Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Christmas Gift

AUTHOR POV

Cha Jin Seong adalah anak perempuan biasa yang bersekolah di SMA XOXO. Sekolah ini mengharuskan kegiatan tahunan seperti Valentine Day, Easter Day, dan juga termasuk Natal. Ia malas untuk mengikuti acara seperti itu.

Dan yang lebih membuatnya malas lagi adalah, ia anggota OSIS yang harus mengikuti rapat setiap saat untuk acara yang menurutnya tak berguna itu.

Sebenarnya ia adalah anak yang rajin dan benar-benar patuh. Sangat disayangkan, ia malaa mengikuti acara berbau pesta.

Jinseong memiliki rambut merah-kecoklatan lurus selengan, mata coklat bulat yang indah, bibir yang berisi, dan kulit yang putih, serta badannya yang ideal. Ia memiliki sifat dingin dan anggun yang terkadang membuat orang ketakutan bila ditatapnya lama-lama. Di sekolah ia juga sering menyandang ranking teratas. Pokoknya, dia itu cewek populer. Ia mempunyai julukan "Ice Princess".

"Jinseong-ah!"teriak salah satu sahabat baiknya, Hyoomin.

Hyoomin adalah gadis ceria yang merupakan kebalikan dari Jinseong. Ia memiliki tubuh yang tinggi, kulit yang putih, mata coklat namun rada sipit, dan rambut coklat tua sebahu. Ia tipe gadis yang ceria dan tak mudah sedih. Jarang sekali orang melihatnya sedih atau sejenisnya. Bahkan sahabatnya sendiripun tak pernah. Walaupun berlawanan sifat, mereka merupakan kombinasi yang cocok. Ia memiliki julukan "Cheerful Girl".

"Ayo Hyuri! Kau lambat sekali!"teriak Hyoomin kepada Hyuri.

Hyuri merupakan sahabat baik Jinseong juga. Hyuri mempunyai sikap tenang dan jarang sekali mengeluarkan ekspresi. Ia mempunyai kulit pucat, rambut hitam yang menjulang sampai ke pinggang, dan mata yang tajam berwarna hitam. Bahkan ia jarang sekali mengeluarkan suara. Ia berbicara hanya untuk hal-hal penting atau kalau sedang ditanya saja. Seringkali ia disebut "Mysterious Girl".

Mereka bertiga memang tampak sama sekali tidak cocok. Tapi mereka memang sepertinya sudah ditakdirkan untuk selalu bertiga.

Hyuri mempercepat langkahnya tanpa berkata apa-apa. Jinseong yang sudah mau pulang langsung berhenti di hadapan Hyoomin.

"Ada apa?"tanyanya dengan nada menusuk. Hm, sedingin itukah dirinya?

"Kau galak sekali sih!"kata Hyoomin sambil tersenyum lebar. "Kau mau ke mana?"

"Ruang OSIS."jawabnya tanpa basa-basi.

"Untuk apa?"tanya Hyoomin lagi.

"Rapat! Memangnya kau tidak ingat?! Kau kan juga OSIS."teriaknya tepat di depan wajah Hyoomin.

Hyoomin yang sehabis dibentak, bukannya lari ketakutan, malah tersenyum lebar. "Rencananya, aku mau kabur dari rapat."ia tersenyum miring. "Kau mau ikut aku tidak?"tanyanya menawarkan hal bodoh kepada manusia es itu.

"Memangnya aku sepertimu."cetusnya.

"Aduh, setiap kali kamu bicara seperti itu, hatiku sakit loh."Hyoomin memegang dadanya seperti sedang sakit hati. Tapi sepertinya Jinseong tak mengindahkan kata-katanya karena ia langsung berkata,

"Aku mau rapat dulu. Kalau kalian tak mau ikut juga tak apa."

Tanpa banyak bicara lagi, Jinseong meninggalkan mereka berdua. Hyoomin mengejarnya. Dan Hyuri menyusul mereka dengan lari kecil tanpa bersuara.

===
JINSEONG POV

Sial, sepertinya aku akan telat rapat. Dan sepertinya ketua OSIS sok patuh itu akan menceramahiku.

Akupun mempercepat langkahku tanpa mempedulikan kedua temanku dibelakang.

Kalian pasti belum pernah menemukan hubungan sahabat yang seperti kami. Kami memang trio aneh. Berlawanan sifat tapi masih saja bisa bersatu dan tak pernah ada pertengkaran yang berarti.

Tanpa mengetuk pintu aku menerobos pintu yang langsung disambut oleh wajah masam ketua OSIS.

Kim Joon Myun. Atau lebih dikenal dengan Suho.

"Kau terlambat."ucapnya sinis.

"Aku tidak bermaksud."ucapku tak kalah sinis.

"Seharusnya kau bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Kau tahu, kau itu wakil ketua OSIS."katanya, yang menurutku adalah ceramah panjang-lebar. Aku tak membalas ucapannya, dan hanya memutar bola mataku.

Aku langsung duduk di kursi yang masih kosong. Tak lama kemudian aku melihat kedua temanku masuk ke dalam ruang rapat.

Yang satu dengan wajah datar, dan yang satu dengan senyum ceria.

"Haloo semua! Mian kami telat!"ucap Hyoomin santai seolah-olah tak ada yang terjadi.

Terdengar decakan dari ruang ini. Dan salah satunya berasal dari mulutku.

Benar-benar anak tak tahu malu. Masih bisa-bisanya ia tersenyum lebar dan melambai-lambai sementara ia terlambat. Mereka langsung duduk di sampingku.

"Baiklah. Mari kita mulai rapat OSIS kali ini."kata Suho dengan wibawanya. "Kali ini kita akan membahas tema Natal tentu saja. Sebentar lagi akan ada event pesta di malam natal. Dan akan disusun panitia inti untuk mengurus acara ini."

"Aku akan membacakan nama-nama panitia inti yang terdiri dari 10 orang."

Aku harap aku tidak terpilih.. Aku tak mau menjadi panitia inti.. Apalagi aku benci acara berbau pesta ini..

"Yang pertama, saya sendiri, lalu ada Baekhyun, Hyuri, Chanyeol, Luhan, D.O, Sehun, Jinseong, Haelee, dan Chaemin."

Gosh! Bahkan Haelee dan Chaemin menjadi panitia inti? Bukannya aku membenci mereka. Tapi sepertinya mereka yang membenci semua orang. Mereka membenci semua orang yang menghalangi apa yang mereka mau.

Aku menghela nafas. Kenapa aku harus terpilih menjadi pain sih?

"Yahh.. Aku tidak terpilih nih?"tanya Hyoomin, dengan wajah cemberut. Kurasa ia hanya berpura-pura sedih. Mana mungkin hanya tak terpilih menjadi panitia inti acara tak berguna ini, ia langsung sedih lalu meraung-raung di rumah.

"Mianhae.. Tapi ini sudah keputusan bersama."

"Tepatnya, ini hanya keputusanmu."aku membantahnya.

"Ini bukan hanya keputusanku. Salahmu sendiri kau tak ikut rapat OSIS minggu lalu."

Uh-Oh.. Sepertinya aku mempermalukan diriku sendiri.

Seperti tahu keadaan, Hyoomin buru-buru melontarkan kalimat,

"Daripada ribut-ribut, lebih baik kita melanjutkan rapat yang membuatku ngantuk ini."

Aku langsung menghela nafas lega. Aku berutang pada Hyoomin.

"Baiklah."lanjut Suho. "Panitia inti yang betugas paling banyak dalam acara ini. Kita yang akan melakukan pekerjaan dari merancang kegiatan ini sampai menghias seluruh ruangan."

"Pekerjaan ini memang berat. Tetapi bagi yang sudah terpilih harus bersyukur dan menjalankannya dengan sebaik-baiknya."

Kulihat Baekhyun, teman sekelasku, mendengus kesal.

"Hyung! Kenapa sih aku terpilih menjadi pain? Kau tahu kan, aku orangnya bagaimana?"

Seketika kulihat wajah Suho berubah cengo. "Pain?"

Astaga! Dia bodoh atau apa sih?

"Panitia inti, pak ketua."Baekhyun berdecak kesal.

"Oh. Ya aku tahu bahwa kau pemalas, kau selalu bangun terlambat dan kau selalu-"

"Sudah cukup mempermalukanku?"tanyanya dengan alis terangkat.

"Oh mian.. Aku tak sadar. Tapi intinya kau bisa terpilih menjadi pian-"

"Pain!"ucap Chanyeol rada kesal.

"Ya apapun itu. Itu karena kau punya semangat yang bagus Baek. Kau bisa membuat orang disekitarmu merasa lebih semangat."

Baekhyun yang mendengar hanya tersipu malu. Tapi lalu mendadak wajahnya berubah, "Baiklah. Aku akan menjadi pain."

Suho tak lagi memperhatikan kata-kata Baekhyun, ia melanjutkan kata-katanya.

"Pain besok akan berkumpul. Di waktu dan tempat yang sama. Kalian bisa pulang sekarang. Terimakasih atas waktu kalian."kata Suho lalu meninggalkan ruangan diikuti kesebelas teman lainnya.

Hyoomin dan Hyuri menghampiriku untuk pulang bersama.

Oh ya, aku belum memberitahu ya? Bahwa kami bertiga tinggal di satu gedung apartemen. Hanya saja beda kamar.

Aku berada di kamar nomor 7. Hyoomin nomor 8. Dan Hyuri di nomor 6. Kamar kami terletak di lantai 17.

"Annyeong! Sampai ketemu besok!"kata Hyoomin sebelum menutup pintu kamarnya.

Aku dan Hyuri tak membalasnya.

"Aku masuk ya."ucap Hyuri yang membuatku kagum. Baru pertama kali aku mendengar suaranya pada hari ini.

Aku membalas dengan anggukan lalu masuk ke kamarku.

Dan yap. Inilah kamarku.

Kasur 2,5 × 1,5 meter yang nyaman yang berada di pojok kamar. Lemari kecil di sisi kasur. Lemari pakaian di seberang kasur. Toilet yang kecil namun bersih, terletak di dinding bagian kanan kamar. Meja belajar. Dan dapur kecil di bagian belakang. Simpel namun rapih. Aku menyukai apartemenku ini.

Dengan cepat aku mencuci diriku lalu merebahkan diriku di kasur.

Tanpa sadar, akupun tertidur.

===

Keesokan harinya, dengan malas aku berjalan ke ruang rapat untuk penjelasan mengenai acara natal itu.

Aku benar-benar tak niat.

"Kita akan bagi-bagi tugas."tanpa basa-basi, Suho berkata.

"Aku sudah memutuskan. Aku dan Jinseong yang akan menghias-"

"Menghias katamu?!"tanyaku dengan nada sengit.

"Hei, kita kebagian tugas paling ringan loh. Daripada merancang acara?"katanya yang benar-benar blak-blakan. Ia mengaku mendapat tugas paling ringan, sementara ia ketua OSIS, di depan teman-temannya? Benar-benar bodoh.

Diam-diam aku ingin tertawa. Tapi aku berusaha untuk menahan tawaku ini. Kan gawat kalau sampai melihat manusia es tertawa terbahak.

"Arasseo."akhirnya aku menurut.

"Nah begitu lebih baik."katanya dengan senyum.

Deg. Rasanya jantungku sempat berhenti berdetak saat melihat senyum itu.

Sial! Tidak boleh! Aku tidak boleh bersikap begini! Aku kan manusia batu! Eh maksudku, manusia es!

Akupun melanjutkan mendengarkan apa yang ia bicarakan, sambil mengabaikan debaran jantungku saat dia melirik ke arahku.

Ya dia, Suho.

===

"Jinseong! Apa sih yang kau pikirkan? Kau melamun terus, tahu?"tegur Suho ketika kami akan membuat spanduk untuk perayaan natal. Ya, bahkan sampai spanduknya pun harus OSIS yang membuat.

"Bukan urusanmu."ucapku dengan dingin.

"Kalau ada masalah, kau bisa cerita."tegurnya lembut sambil menyentuh pundakku.

Sial, di saat-saat seperti ini, mengapa jantungku tak bisa diajak bekerja sama agar tak berdebar tak keruan seperti ini sih?!

"Tidak usah ikut campur. Bukan urusanmu."ucapku lalu menepiskan tangannya.

Gila, apakah aku memang benar-benar sedingin es? Orang memberi perhatian, malah ku tolak habis-habisan. Dengan nada sinis pula.

Suho hanya menghela nafas. "Aku baru menemukan orang sedingin kau. Aku heran apakah hatimu terbuat dari es, atau kau memang tak punya hati?"

Jleb.

Ucapannya yang itu sangat menyinggungku.

"Kalau kau tahu, kau tak perlu nanya kan?"

"Yahh, aku kan belum tahu. Makanya aku bertanya."

Aku tak membalas pertanyaannya dan melanjutkan membuat spanduk sial ini.

Tiba-tiba seseorang masuk ke ruang aula yang nantinya akan disihir menjadi tempat pesta natal, setelah beberapa menit kami berada di sini.

"Butuh bantuan?"tegur Baekhyun dan Chanyeol serta anggota pain lainnya kecuali Haelee dan Chaemin, ketika memasuki ruangan aula ini.

"Terimakasih kalian sudah berbaik hati untuk datang."kata Suho.

"Dan menawarkan bantuan~"ucap Chanyeol riang.

"Tapi terimakasih kami tak perlu bantuan."

APA?!

"Kau gila? Kau mau menyelesaikan ini hanya berdua, sementara ada yang menawarkan bantuan dengan sukarela, dan kau tolak begitu saja?!"semburku kepadanya. Habis aku kesal sih. Tugas menghias menurutku adalah tugas yang paling melelahkan untuk diselesaikan oleh dua orang.

"Jinseong benar."D.O berkata. "Kita hanya mau membantu kok."

"Tapi kan tugas ini sudah dibagi-bagi. Setiap orang hanya boleh melakukan pekerjaan yang diberikan."Suho berkeras.

Ia benar-benar tak mau dibantu atau ada maksud lain?!

Atau jangan-jangan..

Ia ingin berduaan denganku..

Tidak tidak! Pikiran dangkal seperti itu tak akan masuk akal. Mungkin saja ia punya alasan tersendiri. Ia juga tipe orang yang patuh akan peraturan. Sehingga jika diberi tugas ia akan menjalankannya dengan sungguh-sungguh.

Loh, kok aku jadi tahu banyak tentang dia?!

Astaga...

Apakah ini yang disebut rasa suka? Apakah aku menyukai Suho?

===

Kini, setiap pulang sekolah kami berdua(aku dan Suho) datang ke aula untuk menyelesaikan acara hias-menghias. Dan mengecek kondisi aula.

Dan setiap saat itulah kami semakin akrab dan akrab. Tak bisa dipungkiri lagi, aku memang menyukai Suho.

Tapi jangan bilang siapa-siapa ya!

Kalau ketahuan kan gawat! Aku kan manusia es yang hatinya tak mudah dilelehkan begitu saja! Buktinya, butuh satu bulan, bahkan lebih untuk aku menyukainya.

Tapi di depannya, aku masih berlagak dingin dan cuek. Dan ia bersikap peduli dan penuh perhatian padaku. Itu membuatku semakin jatuh padanya.

Seringkali aku ditawarkan pulang bersama olehnya, tapi aku selalu menolak dengan ucapan sinis. Ia tetap bersabar karena ia mungkin sudah tahu bahwa 'dingin' sudah mendarah daging di tubuhku.

Berhubung ini adalah bulan Desember, udara begitu dingin sampai-sampai, aku perlu mengusap-usap tanganku yang kelewat dingin.

"Yooo! Akhirnya kau pulang!"Hyoomin yang sudah berdiri di depan pintu kamarku bersama Hyuri si muka datar, menegurku.

"Kau pasti lelah. Aku buatkan teh dan kue."

Gosh! Hyuri menawarkanku kue dan teh?! Benar-benar keren! Makin keren lagi karena ia yang membuatkan itu padaku.

Alih-alih bersikap manis atau tersenyum, aku hanya membalas, "Gomawo."

Aku masuk ke kamarku dan merasakan teman-temanku juga ikut masuk.

"Kalian mau apa?"tanyaku tanpa basa-basi.

"Eh, hanya mau menaruh kue-kuean dan tehnya di dapur kau, kok!"

Oohh.

"Kalau sudah, cepat keluar. Aku lelah."

Mereka mengangguk. Mengerti dengan sifatku yang memang rada keterlaluan.

===

Hari ini adalah hari terakhir kami untuk menghias aula. Sebenarnya, pekerjaan kami itu sudah selesai sejak dua hari yang lalu.

Jadi kami tinggal mengecek apakah ada yang kurang atau ada yang cacat.

Dan sepertinya semuanya sempurna.

"Astaga.."tiba-tiba Suho berkata.

"Ada apa?"tanyaku dengan nada datar. Padahal aku penasaran setengah mati.

"Kita lupa belum menghias hal yang paling penting di acara ini."

"Apa memangnya?"

"Pohon natal."

Gosh! Benar juga! Kami lupa! Buru-buru kami menghias pohon natal jumbo itu.

"Hiasannya kurang."kataku kepadanya.

"Sepertinya kita harus membeli di toko seberang."

Aku mengangguk dan tanpa basa-basi lagi, aku berjalan untuk membeli hiasan yang kurang.

Dan tanpa kusangka-sangka, sebuah tangan kuat menahan lenganku.

"Biar aku saja yang beli."selama beberapa saat aku tak bisa berkata-kata. Namun aku sadar aku harus berkata,

"Jangan, nanti hiasan yang kau pilih jelek. Kan seleramu jelek."

"Berarti kau jelek dong?"

Ha? Apa maksudnya?!

"Apa maksudmu mengataiku jelek?"aku menyemrotnya dengan nada sinis.

Ia menghela nafas. "Kau tak pernah sadar ya? Bahwa aku menyukaimu dari awal kita bertemu? Bahwa aku sering melihatmu dari kejauhan? Bahwa aku selalu ingin menjaga dan melindungimu? Bahwa aku selalu ingin ada di sisimu? Apa itu tidak cukup jelas?"

Aku membeku di tempat. Apakah yang dikatakannya adalah sebuah kebenaran? Apakah benar ia menyukaiku?

"Tidak, ralat. Aku.. mencintaimu."

GOSH! Rasanya aku tak bisa bernafas seketika. Aku melihat tangannya bergerak untuk menggenggam tanganku.

"Aku mencintaimu. Maukah kau menjadi pendampingku dan membiarkanku untuk melindungimu?"

Aku akan mengaku. Pada saat iniaku benar-benar tak bisa berkata apa-apa. Kepalaku rasanya akan pecah karena saking senangnya.

"Aku.."

"Kalau kau belum bisa menjawab, aku akan memberi waktu padamu sampai besok."katanya lalu berlari ke luar aula.

Sepertinya untuk membeli hiasan natal.

Rasanya aku ingin menjerit, berteriak, melompat-lompat, berlari-lari, dan segala hal yang membuatku tertawa bebas.

Tapi alih-alih melakukan hal bodoh itu semua, aku berjalan ke arah pohon natal.

Aku melihat puncak pohon natal itu. Yaitu bintang raksaksa yang sangat indah.

"Terimakasih. Akhirnya aku menyukai natal."

===

Hari ini adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh murid-murid di sekolah kami.

Termasuk aku.

Aku mengenakan dress berwarna merah darah yang panjang dengan pita di sisi pinggang, high heels senada, dan rambut merah yang kini sudah digulung ke atas dan menyisakan sedikit bagian ikalnya di sisi telingaku. Aku hanya menggunakan make up secara tipis.

Dari kejauhan, di ujung aula, aku melihat Suho memakai jas hitam berdasi, yang membuatnya semakin tampan dan terlihat berwibawa.

Tanpa kusadari, ia sudah berada di hadapanku, menatapku dengan tatapan kagum. "Wow."

*blush*

"Kau benar-benar cantik."katanya dengan tulus.

Aku tetap bergeming. Dan tak mengeluarkan secuil senyum. "Gomawo."

"Kau siap?"tanyanya dengan senyum miring yang membuatnya semakin terlihat tampan.

"Siap untuk apa?"

"Kau lihat nanti."katanya lalu menarik lenganku ke arah panggung. Gosh! apa ia akan mengajakku berduet? Atau membaca puisi? Atau hanya menjadi mc?

Semua tebakanku salah ketika aku melihat ia berlutut di hadapanku. Di depan seluruh isi sekolah.

GOSH! Aku tahu apa yang akan ia lakukan setelah ini! Ia pasti meminta jawaban yang belum kujawab kemarin..

Kulihat semuanya terpaku pada kami yang berada di atas panggung. Dan aku terpaku pada satu orang di hadapanku, Suho.

"Aku tahu ini memalukan. Tapi aku akan melakukannya di sini, dan sekarang juga. Aku akan menanyakan kembali, apa kau bersedia menjadi pasanganku?"

Teriakan-teriakan histeris memenuhi ruang aula. Beberapa diantara mereka berteriak, "Terima! Terima!" Dan beberapa diantara mereka ada juga yang berteriak, "Tolak! Tolak!"mungkin itu fansku(ehem). Atau kemungkinan besar penggemar Suho. Suho memang cukup populer kok di sekolah ini.

Dan yang membuatku kesal setengah mati adalah, Hyoomin ikut meneriakan kata "Terima!"yang terkutuk itu. Bahkan kulihat Hyuri disampingnya sedang cengar-cengir tak karuan.

Aku kembali melihat Suho. Ia menatapku dengan mata penuh harap dan serius. Ya Tuhan... Tak mungkin aku menolaknya dan membuatnya malu di depan umum kan? Dan apakah aku sanggup jika menolaknya? Karena aku juga mencintainya..

Dengan pasti namun suara yang pelan aku menjawab, "Aku bersedia."dengan senyum yang kali ini pasti sangat langka untuk kukeluarkan. Bahkan saat aku tersenyum, aku melihat beberapa diantara kerumunan ada yang mengeluarkan ponsel mereka, dan tak habis-habisnya menjepretku dengan kamera ponsel mereka yang jelek itu.

Pasti sebentar lagi gambar aku tersenyum ada di majalah dinding di sekolah ini. Dan menjadi topic nomor 1. Gosh! Kenapa aku jadi over-pede begini sih?

Suho berdiri dan beranjak memeluku. Astaga! Kurasa pipiku tak bisa berhenti untuk memanas.

Dengan gerakan cepat ia mencium bibirku dengan lembut yang semakin membuatku meleleh. Ya Tuhan! Cowo macam apa yang berani berbuat seperti ini di depan umum?! Mungkin cowo gila! Dan salah satunya adalah Suho.

"Saranghae.."bisiknya lembut.

Aku sudah yakin 100 persen hari ini adalah hari terbanyak aku tersenyum dan merona.

"Saranghae too."bisikku lembut.

"Woohooo! Akhirnya putri es jadi meleleh!"tentu saja teriakan itu dari Hyoomin. Sial.

"Selamat ya!!"teriakan mulai memenuhi aula lagi.

Kami beranjak dari panggung dan mencari tempat yang lebih sepi dan tak menyesakkan seperti ini.

"Hari ini memang hari yang hebat."katanya sambil tertawa.

Astaga.. Tawanya benar-benar membuatku meleleh!

"Akhirnya aku bisa melihat senyummu."ujarnya sambil tersenyum lembut. Kami duduk si salah satu kursi di taman sekolah.

Kepalaku bersandar pada pundaknya.

"Akhirnya kita bisa bersama."ucapku dengan senyum lagi.

Gosh! Aku tak bisa berhenti tersenyum.

Aku akan mencatat hari ini. Hari ini adalah hadi terindah di sepanjang hidupku. Hari di mana aku mulai mencintai orang, hari di mana aku bisa tersenyum bahkan tertawa, hari di mana aku mendapat hadiah natal terindah, hari di mana aku mencintai natal kembali..

25 Desember 2014.

===

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro