Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

06. New Room


Setelah acara makan selesai. Cedric, Jayden dan Noa berserta remaja yang lain dibawa menuju ruangan baru oleh Haron. Berjalan beriringan, barisan tersebut terus berjalan menuju tempat yang dimaksud Haron. "Sebentar lagi kita akan sampai."

Jayden melirik Cedric dan Noa. Ketiga laki-laki tersebut menatap satu sama lain, Noa melirik salah satu penjaga yang berjalan tepat disampingnya. Terpaku dengan pistol yang terpasang di pinggang penjaga tersebut, senyum jahil Noa menyapa wajahnya.

Dengan hati-hati dan begitu pelan. Noa mengulurkan tangan kanannya untuk mengambil pistol kecil itu, tapi penjaga tersebut menoleh membuat Noa langsung dengan cepat kembali ke posisi awalnya. "Pakai segala menoleh lagi. Ah sialan."

Penjaga itu melirik kearah Noa. Noa sendiri hampir bisa berpura-pura tidak melakukan apapun, dan terus menatap kearah depan. Dirasa tidak menemukan kejanggalan apapun, penjaga gitu kembali menatap jalanan.

Menghela nafas lega, Noa kembali melancarkan aksinya untuk mengambil pistol yang belum sempat ia ambil. "Ayolah. Kali ini saja bantu aku ya tuhan."

Grep

Menutup mata karena takut. Noa merasakan pistolnya berada di telapak tangannya, membuka mata perlahan ia dapat melihat benda itu benar-benar berada di tangannya. Senyuman nya mengembang seketika. "Akhirnya, terima kasih tuhan."

Dengan segera Noa menyembunyikan pistol itu di balik bajunya. Sang penjaga itu tidak mengetahuinya, Cedric mengarahkan pandangannya pada Noa yang cengar-cengir. Menggeleng pelan, Cedric pun membalas senyuman nakal Noa.

Jayden merangkul pundak Noa. "Good. Kita bisa mengambil isi pistolnya belakangan."

Mereka bertiga berada di posisi terakhir dalam barisan. Tidak ada satupun yang mengetahui tindakan yang diperbuat oleh Noa, hanya Cedric dan Jayden yang mengetahuinya.

"Kita sampai anak-anak. Kamar kalian ada di ujung sana. Sesuai dengan nama masing-masing, ingat tidak boleh berebutan."

Satu persatu anak-anak remaja tersebut memasuki kamar masing-masing, ada yang berlima ada yang bertiga ada juga yang berdelapan. Cedric, Jayden dan Noa ada si satu kamar yang sama bersama dua laki-laki lainnya yang belum mereka bertiga kenal.

Bernuansa cat biru tua, dengan kasur tingkat dua. Di lengkapi dengan kamar mandi, membuat kelima laki-laki tersebut merasa senang. Noa langsung melompat tepat di atas kasurnya, "Aku di kasur bawah ya kak."

"Kalau begitu aku dikasur atas." ucap Jayden menaiki tangga kasur.

Cedric memajukan bibirnya cemberut. "Aku bimbang, mau dikasur atas atau kasur bawah."

"Kasur bawah saja. Biar aku yang di kasur atas."

Cedric memalingkan tatapannya pada seorang laki-laki dengan wajah tirusnya. Laki-laki itu kemudian beranjak naik ke atas kasur paling atas, Cedric hanya bisa diam menatap laki-laki tadi naik. "Namanya Terry, kau bisa memanggilnya dengan nama itu."

"Dia lebih tua dariku?" Saut Noa dari arah kasur.

Laki-laki dengan paras cantik namun tampan itu mengangguk dengan senyuman. "Dia kelahiran 5.001."

"Ah begitu ya. Aku kelahiran 5.005." Balas Noa memperkenalkan tahun kelahirannya.

Laki-laki berparas cantik nan tampan itu mengangguk. Cedric menatap Terry yang tengah membersihkan sedikit debu yang menempel pada kasurnya, "Namaku Cedric Amalaric. Salam kenal."

"Hai. Salam kenal, namaku Ben Artemis."

Cedric menjabat tangan Ben, padahal yang dia ajak kenalan pertama adalah Terry. Terry sendiri menatap Cedric kemudian tersenyum, setelahnya mereka pun beristirahat. Karena raut wajah Jayden benar-benar menunjukkan bahwa dia benar-benar lelah.

"Selamat siang, aku tidur duluan."

"Bangun pukul empat."

"Baik."


"Pelan-pelan bisa gak sih?" Jayden mengerutu karena Noa menariknya paksa keluar dari kamar.

Noa berdecak pelan. "Kak Cedric sudah menunggu, nanti dia marah."

"Iya tapi jangan ditarik-tarik begini, Noa." ucap Jayden menghela nafas pasrah.

Cedric, Ben, Terry dan satu orang lagi susah menunggu di ujung lorong kamar. Mereka berempat hanya diam tanpa berbicara satu sama lain, cukup canggung suasananya.

Cedric berusaha untuk akrab dengan Terry, sedangkan Ben merangkul pundak laki-laki mirip pangeran kerajaan yang hanya diam saja sejak awal.

"Kenapa kau diam saja wahai sahabat ku, Kai." ucap Ben memulai obrolan.

Laki-laki bernama Kai itu melirik Ben. "Aku sedang tidak mood saja."

"Hari-hari tidak mood terus, kenapa emang?"

Mengedikkan bahu pelan, Kai menggeleng. "Tidak tahu kenapa rasanya aneh aja kita bisa di sini, padahal yang aku ingat kita tengah liburan."

Ben lantas diam mendengar ucapan Kai. Ia mengingat dengan jelas bahwa dia, Kai dan Terry tentang berlibur disebuah pantai lalu kembali ke dalam penginapan untuk beristirahat, bangun-bangun sudah ada di pulau tersebut.

"Sudahlah kalian berdua, jangan bicarakan itu disini. Ada kamera pengawas," saut Terry memberikan peringatan.

Kamera pengawas berada dimana-mana. Mengawasi gerak-gerik yang dilakukan oleh setiap orang disana, Cedric menatap datar kearah kamera pengawas begitupun Kai. Keduanya laki-laki tersebut seperti tidak suka akan kehadiran kamera pengawas itu disana.

Berbeda dengan Kai maupun Cedric. Ben sendiri malah melakukan tingkah menyebalkan untuk mengejek orang-orang yang tengah mengawasi mereka, Terry hanya bisa menghela nafas. "Maaf kami berdua telat."

Jayden dan Noa muncul. Keduanya datang dengan pakaian yang sudah rapi, namun ekpresi Jayden seperti orang yang benar-benar pasrah ditarik kemana saja oleh Noa yang langsung ditertawakan Cedric. "Mengapa wajahmu seperti itu?"

"Jangan tertawa kau kak." Decak Jayden mengerutu pelan.

Noa sendiri tertawa puas. "Melihat mukamu begitu kesal membuatku semakin suka menjahili mu kak." diakhir dengan candaan.

Jayden melotot seketika, tangannya menarik telinga Noa dengan kesal. Noa sendiri hanya bisa menahan sakit dan mencoba melepaskan tangan Jayden dari telinganya, "Aww aww!! Kak Jayden."

"Tak dengar."

Cedric, Terry, Ben dan Kai hanya tertawa melihat bagaimana Jayden marah pada Noa. Belum tahu saja, jika sebentar lagi mereka akan dijadikan sesuatu oleh orang-orang yang terus mengawasi dari kamera pengawas. Sesuatu yang lebih buruk dari apa yang dipikirkan Haron dan Louis.

Xavier diam-diam mengawasi Cedric dan teman-teman barunya. "Mereka benar-benar bersenang-senang ya."

"Aku ragu jika mereka berniat akan kabur dari sini." Xavier meregangkan otot tubuhnya yang kaku karena terlalu lama tidur.

Elyan meminum air minumnya dengan tenang. "Bukannya kau selalu ada rencana cadangan?" ucapannya diakhiri dengan nada bertanya.

"Rencanaku selalu banyak Elyan, tenang saja."

Elyan diam untuk sesaat. "Kau tahu tidak?"

"Tahu apa?"

Elyan diam lagi membuat Xavier mau tidak mau mengarahkan pandangan nya pada Elyan, sahabatnya. Laki-laki berparas bak pangeran es itu menundukkan kepalanya, "Aku rasa akan ada seseorang yang datang kemari, untuk membuat kita menjadi lebih baik."

Mengerutkan kening bingung, Xavier menatap Elyan begitu lama. "Maksudnya apa? Kau berkhayal kah?"

"Tidak. Hanya saja itu firasat ku."

Elyan tersenyum simpul. "Aku tidak tahu pastinya, Xavier. Tapi kau tahu jalan pikiranku."

Senyum miring Xavier kembali terukir setelah tahu apa maksud dari ucapan Elyan. Ia pun mengangguk paham, keduanya mengarahkan pandangan masing-masing kearah yang sama, dimana Cedric dan teman-teman nya tengah bersanda gurau satu sama lain.

"Aku tunggu waktu permainan nya, anak-anak."

MEMPERKENALKAN


HAPPY READING!!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro