Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Bab 5

Di hari selanjutnya Changkyun kembali ke sekolah dengan suasana hati yang buruk sehingga wajahnya terlihat seperti orang yang tengah kesal. Membuka lokernya, Changkyun menukar buku pelajaran yang memang sengaja ia tinggal di dalam loker karena dia adalah orang yang pelupa. Setelah itu dia bergegas menuju kelasnya.

Namun belum jauh Changkyun berjalan, langkahnya terhenti ketika mendapati seseorang yang datang dari samping kemudian menghadang jalannya. Pandangan yang sempat tertuju pada lantai itu lantas terangkat.

Baek Juho, salah satu bandit dengan reputasi terkuat di sekolah itu. Dialah yang kini berdiri di hadapan Changkyun.

"Minggir," tegur Changkyun dengan malas.

"Pergilah ke atap," balas Baek Juho.

"Aku sedang tidak ingin berkelahi," sahut Changkyun dengan nada bicara yang sama.

Changkyun kemudian berjalan melewati Baek Juho. Akan tetapi dua orang datang dari arah yang sama dengan kedatangan Baek Juho sebelumnya. Mereka langsung menahan kedua bahu dan lengan Changkyun lalu memaksa pemuda itu untuk ikut dengan mereka.

Sampai di atap, Changkyun menepis tangan kedua pemuda itu dan berbalik. Menemukan Baek Juho yang berjalan ke arahnya. Namun tepat saat keduanya berhadapan, Baek Juho langsung memukul wajah Changkyun menggunakan tangan kanannya. Membuat tubuh Changkyun sedikit limbung ke samping.

Changkyun mencengkram area yang baru saja dipukul oleh Baek Juho. Berjongkok dengan kepala yang tertunduk dalam. Namun itu hanya berlangsung sesaat. Setelah Changkyun bisa mengatasi rasa sakit yang seperti akan meremukkan rahangnya, ia menurunkan tangannya dan berdiri. Kembali berhadapan dengan Baek Juho dengan wajah yang benar-benar terlihat kesal.

"Aku sudah mengatakan padamu, kenapa kau tetap memaksa?" ujar Changkyun, suasana hatinya benar-benar buruk saat ini.

"Kau yang membuat masalah, kenapa aku yang harus menanggungnya?" ujar Baek Juho, melampiaskan kekesalannya karena kemarin ia harus bermasalah dengan petugas kepolisian. Dan setelah teman-temannya mencari tahu, dia tahu Changkyun yang menghajar kedua opsir yang tengah berpatroli.

"Apa yang kau bicarakan? Aku bahkan tidak ingat jika kita pernah memiliki urusan yang sama. Jangan membuat masalah denganku, Baek Juho. Aku tidak berniat berjabat tangan denganmu."

Baek Juho tersenyum tak percaya. Dia kemudian memberikan isyarat kepada dua temannya yang kemudian kembali memegangi Changkyun.

"Lepaskan aku," ujar Changkyun dengan nada mengancam.

Mereka bergeming dan saat itu Baek Juho mendekat. Pemuda itu langsung memukul perut Changkyun dengan keras sehingga membuat tubuh Changkyun tersentak dan sedikit condong ke depan.

Baek Juho menarik kepala Changkyun hingga pemuda itu sedikit mendongak. Dia lantas berkata, "kaulah yang harus berhati-hati padaku, Kim Changkyun. Aku tidak akan pernah berbaik hati padamu."

Baek Juho kemudian memukuli Changkyun. Dari perut ke wajah lalu kembali ke perut lagi dan itu terjadi selama berada detik selanjutnya.

Suasana hati Changkyun makin buruk. Kekesalannya berubah menjadi kemarahan hingga ketika ia menemukan celah, ia langsung menendang perut Baek Juho menggunakan kakinya hingga pemuda itu jatuh ke lantai. Changkyun kemudian melepaskan diri dari dua pemuda yang tak lepas dari hantaman siku serta kepalan tangannya.

"Baek Juho!" hardik Changkyun, sarat akan kemarahan. "Aku akan membunuhmu hari ini."

Changkyun hendak menghampiri Baek Juho. Namun saat itu satu orang yang sempat ia pukul meraih salah satu kakinya.

"Juho, pergilah lebih dulu," ujar pemuda itu, berniat menyelamatkan Baek Juho.

Changkyun hendak menendang pemuda itu, tapi pemuda yang lain datang dan memeluk dirinya dari belakang. Mengunci kedua tangannya.

"Minggir! Lepaskan aku sekarang!" ujar Changkyun.

Baek Juho berdiri. Memberikan tatapan tajam sebelum meninggalkan Changkyun.

"Ya! Berhenti di sana! Baek Juho!" tegur Changkyun dengan suara yang sarat akan kemarahan. "Aku akan membunuhmu, Baek Juho! Ya!!!"

Setelah Baek Juho dan dua temannya berhasil kabur, Changkyun kembali ke dalam gedung. Dia tak lagi berniat mengejar Baek Juho. Dia hanya ingin menjalani hari ini dengan tenang dan kembali ke rumah sakit untuk menemani kakaknya, tapi harapannya itu hancur setelah bertemu dengan Baek Juho pagi ini.

Saat hendak berjalan menuju kelasnya, sebuah panggilan masuk ke ponsel Changkyun dan itu dari salah satu temannya. Tanpa menghentikan langkahnya, Changkyun pun menerima panggilan itu.

"Bos, kau ada di mana? Sebentar lagi bel akan berbunyi, kau tidak datang ke sekolah?" suara dari seberang segera memenuhi pendengaran Changkyun.

Changkyun yang sebelumnya berjalan dengan kepala tertunduk lantas menghentikan langkahnya. Kepalanya tiba-tiba saja terasa pusing dan di detik berikutnya ia melihat cairan merah menetes ke lantai. Changkyun dengan segera meraba hidungnya sendiri dan menemukan darah pada jemarinya. Changkyun segera mengangkat kepalanya dan menyeka darah yang tiba-tiba keluar dari hidungnya. Dan dengan begitu ia mengabaikan temannya yang masih terhubung melalui sambungan telepon ketika ia tanpa sadar telah menurunkan ponselnya dari telinga.

Changkyun menggunakan punggung tangannya untuk membersihkan hidungnya. Beruntung bahwa darah yang keluar dari hidungnya tidak begitu banyak dan bisa segera di atasi. Akan tetapi setelah melihat keadaan sekeliling, Changkyun tertegun. Seperti ada hal yang salah.

Changkyun memandang ke sekeliling dengan wajah yang kebingungan seperti tengah mempertanyakan keberadaannya di sana dan apa yang tengah ia lakukan di sana.

"Kenapa aku ada di sini?" gumam Changkyun.

"Kim Changkyun."

Perhatian Changkyun teralihkan oleh sebuah teguran yang datang dari arah yang hendak ia tuju sebelumnya. Pemuda problematik yang baru saja berbicara dengannya melalui sambungan telepon berlari ke arahnya.

"Ya! Ada apa denganmu? Kau berdarah?" Pemuda problematik itu sedikit panik begitu melihat keadaan Changkyun. "Kau baik-baik saja? Apa seseorang baru saja memukulmu?Siapa yang melakukan ini padamu?"

Changkyun memandang tangannya yang terkena darah. Terdiam dengan wajah yang bingung ketika pertanyaan beruntun itu memaksanya untuk menemukan alasan dari keadaannya saat ini. Tapi karena ia tak kunjung merespon, pemuda problematik itu mengguncang bahunya.

"Ya! Kenapa diam saja? Kau baik-baik saja, kan? Kim Changkyun ..."

Dahi Changkyun tiba-tiba mengernyit. Wajahnya yang semula terlihat kebingungan kini menunjukkan perasaan lain. Sorot matanya menajam ketika ia kembali mengingat hal yang sebelumnya telah ia abaikan.

"Baek Juho," gumam Changkyun sarat akan perasaan marah.

"Siapa? Kau menyebutkan nama siapa?"

"Aku akan membunuhnya," ujar Changkyun penuh penekanan.

Mengusap area hidungnya dengan kasar, Changkyun pergi dengan langkah lebar. Membawa kemarahannya yang terlambat setelah mengingat bahwa Baek Juho dan beberapa teman pemuda itu baru saja menghajarnya. Si pemuda problematik yang tidak tahu apa-apa lantas mengejar dengan panik.

"Changkyun, kau ingin pergi ke mana? Kita harus segera pergi ke kelas. Ya!!"

Alih-alih kembali ke kelasnya sendiri, Changkyun justru pergi ke kelas Baek Juho. Dan keributan itu dimulai tepat ketika ia menjangkau pintu ruang kelas.

"Ya! Baek Juho!" hardik Changkyun dengan suara beratnya yang langsung menarik perhatian semua orang termasuk Baek Juho yang sudah menempati tempat duduknya.

Changkyun masuk dan langsung menendang sebuah meja yang kemudian menghantam meja milik Baek Juho. Hal itu sontak membuat Baek Juho dan teman-temannya berdiri. Hingga perkelahian keduanya pun berlanjut di ruang kelas.

★★★★

Kim Namgil memasuki ruang guru dan sempat bertegur sapa dengan beberapa guru yang ia lewati. Pria itu cukup disegani karena reputasinya sebagai salah satu pengajar di Universitas Sungkyunkwan. Dan sangat memalukan ketika ia dipanggil ke sekolah karena putra bungsunya lagi-lagi terlibat masalah. Kim Namgil segera menghampiri putranya yang tengah duduk berhadapan dengan sang wali kelas.

"Selamat pagi, Park Ssaem," tegur Kim Namgil begitu sampai di tempat yang ia tuju.

Ssaem : Guru

Park Ssaem kemudian bangkit dan membalas teguran Kim Namgil. "Oh? Pak Kim sudah datang?"

"Ya, mohon maaf karena aku harus mengurus sesuatu sehingga tidak bisa langsung datang kemari."

"Ah ... tidak apa-apa, Pak Kim tidak perlu bersikap secanggung itu."

Kim Namgil tersenyum canggung dan menjatuhkan pandangannya pada putranya yang duduk dengan kepala yang tertunduk. Dia kemudian menegur putranya dengan lembut. "Kim Changkyun."

Tak ada respon, Changkyun bergeming dan membuat suasana semakin canggung hingga sang guru kemudian menegurnya.

"Changkyun, kau bisa menunggu di luar. Ssaem ingin berbicara dengan ayahmu."

Tanpa mengucapkan apapun, Changkyun berdiri dan sekilas membungkukkan badannya sebelum meninggalkan ruang guru tanpa ada kontak mata dengan sang ayah. Sementara Kim Namgil menghela napas pelan sebelum kembali bertemu pandang dengan Park Ssaem.

"Apakah putraku mengulangi kesalahan yang sama lagi?"

Park Ssaem tersenyum canggung, memberikan persetujuan dengan pernyataan Kim Namgil. "Pak Kim bisa duduk sebentar."

Setelah pembicaraan para orang dewasa itu selesai, Kim Namgil meninggalkan ruang guru dengan Park Ssaem yang mengantarkan kepergiannya dari ambang pintu.

"Kalau begitu aku permisi, Park Ssaem."

Kim Namgil sekilas menundukkan kepalanya sebelum meninggalkan sang guru. Segera setelah itu ia menemukan Changkyun yang berdiri tidak jauh dari tempatnya. Dia kemudian menghampiri putranya yang masih menolak melakukan kontak mata dengan sang ayah.

Kim Namgil kemudian menegur, "kau akan terus menghindar seperti ini dari ayahmu?"

"Jangan beritahukan pada kakak," ujar Changkyun.

"Itu tergantung pada sikapmu. Jika kau bersikap seperti ini, terpaksa ayah akan memberitahu kakakmu."

"Ayah ..." Changkyun membuat kontak mata ketika melayangkan protesnya. Area wajahnya sudah dibersihkan, tapi ada bercak darah yang tertinggal pada kerah seragamnya.

Kim Namgil tidak begitu terkejut karena sebelumnya Park Ssaem sudah memberitahukan tentang keadaan putranya itu.

"Kau berdarah?"

"Orang itu memukuli aku sampai aku mimisan," ujar Changkyun, bernada kesal tapi juga takut.

"Kalian berdua memang sama-sama bandit. Baru akan berhenti jika sudah terluka."

"Kenapa Ayah mengatakan hal seperti itu? Ayah bahkan tidak tahu kejadian yang sebenarnya."

"Kalau begitu kau mau mengatakannya pada ayah?"

Nyali Changkyun menciut. Dia berbicara dengan canggung, "orang itu ... orang itu yang memukuli aku duluan. Aku hanya membela diri. Aku mengatakan yang sebenarnya."

Kim Namgil menghela napas pelan dan tersenyum tipis. "Jangan melakukannya lagi. Sekarang kita harus fokus pada kakakmu, jangan melakukan hal-hal yang akan merugikan dirimu sendiri. Mari kita menjadi lebih dewasa untuk saat ini, Changkyun. Kau mengerti maksud ayah, kan?"

"Maafkan aku, Ayah." Changkyun tertunduk penuh penyesalan. Sejak awal dia memang ingin menghindari keributan, tapi pada akhirnya dia tetap melibatkan diri dalam kekacauan.

"Sekarang ayah akan mengantarmu pulang."

Changkyun kembali memandang sang ayah. "Kenapa?"

"Guru mengizinkanmu untuk pulang. Sekarang beristirahatlah di rumah, nanti sore kita pergi ke rumah sakit bersama."

"Maafkan aku, Ayah."

Kim Namgil tersenyum. Putra sulungnya tengah menderita, setidaknya ia tidak ingin membuat putra bungsunya merasa tidak nyaman dengan keluarganya sendiri.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro