27. Puzzle
"Urgent!"
Usai mengatakan itu, Arsen menuju ke taman belakang sekolah. Disana Daffa sudah menunggunya. Dan kini rupanya lelaki itu bersama Fio.
"Temen gue sama sapa, ha?"
"Chelsea." ujar Arsen singkat.
Setidaknya ada yang menenaminya, Fio kembali menghela nafas panjang. "Gue juga gak mau ningalin dia sendirian." tutur Arsen melanjutkan perkataanya.
Daffa langsung mengutarakan tujuannya. Memperlihatkan salinan rekaman CCTV dari ponsel Alfian.
"Ratna."
"Kenapa lo yakin itu Ratna?" Fio bertanya balik.
Nama Ratna seketika membuat Fio memastikan.
"Gue yakin banget itu Ratna. Gue juga sering ketemu dia di warung dekat sekolah."
"Dia ngapain ke kesana?"
Arsen masih memperlihatkan salinan rekaman itu berlahan menjawab, "Kan Ratna adiknya Mas Galih. Galih kelas dua belas-H, Bree."
"Yakin?"
"Yakin, Fio." Arsen menjeda video itu sejenak kembali fokus kedua orang yang saat ini bersamanya.
"Bukannya gak percaya, gue kenal sama tuh anak. Gak yakin aja, sih dia ngelakuin hal itu apalagi ke sahabat gue!" pangkas Fio. Raut wajah gadis itu terlihat kesal.
Mengingat hubungan baik terjalin diantara keduanya. Ratna ialah penjaga UKS. Terkadang jika Fio sakit dan harus ke UKS. Ratna lah yang menjaganya. Hanya sebatas itu tapi dari wajahnya kelihatan seperti anak yang baik. Hal itu membuat Fio memiliki pertentangan tersendiri.
"Bukannya Nyokap Ratna, Humas sekolah?"
Satu fakta yang mengejutkan. Fio dan Daffa menatap Arsen tak percaya. Arsen lebih mengetahui hal itu karena ia lebih mengenal Nyokapnya daripada kedua anaknya. Ratna dan Galih.
"Yaelah, Fi. Mana ada orang baik." Celatuk Daffa. "Karna lo berdua kenal tuh adik kelas, rencana kita disini, gue minta tolong buat gak nyebar hal yang dia lakuin terlebih dulu."
Tatapan Arsen seolah ingin mengetahui alasan dibalik hal itu, Fio segera menjelaskan, "Karna kita pingin lebih tau apa motif tujuan mereka."
"Cermati deh, disana ada siswi dibalik koridor. Aneh gak sih?!" Lagi lagi Fio mengoceh membuat Arsen me-skipe ke bagaian itu.
"Kalau kalian percaya itu jebakan atau suruhan, kita tinggal introgasi Ratna langsung supaya ngaku, apa susahnya?"
"Otak lo dijual?" Fio menatap jengah. "Kalau kita lebih tau motif mereka lebih jelas, mereka pasti dapat hukuman lebih berat."
"Lo harus jagain Alexa. Kalau ada kejangalan lagi, masih ada sangkut pautnya atas hal ini. Baru kita ungkap. Anggap aja permulaan sebagai kecelakaan biasa."
Arsen mengangguk paham, lalu lelaki itu meminta salinan rekaman. "Gue rasa ada hal gak beres."
Daffa dan Fio sama-sama mengiyakan. Membenarkan argumen itu. Saat ini mereka harus lebih waspada.
"Jagain Alexa, sekali lo nyakitin dia, lo bakal berurusan sama kita." ujar Fio tegas. Gadis itu bersedekap menatap Arsen dengan sinis.
Bukannya Fio tak menyetujui. Fio mendukung, hanya saja ia tak suka jika sahabatnya disakiti. Apalagi situasi saat ini membuatnya kesal.
"Takutttt.." Arsen bergurau.
"Ohya, ini rahasia kita bertiga, oke! Awas aja lo sampek bocor." ancam Daffa awas.
Alfian sudah menyampaikan amanah seperti itu kepada Fio dan Daffa. Kini keduanya menyampaikan kepada Arsen.
Usai mengecek CCTV, Alfian memilih kembali terlebih dahulu. Selanjutnya Fio dan Daffa berencana menghubungi Arsen. Setidaknya kekasih dari teman mereka mengetahui hal itu jauh lebih baik. Arsen juga terlihat mencemaskan Alexa. Memang Alfian tak berniat menemuinya yang terpenting baginya ialah sudah menyalin hasil rekaman tersebut.
"Termasuk Alexa gak boleh tau hal ini dulu. Anggap aja gak tau apa-apa, cuma gak sengaja atau kecelakaan biasa." Fio lagi lagi mengoceh.
Sedaritadi gadis itu banyak mengoceh, dan mengomel rasanya Daffa ingin menutup mulutnya apalagi suaranya seperti Toak masjid.
"Gue disini berada mungsuh lo pada."
***
"Fi. Lo ngomel mulu, gak capek apa tuh colok?"
Fio dan Daffa melangkan kaki terlebih dahulu, usai ketiganya mendapat kesepakatan. Sedangkan Arsen, lelaki itu memgarahkan ke kantin sejenak. Membeli beberapa makan penganjal perut.
Kini keduanya berjalan beriringan namun keduanya dihalangi oleh gerombolan murid yang ingin mengetahui pengumuman terbaru.
"Daripada lo ngomel, coba cek mading deh. Gue pengen tau ada berita apaan." lirih Fio mendorong tubuh Daffa agar lebih cepat.
Pasrah. Akhirnya Daffa menurut, lelaki itu menerobos gerombolan lalu sedikit menyimak pengumuman terbaru di mading.
Benar.
"Coming soon ulangtahun sekolah." Daffa menyampaikan info tersebut kepada Fio.
Namun Fio hanya membalas "Oh. Gue kira apaan." ujarnya santai lalu berbalik arah terlebih dahulu melangkah pergi. Kesekian kalinya du hari ini membuat Daffa mendengus.
"Untung teman."
***
Tok.. Tok.. Tok..
"Gimana uda baikan belum?" Fio langsung memeluk tubuh sahabatnya itu dengan nada khuawtir.
Chelsea sedikit tak menduga, kehadiran Daffa disini secara tiba-tiba. Toh, niatnya menunggu Arsen kembali datang namun lelaki itu sampai saat ini tak kunjung kembali.
Begitu juga dengan Daffa, kehadiran Chelsea disini membuatnya tak kalah terkejut.
Daffa terlebih mengalihkan arah ke arah kedua sahabat itu, "Fi, gue emang serba salah? Perasaan daritadi lo nyalahin gue terus." aduh Daffa membuat Fio dan Alexa saling tertawa.
"Kan cewek selalu benar." balas Fio cepat belum menyadari keberadan orang lain di antara mereka bertiga.
"Daff." Lelaki itu sekilas berdehem selagi menunggu apa yang Alexa ingin bicarakan. "Daff. Chelsea pingin ngobrol sama lo bentar."
Disitulah Fio menyadari keberadaan Chelsea. Gadis itu tersenyum ke arahnya karena merasakan diperhatikan sebelum menyusul Daffa keluar dari ruangan UKS.
Rasanya Chelsea ingin menutup mulut Alexa agar tidak membahas maasalah itu. Namun lelaki itu terlebih dahulu untuk mengiyakan.
Selagi memperhatikan kedua orang itu, tiba-tiba Alexa mengingat mengingat obrolannya dengan Chelsea.
"Lo sahabatan sama Daffa dari kapan?" tanya Chelsea. Niatnya membuka topik obrolan lain namun itu adalah awal dari pembicaraan hingga gadis itu seolah memberikan fakta sebenarnya yang menyangkutkan dirinya.
"Dari kecil." jawab Alexa ringan.
"Kalau boleh tau lo punya rahasia apa sama Daffa yang gak gue tau?" lanjutnya berbasa-basi.
Alexa masih ingat beberapa hari kemarin, ia ingin mengajak mengobrol dengan lelaki itu, namun Daffa lebih mementingkan Alexa hingga menunda pembicaraan itu.
Chelsea terdiam.
"Sorry, gue gak maksa kalo ada pertanyaan yang gak bisa dijawab." tutur Alexa berlahan.
Pada akhirnya, Chelsea bercerita, "Gue cuma pingin ngelurusin salah paham." jawabnya terjeda, "Semenjak kejadian itu Daffa kayak ngangep gue asing."
Rupanya gadis itu ingin bercerita, Alexa mendengarkan dengan seksama. "Incident?"
"Lo pernah kenal Ifa?" tanya Chelsea lagi tetapi raut gadis dihadapannya ini seolah masih memikirkan nama itu. "Siapa tau Daffa prna cerita ke lo tentang ifa."
Ingatan Alexa kembali mengingat. Dulu Daffa menceritakan gadis itu. Terakhir ia bertemu dengan seseorang bernama Ifa itu sebelum kejadian yang membuatnya trauma hingga saat ini.
Alexa berpura menaikan bahu seolah tidak tau hingga Chelsea kembali melanjutkan ceritanya, "Terlalu biasa sih, teman gue itu suka sama dia, u knows? saudara tmn gue itu juga suka sama dia."
Alexa menyengir menahan tawa seolah Daffa diperebutkan oleh kedua cewek. "Saingan? ato rebutan?"
"Kayaknya sih mereka bersaing secara sehat."
"Ada kejadian dimana Tiffany ngira Daffa buat Ifa nangis, karna Tiffany gak suka saudaranya dibuat nangis...--"
"Tiffany ketua geng baygon itu maksud lo?" celah Alexa bertanya. Kini ia berfikir keras.
Chelsea mengangguk membenarkan, "Iya, baymon."
Jika benar Tiffany dulu dan Tiffany, ketua geng Baymon itu ialah orang yang sama. Tapi mengapa Alexa tak kunjung menyadari akan hal itu.
Dari fisiknya pun begitu berbeda. Sedangkan Tiffany yang dulu itu gendut sangat jauh dengan Tiffany ketua Geng Baymon ini.
Chelsea membuyarkan lamunanya kembali bertanya, "Kok lo .??
"Kan gue nebak."
Chelsea mengangguk. Chelsea juga baru tau jika Alexa mengunakan bahasa lo-gue daripada aku-kamu seperti nerd kebanyakaan.
"Disini gue gak tau detailnya tapi dari kejadian itu, Cs plek Daffa disekap Tiffany di kamar mndi." Chelsea menghentikan ceritanya.
Sedikit mulai terbongkar. Dan kejadian itu membuat dirinya trauma hinga saat ini. Trauma kepada siapun yang mendekati Daffa. Alexa hanya takut kejadian yang sama terulang kembali.
Lebih tepatnya yang Chelsea ceritakan, Alexa dapat menarik kesimpulan, Alexa sendiri yang masuk dalam cerita tersebut.
"Ifa? Tiffany? dan lo Chelsea?"
"Ifa, sahabat gue di SMP dan Tiffany, saudara Tiffany."
"Tapi kok gue ga pernah tau tentang masalah itu? btw siapa sih sahabatnya Daffa yang lo maksud, gue juga sahabatnya Daffa loh." pancing Alexa seolah berlagak polos.
"Bukan lo,"
"Yakin bukan gue?" Alexa memastikan menunjuk dirinya sendiri.
"Chrisyale."
"Chrisyale Alexa."
Benar dugannya. Itu adalah namanya. Berarti dugaan Alexa benar, kejadian itu ...
"Namanya hampir kayak lo. Alexa."
Alexa mengeleng, tidak setuju, "Nama gue cuma Alexa, gaada embel-embel!"
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro