Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Special Part: Duda, Oh, Duda!

Bonus😂👍

Dah kalian lihat sendiri ya kelakuan Duda😂😂🙏

#Playlist: Ava Max - Kings & Queens

"ALIMMMMMM!" Suara teriakan menggelegar memenuhi seisi ruangan hingga orang-orang yang ada di restoran menoleh.

Cara memanggil yang tak biasa keluar dari mulut Duda. Setiap kali menghampiri sang kakak yang tengah hangout, pasti selalu sama. Alim merupakan kakak nomor enam, yang mana hanya berbeda beberapa tahun dari Duda. Tidak begitu jauh jika dibandingkan lima kakak laki-laki Duda yang lain.

Setiap ada suara nyaring nyaris mirip emak-emak memanggil anaknya yang senang mandi hujan, teman-teman tongkrongan Alim sudah hafal dan tahu kalau itu adalah Duda. Mereka malah menertawakan Alim karena sering disamper adiknya. Entah untuk sekadar dimomong karena Duda bete tidak boleh keluyuran selain nyantol sama Alim atau Duda ada perlu sama Alim. Meskipun begitu teman-teman Alim tidak pernah terganggu dengan kehadiran Duda.

Hari ini Alim sedang hangout dengan teman-teman geng pemilik mobil mewah sekelas Lamborghini Aventador, Ferrari, Aston Martin DB9, Tesla, dan lain-lain. Mereka berkumpul di Skye Bar & Restaurant. Tempat nongkrong favorit yang berada di Jakarta Pusat. Alim lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman dari perkumpulan mobil ketimbang berdiam diri di rumah.

"Apaan, sih?" sahut Alim malas.

"Lo harus nemenin gue nonton konser boyband Seventeen. Teman-teman gue nggak bisa. Terus Papa bilang, gue nggak boleh kalo sendirian," rengek Duda seraya meremas lengan kakaknya.

"Seventeen boyband apaan? Orang Indonesia?" celetuk Eji, teman satu geng Alim.

"Boyband asal Korea Selatan." Duda menjawab dengan senyum manis, lalu kembali melihat kakaknya yang diam saja. "Lo mau nemenin gue, kan, Kak? Mau, ya? Piwis ...?"

Alim memutar bola matanya. Kenapa pula dia selalu diganggu adiknya yang super menyusahkan ini? Sudah begitu, Duda tidak pernah rutin mengganggu kakak yang lain serutin menggganggunya.

"Nggak mau," tolak Alim.

"Kenapa nggak mau? Harus mau!" rengek Duda sambil menggoyang-goyangkan tubuh Alim dengan penuh paksa. "Ayo, dong, Kak. Gue pengin lihat Vernon sama Wonwoo!"

Alim menggeleng kuat menolak bujukan sang adik. Kalau nonton Maroon 5 atau Ed Sheeran boleh lah. Ini nonton boyband yang tidak dikenal. Alim tidak mau. Biar kata Duda merengek atau menangis, khusus yang satu ini, dia tidak mau menuruti sang adik.

"Wah ... parah lo, Lim. Temenin aja, sih. Lo main hape aja, biar Duda nonton. Nemenin adik nggak rugiin waktu lo," serobot Ganda membantu Duda.

"Tau, nih, Alim. Adik sendiri juga. Kalo adik ketemu gede baru mikir lagi," sambung Eji.

Suara membujuk pun dimulai. Semua teman Alim berkonspirasi membantu Duda dengan mengolok-olok Alim sebagai kakak yang jahat. Dengan begitu Alim bisa berubah pikiran.

"Nggak, ah. Kalo mau lo semua aja yang nemenin Duda. Gue mau tidur tenang di rumah," kata Alim, masih kekeuh.

"Ya udah, gue temenin lo, nih, Duda. Biar aja kakak lo jahat nggak mau nemenin," cetus Eji.

"Tuh, Kak Eji aja mau nemenin gue," protes Duda dengan bibir manyun andalannya. "Masa lo kakak gue sendiri, kandung pula satu emak bapak, nggak mau?"

"Ya udah sana sama Eji. Gue mau tidur tenang. Bye. Case close. Sana pergi," usir Alim santai.

Duda mengambil ponsel dari dalam tas, menekan angka 1 sebagai panggilan cepat ke nomor ayahnya dan bersiap akan menghubungi sebagai tamengnya. "Ya udah, gue bilang aja sama Papa kalo kakak gue yang baiknya ampunan nggak mau nemenin. Katanya gue disuruh pergi sama orang asing aja," ancam Duda.

Kalau dulu Alim panik dan takut, sekarang tidak. Alim sudah puas diomeli, dibekukan rekening, dan macam-macam oleh ayahnya––meskipun tidak lama, ya, paling hanya semingguan saja.

"Bilang aja," sahut Alim tenang.

"Dimarahin Bapak Zius Aditama, lho! Bapak lo galak gitu." Ganda menakut-nakuti.

Alim tetap tenang meneguk El Diablo pesanannya. Minuman yang dipesan terdiri dari campuran tequila gold, black currant liquer, jeruk nipis segar, dan jahe. Dia tidak mau terkecoh mendengar rengekan Duda.

Duda merasa kesal. Rengekan dan ancaman yang dikeluarkan Duda tak lagi mempan untuk sang kakak.

"Biar adil kita semua nemenin lo, deh, Duda. Gimana?" tawar Eji.

Duda yang sejak tadi belum duduk, menghentakkan kedua kaki ke lantai seperti bocah ngambek dan mengeluarkan suara sok imut sambil geleng-geleng kepala menolak. "Nggak mau. Maunya sama kakak Alimmmmm...."

Alim melirik sang adik yang tengah merengek bak bocah meminta mainan. Dia menghela napas. Pada saat yang sama, dia melihat Mercurius datang bersama temannya yang lain. "Tuh, main pasir sama Mercurius aja. Nanti nonton konser ditemenin Ganda. Jangan ngerengek kayak bocah, deh."

Duda manyun dengan wajah cemberut. Sosok yang dilihat sang kakak langsung dia lihat. Mercurius menghampiri Duda dan langsung mencubit pipi Duda.

"Ululu ... kenapa mukanya cemberut, Dedek?" Mercurius mengubah suaranya sok imut, membuat teman-teman yang lain tertawa terbahak-bahak. Dan sudah seperti biasa Mercurius seperti ini kalau berhadapan dengan Duda saat cemberut.

"Tau, ah." Duda menyingkirkan tangan Mercurius. "Gue mau ke kamar mandi. Pokoknya lo harus ikut! Gue nggak mau tau!" ucapnya penuh penekanan melihat sang kakak.

Kening Mercurius berkerut jelas. Melihat Duda cemberut dan ngeluyur pergi, pasti ada hal yang terlewatkan. "Kenapa, tuh, Bocah?" tanyanya penasaran.

"Biasa, deh, minta sesuatu sama Alim tapi nggak diturutin," jawab Ganda.

"Minta apa kali ini? Bukan minta jaguar kayak waktu itu, kan?" tanya Mercurius.

"Jaguar? Mobil Jaguar?" sela Yasta.

"Bukan, binatang jaguar. Adiknya Alim, kan, agak-agak. Dia ngerengek minta dibeliin binatang jaguar buat dipelihara di rumah. Lo bayangin aja. Itu binatang bukan anjing yang bisa digendong ke mana aja. Heran gue. Mana bapaknya juga iya-iya aja beneran nyariin. Tanya, nih, Alim. Dia sampai diomelin," cerita Mercurius setengah tertawa.

Alim mengusap wajah teringat cerita paling sinting yang pernah ada di hidupnya. Keinginan sang adik memang di luar nalar. Bikin emosi pula.

"Ya, gitu lah adik gue. Kalian tau sendiri seberapa anehnya dia. Jangan bahas dia lagi. Sakit kepala," ujar Alim.

Teman-teman Alim yang lain tertawa cukup geli. Mereka tahu Duda 'seunik itu'. Saking uniknya, Duda suka mengeluarkan kalimat seenak hati dan gila. Walaupun begitu Duda baik dan penolong sejati jika sudah menyangkut teman baiknya. Juga, Duda si pendengar yang baik dan bisa memberikan solusi-solusi yang tidak terpikirkan––setidaknya begitulah pandangan Duda dari kacamata teman-temannya Alim.

"Coba lo ceritain yang dia resign kerja kayak gimana, Lim," suruh Mercurius seraya duduk di samping Alim dengan tawa kecil teringat cerita Alim yang satu itu.

"Pusing kepala gue bahas itu." Alim geleng-geleng kepala. Melihat teman-temannya menampakkan mata berbinar-binar penuh keingintahuan, dia memelototi Mercurius. "Ah ... lo perkara banget. Entar pada syok."

"Bukan syok, ini lucu tau." Mercurius masih tertawa kecil, tak bisa diam karena terngiang-ngiang cerita Alim.

"Ceritain, dong, Lim. Everything about her kayaknya lucu," tagih Yasta.

Alim tidak dapat mengerti teman-temannya. Bagi mereka semua, hal-hal tentang Duda sangat lucu meskipun diisi banyak hal kontroversial. Kalau tidak ada Duda pasti dicariin. Katanya, Duda sudah seperti adik mereka juga. Malah ada yang mau punya adik seperti Duda. Padahal Alim sendiri pusing punya adik seperti Duda.

"Jadi setahun lalu adik gue kerja di perusahaan yang strict gitu. Ada beberapa aturan yang nggak boleh dilanggar selama kerja di sana. Nah, adik gue mau cabut dari sana karena bosnya ganjen. Bukan ganjen biasa, sih, lebih ke arah suka jamah-jamah mesum lah kayak Mercurius genitin perempuan," mulai Alim.

"Eh, sialan. Bawa-bawa gue aja," protes Mercurius.

"Ssssttt! Diem lo, Mercu! Lanjut, Lim!" seru Alex.

"Intinya adik gue mau resign deh. Bosnya nggak izinin, katanya kinerja Duda bagus blablabla. Pokoknya nggak boleh. Dan akhirnya karena adik gue udah muak banget, dia buat pembalasan yang bener-bener menggegerkan sekantor," lanjut Alim.

"Apaan, tuh?" celetuk Yevano.

"Diem! Ini part terlucunya," serobot Mercurius.

Sebelum dilanjut, Alim menghela napas. Kalau ingat kejadian yang satu ini, dia mau pura-pura tidak kenal adiknya. Malu.

"Di kantor ada ketentuan pegawai nggak boleh ditindik di bagian wajah terkecuali telinga. Intinya gitu. Adik gue datang ke kantor dengan bibir tengah ditindik, hidung ditindik, bagian bawah bibir ditindik, dan parahnya bagian ujung alis ditindik. Lo kebayang, kan, kayak gimana muka dia ditindik begitu? Udah gitu adik gue warnain rambutnya warna-warni. Warna pelangi. Di kantor itu rata-rata kalo diwarnain tuh warna gelap atau kalo terang, ya, warna merah marun. Nggak ada warna macem lolipop kayak adik gue. Mana dia pakai baju kantor yang belahan dadanya kelihatan dan roknya mini banget kayak mau clubbing. Di kantor, kan, pakaian harus sopan. Adik gue dandanannya udah kayak ... aduh, susah gue jelasin. Dia datang dengan pedenya begitu," cerita Alim dengan nada agak heboh disertai gerakan pada bagian-bagian yang ditindik dan gaya pakaian sang adik waktu itu.

"Gila, gila! Adik lo emang the best!" puji Ganda sambil bertepuk tangan riang dan tertawa kecil.

Alim geleng-geleng kepala. "The best apaan. Caranya emang berhasil bikin dia resign. Tapi keluarga gue kaget setengah mati lihat dia begitu. Soal rambut adik gue emang sering bereksperimen. Justru yang bikin kaget tindikannya itu. Kan, gila. Lo kalo udah ditindik pasti ada bekasnya. Hari itu juga emak gue bawa dia ke psikiater. Takut adik gue mulai gila."

Seketika itu pula semua teman-teman Alim tertawa terpingkal-pingkal. Membayangkan betapa paniknya Arini Aditama––model ternama pada masanya––yang terkenal ayu kemayu dan feminin, tentulah lucu.

"Itu belum seberapa tau. Yang lucunya, neneknya Alim bawa semua tokoh agama ke rumah untuk ketemu Duda. Katanya takut Duda kerasukan entah setan dari agama mana. Makanya diundang semua ke rumah. Gue denger ini ketawa asli. Apalagi pas Duda pura-pura kesurupan. Serius, ini geblek banget, sih," sambung Mercurius turut menceritakan bagian terbaik yang luar biasa menggelitik perut versinya.

Lanjutan dari Mercurius menambah suara tawa yang mulai hilang. Mereka kembali tertawa kecuali Alim.

"Begitu lah kelakuan adik gue. Emang udah di luar nalar." Alim menghela napas pasrah punya adik perempuan semata wayang yang kelakuannya lebih mirip reog, bukan Puteri Keraton.

"Bahas adik lo, dia lagi godain laki-laki di sana, tuh." Alex memberi tahu menggunakan gerakan mata ke arah jam sepuluh––tepat keberadaan Duda.

Alim menoleh sesuai yang diberitahu dan menghela napas untuk kesekian kali. Selain kelakuan aneh-aneh, adiknya sering tebar pesona sama laki-laki asing. Contohnya saja sekarang, adiknya lagi menyuruh laki-laki rupawan untuk menghubungi melalui kode tangan yang menyerupai bentuk telepon.

"Duda!" panggil Alim setengah berteriak.

Duda menoleh, tapi kemudian melengos dan mengabaikan sang kakak. Alim berdecak melihat kelakuan adiknya.

"Tenang, biar gue samperin" Mercurius menepuk pundak Alim seraya bangkit dari tempat duduknya.

Dari tempatnya berada, Alim duduk memperhatikan Mercurius yang menghampiri Duda. Teman baiknya itu merangkul pundak Duda tanpa malu-malu. Selain itu, Mercurius berbisik di telinga Duda––yang mana membuat Duda menatap Mercurius dan tertawa. Alim sedikit tidak tenang, tapi dia sudah memperingatkan adiknya untuk tidak terpikat dengan Mercurius.

Dari semua laki-laki pokoknya jangan Mercurius. Alim tidak akan setuju.

👔👔👔

Sekiranya begitu kisahnya Duda, teman baiknya Sinar, Gaes😂👍

Cerita sendiri versi Duda yang lebih lengkap akan aku bahas dalam versi Buku yang coming soon. Nggak akan aku publish di Wattpad jadi cuma ada versi Buku (kalau Ebook aku belum tau) soalnya ini proyek sama penerbit gitu ehehe🙈🙈

Apa Duda akan menciptakan kegilaan lainnya dalam hidup? OH TENTU AJA IYA🤣🤣🤣🤣🤣

Kenapa Duda dimanja banget sama bapaknya? Bahkan Bapaknya sampai maksa-maksa semua kakaknya Duda untuk tunduk sama Duda? Itu pasti ku bahas🤗

Dan masih banyak hal yang akan ku bahas dalam bukunya Duda❤❤❤

Buku ini tentu Romcom dipenuhi kegilaan, keliaran, dan kesablengan yang haqiqi ya🤣🤣👍 kalian nggak bakal nyesel bacanya. Terhibur deh. Duda rada geblek soalnya🤣🤣🤣

Ditunggu aja ya. Aku infoinnya di Instagram ehehe (eh iya, proyek ini udah kubahas di IG juga kok hehe🙈)

•••••

Sampai ketemu di update Cakra minggu depan (hari Kamis)🤗 (soalnya gak tercapai targetnya🤣🤣🤣)

Follow IG: anothermissjo

❤❤❤

Duda dan Mercurius di bayanganku seperti di bawah ini😃👍
Kalian bebas bayangin sapa aja🤣

BTW, Cerita Duda dan Mercurius sudah ada di lapakku dengan judul The Naughty List yaaa<3

Duda tuh muka2 anak konglo old money (emang di cerita ini Duda anak konglo old money) tapi kelakuan nggak kalem sama sekali🤣🤣🤣

Duda seumuran sama si Sinar. Sepupuan sama Wilmar nih🙈

Mercurius tuh tipe2 muka bapak-able tapi diem2 ganjen🤣🤣🤣

Mercu tuh umurnya udah 36 btw ehehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro