Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

09. Empati

Beberapa jam kemudian, Alexa menuruni tangga terlebih dahulu, dengan gaya ala 'nerd' masih menempel di tubuhnya. Permainan ini belum selesai ia akhiri. Menurut, Alexa ini lebih menyenangkan.

Andrea dan Adrinana tersenyum ke arahnya. Sedangkan Bi Daa menyiapkan makanan sambil memberikan senyuman --Ini rutinitas keluarga.

Tak lama, Alfian dari taman belakang rumah, langsung mengambil sarapan pagi. "Kamu itu ya, gak salam! Langsung ambil sarapan, rakus banget kamu, kak," Andriana hanya sekilas menengok sekilas kelakuaan anaknya, terbiasa.

"Apa Ma? Aku memang kurus kok, gak kayak Alea," cengir Alfian dengan sindiran andalannya.

Alea, berada di samping Alfian tak terima. "Oh, dari dulu emang Kak Alfian RAKUS kan, Ma! Astafirullah kak!" ejek Alex sambil menyentil menekan kata 'rakus'.

"Makaseh! Ayas mang guanteng," Alfian mengangkat alisnya begitu percaya diri. Reflek, Alexa berakting seolah ingin muntah, mendengarkan jawaban Alfian.

Tak heran jika Alfian dan Alexa sering bertengkar atau beradu mulut, seperti saat ini, umur mereka tak jauh berbeda.

Usai mimpi buruk semalam, Alexa telah menganggu tidur malam Alfian, ya, untuk meminta teman. Pagi ini, Alfian mendesis berat. Rasa kantuk masih menyelimuti di pagi seperti ini. Jika semalam tak ada insiden, mungkin pagi hari Alexa bangun kesiangan. Jika kalian tau, Alfian lebih terbiasa bangun pagi daripada gadis ini, Alexa.

Terpksa Alexa berangkat dengan Alfian atas permintaan orang tua. Ditambah Pak Deon harus terlebih dahulu mengatar Andrea lebih pagi. Disini, Alexa hanya berdoa supaya tak ada yang mengetahui tentang hal tersebut.

Usai menyusul Alfian, Alexa masih berjalan lambat setelah berpamitan. Alfian sekilas mengaca terlebih dahulu di spion mobilnya di depan rumah. "Ganteng! Iya ganteng!" Alfian hanya mengelengkan kepala, ia sudah terbiasa dengan perilaku adik bungsunya ini.

Merasa kesal tak melajukan mobilnya, Alexa kembali berceloteh. "Muka pas-pasan kayak wajan gosong, gaya lo selangit. Gimana pun cantikan Alea dongs," timpa Alexa asal ceplos, entah tertuju ke siapa.

Alfian mencakar mulut adiknya itu dengan gemas. Alexa pun dengan siap menghindari sambil berkata, "Bang! Ayooo," Alexa dari belakang sudah bersiap, hentak memasuki mobil.

"Bang, gue akut niii," ringis Alexa sudah berfikir tentang hal-hal di luar dugaannya.

Beberapa menit yang lalu, Alexa tak ada habis-habisnya berceloteh panjang hal, satu hal menjadi di perpanjang. Entah, mengapa Alexa ketakutan. Di satu sisi lain, Alexa tak pernah takut jika cabe keriting melabraknya. Kecuali, identitasnya terbongkar untuk saat ini.

"Tenang dong, Dek," bisik Alfian.

Menutupi segala kemungkinan yang terjadi, gadis itu kembali memainkan ponselnya."Bang, lo gak ...--"

Tiba-tiba mereka tersentak saat kendaraan lain mengebut di seberang jalan.

"Gak bisa slow ya, lo?!" bentak Alfian membuka spion menghindari pengendara lain yang sedang mengebut.

Disebrang sana sebuah mobil hampir saja mencari celah. Pengemudi mobil itu hampir menyrempet mobil yang dikendarai Alfian. Lelaki itu membuka spion dengan membentak kasar.

Seorang gadis hampir mendongak memainkan ponselnya. Mobil lain itu segera menyebrang setelah mengetahui hal tersebut. "Let's play together!"

Alfian mempercepat lajuh mobilnya. Khusus di hari jumat, sekolahan akan mempercepat bel dari hari biasanya. Sebelum di area parkiran sekolah, Alexa terburu-buru bergegas ke dalam kelas, ia juga tak mau menjadi bahan tontonan.

Dengan paksa, Alexa berjalan terlebih dahulu menuju ke dalam sekolah, meninggalkan Alfian menuju parkiran sekolah.

***

"Woi bro! Lo kenal cewek nerd itu?"

Vino telah mengambil alih menduduki kursi tempat duduk Alfian, disamping Riko. Tak lama kedatangan Vino, Alfian barusaja memunculkan keberadaannya.

"Shinta?" Alfian bertanya balik seolah mendapatkan sorotan dari kedua temannya.

Setahu Alfian, Shinta merupakan cewek nerd dari awal masuk sekolah. Tak heran jika dirinya telah menjadi bahan pembullyan. Terkadang mereka memergoki namun kejadian itu terus berulang.

Riko mengangkat kepala menatap Alfian, "Bukan!"

"Murid baru cewek nerd itu loh, sapa sih namanya ..." Riko berfikir, "E.. e.. Exa? Hm ...-"

Alfian segera membetulkan. "Alexa?"

Riko mengangguk lalu Vino menjeda. "Kok lo tau? Ada apa yaa," Alfian mala terkekeh memperhatikan raut wajah keduanya temannya ini.

"Iya lah, babank. Teman sekelas Daffa. Tanya sendiri sama tuh bocah." ujarnya menyakinkan. "Kenapa? Wajah lo pada serius banget. Ngerjain tugas matematika aja gak segitunya."

"Lo bener gak ada apa-apa? Hubungan spesial? Or backstret?" tanya Vino frontal. "Bukan apa-apa juga. Kita cuma mau mastiin, soalnya tadi gue gak sengaja cewek itu bareng lo, kan Fin? Terus.. "

Rasanya Alfian dapat bernafas lega. "Iya, tadi dia nebeng. Ketemu di pingir jalan." elaknya santai.

"Siapa tau, bakalan resmi. Kita berharap gitu."

Vino tertawa disusul Riko. Alfian sedikit tertawa lalu melempar tasnya ke arah Vino.

"Vino! Dicariin Catylin!"

Vino menangkap tas Alfian, sebelum lelaki berkacamata itu mencari celah tersembunyi di bawah meja.

Alfian dan Riko menoleh ke arah Dita didepan pintu mengobrol dengan siswi lain yang bernama Catylin. Keduanya memperhatikan arah bangku belalang tepat di bangku Alfian dan Riko.

Sedangkan Vino mengedipkan mata meminta bantuan. Riko mengangguk mengarah ke arah Vino dibawah meja sekilas. "Gak ada yang namanya Vino."

"Catylin masih ada gak?" tanya Vino selang beberapa menit masih sembunyi. Riko mengangguk, gadis itu masih memperhatikan arahnya.

"Lho, Cat? Lo ngapain disini? Nyariin Vino?" Gadis itu menganguk.

Seo memperhatikan gadis itu sedikit aneh. Ngomong-ngomong kelas Vino bukan disini. Lalu apa tujuan lain ke kelas 12 ini?

"Gue juga daritadi Vino belum ketemu."

Seo masih mengobrol sedangkan Daffa menyambar bangku Alfian menaruh minumannya di atas meja. Kebetulan bangku didekat Riko kosong, Regal memutar arahnya.

"Duduk depan. Jangan disini." Riko terlebih dahulu memberi larangan.

"Capek!" Regal terlebih dahulu menaruh kakinya. Tiba-tiba seorang tangan memerkas kakinya. Daripada ia berteriak, masa ada setan di pagi hari?

Regal berhati-hati menoleh ke arah bawah. "Vino! Ngapain di sana? Gue kira lo setan!" Reflek Regal berteriak. Vino memberi syarat menutup mulutnya.

Vino. Nama itu menarik perhatian Catyln masih berada di depan kelas. Seseorang yang sedang ia cari.

Catylin berlari ke arah mereka langsung menoleh ke arah Regal saat berteriak. "Katanya Vino gak ada disini? Gak ada di kelas ini, tapi adanya dibawah kolong meja?" Catylin telah berada di hadapan Vino melipat tangannya di dada. "Keluar lo!'

Seo membututi Catylin sedikit terkejut. Catylin mengebrak meja, "Bayar KAS, WOI!"

Vino mengaruk kepalanya yang tak gatal, sedangkan Regal dan Daffa tertawa mengompori Catylin. Selanjutnya satu per satu, Alfian, Riko, Regal dan Daffa mencari udara segar kecuali Catylin dan Vino.

Tak jauh dari kelas 12 suara ricuh terdengar lebih jelas. Bahkan langkah mereka terhalang oleh beberapa siswi-siswi.

"Kelas dua belas kok masih acara berantem? Sebaiknya tuh belajar yang giat." Regal membalik arah menatap gerombolan itu.

Riko dan Alfian mengangguk membenarkan.

"Lo! Cewek nerd, jangan belagu! Mau muka dua? Sok cantik?"

Suara itu terdengar dengan jelas. Perkara pertama pastilah berurusan dengan korban bullying. "Oh. Pasti golongannya Abel, cabe keriting itu." tebak Seo. Bahkan mereka dapat mendengar jelas.

"Lea dimana?" tanya Alfian berbisik kepada Daffa. Tentunya lelaki itu secara tidak langsung sudah diberitahukan oleh Alexa sendiri mengenai penyamarannya.

"Ayo kesana! Jangan pada bengong!" Lamunan Alfian terhenti sedangkan Daffa masih tepat berjalan disampingnya.

"Ikut lah, gue! Bonyok in tuh muka!" timpa Daffa antusias ketika mendengar bertengkar. Disitu, jurus troumblemaker akan keluar.

Disisi lain, Fio berdecak mencari jalan pintas. Di koridor kelas 12 begitu ricuh. Bahkan langkah mereka terhalang oleh siswa-siswa yang berada di depan kelas.

"Ada apa ya? Antri sembako?" gurau Fio tertawa kecil. "Kesana aja, yuk! Jangan-jangan ada yang berantem?"

"Jangan belagu! Mau muka dua? Sok cantik? Iya, lo sok cantik!" Teriakan itu membuat Alexa dan Fio berjalan terlebih dahulu.

Dengan gemas, Fio telah berada di tengah kerumuan memuncaratkan amarah terlebih dahulu. "Lo gak bosen apa, everything just bullying?" Fio menatap cabe keriting di hadapannya ini.

Erlina pun berdehem. "Ya, karena hidup lo cuma ngurusi dua nerd yang lo kira merupakan cuma salah satu korban kita di sekolah ini ya kan?" tanya balik Erlina tetap santai.

"Lo gak apa, kan?" Alfian sedari di belakang Fio menerobos gerumbulan pun melirik korban bullying Abel yang teriris. Tangannya dipenuhi dengan goresan luka, serta bajunya telah berubah menjadi bercak merah.

Kemudian, gadis itu di antar ke UKS terlebih dahulu oleh beberapa siswi PMR lainnya ketika salah satu dari mereka meminta bantuan.

"Seharusnya lo fikir pakai otak! Queen bullying kayak kalian gak akan di hormati! Yang ada malah di hina atas kelicikan lo, itu!" Tutur Alfian menatap Abel cs tajam. Perkataannya kali ini, dapat memohok mereka.

Karena Alexa tak percaya diri ia sedikit memundurkan langkah. Ia hanya berada di sekitar kejadian di halangi oleh Seo dan Daffa untuk mengamankan terlebih dahulu.

"Wahai penononton! Harap bubar! Dasar pencundang!"

Terlebih dahulu, Daffa membubarkan penonton aksi mereka. Sungguh pengecut, mereka seperti penonton bayaran, tak beranisiatif melerai.

"Hak gue! Gue gak takut!" tantang Abel satu langkah lebih maju.

"Kita kesini, bukan supaya lo pada takut. Tapi entah apa yang terjadi setelah ini." tutur Alfian santai. Namun terdegar seperti ancaman.

Abel pun tersenyum sinis. "Because I'dont care!"

***

Ditengah keramaian, Fio dan Alfian yang membuat pembullyian itu berakhir. Mengingat Abel adalah Queen Bullying tak ada yang berani melerai mereka. Ini bukan tontonan gratis!

Sedangkan, Alexa ingin ikut melerai tapi dihalangi oleh Daffa, Riko, dan Seo bersih keras untuk tidak ikut campur. Menjaga beberapa insiden yang tak diinginkan.

Kini, mereka di dalam ruang UKS terlebih dahulu. Luka perempuan tadi masih ditangani oleh murid PMR yang bertugas hari ini.

"Istirahat aja, Dek!" tegur Riko.

Shinta kembali terdiam, sedikit hisakan dapat terdengar.

Hening.

Tak lama siswa PMR itu ijin kembali, karena tugasnya telah selesai. Dikarenakan masih terlihat pucat, mereka menyarankan untuk beristirahat.

"Kenapa sih, kalian nolong aku?" pinta Shinta itu dengan pelan.

Tak heran jika dirinya telah menjadi bahan pembullyan dari awal sekolah. Ya, Shinta merupakan salah satu nerdy girls. Tak jauh beda dengan Alexa -Nerd --Fake Nerd. Yang membedakan, perempuan ini Real Nerd, bukan Fake Nerd.

"Gak boleh ya? Kita nolongin kamu?" Alexa bertanya balik.

Mungkin Shinta tak berani membalas ataukah sudah pasrah atas apa yang mereka lakukan?

Jika ini terjadi dengan dirinya, Alexa sendiri tak segan-segan lebih membalas apa yang mereka buat.

Nerd itu bukan untuk dibully!

"Seharusnya, kalian gak perlu buang-buang waktu untuk nolong aku. Kalian kan emang fams. Sedangkan aku?"

"Hanya itu?" selah Riko hampir tak percaya.

"Gak boleh membedahkan ya! Kita kan juga manusia biasa sama seperti kamu. Apanya yang beda, coba?" ujar Alexa membalik.

Tak ada senyuman dihelai bibirnya, sendu.

Alfian, Daffa, dan Fio rupanya telah menyelesaikan. Merasa kasihan, Fio menyeret Alexa ke kantin bersamanya selagi menunggu bel masuk berkumandang.

Langkahnya terhenti ketika ada seseorang yang memanggil namanya.

Sekilas berbalik, Riko, Regal dan Seo mengikutinya. "Mau kemana lo? Kita ikut!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro