02. Missing
Layar televisi berkedip pelan, dengan pencahayaan minim di sekitarnya. Kabel-kabel berserakan, botol bekas minuman tergeletak begitu saja di lantai. Tetesan air dari atas ruangan benar-benar membuat beberapa kabel memercikkan alirannya. "Sungguh berantakan sekali ruanganmu, tuan."
Pria dengan tubuh yang lelah menoleh karena merasa ada orang di ruangannya. "Kau lagi, sudah berapa kali kau kemari, jalang."
"Wow! Tenanglah tuan. Aku kemari hanya ingin memastikan bahwa dirimu baik-baik saja," Ucap wanita tersebut di sertai senyum miring.
Memutar kedua bola matanya malas, pria itu beranjak dari kursi tempat dia melakukan semua pekerjaannya. "Seharusnya kau tahu Elizabeth, semuanya telah kacau."
"Oh. Really? What happen?"
Pria itu terdiam kemudian menghembuskan nafas berat. "Para tahanan yang aku ceritakan kemarin itu, mereka menghilang."
"What? Fuck." Umpat sang wanita yang bernama Elizabeth, dengan pakaian putih menawan.
Tawa kecil muncul dari wajah pria yang sudah pasrah itu. Sedangkan Elizabeth segera menghubungi seseorang, wajahnya begitu serius. Lekuk tubuhnya yang begitu sexsi, dengan tangan kirinya yang tengah memegang sebuah map berkas membuatnya semakin hot.
"Fuck, wanita menyebalkan." Umpat sang pria dengan tangan yang mengusap dagu.
Elizabeth sedikit melirik kearah pria tadi. Kemudian ia menutup panggilan telepon dengan sepihak, "Rasanya aku ingin membunuh mereka."
"Kalau kau membunuh mereka. Maka, aku pun tidak akan segan-segan membunuhmu juga."
Memutar bola matanya malas, Elizabeth menghembuskan nafas panjang. "Sudahlah Brain. Aku akan kembali dua jam lagi, see you."
"Humm."
Elizabeth meninggalkan Brian sendirian di ruangan tersebut. Brian menatap kepergian wanita itu dengan tatapan sulit di artikan, setelah pintu tertutup kembali, Brian mengatur nafasnya berkali-kali.
"Kalau aku tidak waras, sudah aku kerangkeng kau, Elizabeth."
𖥸𖥸
Berita tentang hilangnya lima orang remaja yang di katakan memiliki kekuatan super sudah menyebar kemana-mana. Orang-orang mulai mempertanyakan apa yang sebenarnya terjadi kepada mereka, padahal dulu remaja yang pernah hilang belum juga kembali.
Kini di salah satu cafetaria, seorang barista muda tengah melihat berita tentang menghilangnya remaja-remaja dengan kekuatan super itu. "Sebenarnya apa yang tengah terjadi?"
"Seharusnya kau senang karena para manusia terkutuk itu lenyap." Salah seorang pengunjung datang ke cafetaria sembari menatap sang barista.
Barista muda itu melirik si pelanggan dengan tatapan kesalnya. Ia sudah muak dengan kedatangan pelanggan yang sepertinya adalah orang langganan di sana.
"Ada apa David?"
"Biasa, pelanggan langganan di sini datang dan memasuki pembicaraan ku dengan televisi," Ucap David seraya membereskan meja pesanan.
Teman David melirik orang yang di maksud. Orang itu berdiri sambil memesan minuman pada barista lain, sedangkan David tengah menyiapkan pesanan yang di pesan. Teman David menghela nafas, "Biarkan saja lah. Kalau dia mengatakan hal buruk, aku akan merobek mulutnya."
David seketika melotot saat telinganya mendengar ucapan tajam dari temannya itu. "Kalau bicara yang benar saja, sifat mu yang dulu jangan di bawa-bawa."
Temannya mengedikkan bahu acuh tak acuh. "Aku hanya ingin membantu saja."
"Tapi ucapanmu membuat beberapa pelanggan ketakutan, Daniel." Kesal David pada temannya itu.
Sedangkan Daniel tertawa puas sebelum kembali mengerjakan tugasnya di dapur untuk memasak. David berdecak, kembali mengerjakan semua pesanan yang mengantri daripada harus memperpanjang masalahnya dengan Daniel.
Orang-orang di cafetaria tersebut mulai membicarakan tentang hilangnya remaja-remaja yang sekarang tengah di bicarakan oleh para pembawa acara televisi. Tidak ada yang tahu apa yang terjadi pada mereka, David dan Daniel diam-diam mengetahui sesuatu.
Karena keduanya menyembunyikan senjata di masing-masing saku celana. Hingga saat istirahat tiba, Elizabeth tiba-tiba muncul entah dari mana. "Selamat siang, David Chadwick."
Elizabeth menyapa dengan lembut. David yang awalnya berekspresi biasa kini raut wajahnya begitu tajam, dan terkesan berbeda dari biasanya. Suasana mulai berubah, Daniel datang bersama dengan beberapa pesanan pun ikut terdiam.
"Shit. Kenapa wanita licik itu datang." Gumam Daniel sembari memberikan pesanan.
David menatap tajam kearah Elizabeth. "Kenapa kau datang kemari, nyonya."
Elizabeth tertawa kecil, "Hanya ingin mengunjungi kalian berdua saja." Senyum nya tidak luntur dihadapan David.
"Biar aku tebak. Kau kemari untuk memberikan tugas kepada kami, benar kan?" Daniel menyaut dari belakang David dengan tatapan tajam nya.
"Yes, ofcourse. Does it matter?"
" We refuse. We are busy." Daniel menjawab dengan ekpresi wajah sedikit mengejek.
Elizabeth mendengus sebal. Memang dia tidak terlalu akrab dengan kedua laki-laki di depannya itu, berpikir sejenak akhirnya ia memiliki ide yang langsung membuatnya merasa senang.
"Aku di sini hanya ingin kalian pergi menuju sebuah pulau terpencil." Ucapan Elizabeth membuat David dan Daniel yang awalnya ingin beranjak dari tempat.
David mengkerutkan keningnya. "Pulau?"
Elizabeth mengangguk pelan. "Di sana kalian berdua hanya perlu masuk, menyamar dan beritahu aku soal isi pulau tersebut."
"Tenang saja. Bayaran kalian menanti." Elizabeth menunjukkan koper yang di dalamnya ada sejumlah uang dengan mata uang Dollar.
David maupun Daniel terdiam saling menatap. Meneguk ludah kasar, Daniel berdecak berusaha untuk tidak mengeluarkan emosinya. "Tidak ada kah orang selain kami?"
"Maybe. Tapi di sana kalian akan tahu sesuatu."
Daniel terdiam lagi. David sendiri melihat kearah Elizabeth, mencari titik kebohongan atau mungkin rencana licik dari wanita tersebut. Namun nihil, ia tidak menemukan kebohongan atau apapun itu dari Elizabeth, yang artinya dia benar-benar jujur.
"Baiklah. But, apakah ini berhubungan dengan hilangnya para remaja yang sekarang ada di televisi?" Daniel akhirnya setuju, tapi dengan di iringi pertanyaan.
David terkejut, mulutnya mengganga mendapati temannya yang malah setuju dengan rencana Elizabeth. "Fuck, temen biadap, temen biadap."
Elizabeth mengangguk setuju. "Correct, aku hanya ingin tahu apakah mereka di bawa ke pulau itu atau tidak. Itu saja."
Akhirnya Daniel menjabat tangan Elizabeth untuk menyetujui permintaan tersebut dengan di akhiri omelan besar-besaran dari David, karena sebenarnya keduanya sudah menjalin kontrak dengan orang lain. Namun Daniel dengan cepat menerima permintaan dari Elizabeth secara mentah-mentah.
"Kau ini!!!"
"Mianhae, but kita butuh uang tambahan." Kata Daniel cengengesan.
David menghela nafas kesal. "Tapi engga begitu juga Daniel Benedict. Kita sudah di mintai kerjasama dengan orang lain."
"Tapi aku sudah punya rencana, David. Kau hanya perlu melihatnya saja nanti."
"Ah terserah mu saja lah." David benar-benar lelah menghadapi temannya itu untuk yang kesekian kalinya.
ʚ 𝐌𝐄𝐌𝐏𝐄𝐑𝐊𝐄𝐍𝐀𝐋𝐊𝐀𝐍 ɞ
╰ 𝐆𝐞𝐧𝐫𝐞 𝐓𝐚𝐦𝐛𝐚𝐡𝐚𝐧 ╯
┗ Dark Romance ┛
𝐑𝐄𝐀𝐃𝐘 𝐅𝐎𝐑 𝐀𝐃𝐕𝐄𝐍𝐓𝐔𝐑𝐄
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro