03. Hell's Paradise
Suara gemuruh helikopter berdatangan. Satu persatu personil mulai turun, sembari turun mereka juga membawa beberapa orang yang tengah tidak sadarkan diri, mereka adalah para remaja yang dinyatakan hilang.
Mereka di bawa masuk ke dalam sebuah gedung dengan area luas, di sekelilingnya di penuhi area pepohonan, hutan dan taman. Tidak tahu apa yang akan di lakukan mereka di sana nanti. "Bawa mereka masuk!"
"Mereka rombongan terakhir!"
"Cepat! Cepat!" Seorang pria dengan senjata lengkap di tangannya memerintah. "Masukkan mereka ke dalam kamar masing-masing, ingat jangan sampai mereka bangun."
"Baik!"
Saat tentang membawa rombongan terakhir. Tiba-tiba muncul sosok monster bertubuh besar, mengaum mengagetkan orang-orang. "Oh shit. Cepat tembak monsternya!"
Gemuruh tembakan terus terdengar memenuhi tempat tersebut. Monster terus berdatangan, mengharuskan para pasukan yang membawa remaja-remaja itu untuk segera pergi dari pulau tersebut.
"Kami baru bisa menyerahkan sepuluh orang. Sisanya akan kami kirim besok, good bye!" Ucap komandan pasukan sembari meninggalkan pulang.
Orang-orang dengan pakaian serba putih menatap kepergian semua helikopter yang ada. Setelah nya mereka bergegas masuk ke dalam gedung, sebelum para monster kembali mengamuk.
"Sungguh hari yang merepotkan."
"Ya. Aku harap project ini berguna."
Kemudian para remaja yang masih belum sadarkan diri itu di bawa masuk lebih dalam ke dalam gedung, hingga sosok mereka tidak terlihat dari arah pintu.
( Ilustrasi Gedung Hell's Paradise)
Avengers Fasilitas
Hell's Paradise, pulau tidak berpenghuni yang terpencil jauh dari kerumunan orang-orang. Hingga sebuah gedung di bangun di tengah-tengah hutan untuk suatu alasan. David maupun Daniel melihat dari udara, menggunakan helikopter. "Kita bakalan ketahuan gak sih?"
Daniel menghela nafas. "Engga. Karena helikopter ini di rancang tidak terlihat."
"Hmm baiklah, tapi aku bingung kenapa nama pulau ini adalah Hell's Paradise. Memang apa isi pulau ini?" David berbicara dengan penuh rasa penasaran.
"Entahlah. Tapi yang aku tahu pulau ini seharusnya tidak ada."
Daniel dan David berangkat lebih awal. Mereka berdua langsung pergi mengerjakan permintaan dari Elizabeth dan seseorang, yang untungnya Daniel mendapatkan informasi dari temannya yang lain bahwa ada helikopter yang membawa sekelompok tentara menuju sebuah pulau terpencil.
Keduanya bergegas menyusul dan untungnya mereka tidak kehilangan jejak. "Kau mengajakku tanpa persiapan."
"Kau tidak lihat kah barang-barang di belakang mu?" Ujar Daniel kesal. Ia berusaha untuk menurunkan helikopter di tempat yang menurutnya aman dan jauh dari gedung tersebut.
David sendiri menoleh kebelakang. Benar saja, di sana sudah ada barang-barang yang di butuhkan, seperti persenjataan, pakaian, bahan makanan maupun minuman dan sebagainya. Ia sedikit tercengang, "Sejak kapan kau mempersiapkan nya?"
"Minggu lalu." Jawab Daniel singkat.
Helikopter turun dengan aman. Melihat kearah sekitarnya, Daniel berusaha untuk mencari waktu yang aman untuk keluar dari dalam helikopter. Sembari menunggu kode dari Daniel, David mengambil semua persediaan yang sudah di siapkan oleh Daniel.
Daniel melihat ada pohon besar tidak jauh dari tempat helikopter nya turun. "Kita buat rumah pohon saja Vid. Untuk berjaga-jaga."
"Okelah kalau itu maumu." David turun dari helikopter setelah mendapatkan kode aman.
Daniel mengambil peralatannya. Kedua laki-laki tersebut kini tengah mempersiapkan alat untuk membuat rumah pohon, sebagai markas mereka berdua di sana.
"Aku tidak yakin di sini benar-benar kosong. So, What are they all doing to those teenagers?" David keheranan dengan semuanya.
Daniel mengedikkan bahunya tidak tahu. "I'm not sure, but it seems like their actions are illegal."
David mengangguk pelan. Setelah itu keduanya melakukan perkerjaan masing-masing, sembari mengawasi area sekitar. Saat David sibuk memotong kayu dengan gergaji yang entah kapan berada di dalam helikopter. Daniel membuka laptop miliknya, dan mulai mencari sesuatu lewat internet.
"Aku rasa mereka menyembunyikan sesuatu, tapi apa?" Daniel mulai berpikir.
Awan mendung datang, angin mulai bermunculan menandakan datangnya hujan. Tenda yang di bangun keduanya benar-benar berguna, hujan datang mengharuskan David segera masuk ke dalam tenda untuk meneduh. Bajunya sedikit basah, ia melirik ke arah Daniel yang masih sibuk di depan layar laptop. "Kau menemukan sesuatu?"
Daniel menggeleng pelan. "Belum. Tapi aku tahu kenapa pulau ini di beri nama Hell's Paradise."
David pun mendekati Daniel. "Apa apa? Aku ingin tahu." Sembari duduk di kursi tepat di samping Daniel.
"Di kisahkan ada seorang ilmuwan bersama rombongannya datang ke pulau ini. Mereka melakukan penelitian besar-besaran pada tahun 1890. Namun tidak berselang lama, penelitian mereka mengalami kesalahan, yang menyebabkan beberapa eksperimen mereka bermutasi."
"Konon, setelah itu datanglah seorang dewa yang menyelamatkan pulau ini dan memberikan sesuatu kepada ilmuwan tersebut."
"Namun ada perjanjian dan konsekuensi di baliknya. Pulau ini akan tetap di huni monster-monster eksperimen sang ilmuwan, dan tempat tinggal bagi makhluk dari dunia lain. Dan..." Daniel tiba-tiba menghentikan pembicaraan.
David yang tengah mendengarkan langsung menatap heran ke arah Daniel. "Kenapa tiba-tiba berhenti sih, orang lagi serius dengerin."
Daniel masih diam membuat David makin kesal. Akhirnya dengan sedikit emosi, David mengambil laptop milik Daniel membuat sang pemilik barang memekik. "Heh!"
"Aku hanya ingin membaca bagian terakhirnya." Ujar David menatap Daniel.
Helaan nafas dari Daniel di sertai anggukan membuat David mendapatkan izin. Kini di hadapannya ada laptop milik Daniel, dengan cekatan David membaca semua artikel yang di baca oleh temannya tadi hingga baris terakhir artikel tersebut membuat David seketika terdiam seperti Daniel tadi.
"See? Sudah aku duga." Ucap Daniel menarik kembali laptop miliknya.
Brak!
Gebrakan meja terdengar membuat Daniel terkejut dan hampir melemparkan laptopnya. "Sialan. Jangan membuatku terkejut."
"Tanaman ajaib apa maksudnya? Keabadian?!"
David emosi setelah membaca baris terakhir artikel pada laptop Daniel. Telinga Daniel berdenyut karena ucapan David yang begitu tinggi nan emosi, dalam hati Daniel ia tengah mengumpat sejadi-jadinya karena ulah David. "Kau sekali lagi teriak, aku potong beneran lidahmu."
"Tapi Niel..."
"Sudahlah. Kita akan mencari tahu jawabannya nanti, sekarang kita makan dulu. Aku benar-benar lapar kau tahu." Daniel memotong ucapan David sebelum menjadi-jadi.
Daniel beranjak dari tempat duduknya untuk menyiapkan makanan. David menggembungkan pipinya kesal, "Jangan kesal dulu, perutmu sakit baru tahu rasa."
"Diam kau!"
Daniel menoleh. "Terserah sih. Aku mau makan, kalau kau lapar lebih baik makan." Seraya membuka mie instan untuk di masak.
David hanya melihat dari belakang tanpa ada niatan beranjak dari tempat ia duduk. Nafas kesal Daniel terdengar pelan, dengan penuh tanggung jawab ia akhirnya membuatkan makanan untuk David karena sepertinya temannya itu benar-benar kesal sekarang. "Merepotkan sekali temanku yang satu ini."
𝐇𝐀𝐏𝐏𝐘 𝐑𝐄𝐀𝐃𝐈𝐍𝐆 𝐆𝐔𝐘𝐒
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro