Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

05. Ulah

Sudah satu minggu, Alexa bersekolah di Lenald High School milik Papanya --Andrea.

Pembullyan dari Abel cs selalu ada. Ia masih dalam keadaan beruntung, karena Alfian belum mengetahuinya. Jika, kakaknya mengadu ke keluarga, pasti akan timbul masalah.

Kebetulan, hari ini, Alexa, Fio, dan Syafa berjalan ke ruang kelas bersama. Alexa mendudukan kepala. Fio, dan Syafa mengegam tangannya, menguatkan mental jika aura sekitar bersorak kembali.

"Most wanted, and the nerd!"

"Nerd guys!"

"Sekolah elite, kok masih ada nerd? Tolongin dia. Ckck."

"You do not deserve school here!"

"Jadi nerd, beruntung juga, eeh. Most wanted girl jalan sama dia."

"Sok cantik, ih,"

"Harga cantik-sok lo, berapa?"

"Impian nyata, eeh, ralat --mimpi lo terlalu tinggi, ew,"

Beberapa celotehan sekitar, membuat Alexa menyengir ditundukkannya. Ia hanya mendengarkan, tak membalas sedikit pun.

Fio, bernotabe anak dari kepala sekolah Lenald High School --milik nyokap Alexa ini, dan juga sekolah yang ia tepati ini untuk menuntun ilmu. Sedangkan Syafa mempunyai bakat di bidang seni. Dari keluarga sederhana. Sering memenangkan perwakilan sekolah di bidang musik. Ia, tak pernah patah semangat. Bahkan Syafa juga sering mengikuti lomba perwakilan sekolah. Beberapa kalangan siswa maupun siswi sudah jelas mengenalnya. Keduanya ialah siswi most wanted. Nama keduanya terkenal di kalangan murid Lenald High School.

Kalian tau kan? Resiko Nerd bareng most wanted? Bakal kena bullying. Namun, berjalan waktu, Alexa pasti lebih terbiasa.

Gue juga pantas kali, diposisi ini. Tapi, tunggu waktu. Ckckck. Cengir Alexa bergumam.

Fio Chelsy Rivina, sahabat Alexa dari kecil, rumah mereka juga berdekatan. Orangtua mereka pun telah bersahabat sejak lama.
Oh ya! Saat ini, Alexa selalu bergandengan dua siswi most wanted. Jelas. Ditambah dengan Daffa yang saat ini bersamanya di taman sekolah, mengisi keramaian taman saat ini.

Barusaja, Alexa bercerita banyak hal, terutama tentang penyebab dan alasan ia pindah ke sekolah ini. Daffa bersedia menjaga dengan baik.

"Yakin? Buat gue?"

Barusaja Daffa memberikan ice cream dengan syarat menemaninya di taman sekolah hari ini.

"Sederhana tapi selalu diingat." goda Daffa tertawa.

Sampai kapan pun ia begitu menyukai ice cream. Katanya sebagai mood. Kini Alexa tertawa. Begitu pula lelaki dihadapannya itu tak sepersen pun menurunkan kepedaanya. "Garing. Tapi, gue ketawa." kekeh Alexa ditengah tawa.

"Le, lo kok jadi kutu? Maksud gue kutu buku. Pakai kaca mata tebal gitu. Rambut dikepang pula. Emang kepala lo gak berat gitu?!" Daffa menyengir, gadis dihadapannya ini sungguh berbeda dari wujud asli yang ia kenal sebelumnya.

Gadis itu tersenyum, bertanda baik-baik saja. "Lebih nyaman. Gue bisa ngelihat kehidupan gue, tanpa kata fake."

"Tapi, yang selalu gue rasakan, gak sebaik yang mereka pikirkan." lanjutnya seolah tak ada apapun.

Alexa memandangi sekitar, suasana taman sekolah pun telah sepi, dikarenakan bel masuk telah berbunyi dari beberapa menit yang lalu.

"Terus? Lo kan fake nerd, juga?" Daffa bertanya balik sambil mencamil snack ."Mata lo buta. Jadi, lo gk bisa ngelihat dunia lo sendiri kan? Lah, terus ngapain lo ke dunia?" lanjutnya spontan. Alexa berdengus lirih, memutar bola mata malas.

Dibalik pengelihatan mereka, salah satu seseorang berhasil memperhatikan gerak-geriknya tersenyum tipis. Tetapi, ia tak dapat mendengar pembicaraan, dikarenakan jarak lebih jauh.

"Dari dulu, gak pernah berubah." kekeh Daffa mengacak rambut Alexa gemas.

Alexa pun sedikit cemburut.

Tepat, lima menit usai pergantian jam. Keduanya telah membolos di jam awal setelah istirahat. Langkahnya pun bergerak santai memasuki kelas mereka yang satu kelas.

Saat Alexa mengetuk pintu, masih terlihat Bu Erna, sepertinya belum mengakhiri jam mengajarnya berakhir, dan diganti jadwal guru mengajar berikutnya.

"Silahkan kembali!" Seorang lelaki dihadapan Bu Erna itu bergegas kembali ke tempat semula. Lalu, Bu Erna menghadap Daffa dan Alexa dengan tajam masih berdiri didepan pintu.

"Asalamualaikum, Bu.."

"Dari mana, kamu? Kamu mau membolos dari mata pelajaran saya?!" gertak Bu Erna masih menatap Daffa dengan tajam.

"Kalau ada salam, dijawab dulu, Bu.." timpa Alexa. "Waalaikumsalam. Silahkan duduk, Nak! Begitu, Bu."

Bu Erna pun bergantian menatap Alexa tetap berada diposisi.

"Waalaikumsalam." balasnya singkat. Ia pun baru sadar bahwa ada seorang siswi
disamping Daffa. "Kamu? Alexa? Murid baru itu, toh?" Sehingga nada bicara pun turun drastis. Bu Erna kembali mengingat. Sekaligus ditambah wajahnya asing.

Alexa mengangguk spontan, "Iya, Bu."

Percaya tak percaya, seorang murid baru telah berani melanggar peraturan meski hanya membolos.

"Kenapa kalian bisa membolos bersamaan?"

"Sengaja, Bu."

"Habis berduaan, mereka."

"Janjian, Bu. Janjian."

"Gak, Bu. Kita gak sengaja kok," elak Daffa dihadapan Bu Erna, beserta teman sekelasnya. Sudah jelas, yang dikatakan oleh teman kelasnya hanyalah humor candaan. Tetapi, Bu Erna lebih mempercayai humor.

"Lari putar lapangan tiga kali!"

"Lah kok cuma kita berdua? Kalau dipandang guru kan gak enak, Bu. Nanti pada nyebarin gosip." Alexa pun menduduk berakting nerd.

Sedangkan Daffa masih membantah perintah Bu Erna. "Dino juga gak kena, Bu? Tadi dia kan juga membuat kesalahan." lanjutnya mengarah ke Dino. Terakhir yang Daffa lihat ialah Bu Erna memarahi Dino. Pastinya Dino mempunyai kesalahan.

Daffa pun menyengol tangan Alexa untuk berkata, "Hm. I-iya."

Yang disebut namanya pun berusaha menghindari tatapan intens tersebut. Berulangkali, Dino menghela napas panjang. Berharap keajaiban akan datang.

"Oke! Kalian. Daffa, Alexa......" meskipun sejenak Bu Erna menjeda, hati Dino pun lega. "...Dino! Sekarang, kalian lari putar lapangan tiga kali!" perintah Bu Erna dengan tegas. Mungkin, alasan Bu Erna marah menghukum Daffa, dikarenakan kesalahan Dino awal mula saat berada didalam kelas ini.

Adil kan?

Seisi kelas menoleh ke arah Dino menahan tawa. "Dua ya, Bu? Sarimi isi dua." tawar Dino telah berada dihadapan Bu Erna, beserta Daffa, dan Alexa.

"Gak ada tawaran. Cepat laksanakan! Sebelum Bu Erna cantik berubah pikiran menjadi tiga belas putaran."

"Ehh, Iya Bu." ucap ketiga bersamaan.

"Siyap, Bu Ria. Saya doakan kecantikan Ibu cepat keriput." kekeh Dino lalu berlari memutari lapangan.

***

"Yes! Kita menang!" Alexa dan Daffa bertos ria. Mereka berdua tampak senang. Tidak dengan, Dino masih terus menyalahkan Daffa dengan berbagai bentuk.

"Gara-gara Daffa, gue jadi kena hukum."

"Lebih baik, lo berdua kan, lumayan. Daripada bertiga."

"Salah satu, setan."

"Gue."

"Gue selalu beruntung, gak kayak kalian. Nasib, emang."

"Nasib orang baik."

"Kejahatan ialah kebaikan yang tertunda. Diem he, berisik ni dengarinnya." ketus Alexa ditengah celotehan Dino.

Lelaki itu berjalan lemas, ia pun masih tersengal. Ukuran lapangan sekolah, emang sangat luas, ditambah dengan cuaca terik hari ini.

Alexa tertawa mendengar lelucon Daffa, begitupula sebaliknya. "Cuacanya terik banget. Untung, gue gak pindah tadii." lirih Dino memperhatikan kedua temannya itu.

"Alay. Laki kok takut sama panas." ceplos Alexa.

Siapa sangka, bahwa Alexa dan Daffa sang troumblemaker. Sekaligus, sahabat Alexa dari sekolah dasar. Ditambah, dengan kebetulan lagi, sekarang menjadi teman satu kelas.

Dimana pun mereka berada, sejak menginjak bangku sekolah menengah pertama keduanya semakin terlihat jelas. Bahkan, guru sering mendapat laporan kedua anak tersebut membuat kekacuan dengan sekolah lain.

"Kita ya, santai." ucap Alexa datar.

Daffa mengangguk iya. "Catat! Ini awal permulaan." kekeh Daffa antusias.

"Because, you.... ..--" jeda Dino menghela napas panjang.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro