Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

᭝ּ໋᳝݊Angel's Sorrow

"Lapor. Ichiyou Higuchi desu. Saya menemukan lokasi Arina-san, Boss. Dia di rumah sakit pusat Yokohama."

" ... Apa yang terjadi padanya?"

"K-keguguran, B-boss ... "

Ponsel mahal Mori hancur seketika. Diremas bahkan dibanting secara keras ke lantai. Dan setelah puas meluapkan amarah pada benda apa saja yang ada di sekitarnya pun ia segera menuju ke lokasi Arina dengan segala emosi yang tak kunjung mereda.

Jantung yang berdetak lebih, dada terasa sesak sekali, kepala panas saking frustasi, keringat dingin pun mulai mengucur dari dahi Mori, karena banyaknya emosi yang bercampur dalam diri. Semuanya meluap begitu saja dalam bentuk amarah pada siapapun dan apapun yang menghalangi. Bahkan Mori tak bisa menahan sabar dalam mobil yang sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit.

"Lebih baik kau mati bersama dengan janin yang tidak kau jaga dengan baik!" Sungguh Arina membuat Mori tak karuan saat ini.

Kabar mengenai kandungan seorang Arisuin Arina yang telah mati pun telah berlalu sejak sepuluh menit tadi. Namun, sepuluh menit itu tidak dapat dengan mudah menghapus rasa sakit Arina dalam hati. Sebagai seorang calon ibu dari janin, tentu ia merasa amat sangat sedih sampai-sampai ia memilih mati daripada merasakan sakit dari kehilangan seorang calon bayi.

Terlebih Arina harus menghadapi Mori. Tangannya jadi terasa lebih dan dingin. Ia jadi banyak mengeluarkan keringat saking takut akan apa yang terjadi antara dia dengan Mori nanti. Sungguh sebuah kesedihan malaikat yang tiada akhir.

Seketika pikiran Arina tentang Mori pun buyar kala seseorang datang secara tiba-tiba yang membuatnya menoleh dengan was-was. Arina lega, ketika yang datang hanyalah seseorang yang sempat menyelamatkan nyawanya. Seseorang yang merupakan mantan Port Mafia. Seseorang yang sempat dibenci Arina.

Sakaguchi Ango namanya.

Arina cepat-cepat menyeka sisa air matanya.

Netra pria berkacamata bulat itu bertumbuk dengan wanita Port Mafia yang dia selamatkan. Seketika muncul kegugupan yang membuatnya membungkuk 90° dan berkata, "M-maafkan saya karena telah membuat Anda k-keguguran, Arina-san! S-sungguh saya minta maaf! Saya tidak tahu jika Anda sedang dalam masa kehamilan ... " Nadanya penuh dengan rasa penyesalan.

Ah, penyesalan ... Kapan Mori akan merasakannya?

Sementara Arina sempat terkejut, sebelum akhirnya mengulas senyum. "Aku mengerti. Ini hanya kecelakaan, Sakaguchi ... Tidak apa, aku bisa menerima ini ... " kata Arina dengan nada lirih. Ia masih merasakan perih dalam hati.

"Tapi, tetap saja-"

"Kau benar, Sakaguchi Ango-kun. Tetap saja ini bukan kecelakaan biasa."

Sebuah suara berat dengan aura gelap yang terasa dari kalimat yang Arina dan Ango dengar itu mengalihkan dua orang tersebut pada sang pemilik suara. Keduanya sama-sama terkejut dengan kedatangan sesosok bos Port Mafia.

Terlebih Arina yang sudah gemetar di tempat. Sengaja menundukkan kepala daripada menatap tatapan maut Mori Ougai.

"M-mori-san, saya-"

"Keluar." Mori tak perlu penjelasan, ketika dia sudah mengandalkan kepintaran otaknya untuk menganalisis keadaan.

Mau tak mau, Ango keluar. Meski rasanya berat meninggalkan Arina di sana bersama dengan Mori yang dalam mode gelapnya. Entah mengapa ia selalu berada di posisi yang membuatnya menjadi orang yang salah. Selalu gagal dalam melindungi sesamanya.

Pada akhirnya, Ango tetap keluar tanpa sepatah kata dari sana.

Belum sampai sedetik hening melanda pun pintu terkunci, Mori sudah mengambil pisau bedah dari balik jubahnya, menghampiri Arina yang terduduk di ranjang, kemudian menahan paksa kedua tangan Arina di atas kepala, bersamaan dengan teriakan Arina, "AKH!" Ketika akhirnya Mori dapat menancapkan pisau bedahnya pada telapak tangan mulus Arina yang menyatu dan tak bisa lepas.

Perlahan darah segar mulai mengalir bebas dari lubang telapak tangan Arina yang tercipta dari pisau bedah Mori yang tertancap dalam di sana. Wanita itu hanya bisa menunduk dengan tangis yang mengalir deras. "I-ittai ... Mori-san. Mou ii yo ... hiks ... Onegai ... !" Dia memohon untuk dilepaskan.

Tidak dengan Mori yang makin menjadi dalam menyakiti Arina. Tak segan dalam menjambak surai yang selaras dengan netra sang wanita. Pun Mori paksa Arina untuk menatapnya. "Setelah semua kejadian ini kau meminta belas kasih? Setelah semua yang kuinginkan darimu kau hancurkan dalam sedetik?! Setelah semua ini kau berharap dicintai?! Asal kau tahu karenamu aku jadi memiliki aib!"

"Apakah aku pernah berkata tidak pada perintahmu, Mori-san!" Hati Arina sudah cukup sakit dan sekarang akan segera mati rasa. Bahkan sudah, ketika sadar jika dia terlalu buta oleh cinta sampai lupa jika Mori hanya mementingkan obsesinya saja. Arina hanyalah seonggok sampah yang akan segera dibunuh Mori saat ini juga.

Kan?

"Kau menolakku mentah-mentah, aku menerimanya, dan kau menjadikanku mainan pemuas hawa nafsumu pada akhirnya. Dokter macam apa kau ini yang bahkan tidak tahu itu akan berefek pada janin?! Hiks ... Dan ... hiks ... sekarang kau menyalahkanku, membenciku, dan ingin segera membunuhku, kan?! Sejak awal kalau aku tidak mengandung kau akan membunuhku, 'kan?! Kenapa?! Karena aku aibmu! Aib Port Mafia!" Arina tak segan berteriak di depan wajah Mori walau harus banjir air mata.

Mori tersentak seketika. Lara bertambah tiba-tiba.

Perlahan Arina menunduk. "Hiks ... Mori-san, di mana penyesalanmu ... ?"

"Mori-san."

"Terima kasih."

Ucapan tulus Arina pagi ini terngiang kembali. Sama seperti ucapan panjang lebar Arina yang berasal dari lubuk hati. Dapat Mori rasakan kesedihan malaikat yang disebabkan olehnya sendiri selama ini. Mori menyesali meski baru kemarin. Namun, apa kah yang sebenarnya dia lakukan ini, ketika kembali menyakiti Arina saking emosinya tadi? Tidak menyadari atau pura-pura tidak tahu sama sekali?

" ... Sekarang, aku membencimu," kata Arina dengan lirih. Sebuah lirihan yang dapat membuat hati Mori makin terasa perih. Namun, itu tak ada apa-apanya dengan rasa sakit Arina saat ini. Dan tanpa ia sadari, Arina sudah memaksakan diri untuk melepas diri.

"Akh!" rintih keras Arina yang membuat Mori membulatkan mata.

Selain terkejut dengan kekuatan Arina pun Mori kembali dikejutkan dengan tamparan keras dengan darah yang menjadi tambahan. Entah darah dari tangan Arina atau darah dari pipi Mori akibat tamparan keras yang wanita itu berikan.

" ... Karma its a bitch, Mori-san ... " lirih Arina lagi, kemudian mencabut paksa jarum infus yang tertancap di punggung tangannya ini, dan langsung menerobos pergi.

Sementara Mori tak memiliki kesempatan untuk mengejar Arina, ketika sebuah benda tajam dengan permukaan dingin itu menyentuh lehernya.

"Kepalamu akan terputus jika kau mengejarnya, Mori-san," ucap Kouyou selaku pelaku yang menancapkan katananya pada leher sang bos Port Mafia. Ia tidak peduli lagi mengingat aksi gila bosnya pada Arina.

" ... Untuk apa jika kalian berkomplotan membawanya kabur dari Port Mafia? Ah, tidak, lebih tepatnya, membawanya jauh dariku?" ucap Mori yang sadar tidak sadar, percaya atau tidak, ia mulai menundukkan kepalanya. Menatap ranjang yang menjadi tempat beristirahat Arina sebelumnya. Tempat terakhirnya untuk melihat wajah Arina juga. Walau harus dengan linangan air mata yang menyiratkan luka selama bersamanya.

" ... Karma its a bitch, Mori-san ... "

Mori tidak percaya. Ia tidak bisa percaya jika ia sudah banyak kehilangan hanya dalam sekejap mata. Kenapa ia tidak berkata jujur saja? Apakah karma akan memberikannya cinta, keluarga, dan ... Arina?

To Be Continued
Story By LadyIruma

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro