29. Katakan
"Kalau mau balikan juga gak apa."
"Engga!" Alexa reflek bersih keras menolak.
Memang nyatanya tidak. Hanya saja perkataan Stevano waktu itu sedikit membuat Arsen berfikir keras.
"Enggak, ya engga!" decak Alexa. Gadis itu risih ditatap Arsen dengan raut seolah tak percaya.
Kemudian Arsen tertawa lalu mengajak gadis itu latihan sejenak.
"Sekarang?"
Arsen berdehem lalu berkata, "Nunggu qurban'an."
"Tapi aku gak mau qurban perasaan."
Lelaki itu memainkan senar gitarnya memberikan aba-aba agar kembali fokus.
Alexa menyanyikan lagu yang mereka berdua sepakati. Arsen sibuk memetik memetik sinar menyamakan irama lagu.
Satu lagu sudah mereka coba. Arsen sedaritadi mendengarkan suara nyanyian gadis yang saat ini menjadi partnernya.
Nadanya sempurna. Meski hanya beberapa kali saja Arsen mejelaskan. Apalagi suaranya ketika bernyanyi jauh lebih sempurna.
Itulah alasan dibalik itu Bu Lidya memilih gadis itu sebagai partnernya. Maybe?
"Suara aku enak, engak?"
"Engga B aja." jawab Arsen bohong.
"Ih. Jahad banget."
Arsen tertawa selagi mengelus kepangan Alexa, "Coba sekali lagi ya," gadis itu mengangguk membenarkan posisinya. "Yang serius."
Ini masih latihan. Acara sesunguhnya akan dimulai setelah ini. Meski hanya latihan, keduanya mencoba untuk berlatihan formal.
Setelah dirasa cukup, Alexa kembali terdiam memperhatikan ruangan studio musik ini. Berbagai peralatan telah difasilitasi sekolah. Biasanya ruangan ini digunakan bagi murid yang mengikuti extrakulikuler seni musik.
"Lexa?"
Gadis itu berdehem tatapannya masih fokus ke arah sekitar. Rupanya lelaki itu tak mau melanjutkan pembicaraanya membuat Alexa menoleh ke arahnya.
"Aku minta kita break." ujar Arsen menatap hazel coklat itu.
Pernyataan itu seolah ada bom nuklir yang merusak suasana hatinya. Detik itu juga Alexa mengalihkan arah ke arah lain.
"Break?" tanya Alexa memastikan kembali menatap Arsen. Apapapun alasannya, gadis itu tak akan mengiyakan.
Arsen mengangguk selagi mempelajari raut wajah Alexa. Dengan cepat Alexa terlalu gampang menunjukan raut perubahan.
"Kamu nyerah?" Alexa mengehela nafas dalam, kembali menetralkan suasa. "Sesuai kesepakatan, siapa kalah harus nurut permintaan pemenang dan aku enggak mau kita break!" tegasnya lagi.
"Oke."
Kini Alexa dapat bernafas lega.
"Setelah ini kita impas gak ada turt or dare lagi."
***
"Senior kelas dua belas memang pada absurd, ya,"
Gelagak suara pembawa acara diatas pangung. Salah satu siswi kelas dua belas bernama Marsha. Kedudukannya masih sebagai ketua extrakulikuler multimedia bagaian komunikasi.
Karna yang dipilih menjadi pembawa acara atau MC biasanya dari anak komunikasi.
"Terima kasih juga ni, kebayakan komedian tadi dari kelas dua belas atuh."
Usai diisi teater bertemakan komedian. Semua tamu pun ikut bertepuk tangan. Karena masih semester ganjil, kelas dua belas pun masih boleh diikutsertakan.
"Semangat juga, Marsha!" tutur Zakray, salah satu pembawa acara dari kelas dua belas juga.
"Lah Beruangnya mana?" goda lainnya. Itu Titan. salah satu siswa kelas sebelas sendiri diantara Marsha dan Zakray.
"Oh iya. Lupa." balas Zakray beralih memperlihatkan teks bacaan susunan acara disalah satu lengan tangannya, "Mari kita acara selanjutnya sambil nunggu kedatangan beruang, teman-teman!"
Kini Alexa dan Arsen berada di balik pangung --salah satu kelas yang sengaja digunakan sebagai balik pangung oleh panitia. Panitia acara pun sudah menyiapkan terlebih dahulu. Selagi menunggu giliran menaiki mereka panggung dan akan dipangil pembawa acara.
"Seen..." Arsen mengegam gadisnya itu. Alexa sedaritadi merasa tidak percaya diri dalam beberapa hal. "Aku tuh, Nerd. Gak cocok di pangung."
"Tunjukin kalo kamu lebih bisa dari mereka." Lelaki itu juga berusaha menyakinkan Alexa, "Aku lebih seneng kamu gak insecure."
"Yakin, kamu gak malu?"
"Enggak, Alexa." balas Arsen mengangguk mantap mengelus kepangan gadisnya itu.
"Maaf ya, aku sering maluin kamu."
"Engga, sayang..." Arsen menatapnya dalam.
Lagi-lagi perkataan Arsen selalu membuatnya tak bisa menahan senyuman itu.
"Waw. Couple goals dari kelas sebelas!" Marsha lagi lagi memeriahkan suasana.
Ketiga pembaca acara di atas panggung itu mengalihkan arah ke lembaran susunan acara yang mereka bawa satu per satu. "Acara selanjutnya. Performance music loh. Hayoo tebak sapa?"
"Arsen?"
"Couple?"
"Arsen dongs!"
"Arsen sama siapa sihh!"
Dibalik sana, Arsen tertawa. Kebanyakan mereka sudah menunduga. Meskipun keduanya tak membocorkan pengisi acara performance musik di acara ulangtahun sekolah saat ini.
"Kita pangil dulu yuk, salah satu dari pasangan couple!" Zakray berseru mengunakan microfon.
Salah satu panita sudah memberikan tau kepada Alexa dan Arsen memberikan semangat. Saat ini mereka berdua akan menuju ke pangung.
"Arseenio Darren!"
Zakray tak kalah heran dengan antusias murid LHS bersorak memangil nama Arsen.
Arsen dibalik panggung terlebih dahulu mengacak rambut Alexa sebelum menaiki panggung. "Semangat, ya!"
Tak berbeda dari tahun sebelumnya. Tak lain pengisi acara tersebut adalah Arsen.
Bu Lidya memilih Arsen lagi tahun ini karena lelaki itu jago memainkan gitar dan juga salah satu most wanted. Apalagi lelaki itu banyak dikagumi ciwi-ciwi LHS.
Bu Lidya, guru kordinator kesiswaan itu juga pun tak sembarang mengklaim peserta didiknya sembarangan.
Kebetulan kedatangan murid baru bernama Alexa itu direkomendasikan dari beberapa guru pembimbing. Pada akhirnya, Bu Lidya melihat sendiri dokumen riwayat hidup murid bernama Alexa itu. Pindahan dari SMA Vantani.
Gadis itu berbakat.
Salah satu yang menarik perhatian Bu Lidya ialah disana juga tertera pernah menjadi juara pertama di acara musikal internasional.
Dari situ-lah Bu Lidya memangil Arsen dan Alexa. Mau tak mau keduanya menyetujui. Bu Lidya ialah tipe orang yang keputusannya tidak boleh digangu gugat.
Ditahun ini memang rencananya dibuat partner. Setiap susunan acara dibuat non-individualisme. Yang artinya melibatkan orang disekitarnya dalam artian dilarang mengikutsertakan hanya satu peserta dalam susunan acara.
"Kok sendirian?" goda Marsha.
Lelaki itu sudah diatas panggung. "Yang dipangil kan masih aku doang." jawab Arsen menata rambutnya.
Ketiga pembawa acara itu tertawa mencairkan suasana. Begitu juga penonton ikut terbawa ketawa.
"Yaudah kita pangil ... --"
Arsen tak sabar akan hal itu. Lelaki itu kembali bercalatuk, "Ih, Lama!!!"
Titan yang didekat Arsen pun menepuk bahu lelaki itu, "Sabar ya, Bang!" serunya mengenakan microfon.
"Alexa!" seru Marsha.
Alexa kini beranjak ke atas pangung diikuti oleh Bu Lidya. Bu Lidya memberi semangat kepada kedua peserta didiknya itu. Alexa dan Arsen.
"Jangan gugup, oke!" bisik Titan mendekat ke arah Alexa.
Disini seolah bukan dirinya sendiri. Gadis itu hanya tidak terlalu percaya diri didepan pangung dengan penampilan nerdy girls seperti ini. Rambut berkepang dan juga berkacamata.
Reflek Alexa mengengam erat tangan Arsen. "Self confidence. Love yourself more." bisik Arsen.
Tak lama, Alexa terlebih mengangguk diikuti oleh Arsen karena salah satu pembawa acaranya menanyakan kesiapan mereka. Jika mereka telah siap, akan bisa langsung dimulai.
"Yeah! And this is music performance!" seru Zakray di microfon lalu mendapat sorakan tepuk tangan. "Cekidot!"
Sekilas lampu backstage menjadi padam. Disana Alexa dan Arsen segera mengatur posisi sekilas hingga dua cahaya lampu sorot menyinari diatas stage. Dua orang itu ialah Arsen dan Alexa. Waktunya mereka berduet.
Saat musik barusaja mengalun, semua orang dapat menebak musik apa yang mereka nyanyikan.
Arsen sudah memetik tanga lagu awal, membuat para gadis menjerit kesenengen.
Kini giliran Alexa melanjutkan intonasi lagu, seusai mereflekan diri. "Ku pejamkan... Kedua mataku.."
"Bertanya... Bagaimanaku terbawa..
Larut kedalam lingkar pusaran.."
Suara tepuk tangan kini berkicau dari semua penonton.
Tatapan Arsen kini beralih ke Alexa dengan sorot memberi semangat. "Kisah yg rumit dan sungguh tak biasa."
"Andai saja semua berbeda."
Kini keduanya saling menatap dalam hingga terbawa suasana lagu yang mereka nyanyikan. "Takan ada sesal yang tersisa."
"Kau dan aku harusnya memahami arti cinta..."
Suara riuh penonton lagi-lagi memberikan tepuk tangan.
"Katakan... Semua rasa itu masih ada..
Berjanjilah kau tak akan lagi.. Jauh pergi. Dan menghilang.."
Alexa kembali menatap Arsen tak sengaja tatapan mereka bertemu. Hingga lelaki itu tersenyum kepada gadisnya itu.
"Katakan.. Semua rasa itu masih ada... Berjanjilah kau tak akan lagi... Jauh pergi. Karena ku tahu kesempatan tak datang lagi..."
"Andai saja semua berbeda.. Takan ada sesal yang tersisa. Kau dan aku harusnya memahami arti cinta..." Keduanya menyanyikan lirik ini bersama-sama.
Giliran Arsen menyanyikan lirik dan bermain gitar di atas stage. "Katakan.. Semua rasa itu masih ada... Berjanjilah kau tak akan lagi.. Jauh pergi... Dan menghilang."
"Katakan.. Semua rasa itu masih ada.. Berjanjilah kau tak akan lagi.. Jauh pergi. Karena ku tahu kesempatan tak datang lagi."
Lirik terakhir, Alexa kembali melanjutkan, "Karena ku tahu ...--"
"Kesempatan tak datang lagi."
Semua penonton bertepuk tangan. Arsen dan Alexa tak lupa menduduk sebagai ucapan terimakasih. Kini lampu stage kembali bersinar terang.
"Uwuu bangett, sih." celatuk pembawa acara kembali bermonolog sejenak.
"Gimana ni? Kasih oplos, ah!" ujar Titan kepada semua penonton.
Suara tepuk tangan kini kembali berkicau. Yang ada mereka semua bertepuk tangan merasa gembira.
"Kalian tuh, cocok loh!" seru Zakray sengaja masih menggoda kedua adik kelasnya itu. "Yang jomblo, tutup mata ya!" serunya lagi kini mengarah penonton. Disana murid LHS juga ikut memperhatikan mereka.
Arsen mengenakan batik guy laroche twig leaf type. Bahkan tak mengurangi ketampanan lelaki itu. Sedangkan Alexa mengenakan setelan lombang batik blus daun talas.
Kedua remaja itu kini telah berdiri di tengah tiga pembawa acara itu. Kursi yang mereka duduki sedari untuk bernyanyi tadi dengan cepat dibereskan oleh panitia.
"Iri bilang. Bos!" celatuk Titan dengan nada meme komedian.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro