Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

20. Argument

Sudah satu minggu berjalan waktu sejak mereka bermain turt or dare. Dengan gampangnya Arsen meminta dare menjadi pacarnya. Sejak itu pula kini keadaan berubah meski Alexa sedikit menggap sepihak.

Arsen terkadang berusaha menyakinkan menjadikan hubungan mereka telah resmi menjadi kekasih. Arsen yang selalu mengapel ke kelas Alexa jika istirahat maupun terkadang pulang sekolah. Terkadang pula keduanya menghambiskan waktu bersama di lingkungan sekolah. Hal itu membuat sorotan tersendiri.

Jujur saja Alexa tidak terbiasa akan hal itu. Awalnya, rasanya ia ingin segera mengusir Arsen jauh-jauh, namun hal itu berasa sulit. Jika Alexa bertindak meskipun hal kecil, Arsen akan bersih keras menolak. Meski ijin ke toilet sekalipun, lelaki itu akan menunggunya di luar.

Mau tak mau ia akan membiasakannya. Membiarkan semua berjalan dengan semestinya.

"Lo itu cupu! Gak punya malu, emaang! Dikira deketin semua cowo disini, pantess! Lo murahan, tau engak! Lo udah bosen sama Daffa? Sekarang fall in love with Arsen?"

Lamunannya terhenti ketika Tiffany dan kedua temannya menghalangi langkahnya. "Mau kalian apa sih? Kemarin minta jauhin Daffa, dan itu permintaan engga masuk akal, dan sekarang kenapa kalian kemari buat jelekin hubungan aku sama Arsen?! Urusan kalian apa lagi??"

Tidak sadar Alexa mencengkram jari telunjuknya sendiri. Hampir saja gadis itu reflek mendaratkan pukulan. Perkataan Raxel kali imi membuatnya kembali membisu, "Omong-omong, Lo belum tau Arsen? Elo cuma pemeran kedua disaat pemeran utama gak ada! inget baik-baik! You're welcome, Tinggal menghitung waktu, remember it, Nerd!'

Raxel terlebih dahulu melangkah pergi setelah perkatan terakhirnya diikuti kedua temannya yang sedari tak mengubris. Sedangkan Alexa masih berdiam mencerna perkataan Raxel sebaik mungkin. Awalnya itu bukan urusannya, tetapi mengapa keberadaan Alexa disini bisa dikatakan hanyalah pelampiasaan?

***

"Gucci marmont. Naah gue masih ngincer itu." Syasha berseru tanpak semangat.

Enam cewek barisan tengah berkumpul melingkar membicarakan berbagai hal. Mulai dari bergosip hingga saling berbagi cerita. Syasha adalah teman satu bangku dengan Syafa. Di bangku depan ada Fio dan Alexa. Bangku Valen dan Vlora, paling depan diantara bangku mereka berenam. Kebetulan saat ini free time hingga memasuki bel istirahat. Hanya diberi tugas oleh guru piket dengan syarat tidak keluar-masuk kelas.

"Bukannya itu udah pengeluaran dua bulan yang lalu sampai di Indo?" Fio berdecak tampak berfikir. Saat itu, ia juga mendatangi toko branded tersebut.

Salah satu dari mereka ikut menyelah. "Emang lo gak dateng? Gue dengar banyak yang datang sih."

Vlora, cewek berambut panjang diperkiraan di atas pantat itu bertanya balik. Bermula berteman dengan Valen hingga saat ini menjadi teman sebangku membuatnya masuk kedalam dunia brand fashion. Meski ia awalnya tidak terlalu mengerti dunia tersebut.

"Ada opening pula juga gabung branded chanel. Diskon besar. Ambil dua brand sekaligus, diskon ga nangung. Gilaaak! Tahun ini dibuat lebih beda." Kali ini Alexa yang sedari tadi berdiam, ikut berbicara. Terlihat jelas dari sorot matanya begitu antusias.

"Lo.. Kok...?"

Diantara mereka, Valen lah yang cenderung memasuki dunia fashion ber-branded. Reflek gadis itu tak bisa menyembunyikan keterkejutannya.

Benar. Yang dikatan gadis berkepang itu.

Valen ingin memiliki branded tersebut sangat disayangkan di acara yang telah ditunggunya tidak dapat menghadiri dihari itu juga.

"Lo datang?" Valen lagi lagi bertanya.

Sial. Alexa tidak terlalu bisa mengontrol perkataanya. Bagaimana tidak tau? Ia juga menghadiri acara tersebut. Mengambil beberapa branded. Tetapi Andriana-lah yang lebih menyukai barang branded.

Valen juga salah satu dari anak dari kolega bisnis Papanya. Kedudukannya sebagai anak tungal membuatnya sedikit tinggi hati. Alexa sendiri juga tidak menyukai gadis saat ini, karena tatapannya terlihat meremehkan.

"Spetisifikasi model tas, sepatu Lo? Itu kan termasuk barang brand?" Syasha menjeda ucapannnya kembali mengarah ke Valen dan Vlora, "Kalian ga nyadar? Bagi orang biasa itu barang biasa. Tapi bagi orang dunia brand itu beda."

"Kalian juga belum paham?" Tatapan Syasha beralih mengarah ke sekitarnya. Tepat kedua gadis itu saling menatap karena tidak menyadari dari awal.

Nyatanya ia didalam lingkaran berangotakan enam orang ini termasuk dirinya, bisa dibilang termasuk pengemar dunia fashioneble kalangan ber-branded.

Suasana kelas XI-A terdengar seperti keramaian pasar, ditambah dengan suara Abel tak kunjung terhenti. Alexa menghalihkan arah, kini ia membaca novel yang ia bawa, merasa bosan. Sekaligus, mendalami peran.

Karena seolah Alexa terciduk. Gadis berkepang itu hanya terdiam. Mengenai tas dan sepatu itulah pemberian dari Andriana. Ah, hampir lupa. Andriana termasuk pengemar kategori barang branded. Dimana pun, Mamanya itu selalu mengikuti trend pengeluaran terbaru meskipun di negri asing sekalipun.  

Plak!

Segumpalan kertas itu mendarat mengenai sasaran. Alexa mendengus kesal. Ia menatap teman kelasnya, namun tak ada pula yang terlihat seperti pelaku.

"Baca novelnya, udah selesai?" ledek Abel digeromboli oleh teman-temannya. Kelima temannya pun menatap jengah kedatangan Abel cs saat ini.

"Kalian pelaku pelempar kertas?!" tudu Alexa lebih tegas.

Abel menatap lirih, "Kalau iya, kenapa?" balasnya ringan.

"Sini, gue kasih kasih tau berpenampilan cewek, biar gak cupu." Rossa melanjutkan perkataan Abel, namun ledekan. "Nerd itu mana tau dunia fashion."

Alih-alih mereka berenam sontak mnegarah ke sumber suara itu. Serak namun begitu menusuk.

Rossa sudah mendekati ke bangku mereka, diikuti oleh Abel yang sedang membawa majalah bulan ini, "Ini model lagi naik daun, Guys. Desain blous juga dibuat oleh desainer terkenal." Ujar Abel menunjuk salah satu model di majalah tersebut.

"Modelnya keren, pasti ini model baru," Rossa menunjuk salah satu gambar model dengan gaun yang ia suka. "Soft, i like it."

Valen dan Vlora mengalihkan arah mengarah ke majalah tersebut. "Oh, My God, Sis!"

Beda dengan Fio dan Syafa sekilas melirik lalu cenderung tidak memperhatikan. Bagi Fio dan Alexa itu hanyalah hal biasa, sedangkan Alexa hanya sekilas tertarik lalu beralih arah. Dia juga pernah bertemu dengan desainer tersebut, desainer yang saat ini sedang naik daun. Alexa dan Fio juga pernah dibuatkan bloush terbaik dari desainer tersebut secara cuma-cuma, kebetulan saat itu Andriana mengundang beberapa desainer terkenal dalam acara aniversary butik-nya.

"Banyakin sama main sama yang selevel, Fi." Lalu Abel melirik Alexa meledek, "Lo. Cupu sih! Mana tau."

Erlina menghela napas panjang, memutar bola mata sambil memergoki Fio yang ia duga tak berniat ikut nimbrung, "Fio! Coba kesini! Ada model gaun baru! Lo belum tau, kan? Mangkannya jangan jalan sama si cupu mulu,"

"Mending lo gabung sama kita, daripada, lo deket sama si cupu terus. Cupu, miskin, mlarat? Maybe?" sindir Abel dengan tawa.

Nyokap Abel seorang kontraktor. Orangtuanya terlalu memenuhi keinginan Abel sehingga Abel selalu berusaha mengikuti tren. Ia juga selalu bullying murid dibawah standart Lenald High School pada umumnya. --seperti Alexa dimata Abel hanyalah nerd dan gadis miskin seperti yang Abel ucapkan.

Alexa lagi lagi masih dibatas ambang kesabaran. Jika boleh ia akan membungkam mulut ke tiga gadis bermake up itu.

Fio berdehem sejenak, mengkerutkan kening, "Duhh! Gue udah tau kok, lagipula, bokap teman lama gue itu designer terkenal." ujarnya, tak ada maksud sombong.

"Wow! Enak banget, elu!"

Fio tersenyum sinis mengarah ke teman-temannya yang saat ini masih sibuk memperhatikan majalah tersebut.

"Desainer Inwi Wily? Baru? Gue rasa itu lama, baru booming di era Indonesia. Coba cari di koleksi Qipao, deh!" Alexa mengibas kepangannya kembali menatap Abel tajam, "It's so. Anak kemarin jangan ngerendahin orang sembarangan!"

Perkataannya membuat mereka terdiam. Gadis berkepang itu segera berbalik arah, meningalkan tempat.

Tidak sengaja, Fio mengikutinya hingga sampai belakang keduanya berbicara serius.  "Lo!" tekan Alexa gemas. Fio langsung menoleh ke Alexa dengan tatapan binggung. "Lo gak bermaksud hianati perjanjian kita, kan?" Alexa menatap serius.

"Lo pindah disini aja, gue udah seneng. Gue gak selicik itu lah, Le! Lo kayak baru sehari aja, kenal gue!" seru Fio memancing tawa.

Alexa menunduk diri, bahwa yang Fio katakan realita. Keduanya saling mengenal cukup lama, keduanya bahkan tau sisi lain dari Alexa, maupun Fio. Mengapa Alexa berbicara seperti itu?! Hiks..

"Gue mau jagain lo! Alexa!" bisik Fio. Alexa hanya mengangguk tersenyum.

Setelah itu Fio kembali ke tempat duduknya sedangkan Alexa ebih baik berpindah ke bangku belakang tepat Daffa berada, daripada berkumpul dengan para cewek tukang gosip. Salah satu keungulan berteman dengan lelaki ialah menghindari gosip. Tak heran rata-rata teman Alexa sendiri lebih banyak cowok daripada kaum sejenis.

Kebetulan lelaki itu sedang bermain games diponselnya, ia langsung menduduki bangku Dino, teman sebangku Daffa tanpa persetujuan. Kebetulan Dino tidak berada di bangkunya.

"Sejak kapan lo sih ada hubungan sama Arsen? Lo anggep gue apa sih?" Decak Daffa sedikit mencodongkan tubuh ke arah Alexa, "Gue mau, gue tetep jadi orang yang pertama tempat lo berkeluh kesah, Le."

"Kita sahabat. You know's? Forever!"

Alexa menarik ponsel Daffa sebelum berkata. Kini Daffa menatap bola mata coklat gadis itu. Ada perasaan sesak yang tak bisa dijelasakan. "I know's."

"Dan sampai hari ini, lo masih tetap orang pertama tetap berbagai cerita." Alexa menjeda ucapannya, "Tentu sebelum kedua abang gue tau."

Gadis itu menceritakan secara detail. Tentang awal pertemuan hingga berujung ke permainan yang melibatkan terjalin hubungan keduanya. Bahkan seluruh murid pagi ini tak ada habis membicarakan. "And so, I'm sorry. Hampir tiga malam kemarin gue ada acara keluarga ke luar kota." ujar Alexa diakhir cerita.

"Eh teman gue udah gak jones lagi." Ledek Daffa memainkan kepangan rambut Alexa sejenak lalu berkata, "Udah ah, ntr ada yang cemburu."

Lalu gadis itu menyender di bahu Daffa, "Kalau seolah Arsen, atau siapapun itu minta kita jaga jarak, gue bakal putusin dia. Kalau Tifany kelewat batas, gue gak tau lagi. Kita juga udah ngasih peringatan pertama ke dia."

Daffa mengelus rambut Alexa. Kedekatan keduanya terlihat lebih jauh dari seorang sahabat jika orang luar menilai.

Tak jarang keduanya saat ini menjadi sorot perhatian. Mengingat Alexa sudah mempunyai Arsen, sedangkan Daffa sangat dikejar Tifanny. Bukanlah seharusnya keduanya tidak boleh berlebihan?

"Tetap gini terus ya, Le."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro