25. 'His My Ex Girlfriend'
Seseorang pria mengelus bahu gadis yang masih terpejam. Ruangan serba itu seolah memberikan kehangatan. Pria itu menatap dalam gadis itu. Wajahnya pucat begitu juga kulitnya kini berbecak merah.
Tak lama, Alexa berlahan membuka matanya karena merasa ada seseorang yang mengelus bahunya dengan hangat.
"Haii." ujarnya berlahan.
Berlahan bibirnya menarik sebuah senyuman hangat. Bola mata yang selalu ia rindukan kini kembali menatapnya.
"Lo kok bisa disini?" ujarnya tak suka dengan kedatangan lelaki itu. "Mau apa lagi?"
"Lo itu Chrisyale Alexa kan? Bukan Alexa si nerd. Right?"
Deg.
Ucapannya seolah berefek membuat jantungnya kini berdetak di atas normal.
Kalimat itu mengimindasi meski kedengarannya pertanyaan biasa. "Gak perlu dijawab, karena gue tau jawabannya."
Tatapannya datar berlahan ia tersenyum. Itu ialah senyuman yang tak pernah Alexa lihat lagi.
Stevano Charistian Marvel. Kerap dipangil Steva. Dia adalah orang yang pernah hadir dihidup Alexa. Keduanya saling berusaha membahagiakan pada akhirnya mereka dikalahkan oleh takdir.
"Stev. Stop. What is your purpose here?"
"Le, aku minta maaf," ujar Steva dengan tulus.
Alexa masih terdiam mengalihkan arah ke sekitarnya. Disana hanyalah ada Stevano yang menghampirinya saat ini.
Tadi ada Daffa, Alfian, Fio dan Syafa. Mereka kini sudah kembali ke kelas karena ada ulangan harian. Awalnya mereka menolak namun Alexa berhasil membujuk. Lalu kedatangan Stevano membunyarkan istirahatnya.
"Dengan tulus, gue minta maaf." Steva menyentuh tangan Alexa, dengan cepat Alexa segera menghempis.
"Apa kabar? Lama ya, gak ketemu?!" ketus Alexa sambil berbasa-basi terlebih dahulu.
"Baik, gak sebalik dulu. Gue minta maaf dengan tulus, Crisyale Alexa." Alexa menatap tak percaya, bahwa ia masih mengingat nama lengkapnya dengan detail.
"Buat apa minta maaf? Lo gak capek darikemarin cuma minta maaf ke gue?" ketus Alexa menatap lirih.
"Steva bisa jelasin." Alexa menatap Steva dalam, tak ada raut kebohongan yang ia temukan sedikitpun.
"Karna itu gue bersalah, mas..-- "
Sekilas ia menganguk, lalu memotong pembicaraan, "Atas dasar apa lo minta maaf? Dan apa yang bakal lo lakuin ketika gue udah maafin?"
Steva berdehem sebelum mengeluarkan kata, "Gue bakal kasih kepercayaan lo buat gue lagi, dan gue bakal kasih apa yang lo mau,"
Alexa mengangguk kemenangan, ini ialah yang kali ini ia butuhkan di opsi terakhir, tentunya.
Lalu gadis itu membisikan sesuatu. Otomatis Stevano mendekat kemudian mengangguk setuju.
"Deal!"
Tanpa panjang lebar, Alexa berpindah dari arah pandangan Steva yang masih memandanginya.
"Lo sekarang udah beda. Gue beruntung lo masih di dekat gue, meskipun lo gak bakal jadi milik gue seutuhnya lagi, setidaknya gue dapat ngelihat lo meskipun dari jauh. Maafin gue, gue gak bakal ngulangin hal yang sama." ujar Steva dengan tatapan dalam, setelah mengacak kepangannya.
Alexa hanya mendengarkan pembicaraannya dengan tenang. "Iya in aja, biar cepet." balasnya. "Iya, udah di maafin."
"Kita teman kan?"
Alexa mengeleng lemah. "Gak pernah." Raut wajah Steva menunduk pasrah. "Kecuali, jalanin, tentang hal itu."
Syarat yang diberikan Alexa kepada Steva dalah mengakui Alexa nerd ialah mantannya tanpa membuka identitas Alexa sebenarnya.
Kemarin juga Alexa dan Steva tidak sengaja bertemu tak sengaja di CESA event. Saat itu Steva mengambil kesempatan untuk meminta maaf meskipun disana ada beberapa teman dari mereka yang memperhatikan mereka.
"Deal."
Alexa dan Stevano berjabat tangan bahwa mereka setuju dengan apa yang mereka sepakati.
Tok.. Tok.. Tok...
Lelaki dari ambang pintu memperhatikan kedua orang yang berada ruangan UKS itu apalagi mengetahui siapa lawan bicaranya.
Keduanya berjabat tangan meski ia tak tau obrolan apa saja yang mereka bicarakan. Arsen menatap Stevano tak kalah tajam, "Pintu keluar masih belum pindah kan?"
"Ngusir?" Stevano malah terkekeh sinis. "Emang lo punya hak ngusir gue?"
Tatapannya tajam kepada siapapun yang berani menarik perhatiannya seolah mereka adalah mangsa. Seperti saat ini tatapan itu tertuju kepada Arsen.
"Lo ngapain sih disini?!" seru Arsen menaikan nada bicaranya.
"Seen? Stev? Plis!"
Arsen dan Stevano saling menatap tajam. Pada akhirnya, Stevano terlebih mengalihkan arah lalu bergegas keluar sebelum berkata, "His is my ex girlsfriend."
***
Disisi lain, Fio mendengarkan alunan musik Taylor Swift di earphone. Ponselnya ia gunakan untuk bermain games. Tak memperdulikan temannya yang bersorak heboh mungkin karena beberapa kabar gembira di hari ini.
Syafa melepas salah satu earphone di telinga Fio langsung bertanya keadaan salah satu teman mereka. "Keadaan Alexa gimana? Masih separah itu?"
Fio pun mengangkat alis lalu menglengkan kepala, "Emang lo suka berteman sama gadis nerd?" tanya Fio spontan.
"Maksud lo?" ujar Syafa serius. "Kalau Alexa nerd, emang masalah? Menerima kekurangan dan kelebihan itu arti sahabat kan? Fisik? No problem, yeay!"
Fio hanya berdehem.
"Maksud lo gimana sih!" Syafa berdecak kesal karena tak kunjung mendapatkan respon. "Itu teman kita juga. Lo tau gue ngerasa bersalah banget sama dia."
Ya. Sedaritadi gadis itu tak hentinya berminta maaf. Sedangkan Fio, sengaja menggoda Syafa. Lebih tepatnya memancing gadis yang barusaja menjadi temannya kurang dari dua tahun ini.
Fio hanya tak mau, di dalam pertemanannya ada salah satu yang bersifat 'karena ada apanya'. Itulah Fio hingga gadis itu tak sembarangan orang yang dianggapnya sebagai teman.
Lagi lagi, Fio hanya ber-oriah. "Kenapa hari ini lo banyak bicara?" tanyanya balik.
Syafa memang lebih banyak terdiam daripada mereka bertiga. Dan hari ini terlihat berbeda.
Detik itu pula Fio menahan tawa, raut wajah Syafa pucat ditambah dengan rasa cemas terlihat jelas.
Benar. Syafa cemas kepada keadaan Alexa dan berbagai hal. Secara tidak langsung ini juga dikarenakannya.
Fio pun memundurkan kursinya bernapas lega. "Duluan ya!" serunya sebelum mengejar Daffa yang barusaja keluar kelas.
***
"Kan kamu gak suka susu coklat. Jadi aku bawain susu vanila. Kesukaan kamu, kan."
Arsen menata beberapa apel, susu vanila dan yogurt di atas meja dekat narkas. Lalu lelaki itu duduk di kursi terdekat.
"Seen? Aku ngerepotin ya," Alexa menyegir kuda. Gadis itu masih ingat sewaktu ia tak menerima susu coklat dari Arsen karena Alexa lebih menyukai susu vanila.
Arsen menaruh jari telunjuknya di bibir Alexa agar tidak berangapan seperti itu. "Hstt. Jangan bilang gitu, ah, gak suka."
"Iya, Maaf." Alexa mengangguk lalu tertawa, "Terimakasih juga."
"By the way, Kamu kemarin jadi datang ke CENSA event?" Alexa kembali tanya seolah memastikan.
Karena sepulang itu, ia baru mengecek ponsel bahwa Arsen mengajaknya.
Jika Arsen berkata jujur, ia akan menjawab dengan tepat. Karena Alexa sendiri sudah memastikan dan ada didekatnya.
Arsen mengangguk.
"Sama siapa?"
"Teman."
"Teman apa teman?" Alexa memperhatikan Arsen intens.
Ohya, lelaki itu datang bersama Chelsea toh.
"Teman, Sayang." jawab Arsen lebih lembut. Lelaki itu memainkan kepangan rambutnya. "Kamu kemana aja? ...--"
"Seen, aku minta maaf." potong Alexa cepat. Gadis itu meraih tangan Arsen yang sedang memainkan kepangan rambutnya.
"It's Oke."
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro