Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Prologue

"Some people think marriage is barely a game. What a shame."

Aku langsung menoleh begitu mendengar kalimat Becca, salah satu jurnalis sekaligus rekan kerjaku, mengomentari tayangan berita di televisi yang menempel di dinding dekat pintu. Jariku berhenti mengetik, ikut menonton sekilas. Pagi ini, ada kabar bahwa dua penyanyi pop asal Amerika bercerai setelah menikah beberapa bulan lalu.

"Mereka menikah karena kontrak," Becca menambahkan dalam bahasa Inggris. "Lucu, ya? Ternyata bukan hanya kerja yang pakai kontrak."

"Kalau pakai kontrak, harusnya serius, kan?" balasku, dan langsung dia bantah.

"Honey, no." Dia menggeleng cepat. "Kalau serius, mereka tidak memilih menikah hanya untuk bercerai tiga bulan kemudian."

Tidak ada hal aneh dalam ucapan Becca. Bahkan, komentarnya benar. Pernikahan itu keputusan serius. Sewaktu dua orang mengucapkan janji pada satu sama lain, tidak tercantum masa berlaku janji tersebut.

It last forever.

At least, it should have.

Yah, seenggaknya pernikahanku bertahan lima tahun. Masih lebih lama.

Kuraih botol minum di meja begitu merasa tenggorokanku mengering, lantas kusingkirkan pemikiran konyol barusan. Bukan saatnya untuk membanding-bandingkan hidup. Lima tahun itu pun agaknya kurang bisa dibanggakan, mengingatkan akhirnya juga ... sama saja.

Baru saja meletakkan kembali air minum, seseorang mengetuk pintu ruangan yang sejak awal sudah terbuka. Dari sana muncul seorang perempuan berhijab. Itu Nisa, reporter di sini, sekaligus salah satu rekanku yang berasal dari Indonesia.

"The meeting will start in 5 minutes," tuturnya. "Why you guys still here?"

Kualihkan perhatianku pada monitor di depan, melihat jam di bagian pojok bawah. "Masih 15 menit lagi, Sa."

"Eh, masa sih?" Dia membalas dalam bahasa Indonesia, kemudian menggantinya lagi ke dalam bahasa Inggris. "Jamku kecepatan ternyata."

Becca mematikan televisi, lalu kembali mendorong kursinya kembali ke meja kerja. "Let's get there. Lebih baik ke sana duluan."

Idenya tak terlalu buruk, mengingat pertemuan minggu lalu, aku harus duduk di dekat senior journalist kami karena sedikit terlambat, sementara tak ada kursi tersisa kecuali di sampingnya. Dan mengingat kejadian waktu itu ....

Aku langsung berdiri. Lebih cepat lebih baik. Aku bisa mencari kursi sejauh mungkin dari Javin. Kalau perlu, aku akan sepenuhnya tutup mulut dan tidak mengomentari apa pun di pertemuan kali ini.

"I'll go down first," ujar Nisa. "Meredith menunggu di bawah."

Baik aku maupun Becca hanya mengangguk, membiarkannya pergi. Namun, baru saja mengambil satu langkah, dia berhenti.

"Dan, oh. Miki."

Aku menoleh. "Kenapa?"

"Mood Javin kayaknya lagi bagus buat diajak pacaran tuh." Nisa mengerling jenaka, sekali lagi bicara dalam bahasa Indonesia, sebelum melangkah pergi. Tentu saja, kalimatnya itu tidak serius. Tapi, candaan tersebut tetap saja mengusikku.

"Pacaran means date, right?" tanya Becca. Kurasa aku tidak perlu menjawab, karena dia sudah sibuk tertawa. "Both of you are so cute when you fight."

Aku memutar bola mata malas. "Really, Beck? I didn't find it cute at all. He is a hardheaded man, and you know it."

"Ada beberapa film roman menceritakan dua orang yang terus bertengkar, tapi pada akhirnya saling cinta," tuturnya lagi sambil terkekeh. Agaknya, khayalan tersebut memancing antusiasmenya. "Percayalah, aku akan jadi tim penyemangat nomor satu jika kau nanti benar-benar berpacaran dengannya."

"Percayalah, itu tidak akan pernah terjadi di antara kami," ujarku sebelum beranjak dari meja, mengambil buku catatan dan pena, sebelum melangkah keluar dari ruangan.

Aku sudah tahu seperti apa rasanya. Bukan hanya berpacaran, melainkan menjalani hubungan yang lebih serius. Dan membayangkan diri kembali melakukan kesalahan serupa dua kali membuatku ingin membanting kepala ke meja. Aku bisa lebih baik daripada itu. Dari semua agendaku hidup di New York, Javin berada pada daftar terbawah.

Hell, namanya bahkan sama sekali tidak tercantum.

No dating, married, nothing. I have no intention to do anything with him. Not anymore.

Jika menurut Becca pernikahan merupakan pilihan serius dan perlu dipikirkan matang-matang, menurutku ada hal lain yang jauh lebih berat untuk diambil: memilih untuk meninggalkan, karena tahu sudah tidak ada apa-apa lagi di depan kecuali kegelapan.

Pernikahanku dan javin contohnya. []

---

Mikaela Devada
28, Investigating Journalist

Javin Sadhendra
30, Seniour Journalist

---

Catatan Arata
(rada panjang, but bear with me, ya):

Hai. Halo. Heyooo! Ur internet alien is coming back ;)

Aku sempat sepik di Instagram kalau pengin bikin cerita serius lagi. I mean, bukannya aku nggak serius nulis ya. Cuman terakhir cerita yang lumayan berat kutulis itu kayaknya Aposteriori, dan itu udah dari 2019 lalu. Dan lagi, aku pengin nulis cerita baru yang visualnya Bebeb Juki, terakhir di Mismatch. I've had some ideas in mind actually, mostly angst LOL. Terus, dari akhir Januari kemarin aku nyoba bikin beberapa AU. Iseng, aku post short AU ini (buat yang belum baca, bisa ke Twitter aja in case mau tahu sebelumnya):

Dan ended up, beberapa responsnya minta ini dipanjangin. Aku jarang sih bikin cerpen, dan kurang lebihnya, konsep short AU itu pun asalnya cukup panjang. So, why not?

Yang jadi pertimbanganku adalah, aku Wattpad based writer, dan lebih terbiasa nulis narasi. Dan karena nggak semua hal bisa aku cut jadi chat atau twit, terlebih cerita ini memuat beberapa hal yang perlu banyak narasi, akhirnya kupilih untuk posting di sini aja. Aku juga bereksperimen sama beberapa hal. Termasuk switching beberapa bab dari masa dulu dan sekarang.

Di bab ini bacanya ngerasa aneh, nggak? Karena cerita ini berlatar NYC, jadi otomatis komunikasi Miki dan orang kantornya nggak pakai bahasa Indonesia. Aku coba akalin dengan bikin dialog bahasa Inggrisnya jadi bahasa Indo yang baku, supaya kalau baca pun nggak mesti sedia kamus terus. Beberapa masih kukasih bahasa Inggris, biar nggak kehilangan kesan kalau ini bukan di Indo, hehe. Aneh nggak? Apa mending dialog yang Inggris jadi Inggris aja?

Anyway, welcome to the train. Siap main bareng? :D

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro