Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

33. After It -2

"Gitu belagu banget, tuh bocah." komentar Fio kesal.

Mengingat perlakuan Abel yang selalu membully murid lenald high mengatakan bahwa dibawah standart lah blabla.

Keempat lainnya barusaja berpergian dari rumah Abel. Rumahnya tak kalah sederhana, bahkan gadis itu sedikit malu karena kedatangan mereka.

"Ya lo ketipu sama model dia." Riko yang sedang menyetir membalas perkataan Fio.

Si pemilik mobil --Alfian berada di dekat si pengemudi.

"Awas aja lo kalo cewek gue kenapa-kenapa." Arsen sengaja menyengol Fio yang duduk disebelahnya.

Lagi-lagi Arsen mengatakan itu. Fio tau karena salahnya, karena Alexa terakhir kali bersama Fio. Ia tau Arsen juga peduli dan khuawtir. Tapi kali ini, lelaki itu tak berhenti mengatakan kalimat sama, membuat Fio mengeram kesal.

"Lo kenapa sih nyalahin gue mulu? Tuh Alfian yang punya adik aja gak ribet kayak lo." lirih Fio malas.

Begitu juga teman-teman Arsen yang awalnya tidak tau, hari ini ialah penuh kejutan. Keduanya memang berhasil menutup identitas mereka.

Alfian tuh kakak ipar lo, Seen." balas Riko bercanda.

Sebenarnya Riko sudah curiga dari awal, apalagi mengetahui keberangkatan Alfian bebarengan dengan gadis nerd itu. Alexa. Nyatanya Alfian mengelak bahwa tidak sengaja bertemu.

Bermula dari sana, diam-diam Riko mengamati interaksi keduanya. "Kita semua kena prank!"

"Gue engga." Fio tertawa membalas perkataan Riko.

Drrtt.

Sang pemilik mengangkat telponnya. Itu ialah panggilan dari Arlan.

"Lo sombong amat sih, chat dari kakak lo yang ganteng ini, ga di bales." ujar Arlan di seberang sana dengan nada bergurau.

"Gue sibuk. Lo ngirim apaan? Penting?"

"Lebih dari penting. Gue send lock."

Alfian yang mendengar suara Arlan pelan terpaksa mengerutu. "Apaan sih, suara lo pelan."

Lalu Alfian me-speaker pangilan.

"Gue send lock lokasi Lea." ujar Arlan.

Ketiga teman lainnya yang mendengarkan itu mengalihkan arah menatap Alfian, menunggu informasi selanjutnya.

"Baru bisa dilacak nih, bange." nada Arlan memgerutu kesal.

Padahal Alfian ingin berkata 'kenapa lo gak bilang daritadi'

"Gitu doang? gue matiin." ujar Alfian segera membuka pesan dari Arlan.

Sedangkan Riko sudah berbalik arah.

"Lo matiin skrg, gue hapus pesan."

Alfian berdecih sambil mendengarkan suara Arlan di telepon.

"Jalan satu-satunya kalian harus kesana. Si brengsek udah ningalin di lokasi ini kurang lebih satu setengah jam yang lalu."

Tin..

Usai mengatakan itu, Arlan memutuskan sambungan sepihak. Lelaki itu tertawa sedikit mengoda adiknya.

Lokasi mereka baru terlihat, usai pelaku balik ke kediaman mereka masing-masing. Mungkin karena sinyal dan tempat disana tidak mendukung.

"Kalian coba hubungin yang lain, suruh langsung ke lokasi. Ntar gue send lock." tutur Alfian menoleh ke arah Fio dan Arsen.

Arsen memberikan ponselnya segera sudah menghubungi nomer Vino.

"Kalian buruan balik, gue udah send lock. Kita nyusul kesana." ujar Alfian lalu menutup pangilan.

Kemudian Alfian memberikan ponselnya kepada Riko seusai meneruskan pesan dari lokasi yang dikirim Arlan ke ponsel Vino.

Riko memperhatikan petunjuk dari gogle map. "Perbatasan kota?"

"Gilak jauh banget, Bang."

"Niat banget, tuh, bocah."

"Gaada akhlak."

***

Semakin malam, cuaca tak bersahabat. Dingin. Tempat ini asing dan sepi. Apalagi batu nisan disekitarnya, membuat gadis itu takkalah ketakutan.

Alexa takut jika larut malam nanti, orang yang berpenghuni menampakan diri dihadapannya. Lagi-lagi Alexa sedikit porno ke dunia lain.

"Bintang, lo jahad banget sih, emang klo gue disini terus lo gak kasihan apa,"

Alexa terkadang berbicara kepada bintang yang paling terang, namun ia tau bintang itu benda mati, dan tak dapat menjawab maupun membalas perkataan.

Hari semakin malam, gadis itu masih berteduh di bawah pohon. Tak bisa yang ia lakukan selagi meratapi nasib dihari ini dan juga mengamati benda angkasa.

Bintang

Bulan

***

Riko yang mengetahui mobil milik Vino sudah mendekati lokasi, segera melambaikan tangan ke arah lelaki itu.

Disana ada Daffa, Vino, Regal dan Seo. Keempatnya juga ikut membuka kaca spion. Vino memang menunggu kedatangan yang lain, karena memasuki pemukiman. Pelan sedikit, ngebut sedikit bisa-bisa diprotes oleh warga.

Kini Vino yang menyetir mobilnya mengikuti mobil yang dikendarai Riko.

"Ini masuk gang?" tanya Riko.

Alfian mengangguk. "Ikutin aja."

Hampir dua jam dalam perjalanan, karena macet. Tak lama, Riko memakirkan mobilnya di sebuah tempat pemakaman sesuai petunjuk.

"Lo gak salah, kan?"

Riko yang barusaja menyadari bahwa ini ialah tempat pemakaman terakhir, lelaki itu kembali mengecek petunjuk dari gogle map. "Bener kan?" tanyanya memastikan.

Arsen terlebih dahulu bergegas keluar diikuti lainnya. Begitu juga dengan teman lainnya di mobil Vino.

"Lo gak gak salah alamat kan?" Seo menghalangi langkah Riko dan Alfian yang barusaja keluar dari mobil.

Seo memeluk bulu kuduknya. Tidak sengaja lelaki itu mendengar suara. "Fin, kok gue denger dari sana manggil lo ya?"

"Dasar lo penakut."

Disaat teman lainnya bersorak, Alfian sejenak mengalihkan arah memperhatikan tempat yang mereka tuju ini.

Arsen yang terlebih dahulu mengetahui keberadaan Alexa, memberitahukan mereka terlebih dahulu.

"Itu Alexa, dodol!" ujar Arsen yang kini didekat Alfian.

Alfian buru-buru menghampirinya, seusai menjitak Seo, "Hantunya cantik, mau ngikuti lo."

Dari sana, kedatangan dua mobil itu buru-buru Alexa mengalihkan arah. Mobil yang tak tanpak asing. Memang itu mobil milik kakaknya. Alfian.

"Bang.."

"Bang Alfian!"

Alexa terus memangilnya meskipun mereka-mereka tak kunjung menoleh. Kadang Alexa memangilnya dengan nada horor.

Nyatanya, Arsen terlebih dahulu menegok keberadaannya. Tak lama Alfian terlebih dahulu mengarahnya, diikuti oleh teman-temannya tak lupa Fio mengikuti para lelaki itu.

Alexa yang memperhatikannya dari kejauhan sedikit merintikan air mata. Mereka sangat peduli kepadanya.

"Dek. Lo gapapa kan?" ujarnya pelan lalu melepas ikatan tali di tangan adiknya terlebih dahulu.

"Lepasin dong. Pliss." ringis Alexa kepada mereka.

"Dede Lea, gapapa kan?" Regal melepaskan ikatan tali digadis itu sambil mengodanya.

Tak lama semua ikatan tali di tangannya maupun kaki kini telah tiada namun gadis itu masih bersender di bawah pepohonan memeluk lututnya.

"Kalo gue gapapa, gak mungkin bisa disini." jawab Alexa. "Lo kira gue nyasar apa."

Saat ini mood gadis itu memang bukan waktunya bercanda.

"Maafin Fioo." Fio memeluk sahabatnya itu.

Alexa segera melepaskan pelukan itu, "Apaan sih, peluk-peluk kayak teletabis, tauk!"

"Berpelukan!" seru Vino menirukan gaya teletabis.

Dua orang didekat Vino yan kena aksi pelukannya, menirukan gaya teletabis pun tak kalah mencibir. "Najis! Pelukan sama cewek lo, sana. Dasar jomblo!"

"Receh. Rewreh."

"Humor lo perlu diasah."

Mereka pun tertawa, sekilas karena kelakuan abstrud Vino. Lelaki itu mencairkan suasana.

Kini Alexa menemukan satu dalam banyaknya arti kehidupan. Kebersamaan hanya formalitas. Pertemanan yang sesunguhnya, mereka yang menghargai lebih jauh arti pertemanan. Bukan tentang siapa yang datang dan pergi, tapi tentang siapa yang memelukmu erat saat dunia mencampakanmu. Suka. Duka? Tolak ulur pertemanan. Just it.

"Bye the way, makasiih ya. Kalian udah kemari." Alexa tersenyum. "Makasih juga pengikut Bang Alfian, and sorry if I can't repay your kindness."

Yang Alexa kira pengikut setia Alfian, kini bukan sekedar pengikut. Mereka juga lebih paham arti pertemanan. Menjaga pertemanan itu point terbaik.

***

Usai memperhatikan teman lainnya beranjak ke arah mobil, namun lelaki itu masih berdiam di tempat. Alexa mengetahui lelaki itu sedari terdiam kini menghampirinya.

"Iya. Kamu tunggu di mobil aja dulu." ujar Arsen terlebih dahulu. Lelaki itu tersenyum. "Aku disini bentar." ujar Arsen dengan penuh pemohonan.

Alexa menaikan bahu seolah ingin bertanya lagi, namun niatnya kini terurungkan ketika Arsen meminta waktu sejenak.

"Fin, tunggu di mobil bentar ya!" seru Arsen kembali tertawa.

Stu fakta kini Arsen ketahui, dua orang didahapannya kali ini ialah, tak lain adik-kakak?

"Gak. Gue tinggal." decih Alfian dengan nada bergurau.

Malah mendapat regekan dari adiknya. "Abang. Iih."

"Iya-iya. Gue tunggu di mobil. Jangan lama."

Usai mengatakan itu. Alexa memperhatikan Arsen dari dalam mobil. Gadis itu sedikit membuka kaca spion.

"Arsen tuh nyebelin, Le. Masa katanya, kalo lo kenapa-kenapa gue harus tangung jawab." aduh Fio di kursi tengah bersamanya.

Alexa tertawa, sedikit mengalihkan arah ke gadis itu, "Tangung jawab apaan sih, lo hamilin gue?"

Setidaknya lelaki itu menaruh kekhuawtiran. Hal itu sudah cukup.

***

Arsen memang mengenal baik ini tempat. Tempat peristirahatan almarhum sang Bunda. Jaraknya memang jauh dari tempat tinggalnya. Salah satu alasan Bunda Arsen dimakamkan disinilah karena jauh dengan sang Nenek.

"Bun. Maafin Arsen baru sekarang ke rumah baru Bunda. " Lelaki itu mengelus salah satu batu nisan yang bertuliskan nama sang almarhum. "Maafin Arsen jarang kesini."

"Bun. Arsen mau cerita dikit."

"Arsen kesini bantu pacar Arsen, Bun wkwk. Udah kayak pahlawan belom?" Arsen tertawa sendiri mendengar perkataannya. "Anaknya cantik kok. Kapan-kapan Arsen ajak kemari ya. Biar Bunda kenal."

Lelaki itu tersenyum mengelus batu nisan dihadapannya. Mungkin Sang Bunda jauh lebih baik disana.

"Maaf juga nih, gak bawa bunga. Tapi Arsen janji klo kesini lagi, Arsen bawa bunga satu lusin buat bunda."

Dirasa cukup, lelaki itu kembali menuju teman-temannya. Keberadaannya disini mengingatkan sang armahum bundanya. Itulah alasan dibalik sedari diamnya lelaki itu.

"Gue butuh satu orang lagi. Woi!" Riko berada di depan mobil meneriaki mereka-mereka.

Beberapa dari mereka memang saat ini berhenti sejenak di warung kopi yang tepatnya berada sebelum memasuki pemakaman itu.

Sebelum Regal berniat menaikan tangannya, Vino mencelah, "Gak. Gak. Khusus lo gak boleh pindah."

"Bosen ah, lo pada ngehujat gue." keluh Regal karena sedaritadi dalam mobil, Regal lah yang selalu disudutkan.

"Lo pindah gak usah jadi teman kita." tutur Daffa dengan nada bergurau.

"Bodoamat." Regal mengulurkan lidah. "Gue masih temenan sama Alfian."

"Alfian masih teman kita!" Vino berdecak melengkuk tangannya di pingang.

Regal memilih kabur dari perdebatan itu segera memasuki mobil Alfian. Namun Alfian segera mencengahnya membuat raut Regal mengkerut.

"Lo didepan." celah Riko bersandar di kursi belakang. "Kan gue butuh satu personal lagi buat supir."

"Beneran?"

"Masa enggak." balas Riko lalu tertawa.

Regal pun meratapi nasib. "Disana gue disudutin. Disini gue jadi supir. Yaela nasib."

"Takdir emang." balas Fio di kursi tengah bersama Alexa tepat membelakangi Alfian.

"Lo dibelakang." Kini Fio berujar kepada Arsen. Lelaki itu barusaja memasuki mobil sudah diberi aba-aba oleh Fio.

Sedangkan Alfian sudah kembali ke posisinya dekat dengan sang supir --Regal. Ditengah ada Alexa dan Fio. Dan dibelakang ditempati oleh Riko dan Arsen.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro