07. Meet Her Again
Ketiganya keluar dari ruang BK. Setelah,mendapat ceramah dari A-Z maupun Z-A kembali berulang kali. Alexa, Daffa maupun Dino merasa bosan. Detik ini pun ia diperbolehkan keluar dari ruangan tersebut. Beberapa guru korban telah melaporkan ulah Daffa, Dino, maupun Alexa sehingga mereka bertiga terseret ke ruang BK.
Dino, memberikan spidol tersebut. Daffa, mengganti spidol menjadi tinta permanen, dan Alexa, memberi ide. Jelas, ketiganya sama bersekongkol, mendapat hukuman yang sama. Bodoh amat. Hukuman kali ini, hanya menghapus papan tulis sepulang sekolah, ditambah hukuman Bu Rahayu tadi --menjaga perpustakaan selama tiga hari.
***
Syafa terlebih dahulu dihadapkan dengan layar persegi panjang. Tatapannya tak jauh berpaling. Tugas-tugas telah menumpuk, dan jauh beresiko jika tak ada tanggapan. Kebetulan ulangan menuju kenaikan kelas tinggal menghitung hari.
"Fokus-fokus trulala." Alexa menirukan gaya upin-upin sambil mengusili Syafa sedang sibuk. Toh. Kapan lagi.
"Diem. Bantuin." cela Syafa.
"Gak tau deh mau ngomong gimana lagii."
"Gantenganya audzubillah."
"Gilaaa!" Siapa lagi, kalau bukan Fio. Gadis itu berhisteris menatap layar ponselnya.
Syafa menatap temannya ingin tau. "Bagi dunggs!"
"Sekali lo lihat deh."
"Gantengnya gak kalah, deh!"
"Beneran."
Cibir Fio heboh mengenai satu kiriman terbaru dari akun instagram miliknya. Dari mereka bertiga, Fio lah yang paling terkesan seratus delapan puluh derajad ketika berhubungan dengan tipe cowok gadis itu. Apalagi mengenai new hot topic, gadis itu seakan terlebih dahulu mendapatkan secara cuma-cuma.
"Gue bukan netizen." Sering kali ia mengatakan itu. Berita yang ia dapatkan untuk dirinya sendiri. Bukan sebagai bahan gosip.
Alexa memutar bola mata mengarah ke layar ponsel Fio. Pria itu menampakan dirinya tepat di belakang taman Lenald High. Pasti. Itu di belakang sekolahnya tepat di belakang perpustakaan.
Latar background dengan exposisi terlihat kompleks namun bernuansa. Dari sudut pengambilan foto memperlihatkan gedung perpustakan dari belakang.
Seakan pria itu tak terlalu mengarah ke arah kamera. "Ga -gak kenal." Dari sisi samping pun Alexa tak mengenalinya. "Dan gak mau tau."
"In your informasion!" Fio mencupit Alexa. "Itu. Arsen Dareen, bad boy, salah satu pentolan most wanted-nya Lenald High ini." Alexa menganguk, cukup tau.
"Tapi dia pinter kok. Calonnya aku."
Alexa meledek. "Calon apa ni? Calon pembantu, apa calon kutilang nii?"
Fio dan Alexa ikut tertawa bersamaan. Syafa awalnya merengek namun ia juga tak bisa tak ikut tertawa bersama. Bersama sahabat jauh lebih menyenangkan daripada di tengah keramaian merasa seorang diri.
Di sisi lain, Alexa kembali memilih tertengun mengaduk ice blubble glum favoritnya sambil sedikit mendengarkan lagu dari music player ponselnya. Bosan.
"Astagfirullah."
Obrolan Fio dan Syafa terhenti. Keduanya saling memberikan aba. Berulang kali Fio menyegol badan gadis itu namun tak ada respon apapun.
Suasana lebih datar. Tak ada yang berani membuat kegaduhan. Hampir seluruh pasang mata cewek menatapnya kagum bahkan seolah kedatangan sang idola.
Cewek di barisan meja depan kantin terlebih dahulu berulang merias wajahnya dengan balutan bedak atau krim. Dan lain-lain. Agar dapat menarik perhatian cowok yang saat ini telah menjadi pusat perhatian.
"Siapa anggota PMR, disini?"
"Salah satu anggota PMR?"
Saat itu pula tak sengaja Syafa mencabut heandset milik Alexa. Tentunya, Alexa mendesis malas. "Apaan?"
"Eh lo kesini." Salah satu dari pria itu berkulit coklat menatap ke arahnya.
Alexa semakin binggung dengan suasana saat ini. Kedua temannya memulatkan mata kepadanya. Syafa seolah memberikan aba-aba melalui tatapan mata. Alexa pun tak mengerti.
Selang beberapa detik Loly kembali bertanya, menunjuk dirinya. 'Gue?'
Lelaki kali ini mengangguk. Seolah iya. Beberapa lainnya menatap Alexa berbagai pernyataan.
Gadis itu terlalu kalut dalam alunan melody lagu di ponselnya. Ia juga merasa bosan sehingga tak memperdulikan apapun yang ada dihadapannya maupun sekitar. Kebetulan juga kedatangan mereka membelakangi posisinya.
"Obatin luka teman gue, ya." Alexa menerjam mata berulang. Ia juga kurang tau. Alexa melihat tag name pria itu. Titan Ncs. 'Eh, salfok gue kiran titanic.' Batin Alexa masih terdiam.
"Lo anak PMR kan?" Tanya Titan sekali lagi. Alexa hanya mengaruk kepalanya yang tidak gatal. Rasanya sulit untuk dihubungkan.
Selain terdiam atau mengangguk. Tak ada jawaban pasti diantara itu. Kini ia telah berada di ruang uks setelah Alexa mengikutinya.
Gadis itu dilanda kebingungan. Jujur saja, ia tak pernah tau mengenai masalah luka infeksi dan sejenisnya. Alexa kembali memperhatikan luka pria itu dan segera mengambil P3K.
"Lemot bangett. Kalau lo gak bisa gue obatin sendiri."
Lelaki itu telah bersender di ranjang uks. Mengoceh sambil memainkan ponsel. "Ya kalau bisa sendiri? Lah.. -- "
"Temen gue yang panggil lo kan. Jangan protes."
Didalam sana terdapat beberapa lengkap. Terdapat salep luka bakar maupun luka ringan. Alexa lebih memilih menggunakan betadine.
"Banyak omong lo. Lama-lama aku kasih obat ini biar luka tambah infeksi. Tau rasa!" Kesal Alexa menawarkan obat salep Cendo Xitrol dengan memarkan deretan giginya.
Sekian bola mata lelaki itu menatap gadis itu dengan tajam. "Oh. Bego."
"Bodo."
Usai memeras kain dengan air hangat, Alexa memberikan cairan betadine secukupnya. "Diem ya."
Lalu mendekatkan kapas di wajah lelaki itu. "Jangan banyak tingkah. Biar gak sakit."
Satu tetesan, lelaki itu menyerit sakit. "Gak sakit, tapi perih."
"Kalau gak mau bonyok, jangan berantem. Perih dikit aja udah kayak orang kesurupan. Apa bedanya waktu beratem?"
Terbilang dekat, lelaki itu sedikit lebih jelas mengamati Alexa. Sakit perih yang ia tahan membuat Alexa menarik senyum. Setidaknya tak berteriak histeris lagi.
"Gue Arsenio Dareen . Semua juga kenal gue, kecuali lo belum kenal gue kan? Panggil nama gue, Arsen. Salam kenal."
"Sudah!" seru Alexa kembali membereskan kotak P3K. "Oh iya. Ada luka bagaian lain gak?" tanyanya kembali.
Lelaki itu menganguk. "Ada. Ntar gue obatin sendiri. Bisa."
"Biar gue obatin juga. Mana lukanya?" Paksa Alexa akhirnya lelaku itu menunjuk beberapa luka lain di lutut kaki.
Alexa kembali memeras kain dengan air hangat, tak lupa membersihkan luka terlebih dahulu lalu mencairkan betadine pada daerah luka secukupnya.
"So, thanks. Makasih."
Hanya anggukan sebagai jawaban. Setelah itu Alexa menutup lukanya dengan kain kansa dan plester luka atau hansaplast.
"Sekali lagi, makasih."
Alexa terkekeh kecil mengangguk. "Hooh, iya. Gak usah diulang lagi. Dah dengar. Ohya, aku Alexa. Salam kenal juga, hehehe."
Suara ketukan dari pintu UKS sehingga keduanya mendongak memutar arah.
"Eh, adek cantik belum selesai?" Lelaki berkulit coklat, itu Titan langsung beralih mengarah ke Alexa tampak membereskan P3K ke tempat semula.
***
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro