Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

30. Alexa Hilang

Terkadang Fio tak percaya diri akan berteman dengan Alexa. Gadis itu mempunyai banyak kelebihan, berbanding balik dengan dirinya. 

Fio itu introvert, berbanding balik dengan suaranya toaknya saat ini. Dulu saat sekolah menengah pertama, Alexa-lah yang memperkenalkan lingkungan sekitar. Dimana ada Fio, disana pula ada Alexa. Begitujuga sebaliknya. Hingga beberapa teman lain cenderung mengangap Fio tak punya teman lain selain Alexa. Alexa juga tak pernah tinggal diam jika teman lainnya mengusik mereka. 

Meskipun sekarang Fio mempunyai banyak teman, dia terlalu pemilih untuk mereka yang pantas dianggap teman. 

Usai kepergian adik kelas centil itu, raut wajah Alexa menjadi sedikit manyun. Fio tertawa memperhatikan expresi Alexa.

Alexa yang merasa diperhatikan segera mengalihkan arah ke Fio. Fio pula yang menegur adik kelas centil tadi.

"Hargain yang jomblo, dikit kek!" seru Fio berlagak sinis kepada pasangan itu. 

"Iri bilang, bos." tutur Arsen mala sengaja merengkuh Alexa. Kini jiwa menjomblo Fio merontah.

Lelaki itu menduduki bangkunya tanpa persetujuan. Mau tak mau Fio mengalah.

Nah, posisi Fio saat ini seolah memperhatikan keuwuan mereka.

"Fio tuh kenalin temanmu biar kita bisa double date." balas Alexa tertawa mendapat plototan tajam dari Fio.

Arsen rasa ini waktunya kedua sahabat itu bergurau. Arsen juga tak akan mengekang gadis yang saat ini berstatus kekasihnya itu untuk selalu bersama.

"Xa. Duluan ya." ujar Arsen sebelum pergi. Lelaki itu mengacak kepangan gadis itu.

Arsen memang sering mengacak atau mengelus kepangannya. Lagi lagi Alexa mendengus kesal, kadang harus menata kepangannya lagi. "Arseen, ih!" 

"Fi. Duluan ya, jagain cewek gue!" serunya beralih ke Fio.

"Emang gue bodyguard?"

Arsen tak menangapinya lagi hingga punggungnya kini tak terlihat. Keduanya kini memasuki kantin, selagi menunggu selesai acara sampai jam pulang. 

Fio yang mengetahui keberadaan Daffa dengan teman-temannya di depan kantin. Alih-alih bertanya kepada Alexa, "Lo berantem sama Daffa, Le?"

Karena beberapa hari ini, Alexa terlihat seolah menjauh dari lelaki itu. Didepan kantin pula lelaki itu sejenak memperhatikan Alexa namun gadis itu lagi lagi menghindari. 

"Gue diet." bisik Alexa sedikit tertawa.

Hampir saja, Fio akan menanyakan pesanan. Alexa sudah terlebih dahulu menjawabnya. 

"Gendut ya engga. Pakek diet pula." balas Fio. Fio dan Alexa kini berada di salah satu stand kantin. "Yaudah gue pesen dulu." Alexa mengangguk lalu menunjuk bangku kosong tak jauh dari tepatnya. 

Tiba-tiba seorang dari belakangnya mencengkram gadis berkepang itu, "Ikut gue tau lebih dari ini."

Sebelum Alexa berteriak, seorang perempuan dibelakangnya ini sudah menutup mulutnya keras.

Alexa ingin berbalik arah menatap perempuan kurang ajar ini. Namun tangannya seolah dicengkram erat olehnya, menuntun agar menunduk, keluar dari area kantin.

Alexa sekilas memperhatikan Fio, tetapi gadis itu masih mengantri. Seolah beberapa orang disekitarnya tak akan memperhatikannya.

Rasanya seperti aksi kriminalitas. Bertahan sendiri antara hidup dan mati.

Alexa diiring menuju salah satu tempat. Tak lain ialah gudang. Gadis itu spontan mendorongnya ke tempat tersebut. 

Alexa mendesis mengelus bokongnya yang terpental. Kini teralihkan dengan suara tepuk tangan. Gadis itu reflek menoleh ke arah sumber suara.

Jebakan.

"Let's play with us, Alexa." ujar salah satu dari mereka memasuki ruangan diiringi dengan suara tepuk tangan. 

"Sialan lo."

Mereka bertiga pun tertawa bersamaan.

"Ini belum seberapa." Tak lain ialah Tiffany. Gadis itu mendekatkan ke arah Alexa, "Kan gue udah bilang, jauhin Daffa!"

"Lo sama Daffa itu cuma karna obsesi? Apa karna amanat dari saudara lo yang meninggal?" balas Alexa spontan.

Kalimat itu membuat raut Tiffany berubah. Tangannya mengepal. Tatapannya memerah menatap gadis berkepang yang berani mengukit masa lalu itu. 

"Gue gak bakal maafin lo, bangsat." tutur Alexa muak.

Mendengar suara Tiffany aja membuat Alexa semakin muak, apalagi kini gadis itu menjebaknya.

Lagi lagi Tiffany masih terdiam akan posisi itu. Nyatanya pernyataan dari Alexa berpengaruh.  

"Masih inget gue kan," celah perempuan lain yang berdiri dekat dengan Tiffany.

Alexa memperhatikan gadis itu. Ia ingat sekali bahwa gadis itu ialah gadis yang memberitaunya siapakah Arsenio Darren, sewaktu dipangil oleh Bu Lidya waktu itu, dan itu lah awal bertemu gadis itu, kebetulan bersama temannya yang Alexa masih ingat bernama Sherin. Ingatan Alexa memang masih kuat.

"Masih ga nyadar pula kenapa lo bisa disini?" Gadis itu kembali bertanya membuyarkan lamunannya. 

"Karna gue dijebak!"

Gadis bernama Rita itu tertawa seolah jawaban dari Alexa hanyalah lelucon. "Dan lo berhasil masuk jebakan kita."

"Gue gak punya masalah sama kalian. Kalau nyari musuh yang setara."

"Inget baik-baik frist impresion kita? Dari situ kalian frist love? Engga lama gue denger kalian jadian, tapi disatu sisi lo masih genjen ke Alfian? Hello!!" ucap Rita jera menatap gadis berkepang dihadapannya ini.

Alexa mendengar penjelasan gadis itu. Rita tak menyukai Alexa karena ia pikir Alexa cari perhatian ke Alfian, lelaki yang disukainya?

Alexa juga mempunyai kategori calon pacar kakak-kakaknya. Sebelum mendapat persetujuan dari Alexa,  mereka harus menyanyangi keluarganya terlebih dahulu. Point penting, sayangilah adik bungsunya terlebih dahulu. Tak lain, adalah Alexa. Jika terpenuhi, akan mendapat restu dari kedua orangtuanya.

Kini ia tau seperti apakah gadis yang meyukai kakaknya itu. Jika modelan seperti Rita, Alexa tak akan merestui hubungan mereka.

"Gue beruntung Alfian gak pernah punya cewek yang modelan kayak lo!"  

***

Rita memang membenci nerdy girls itu, siswi baru yang kedatangannya seolah mendapatkan lampu hijau dari Alfian.

Gadis itu menganggumi Alfian dari awal kelas sepuluh, namun tak kunjung mendapatkan respon, sedangkan siswi baru berkepang itu sudah terang-terangan mendapat start.

Terakhir Rita mempergokinya saat pulang sekolah beberapa hari yang lalu. Rita juga tidak sengaja mengetahui keduanya bebarengan saat berangkat sekolah.

"Gue beruntung Alfian gak pernah punya cewek yang modelan kayak lo!"

"Lo tau apa sih?" tanyanya balik menatap gadis berkepang itu sedikit angkuh. "Gue sama lo? Yang masih cocok an gue lah!"

"Punya kaca gak sih?" decak Alexa menyengir.

"Lo masih punya harga diri kan? Bisa gak sih, semua cowok ga lo deketin? Gue heran cewek kayak lo, untung Arsen masih mau sama lo."

"Kenapa lo bahas hubungan gue sama Arsen?" tanya Alexa balik tak terima. "Lo itu ngaca. Mana mau Alfian sama cewek kayak lo? Gak punya otak!"

Rita langsung menarik rambut Alexa. "Lo tuh tau apa?!"

Tiffany sedari diam masih berada diambang kesadaran. Kini gadis itu menyaksikan kedua orang itu berkelahi saling menjambak rambut.

Kedua perempuan itu kini saling menarik rambut. Saling membalas, dan tak ada yang berniat mengakhiri.

"Ya sih, lo cantik dari gue. I'm just nerd, oke! Gausah ngejauhin orang terdekatnya juga. Cara lo gini bikin dia muak!" sentak Alexa. Gadis itu masih mencengkram helai rambut Rita.

Seseorang dari balik badan Alexa menempelkan obat bius dibalik sapu tangannya. Dengan cepat ia menutup mulut Alexa dengan obat bius tersebut. Tak lama gadis berkepang itu tak sadarkan diri.

"Kerja bagus!"

***

Kini Fio memperhatikan sekitarnya mencari keberadaan temannya itu. Fio memperhatikan kursi yang ditunjuk Alexa tadi, gadis itu juga tidak ada disana. 

Beberapa dari mereka sudah memilih meninggalkan kantin, alih-alih bel pulang sudah berbunyi.

Entah kenapa gadis itu merasa tidak tenang. Takut ada apa-apa dengan temannya. Alexa.

Fio memilih menghubungi teman terdekat mereka. Berulang kali menghubungi Alfian, Arsen maupun Daffa namun tak kunjung terhubung. 

Drrt.

Fio langsung mengeser tombol di ponsel. Tak lupa memperhatikan nama pemanggil.

Alfian menelpon balik.

*** 

Ditempat lain, kendaraan yang dikendarai Tiffany menuju suatu tempat.

"Tif. Jangan jauh-jauh keburu dia bangun." celatuk salah satu dari mereka di kursi penumpang.

"Biar jauh-jauh. Biar gak ada yang nemui." kekeh Tiffany sedikit tertawa. "Iya-iya ini uda mau nyampek."

Salah satu gadis itu masih tertidur nyenyak karena reaksi obat bius yang mereka diberikan. 

Saat gadis itu bertengkar dengan Rita, Tiffany menyuruh Rossa untuk memberikan obat bius kepadanya lalu berpindah tempat dibelakang Alexa. Dan saat itulah Rossa dan Rita mempobong badan gadis itu menuju parkiran sekolah.

Pak Somad terlebih dahulu sudah dialihkan arah oleh Rita. Saat Pak Somad --satpam tersebut tak menyadarinya dengan cepat, Rita mencari kunci gerbang lalu membukanya. Tiffany yang mengendari mobilnya segera meninggalkan lingkungan sekolah.

Rita memperhatikan Tiffany memakirkan mobilnya disuatu tempat asing. "Gila lo."

"Buruan turun, deh!" 

Tiffany langsung membuka pintu penumpang, membantu membopong gadis yang masih tertidur itu.

"Masa lo taruh di kuburan?" ujar Rita tak percaya.

Hari semakin sore. Pastinya tempat ini jika menjelang malam sangat menakutkan. Apalagi tempat ini sepi dan jauh dari jarak mereka tinggal.

Tiffany menaruh gadis itu disalah satu bawah pohon ditengah tempat itu. Tak lain ialah tempat peristirahatan terakhir. "Diem bentar bisa gak sih!" ujarnya kesal sambil menali kedua tangan Alexa yang masih tertidur dari balik pohon.

"Ini kuburan, loh. Habis gini udah malem." Rita kini berdecak menjadi parno sendiri.

"Kalian tuh bisa diem gak sih!" bentak Tiffany kasar. Tiffany tak akan membuang waktunya lebih banyak lagi. Tak lupa ia mengikat kedua kakinya. 

***

"Bang. Hape lo getar mulu." Seo memberikan ponsel itu kepada sang pemilik.

Seo tidak sengaja meminjam ponsel Alfian karena meminta hospot. 

Alfian segera mengecek panggilan dan kotak masuk.

"Dari siapa, Fin?"

"Fio." 

Tak lama, Alfian beralih tempat lalu menelpon balik. Gadis itu menelponnya berulang kali. Siapa tau penting?

"Ada apa, Fi? Lo spam banget." ujarnya saat pangilan terhubung.

"Lea.. Alea..." ujar Fio diseberang telpon dengan panik.

"Lea kenapa?" Alfian pun tak kalah panik.

"Lo lihat gue di kantin kan?"

Alfian berdehem. Pandangannya mengarah ke arah kantin. Disana memang ada Fio. Kebetulan Alfian dan teman-temanya saat ini masih di depan kantin.

"Tadi ke gue ke kantin bareng Lea, Fin. Sekarang tiba-tiba hilang!" Dari seberang sana, Fio menahan isakannya. 

"Firasat gue gak enak."

Alfian segera mematikan sambungan telepon lalu beralih ke teman-temannya.  

"Kalian pada gak lihat Alexa?"

"Bukannya tadi masuk kantin bareng Fio?" jawab Vino memang tak sengaja mengetahui keberadaan keduanya. 

Teman-temannya yang mengetahui perubahan raut Alfian kini mulai beragumen.

"Kenapa sih."

"Aneh banget."

"Lo cemas banget."

"Gue tanya serius!" ujar Alfian kasar. Membuat teman-temannya kembali terdiam.

"Abel cs? Tiffany cs? Masuk kantin enggak?"

Riko mengangguk. "Masuk-keluarnya gue tau."

"Lainnya gak ada yang tau?" tanya Daffa sebagai perwakilan.

Sedikit-banyak lelaki itu mengerti mengapa perubahan raut wajah Alfian.

Kini sorot Alfian memerah. Memeras apapapun yang digengamannya. "Get of my back! Kalian buru cari dia!!"

Dia?

"Dia sapa maksud lo?" Vino spontan bertanya. Ia tak paham maksud dari perkataan Alfian. 

"Dia. Dia adik gue!"

Mereka masing berpandangan, belum mengerti akan hal itu. Bukannya adiknya Alfian hanya Lea?

"Alexa nerd itu Lea! Adik gue!" Alfian berkata lagi, menyakinkan, "Dia. Dia adek gue!"

Tak kalah mereka semua sedikit tak percaya, namun mereka segera berpencar mencari keberadaan gadis itu.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro