Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Stranger

"Jantungan adalah ketika kamu kira dia bukan siapa-siapa, tapi realita berkata sebaliknya."
(TF-shel)

✏✏

Bu Mir selaku guru IPA jam satu hingga jam ke empat sibuk mengajar.

Pelan, laki-laki di sampingnya bicara lagi.

"Ini bunga dari siapa?" tanyanya.

Nade mendelik, cepat-cepat merampas bunga itu dan memasukkannya ke dalam tas. Sebelum ada yang lihat.

"Jangan sok deket. Najis."

Laki-laki di sampingnya hanya terkekeh. Ah, pagi ini Nade sial sekali kebagian teman sebangku dengan anak baru ini. Pertama. Anak baru ini elit, tampan. Kedua. Laki-laki ini peduli padanya. Menanyainya.

Mau jadi apa hatinya jika keadaannya begini terus?!

Nade kembali menyimak pelajaran di depan. Siswa lain menatap biasa, cabe girl kelas sempat menengok ke arahnya. Ralat, ke arah laki-laki di sampingnya.

Nade tadinya sempat ingin menukar tempat duduk.

Tapi, sayang. Laki-laki ini sendirilah yang menentukan duduk di mana. Dia diistimewakan.

Jadi Nade harus bagaimana?!

✏✏

Nade jarang punya teman dekat. Dia, sudah susah mempercayai orang. Dia lebih suka sendirian. Bicara seperlunya.

Tapi, hari ini berbeda. Laki-laki sebangkunya itu mengekorinya ke mana pun. Laki-laki itu pintar. Tadi ketika Bu Mir bertanya, dia selalu mengacung mengajukan jawabannya.

"Jajan bareng, jangan ninggal aku mulu."

Nahasnya, laki-laki itu juga sembarangan menggandeng tangan Nade. Garis bawahi! Laki-laki itu menyentuh kulitnya! Nade merinding.

"Mau makan apa?" tanya laki-laki itu setibanya mereka di kantin.

"Terserah."

Nade hanya diam. Biasanya kalau ada laki-laki yang mendekatinya, Nade selalu berani men-sregalnya, membacok selangkangannya. Tapi kali ini tidak.

Nade tidak kuat. Dia tak sanggup.

Dia seorang dewa, Nade.

Jangan tonjok mukanya. Tonjok saja hatinya.

Eh?

Tuh, kan. Kalau lagi stress, pikiran ngelantur Nade kumat!

"Nade," panggil laki-laki itu seraya menyerahkan kentang goreng dan gorengan ke arah Nade. Beserta minuman.

Ah, Nade bahkan tak bisa beranjak pergi. Dia tak bisa melawan. Baru kali ini, ketika dia didekati seorang laki-laki, badannya kaku.

"Tadi pas kamu masuk kelas, bungamu nyembul. Langsung aja aku ambil dan aku kantongi ke dalam tasku sendiri tadi."

"Jangan bahas itu lagi."

"Kenapa? Itu bunga orang yang ngasih, kan? Artinya di mata orang itu, kamu spesial."

"Nggak peduli."

Nade sok memakan makanannya, pelan. Detik kemudian, laki-laki di depannya-yang berseberangan meja itu bicara lagi.

"Bunga itu, kamu dapet dari siapa?"

"Mana aku tahu."

"Ada catatannya. Nggak pernah kamu baca?"

"Asal kamu tahu aja, dasar stranger! Di rumah aku bunga tuh sampai numpuk. Bayangin aja seminggu dapet bunga. Sekarang jumlahnya udah ratusan. Sampe bosen aku ngebuangnya ke tempat sampah."

"Aku saranin, nanti pulang sekolah kamu baca catatan di situ."

"Kamu kenapa, sih?"

"Kamu yang kenapa."

"Aku?" tanya Nade.

"Kenapa kamu nggak penasaran sekali aja?"

"Kenapa kamu sok tahu sama hidup aku?! Kamu anak baru. Untung anak sekolahan pada takut sama aku jadi nggak berani ngeganggu-karena iri kamu lebih milih aku," seru Nade.

"Sekalian. Kamu juga nggak penasaran siapa yang ngirim bunga itu?"

Nade mendesah panjang.

"Nggak."

"Sebenernya, Nade. Bunga itu dari aku." Laki-laki itu bangkit dari duduknya, memasang earphone ke telinga.

"Kayaknya aku lagi nggak enak badan. Aku mau bolos sampe kelas berakhir. Kamu lanjutin aja makannya."

Eh?

Nade mengernyit. "Bunganya da-dari kamu?! Dan sekarang, kamu seenak diri ninggal aku gitu aja?"

Singkat, Nade membatin.
Astaga, dasar stanger! kamu masih mending sakit badan! Aku semuanya! Jiwa raga. Sakit sampai hati! Nggak kebayang, dadaku berdentum, sempat sesak. Baru aja kamu bikin aku nyaris sakit jantung!

Nade baru saja kalah oleh seorang laki-laki. Selama ini dia selalu bisa melawan laki-laki yang memperlakukannya begitu. Tapi ini tidak.

Orang asing.

"Aku dah bayar makanan minuman ini. Dan satu lagi,"

Laki-laki itu bangkit, bersiul meninggalkan Nade yang badannya sudah sebelas duabelas dengan batu. Keras, laki-laki itu berteriak.

"Pulang sekolah nanti, sekali aja buka catatan bunga tadi. Sekalian, jangan panggil aku stranger. Namaku Mars."

Pelan, Nade mencerna kata-kata tersebut hingga kemudian dia menyadari sesuatu.

Nade tersedak.

--

TBC!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro