Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Omake : Payung

Yang berlari bersamamu di saat hujan adalah aku.
Namun yang menaungimu dengan payung saat hujan semakin deras, bukanlah aku.

Kuharap kau bertemu orang yang lebih baik dariku, Mafu.
.
.
.
-💧☔💧-

Sebentar lagi ... benar-benar turun hujan tidak, ya ?

Mafu melamun dengan mata sembab. Terduduk di bangku kosong sebuah gang sepi tepat di samping gedung apartemennya.

Matanya gamang akan apa yang sebaiknya ia lakukan setelah ini untuk menyegarkan kembali pikirannya.
Ide untuk tidur sehari penuh sempat terlintas karena desas-desus hujan deras akan melanda dalam waktu yang lama.

"Aah ... kenapa aku tadi bersikap sok kuat begitu di depannya, sih."

Kepala Mafu kembali tertunduk, tangannya menggenggam kaleng minuman dari mesin penjual otomatis.

"Ng ... kau baik-baik saja ? Aikawa ...-san ?" tanya seorang lelaki berambut hitam kebiruan.

"Ah ?" Mafu mendongak, tak menyadari kehadirannya.

Mafu merasa tak asing tentang lelaki di hadapannya. Mungkinkah mereka pernah berpapasan di suatu tempat ? Atau justru tetangga yang satu apartemen dengannya ?

"A-aku ... sedang patah hati," Mafu menyunggingkan senyuman miris pada lelaki yang tak bisa ia ingat namanya itu.

Si pemilik surai gelap itu terdiam sejenak sebelum membalas tersenyum hangat.

"Hoo ... itu hal yang wajar."

"Wajar ?"

"Kalau kita menyayangi seseorang terlalu dalam, hal-hal seperti ini memang seringkali terjadi. Aku juga pernah merasa begitu," tuturnya.

"Orang yang patah hati seperti Aikawa-san, juga berhak untuk bahagia, lho."

Dan ia hadir, dalam konfrontasi yang singkat, dalam hitungan menit rasa sakit Mafu teralihkan begitu saja.

Kalimat barusan, yang terucap dari seseorang yang ramah, yang berinisiatif menghiburnya, yang Mafu bahkan tak mengingat namanya— telah berhasil meruntuhkan segala kebimbangannya.

"Pasti ada orang yang menunggumu patah hati, dan akan menyukaimu sepenuh hatinya."

"Eh ? Benarkah ?"

Lelaki itu mengangguk.

"Jangan bersedih lagi, ya. Tetaplah tersenyum hingga pertemuanmu yang berikutnya."

Mafu yang kegelisahannya telah terhapuskan, kini beban beratnya juga seakan telah terangkat begitu saja.

Berkat ucapan seorang yang asing ini.

"Ah, kalau Aikawa-san masih ingin di sini, kau bisa pakai ini," ujarnya sambil menyerahkan payung berwarna putih transparan pada Mafu.

Mafu menerimanya ragu-ragu. Langit diatas sana memang mulai menandakan turunnya gerimis.

"Aku duluan. Sampai jumpa, kapan-kapan kita 'ngobrol lagi, ya, Aikawa-san !"

Seiring menyerukan kalimat itu, si figur yang tak Mafu ketahui namanya mulai berlari meninggalkannya. Menerjang gerimis seusai melambaikan tangan pada Mafu.

Semua terjadi begitu cepat, Mafu bahkan belum tahu apapun tentang lelaki yang nampak lebih tua darinya tadi.

"Aku bahkan belum sempat menanyakan namanya ... —eh ?"

Mafu yang baru saja memakai payung itu menyadari sebuah dompet tergeletak di dekat bangku tempatnya duduk.

"Apa ini milik orang yang tadi ?"

Mafu meraih dompet itu kemudian membuka dan mendapati sebuah kartu nama di dalamnya.

"So ... raru ?" selain foto, Mafu membaca nama si pemilik kartu.

Ah, ternyata memang orang yang sama. Jadi, namanya Soraru.

Mafu memasukkan dompet itu ke saku coat-nya. Tak ia sangka juga bahwa lelaki tadi tinggal satu lantai di atas apartemennya.

Mafu akhirnya berhasil mengingat sesuatu tentang lelaki ini.

Mereka sempat berpapasan kala Soraru sepertinya baru pindah ke apartemen itu, sementara Mafu sedang terburu-buru menemui Luz dan Amatsuki di Yoyogi Park tempo hari.

"Huft. Sok menasehati aku, padahal dia sendiri juga ceroboh," gumamnya kemudian terkekeh.

Mafu akhirnya kembali tertawa, setelah akhir-akhir ini dirundung rasa sedih. Mafu melirik kanopi payung transparan di atasnya.

Secara tak sadar, ia menghela napas sebelum wajah manisnya dihiasi senyuman tipis mengingat pertemuan singkat mereka tadi.

"Yah ... lagipula aku juga harus mengembalikan payung ini padanya."
.
.
.
.
Setelah hitung mundur patahnya hati berakhir, akankah muncul kembali hitungan munculnya momen-momen kebahagiaan ?

Bisa jadi.

Selama si penghitung terus melangkah ke depan,
kesabarannya pasti akan berbuah indah.
-♡❤♡-

-OWARI-

Ichika's note :
Terima kasih untuk yang sudah mampir, membaca, dan menyempatkan diri untuk vomment miniseries birthday fic Mafu ini^^
Entah kecanduan atau apa, aku suka nulis yang tokohnya heartbreaking—
Sampai ketemu lagi di karya-karya Ichika berikutnya  ・ᴗ・)♡

Ichika
17.10.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro