagi, stranger itu pergi!"
Nade harus bagaimana, sih?
Ok! Dia mau melawan! Dia mau! Sangat-sangat mau mengingat laki-laki itu dengan lancangnya menerorinya bunga.
Tapi Nade selalu kalah. Badannya selalu merinding berdebar. Salah tingkah.
"Stranger? Maksud kamu itu aku?"
Merasa aneh, bulu kuduk Nade berdiri mendengar suara itu.
Suara ... laki-laki siang tadi.
Nade menoleh. Tak ada siapa-siapa. Dia menengok ke belakang juga tidak ada. Dia berputar. Mungkin hanya halusinasinya saja?
Baru kemudian Nade memandang ke depan, dia menemukan seseorang sedang mengendarai pesawat mini. Pesawat terbaru yang rencana diluncurkan tahun depan tapi ... kenapa sudah digunakan saat ini?
"Kenapa?"
Lagi, Nade menepuk jidatnya. Menyadari suara itu. Pengemudinya adalah Mars.
"Mars?"
"Hai sayang."
Mars tersenyum. Dia masih melayang di depan balkon rumah Nade. Tatapannya berseringai.
"Ini, bunga matahari lagi buat kamu. Sekali ini aja. Buka catatan di situ," serahnya.
Kelabakan, Nade merutuk dirinya sendiri ketika tangannya nakal menerima bunga itu. Dia sungguh salah tingkah.
"Ka-kamu ngapain di sini?!
"Sebentar. Kamu tahu alamatku darimana kemarin-kemarin? Terus ngapain kamu bisa make pesawat mini pribadi ini?!"
Mars tersenyum. Malah tertawa renyah.
"Mau naik juga?"
Nade melotot. Apa maksud pertanyaan itu?!
"Kalo kamu naik ke sini, aku jamin kamu nggak bakalan jatuh, soalnya di sini aku duluanlah yang udah jatuh. Jatuh hati ke kamu."
Dan dalam sekejap, dalam keterpanaan, Nade merasakan tangan kekar itu menariknya ke dalam ruang pesawat seperti ufo itu. Bulat pipih.
Nade membuka matanya kemudian. Dia sudah berada di pesawat itu!
"Nade?" panggil Mars, mulai mengendari kendaraan itu.
Nade masih melongo.
"Aku lagi di dunia lain, kan?"
"Maksudnya, Nade?"
Beginilah Nade. Kalau gila, dia sungguh akan kembali ngelantur!
"Kamu bisa punya ini? Kamu ngapain? Kamu nyulik aku?! Hei! Ka-kamu serius mau bawa aku ke mana?"
"Tanpa aku culik kamu sekalipun, aku tahu hatimu tetep buat aku, Nade."
Nade makin tak mengerti. Dia stranger. Nade baru mengenalnya siang tadi.
"Mungkin kamu salah orang, Mars."
Sekarang, di atas langit, Nade menatap miris ke bawah. Dia dalam ketinggian. Kaki tanpa alas kaki itu mendingin. Wajahnya pucat. Dipeluknya bunga matahari baru yang tadi dia terima tanpa sadar.
"Justru aku yang nyiptain pesawat ini sendiri. Ohiya, aku baru tahu kamu orangnya cuek dan galak. Pantes nggak pernah tahu aku masuk berita di TV."
"Mars."
"Ya?"
"Bisa pulangin aku sekarang?"
Sekaget-kagetnya Nade, dia tak pernah gegabah dan memekik ketakutan. Dia tak takut. Dia tak boleh takut.
"Kamu sendiri emang takut ya naik ini?"
"Engga."
"Terus?"
"Aku itu takutnya sama kamu."
Mars mengernyit, kemudian terbahak-bahak.
"Coba baca catatan di bunga itu."
Nade mengalah. Dia enggan. Tapi, lagi, gerak tubuhnya melakukan sebaliknya. Untuk kali pertama dia membaca catatan itu. Catatan yang sama di semua bunga kemarin. Sekarang. Besok. Hari ini.
Isi catatan:
Aku mencintaimu, Nade. Tujuh tahun aku menahan rindu. Kita jatuh hati ketika usia delapan tahun, kan? Usia sangat kecil. Tapi, rasa ini masih sama.
Apa jawaban teka-tekiku dulu?
Orang yang aku cari selama ini adalah bagian dari lagu, vokal terakhir diganti oleh fe yang non-vokalnya hilang.
-Mars
"Kamu bohong, Mars," jawab Nade berkaca-kaca melihat catatan itu.
"Bohong?"
"Kamu bohong kalo kamu bilang aku harus nunggu tujuh tahun. Nyatanya aku nunggu kamu selama delapan tahun? Lebih setahun! Dan aku juga bohong kalo aku tadi nggak kenal sama kamu! Aku mati rasa, Mars. Aku berusaha baik-baik aja di depan orang yang udah bikin hatiku lumpuh cuma buat nunggu."
Mars terpaku.
Cukup lama dia terdiam, dan Nade sudah memandangnya sedih.
"Kamu tahu jawaban teka-teki itu?"
"Aku tahu. Orang yang kamu cari selama ini adalah bagian dari lagu, vokal terakhir diganti oleh fe yang non-vokalnya hilang.
"Bagian dari lagu adalah Nada. Bagian akhir, 'a' diganti 'Fe'. F sebagai non vokal hilang. Berarti jawabannya adalah Nade."
"Asal kamu tahu, Nade. Justru selama satu tahun itu aku mencari kamu. Ralat. Aku tahu rumahmu, tapi aku mempersiapkan hatiku untuk menemuimu. Menstalkmu menangis kadang-kadang tanpa alasan. Boleh aku tahu kenapa?"
"Kamu. Karena kamu."
Nade menangis. Cepat-cepat Mars memberhentikan kendaraan di tempat sepi.
Mars memeluknya.
"Aku selalu ngirim bunga matahari, karena itulah definisi diriku. Selalu condong ke arah matahari kala pagi. Nade matahariku.
"Masa depan itu ada. Pertemuan kita buktinya."
Hello future.
-TAMAT-
--
Spesialll. Cover sengaja kek ada nuansa manip teknologi, karena Mars itu orangnya canggih. Jadi selama pisah sama Nade, Mars sekolah bidang mesin pesawat. Word mentok disuru segitu. Makanya ga bisa jelasin Mars lagi spesifik.
Juga cerita ini aku dedikasiin sebagai bukti,
Kalo masa depan itu emang ada.
Jangan pernah berhenti berharap.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro