Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

2. Derasnya Hujan

"Luz ! Amatsuki-kun !

"Mafu ? Kenapa kau ada di sini ?"

"Bukankah seharusnya aku yang menanyakan itu pada kalian ?"

—————

Hujan rintik-rintik menjadi pemandangan yang menghiasi luar cafe.
Akankah semakin deras ? Siapa yang tahu.

Akan tetapi saat ini Mafu tak tertarik pada aroma tanah basah atau pada alunan gemericik air di luar sana.

Pandangannya tertuju pada teman dan seseorang yang berstatus pacarnya di depannya ini.

Belum lama sebelum hujan turun, Mafu tiba di Yoyogi Park lalu menemui Amatsuki dan Luz yang ternyata memang sedang bercanda tawa di sana.
Kemudian pembicaraan mereka berlanjut di cafe yang tak jauh dari taman. Suasananya lumayan canggung, tentu saja.

Luz yang seharusnya hari ini berangkat ke Shizuoka, justru Mafu dapati tengah bersama Amatsuki tanpa mengabari terlebih dahulu.

Mereka yang semakin lama jarang berkomunikasi empat mata pun merasakan adanya kerenggangan dalam hubungan ini.

"Luz, apa ini alasanmu sulit kuhubungi akhir-akhir ini ?" Mafu kembali mengawali pembicaraan.

"Aku sendiri, juga merasa ada sesuatu yang berbeda dalam hubungan kita."

"Begitukah ? Aku mendengar kabar tidak mengenakkan tentang hubungan kita dari temanku. Tapi aku tidak ingin percaya. Aku ingin mendengarnya ... langsung dari mulutmu," tutur Mafu.

Amatsuki bungkam, Luz menarik napas berat sebelum kemudian menatap sendu manik mata Mafu.
"Hubungan ini ... kita sudahi saja."

"Apa ?"

Sepotong kalimat yang tidak pernah Mafu harapkan pun terlontar.

Syok bukan main, tentu saja.
Mafu merasa lidahnya kelu untuk bertanya lebih jauh.

Ia takut.

Sangat takut.

Terlalu takut mendengar jawaban dari bibir Luz yang mungkin akan lebih menyakitkan bila ia bertanya lebih jauh.
Sepertinya manik kemerahan yang mulai pudar cahayanya itu tak sanggup membendung air mata lebih lama lagi.

"Maafkan aku, tapi aku ... —perasaanku padamu sudah tidak seperti dulu lagi, jadi—,"

"Ah ... Baiklah, aku mengerti."
Lelaki itu bangkit, mengenakan syalnya kemudian memaksakan diri untuk tersenyum.
Semakin ia mendengarkan penjelasan Luz, semakin tak kuat dirinya menahan sakit.

"Mafu...." Amatsuki menatap sahabatnya yang sudah bersiap meninggalkan tempat itu dengan ekspresi tak tega.

"Aku baik-baik saja ! Meski begitu, kita tetap berteman baik, ya ! A-aku ... kebetulan sedang ada urusan... Nikmati waktu kalian !"
Mencoba menguatkan hati, ia beranjak, berbalik meninggalkan kursinya. Setetes air mata akhirnya lolos tak terbendung.

"Tu-tunggu— Mafu !" seruan Luz tak didengarnya.

"Mafu ! Tunggu sebentar, Mafu !"
Khawatir pada kondisi si lelaki bersurai putih, Luz menarik pergelangan tangannya.
Matanya membelalak kala Mafu berbalik, dengan kondisi yang berlinang air matanya.

"Mafu —kau menangis ?"

"Jangan khawatirkan aku, aku akan baik-baik saja !"
Tersenyum miris, Mafu kembali menyanggah dan mencoba melepaskan diri dari Luz.

"Tapi, Mafu— aku sungguh minta maaf."

Apapun yang Luz katakan saat ini, bagi Mafu tak akan mampu mengobati sakit hatinya.
Tak cukup.
Rasanya sakit sekali.
Perih, namun tak satupun darah mengalir keluar. Hanya air mata.

"Lepaskan aku ... aku akan baik-baik saja. Luz, kumohon...." lirihnya hingga kemudian Luz melepaskan genggamannya.

"Mafu ...

Sosok itu berlari meninggalkan keramaian, menerjang hujan di luar berharap air matanya tersamarkan bersama tetes hujan yang membasahi wajah.

Maaf."

"Hatinya bukanlah taman bermain, Luz. Ia juga bisa hancur. Seharusnya kau tahu itu," ucap Amatsuki dengan kepala tertunduk. Ia sendiri merasa tak nyaman karena sudah tentu ikut andil menjadi penyebab kesedihan Mafu.

"Aku tahu. Tapi ... aku hanya akan semakin menyakitinya jika ia terus bersamaku."

.
.
.
.
.
-Hujan hari ini, justru menjadi saksi perpisahan kita.
Terlalu deras mendera,
terlalu berat bagiku untuk melepas lara-
.
.
.
.
.

-TO BE CONTINUED-

Ichika
9.10.18

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro