Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

lima

Yunseong menggendong tubuh Yeji ketika sang pemilik tak kunjung bangun dari tidur nyenyaknya. Bukan lagi simulasi mati bego, emang dasarnya tubuh Yeji lagi gak fit. Tebak apa yang terjadi setelahnya? Yeji masuk ke rumah sakit karena Demam Berdarah ditambah tifus dua hari setelahnya dan tiga hari izin tidak masuk sekolah.

Awalnya satu keluarga ditambah Renjun bingung siapa yang jagain dia di rumah sakit, soalnya Minhyun juga dadakan dapet tugas di luar kota selama seminggu dan pada akhirnya yang mengalah itu Yunseong.

Jangan ditanya kenapa Hyunjin enggak ikut, dia di rumah lagi jadi babu :") cuci piring, cuci baju, sapu rumah, siram kebun, pel, buang sampah, pokoknya itu amanat Papah mereka pada anak bandel itu sekalian ancam kalau gak dikerjain uang jajan dipotong 90%.

Dan sebenernya, Yunseong dan Hyunjin juga ikut merasa tidak sehat. Ikatan anak kembar —orang bilang kalau sakit satu nanti lainnya juga ikutan.

Hyunjin seharian bersin-bersin dan badannya agak hangat, sementara Yunseong kepalanya merasa berat dan suhu badannya juga sama seperti Hyunjin. Tapi karena dia udah izin sama wali kelas buat jagain Yeji, maka ia jadi kek ikutan dirawat di rumah sakit —tapi cuman minum obat aja buat pereda nyeri sama penurun panas aja sih.

"Jin, ke sini beli buburnya Mang Kasep ya."

"Ah, gue terus yang jadi babu di sini."

Saat ini keduanya —Yunseong dan Hyunjin sedang bercakap lewat telepon, ya menanyakan satu sama lain dan Yunseong juga meminta Hyunjin untuk membelikan makanan.

"Heh, kasihan Yeji, Bego. Lo gimana sih jadi kembaran berguna dikit ngapa," oceh Yunseong.

"Sini lo, gantian bersihin rumah yang segede istana negara ini."

"Gue udah sering njir, dasar lo gitu aja lemah."

"Sembarangan."

"Ya udah, apa susahnya beliin bubur depan rumah. Ntar uangnya gue ganti."

"Nah gitu dong."

"Sama kembaran aja perhitungan banget lo."

"Oh harus dong."

"Kalau gitu lo harus ganti total utang lo ke gue. Enam belas kali pesen di Richeese yang Spicy, terus Starbucks delapan kali, ah iya lo sering juga ngemis minta dibeliin Kopi Janji Jiwa. Totalnya sekitar dua jutaan kok," jelas Yunseong membuat Hyunjin skakmat.

"An? Jirrrrr."

Modelan Hwang Hyunjin emang harusnya dibikin skakmat, dia tuh atm nya banyak tapi buat gorengan di pinggir jalan aja susahnya minta ampun. Hadeh.

"YA UDAH IYA, KAGAK USAH DIGANTI. PLIS YA UDAH CUKUP MASALAH UTANG SEMPAK ANJIR. GUE GAK MAU—"

Pip!

"Berisik banget emang si dower," gumam Yunseong.

"Kenapa, Seong?" Ini Yeji yang tanya selepas gadis itu baru dari kamar mandi buat ganti baju. Gerah dan lengket katanya gegara kemarin seharian gak ganti baju.

"Duduk dulu, Ji."

Yunseong menuntun Yeji ke ranjang tidurnya hingga berbaring dan menyelimuti Yeji sampai batas pinggang serta memposisikan Yeji agar nyaman.

"Tadi, gue minta nitip Hyunjin buat kesini beli bubur, anaknya minta ganti duit."

"Terus masalahnya apa?" tanya Yeji polos.

"Duit mulu dia. Heran gue," kata Yunseong. "Jangan bilang pas mendiang Mama sama Papa bikin Hyunjin Papa lagi mikirin duit."

"Sinting lo. Ya kali, lagian ya pas Hyunjin dibikin kita kan juga ikutan goblok."

"Lah iya juga ya."

Tidak mengerti dengan isi otak adik bungsunya ini, Yeji hanya menepuk jidatnya merasa Yunseong sudah mulai terinfeksi 0,00001% virus gobloknya Hyunjin. Gak boleh! Yeji maunya Yunseong waras kayak dia, jangan sampai gila kayak Hyunjin.

Tapi ya bener juga sih, lagian Hyunjin mata duitan mulu. Pantesan Papa mereka pusing kalau liat tabungan.

Yunseong mengecek grup dance yang bersama adik kelasnya, dia mendata nama-nama anak baru yang baru tergabung dalam komunitas berkedok extrakurikuler tersebut. Soalnya kalau disebut ekskul juga rada kurang pas aja gitu jadi Yunseong selalu menyebutnya komunitas.

Nama 'Aira' menarik perhatiannya tanpa sadar jari jempol Yunseong mengklik profil gadis tersebut dan melihat foto profilnya yang cantik berbalut dress yang sedang berfoto di pohon sakura.

"Ciyeeeeeee."

Bruk!

"Anjir lo Ji ngagetin aja."

Yeji tertawa. Gegara gadis itu yang bersuara saat Yunseong sedang fokus-fokusnya membuat tangannya tidak seimbang memegang ponsel dan berakhir jatuh. Untung gak ada yang rusak.

Ponsel yang terjatuh tadi ia ambil dan menatap tajam kembarannya yang masih tertawa.

"Lo kepo sama Aira ya?" goda Yeji.

"Hah? Aira? Merk lain Aqua?" bingung Yunseong.

"Bukan lah anyink!" Yeji menoyor kepala Yunseong. "Tadi yang lagi lo stalking lah. Udah ada tulisannya juga."

"Oh.."

"Lo suka ya sama dia?" goda Yeji lagi.

Dia emang suka menggoda Yunseong soalnya diantara mereka bertiga cuman anak terakhir keluarga Hwang yang gak punya kisah manis di percintaan.

Yeji menguncir rambutnya sembari berkata, "dia jomblo kok. Anaknya juga baik, pepet sana. Kasian gue sama lo keliatan banget jomblonya, tapi ya jangan jadi kek si dower juga sih." Selesai itu, Yeji mengambil air putih dari gelas di atas meja.

"Belajar dulu, Ji. Gue mau double degree," kata Yunseong.

"Ck, terserah sih."

"Oh iya, gue buang sampah dulu di luar," ujar Yunseong.

Yeji mengangguk saja. Dilihatnya Yunseong beres-beres ruang inap Yeji yang agak berantakan karena semalam teman-teman Yeji menjenguk gadis tersebut, ulah Haechan, Jaemin, Sunwoo, dan juga Felix yang makan tanpa mau membereskan kegiatan mereka.

Yunseong mengumpulkan sampah menjadi satu dalam trashbag kecil lalu pergi ke arah pintu keluar.

Ceklek

"Lo?"

"Hmm?"

"Kok lo di sini?"

Yunseong melirik ke dalam. "Ji, ada tamu. Gue mau beli makan dulu ya."

"Siapa?" tanya Yeji dari dalam.

"Ketemu sendiri nih. Nanti kalau Hyunjin dateng, bilangin ya gue mau gofood McD ya," kata Yunseong.

"Nitip!"

"Ish, iya-iya." Yunseong mendumal karena Yeji belum sembuh malah nitip makanan seperti itu. "Kalau mau ngobrol sama orangnya di dalem aja, gue cabut," tutup Yunseong sembari menepuk pundak orang itu lalu pergi setelah membuang sampah.

"Untung dapet pahala berbuat baik kepada kembaran sendiri," gumam Yunseong namun masih bisa terdengar oleh orang itu.

Masih di depan pintu ragu untuk masuk dia sedikit terkejut dan bingung. Namun pertanyaan yang ia ingin tanyakan kepada Yunseong sementara disimpannya dalam hati, nanti kalau waktunya tepat.

Dia membuka pintu kamar inap Yeji sambil tersenyum tipis.

"Hai, Ji."

•●○●•

Ini Minggu pagi, wajar saja kalau jalanan agak ramai. Tapi yang gak wajar itu ramainya jalanan gak bisa buat mengisi kekosongan hati seorang Hwang Yunseong yang sedang asik bengong menunggu pesanannya jadi.

Kayaknya dia menyesal dateng kesitu, isinya para bucinners stadium 4. Beberapa menit yang lalu juga dia mendapatkan pesan dari sang Papa. Gak begitu panjang sih tapi lumayan penting.

Komandan Negara Hwang
Seong, tolong jagain puding jelly punya papa di kulkas ya😭🙏🏻 yang puding jelly Frozen juga jangan sampai dimakan kembaran berbibir 5 cm itu ya? Nanti uang jajannya papa kasih lebih deh👍🏻😭

Emang sih, gak salah. Tapi ya— kapan papanya berhenti ngemilin puding jelly? :(

Yunseong malah membalas pesan Minhyun jadi hanya me-read dan menlock ponselnya. Tidak berselang lama pesanannya sudah dibuat, dan ia langsung membayar dengan kartu atmnya. Lagi gak ada duit cash jadi males ambil padahal atm ada di sebelah McD.

Dia aslinya mau beli cuman buat dirinya sendiri, namun berhubung Yeji nitip, Hyunjin orangnya iri dengkian soal makanan mewah dan tadi ada tamu, jadi Yunseong beli sekalian 5 bungkus.

Kalau duit habis ya bodoh amat sih, Minhyun gak bakal marah karena dia bukan Hyunjin yang doyan foya-foya.

Dengan terburu-buru karena Hyunjin berbuat ulah lagi akibat pesan yang baru beberapa menit yang lalu masuk membuatnya menepuk jidat dan ngomong 'GOBLOK' yang kenceng sama kembarannya itu.

"Astaga!" Kalimat itu langsung keluar dari bibirnya tatkala melihat posisi Hyunjin sekarang. "Jangan belok, Jin! Papa ntar bakal lebih marah bego!"

Hyunjin langsung berdiri dan menoyor kepala adiknya. "Sembarangan lo. Gue masih ngincer Laras jadi masih waras ya!"

"Btw, kalian berantem?" Yunseong menunjuk Hyunjin dan orang yang di belakangnya.

"Gue kira dia dedemit, jadi gue ngajak gelud."

"Emang gobloknya lo dari proses lo dibuat ya."

"Kan bareng elu juga sapriiii."

"DIEM!"

Hiii, Yeji kalau udah teriak serem. Padahal anaknya lagi sakit tapi tatapannya itu loh kek mau bunuh mereka pelan-pelan.

"Santuy dong, Ji. Nih gue dah beliin kalian semua makanan. Tapi Ji, ini dimakan nanti. Makan bubur dulu, obatnya ntar gue siapin," kata Yunseong meletakan plastik yang digenggamnya di bawah lantai.

Lalu, dia mendekati orang yang kini terdiam menyaksikan bagaimana ketiga orang ini berbicara enteng satu sama lain.

Yunseong menyodorkan tangan bermaksud mengenalkan diri. Orang tersebut langsung sadar dan membalas uluran tangan Yunseong. Gileee, tangan Yunseong alus cuy, kata orang itu di dalem hati.

"Kenalin, Hwang Yunseong. Panggil aja Yunseong. Lo kepo kan gue ini siapanya Yeji?"

"Kok lo tau.." Orang itu bahkan hampir tidak percaya setelah Yunseong mengucapkan kalimat ini.

"Gue kembaran dia. Jadi, Yeji, Hyunjin dan Gue ini kembar gak identik."

BRAK!

"HAH?! JADI KALIAN INI KEMBAR?!"

T B C

Hayo yang kangen Hwang Family angkat tangan👀 Sebenernya mau ke konflik Yunseong tapi hampir lupa alur gegara banyak tugas kuliah :(

Enaknya Yunseong nanti gimana nih?

1. Malu-malu kuchenkkk

2. Malu-maluin

Wkwkwkkwkwk

Dahlah, aku mau fokus UAS dulu gaes.
Sampai ketemu di chapter selanjutnya~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro