Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

4. Detik Akhir

Hubungan ini sudah berakhir.
Tak bisa lagi kupaksa untuk melanjutkan.
Jadi, mari akhiri saja hitung mundurnya.

-♡💔♡-

Seminggu setelah hujan hari itu, Mafu putuskan untuk menghubungi Luz lagi.

Waktunya bersama Luz telah berakhir.
Dan Mafu sendiri tak tahu untuk apa lagi ia berusaha.
Menyambung kembali hubungan yang putus ? Sepertinya akan sulit.

"Jadi ... bagaimana kabarmu ?"

"Seperti yang kau lihat, Luz. Keadaanku ... tidak begitu baik."

Hening sesaat di antara mereka.
Tatapan Mafu yang sendu terarah pada cangkir tehnya. Mungkin ia merasa belum sanggup memandang Luz lagi.

"Rambutmu ... sudah bertambah panjang ya."

"Hng ?"

"Masih belum sepanjang saat kau shooting MV untuk single-mu, sih."

Luz tertawa kecil mendengar itu.
"Ah, kau lambat sekali menyadarinya."

"Tidak ingin kau panjangkan lagi ?" tanya Mafu.

"Hmm ... entahlah. Kau sendiri, kapan akan berhenti mengganti warna rambutmu ? Kau pasti punya banyak wig sih, ya."

Ah ... kalau diingat lagi ...

Aku sangat menyukai ekspresi lembut yang ia tunjukkan padaku.

Mafu tersenyum miris.
Kalau boleh jujur, ia sangat merindukan saat-saat Luz berekspresi begitu saat bersamanya dulu.

"Hubunganmu dengan Amatsuki-kun ... sudah sejauh mana ?"

Luz mendadak terlihat gugup, ia memegang dagu dan nampak berpikir sejenak.

"Awalnya pihak agensi yang menjadwalkan kolaborasi kami. Tapi lama kelamaan ... kami jadi sering bersama. Dan saat itu aku semakin sibuk dengannya ketimbang menghabiskan waktuku denganmu," tutur Luz.

Mafu tertunduk, tangannya gemetar menggenggam cangkir teh hangat itu. Jadi selama ini, hanya ia sendiri yang menunggu Luz senggang dari kesibukannya ?
Mafu menatap nanar Luz di hadapannya.

"Padahal ... seandainya kau katakan dari awal ... aku tak akan menunggumu. Dan aku bisa mengakhiri ini sejak awal."

Bukannya membaik, luka di hati Mafu justru seakan semakin melebar.

Dengan begitu ... setidaknya aku tak akan merasa sesakit sekarang ini.

Kakinya bagai bergerak sendiri, meninggalkan Luz dari cafe itu menuju dinginnya jalanan kota Tokyo malam hari.

-♡💔♡-
Akhirnya kukatakan.

Sekarang segalanya benar-benar berakhir.

Waktu yang ku mulai bersamanya, sudah terhenti.

Meski dari hati terdalam, aku tak rela kehangatan yang kudapat bersamanya berakhir.

Aku sungguh tak rela.
-♡💔♡-

"—MAFU !" seru Luz dibelakang ku.

Setelah semua luka yang ia tinggalkan ... kenapa ia masih saja mengejar ?

"Harusnya ... kau tidak usah mengejarku. Sia-sia saja, Luz," ujar Mafu.

Alisnya berkerut frustasi, matanya sudah terasa panas dan mungkin sebentar lagi tangisnya tak terbendung.

"Pada akhirnya kau lebih nyaman bersama Amatsuki."

"Mafu...."

Aah ...
Aku sudah tak tahan lagi.

"Kenapa kau memilihnya !? Dia bahkan sahabatku sendiri ! Kau juga tahu itu !"

"Mafu-"

"Kenapa aku ... ukh- kenapa aku tak bisa jadi sepertinya !? Kenapa aku tak sadar kalau kau merasa jenuh dengan hubungan kita !? Kenapa hanya aku sendiri yang—"

"MAFU !!"

Sekali lagi, Luz menarik Mafu kedalam peluknya. Seperti yang dulu sering ia lakukan saat Mafu terlarut dalam sedih.

Jemari Mafu menggenggam lengan atas jaket Luz yang hangat.
Wangi parfum lemon Luz yang familiar memasuki indra penciuman Mafu.

"Kau bisa berhenti, Mafu ... akulah yang bersalah."

Akhirnya, setetes air mata Mafu lolos dari sepasang ruby indah di wajahnya.

"Aku dulu sangat menyukaimu. Tapi ... semakin lama ada jarak yang membentang diantara kau dan aku."

Mafu diam, tak menyahut dalam pelukan.

"Aku tak bisa meneruskannya lagi bersamamu. Maafkan aku."

Untuk kesekian kali, Luz meminta maaf dari Mafu. Dan Mafu sendiri masih ragu atas kejadian yang terlalu tiba-tiba begini.

Ini bukan salah sahabatnya.
Mafu sendiri, yang juga semakin sibuk terkadang mengabaikan ajakan Luz sekedar untuk makan bersama.

Waktu kebersamaan mereka semakin terbatas karena kesibukan masing-masing.

Hati Luz yang sama lelahnya dengan Mafu, jadi tersembuhkan oleh kehadiran Amatsuki.

Dan Mafu,
mungkin butuh waktu,
tapi suatu saat ia akan bertemu seseorang yang membantu mengobati luka di hatinya.

Mafu melepaskan pelukan Luz. Luz memandangnya sendu, memandang mantan kekasihnya yang memaksakan bibir itu tersenyum.

Senyuman Mafu yang terpaksa, bagian dari perpisahan, kesedihan, dan salah satu langkah pertamanya untuk merelakan.

"Terima kasih sudah jujur padaku."

Aku tak sanggup melanjutkan hubungan yang terlanjur retak.

"Baiklah. Hubungan ini ...
kita akhiri saja."

-♡💔♡-

Ichika's note :
Terimakasih sudah sempat mampir ke karya Ichika.
Masih akan ada satu bonus chapter/omake^^

Ichika
16.10.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro