Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

᭝ּ໋᳝݊Angel

WARNING!
Mengandung bahasa vulgar!

Malam yang gelap gulita. Bulan tak menampakkan dirinya. Bintang hanya bertabur di beberapa tempat saja. Cahayanya semakin terang, karena gelapnya langit malam. Namun, hanya beberapa yang menampakkan dirinya di malam yang gelap gulita dengan hawa panas yang tak biasa dari satu tempat.

"Ah- Boss, A-anda terlalu kasar."

"Diamlah ... !"

Seorang boss Port Mafia melakukannya bersama dengan seorang bawahan yang mana mereka tak memiliki hubungan apa-apa selain atasan-bawahan.

Terus melakukannya atas dasar mewujudkan tujuan sang boss Port Mafia yang mana menjadi suatu perintah mutlak bagi seorang wanita yang merupakan malaikat yang menjadi wadah untuk mewujudkan tujuannya.

Tanpa hubungan apa-apa, tanpa ikatan apa-apa. Mereka terus melakukannya demi ambisi sang boss mafia.

Hingga akhirnya, ia menanamkan semuanya pada seorang wanita yang ia anggap sebagai seorang malaikat.

Malaikat yang telah lama ternoda karenanya.

Malaikat yang hanya ia gunakan untuk kepentingan pribadinya.

Malaikat yang tak ia anggap rasa cintanya.

Bagi seorang boss Port Mafia yang menyandang nama Mori Ougai, tujuannya lebih penting daripada cinta tak ternilai dari malaikatnya.

"Cepatlah beristirahat. Aku tidak mau semuanya gagal hanya karena dirimu yang kekurangan tidur."

Bahkan sebelum bossnya menyelesaikan kata-katanya, dia, sang malaikat pun perlahan memejamkan matanya. Terlalu lelah untuk berkata bahkan sekujur tubuhnya lemas.

Permainan bossnya lebih kasar daripada sebelumnya. Membuat energinya terkuras total.

Ah, andai bossnya itu tahu, jika ia lelah. Namun, apa daya ia tak ada hak untuk mengeluhkannya, karena tugasnya hanya satu, yaitu memberi boss-Mori Ougai keturunan agar bisa melanjutkan posisinya sebagai seorang boss Port Mafia.

Kalau saja ia tidak mencintai Mori, ia tidak mungkin membiarkan diri ternodai. Mungkin ia dengan rela mati.

"Apakah cintaku akan tersampaikan suatu saat nanti?"

Namun, karena cinta, sebagai seorang wanita yang telah ternodai pun tak masalah baginya.

Asal dengan orang yang dia cinta. Itu saja.

Tak terasa pagi datang kembali. Sinar mentari pun datang menghangatkan bumi. Memastikan semuanya tersingkir agar semua makhluk hidup dalam memulai hari, tak terkecuali seorang wanita yang masih tertidur lelap, setelah kejadian panas semalam yang terjadi.

Secercah cahaya mentari menyapa kelopak matanya. Namun, bukan berarti ia membuka mata. Meski ia terusik, wanita yang menyandang nama Acaciase Arina ini masih terlelap dengan tenang, bahkan mencari posisi nyaman, hingga indra penciumannya mencium aroma parfum mahal yang sudah bisa ia duga berasal dari mana.

Aroma yang terasa semakin menyengat yang bisa diprediksikan jika sang pemilik aroma makin dekat pun membuat Arina membuka matanya. Pemandangan pertama yang ia lihat adalah bossnya-Mori Ougai-yang telah berpakaian rapi seperti biasa.

"Apakah kau akan terus tidur di atas kasurku?"

Pertanyaan yang dilontarkan dengan nada dingin itu sukses membuat Arina terbangun dengan segera dan mendudukkan diri di kasur secara perlahan. Tak lupa menutupi dada yang tak tertutup sehelai kain pun barusan.

"Ma-maaf, Boss," kata Arina seraya menunduk perlahan.

Nada menyesal Arina tak ada gunanya bagi Mori sekarang. Ia masih menatap rendah wanita yang baru saja disetubuhinya semalam seolah menatapnya bagai seorang manusia terendah alias sampah masyarakat.

"Cepat bersihkan dirimu. Akan ada rapat nanti dan aku ingin kau tetap hadir di rapat itu," ucap Mori yang kemudian memakai kedua sarung tangannya dan membelakangi Arina seraya berdiri.

Arina menatap punggung Mori seolah tak percaya akan ucapannya yang terdengar mustahil untuk ia lakukan tadi.

"T-tapi, Boss, saya-"

"Membantah perintahku?"

Seketika kilatan cahaya dari tatapan tajam Mori terlihat oleh Arina. Membuat wanita itu enggan untuk melanjutkan kata-katanya barusan dan memilih untuk menjawabnya dengan gelengan. Dan tentu saja, setelah ini ia harus membersihkan diri seperti apa yang Mori katakan-lebih tepatnya, perintahkan.

"Akan saya lakukan, Boss."

Rapat baru saja selesai. Ruangan luas dengan ornamen mewah seperti meja besar yang terletak di tengah-tengahnya itu pun perlahan ditinggalkan, hingga menyisakan Arina juga satu orang wanita berkimono di sana.

"Apakah kau ada waktu untuk minum sebentar, Arina?" tanya wanita berkimono anggun tersebut yang membuat atensi Arina tertuju penuh padanya.

"Kurasa ada," jawab Arina.

"Temani aku minum teh kalau begitu."

Arina tahu jika kakinya masih sakit. Namun, ia tetap memaksakan diri untuk berjalan secara normal sedikit demi sedikit yang terkadang membuatnya merintih sakit. Sesekali ia berhenti, sebagai bentuk menetralisir rasa sakit di kaki. Ah, salahkan dirinya yang dengan sukarela menerima ajakan minum teh dengan Ozaki Kouyou barusan.

Yah, meskipun tidak menerimanya pun Arina tetap harus berjalan keluar dari ruang rapat, bukan?

"Kau baik-baik saja?" Kouyou pun bertanya.

Kouyou yang terus mengamati Arina pun terasa aneh melihat cara berjalan Arina yang tak biasa. Tentu saja, ia tahu apa sebabnya. Hanya saja, dia memilih untuk bertanya guna memastikan apakah yang dipikirkannya itu benar.

Arina menatap Kouyou, kemudian tersenyum tipis seraya mengangguk.

Selang beberapa menit, tak ada pembicaraan di antara mereka. Hanya suara esapan teh yang mereka minum sekarang. Arina sendiri merasa enggan untuk bercerita. Entah kenapa moodnya turun mendadak.

Apa mungkin karena perlakuan kasar Mori semalam bahkan pagi tadi?

Namun, keheningan tersebut tak berlangsung lama, ketika pertanyaan Kouyou membuyarkan semuanya.

"Mau sampai kapan?" tanya Kouyou, sementara Arina masih terdiam layaknya membatu.

"Sampai kapan kau akan terus menjadi budak penghasil keturunannya?" Kouyou pun mengulang perkataannya dengan harapan Arina menjawabnya.

" ... Sampai aku bisa memberinya keturunan-"

Jawaban Arinalah yang kali ini membuat Kouyou terdiam. Entah kenapa ada rasa kesal, marah, dan kasihan yang ada dalam hatinya di saat bersamaan.

Sebagai sesama wanita, tentu menjadi seorang penghasil keturunan bukanlah hal mudah bahkan lebih dari sekadar menyakitkan. Bagaimana tidak jika kehormatanmu sebagai seorang wanita suci diambil dan kemudian masih membawa satu nyawa lagi dalam kandungan? Apalagi jika itu adalah Arina. Seorang wanita yang merupakan eksekutif tersembunyi ini telah lama menyimpan rasa pada seorang boss Port Maria, Mori Ougai.

"-dan sampai Boss menyadari jika aku mencintainya."

Apakah ada peluang untuk rasa cinta Arina tersampaikan pada Mori yang tak mengharapkan apapun selain keturunan darinya?

To Be Continued
Story By -MrsIrm

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro