Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

10

Pagi itu Changkyun siuman. Dan setelah kondisinya stabil, pagi itu juga  pemuda itu dipindahkan ke ruang rawat biasa. Setelah sempat berbicara dengan dokter, Kim Namgil memasuki ruang rawat putra bungsunya. Dan itu menjadi pertemuan pertama mereka setelah Changkyun siuman.

Kim Namgil berdiri di samping ranjang dan bersikap sedikit canggung. Sementara Changkyun memandang sang ayah dengan wajah yang tenang.

"Maafkan aku, Ayah," gumam Changkyun, mengingat alasan kenapa ia bisa sampai terbaring di sana. Dan tentu saja pemuda itu menyesal. Di saat kakaknya membutuhkan perhatian penuh, dia justru berulah seperti ini.

"Kenapa kau meminta maaf?"

"Jika tadi malam aku tidak pergi, aku tidak akan seperti ini."

"Kau menyesalinya?"

Changkyun terdiam. Dia menyesal, tapi penyesalannya bukan untuk kepergiannya semalam. Karena jika dia tidak pergi, mungkin temannya akan celaka. Dia menyesal karena tak bisa kembali dalam keadaan baik-baik saja dan kini justru menambah beban keluarganya.

"Kau tidak menyesalinya rupanya."

"Mungkinkah ... kakak sudah tahu keadaanku?"

Kim Namgil mengangguk, entah apa alasannya membohongi si bungsu. Karena pada kenyataannya ia belum melihat keadaan Taehyung pagi ini.

"Seharusnya Ayah merahasiakan ini dari kakak."

"Kenapa? Kita adalah keluarga, tidak harus ada rahasia di antara kita."

"Tetap saja akan lebih baik jika kakak tidak tahu. Dia belum pulih, dia harus fokus pada pemulihannya."

"Jika sudah tahu, jangan berulah lagi seperti ini. Jika kau ingin berkelahi, berkelahi saja dengan ayah. Kau tidak tahu? Ayah adalah pemegang sabuk hitam."

Changkyun tertawa pelan mendengar lelucon kecil yang dilakukan oleh sang ayah. Bahkan dia sempat takut bahwa sang ayah akan marah besar terhadapnya.

"Aku ... tidak mau melakukannya lagi."

"Apa itu?"

"Aku ingin menjaga kakak, aku akan berhenti berkelahi setelah ini."

"Kau sedang membuat janji?"

Changkyun mengangguk.

"Ini adalah janji seorang pria sejati, jangan mencoba untuk mengingkarinya."

Changkyun kembali mengangguk. Kim Namgil kemudian mendekat dan mencium kening putra bungsunya.

"Kenapa Ayah menciumku?"

"Kenapa? Apa tidak boleh?"

"Aku bukan anak kecil lagi."

Kim Namgil tersenyum lebar dan mencibir, "lihatlah siapa yang sedang berbicara di sini. Mengaku sudah dewasa tapi tetap merengek ketika dimarahi."

"Aku tidak pernah melakukannya."

"Benar, kau tidak pernah lupa untuk melakukannya."

Changkyun sedikit cemberut dan justru ditertawakan oleh sang ayah. Kim Namgil kemudian berkata, "kau harus cepat sembuh agar ayah bisa segera memarahimu."

"Jadi Ayah tidak marah karena aku sedang sakit?"

"Tentu saja. Jangan harap kau akan selamat jika sudah sembuh, ayah tidak akan memberikan ampun padamu."

"Bukankah ini tidak adil?"

Kim Namgil tersenyum simpul dan meraih tangan sang putra. "Bagaimana perasaanmu pagi ini?"

"Tubuhku rasanya lemas sekali."

"Tidak apa-apa, kau akan segera pulih. Dokter mengatakan kau akan segera pulih karena kau sudah banyak bicara."

"Aku berbicara karena Ayah ada di sini."

"Apakah kepalamu masih terasa sakit?"

"Terkadang."

"Setelah ini kau harus menjalani beberapa pemeriksaan. Sekarang ayah akan melihat keadaan kakakmu dulu dan segera kembali kemari."

"Katakan pada kakak bahwa aku baik-baik saja."

Kim Namgil mengangguk. "Ayah tinggal sebentar."

Kim Namgil kemudian meninggalkan Changkyun. Menutup pintu dari luar, pria itu kembali dibuat bimbang dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Changkyun sudah baik-baik saja, apakah sekarang ia bisa memberitahu putra sulungnya serta istrinya tentang keadaan si bungsu.

Kim Namgil khawatir jika berita ini justru akan menghambat pemulihan Taehyung. Akan tetapi ia juga tidak mungkin menyembunyikan fakta ini. Jika hanya luka ringan, Changkyun pasti akan sembuh dalam waktu yang singkat. Tapi mengingat kondisi si bungsu semalam, tentu saja pemulihannya membutuhkan waktu yang lebih lama.

Tak ingin melarikan diri, Kim Namgil mengambil keputusan dengan tegas sebagai seorang kepala keluarga. Ia kemudian bergegas menuju ruang rawat putra sulungnya. Saat dia datang, Taehyung baru saja selesai sarapan.

"Kau baru datang?" tegur Lee Yowon yang tengah membereskan tempat makan yang sudah kosong

Sementara pandangan Taehyung langsung menemukan hal yang janggal pada Kim Namgil. Dan begitu sang ayah sampai di hadapannya, ia pun memberikan teguran.

"Ayah tidak pulang semalam?"

Mendengar itu, Lee Yowon menegakkan tubuhnya dan memandang suaminya.

Kim Namgil menyahut, "tentu saja ayah pulang. Ada apa?"

"Pakaian Ayah masih sama dengan yang kemarin."

Lee Yowon memastikan kembali penampilan suaminya dan benar saja bahwa Kim Namgil masih mengenakan pakaian yang sama. Dia pun merasakan perasaan heran yang sama dengan putranya.

"Benar, kenapa kau tidak mengganti pakaianmu?"

Kim Namgil bersikap tenang seakan ia tak ingin melarikan diri dari tuntutan kedua anggota keluarganya.

"Ayah bahkan tidak mencuci muka," celetuk Taehyung.

"Bagaimana kau bisa tahu jika ayah tidak mencuci muka?"

"Wajah Ayah terlihat kusam. Di mana Changkyun?"

Kim Namgil memandang kedua anggota keluarganya bergantian sebelum ia menarik lembut lengan Lee Yowon. "Duduklah."

"Ada apa?"

"Pertama-tama, duduklah. Ada yang ingin aku bicarakan pada kalian."

Lee Yowon kemudian duduk, merasa bingung dengan sikap suaminya pagi itu. Sementara Taehyung tak melepaskan perhatiannya dari sosok sang ayah. Dia menyadari bahwa sesuatu yang buruk telah melibatkan adiknya, dilihat dari sikap sang ayah pagi itu.

"Ada apa? Apakah sesuatu telah terjadi?" tegur Lee Yowon.

Kim Namgil sejenak memandang keduanya bergantian. Hingga ia menemukan waktu yang tepat untuk berbicara. "Begini ... kalian jangan terlalu terkejut karena Changkyun sekarang sudah baik-baik saja."

Hanya Lee Yowon yang menunjukkan reaksi terkejut. Taehyung tetap bertahan dengan wajah tenangnya dan mendengarkan pengakuan sang ayah.

"Apa maksudmu? Apa yang terjadi pada Changkyun?"

"Semalam, saat aku sampai di rumah, wali kelas Changkyun menghubungiku. Dia mengatakan bahwa Changkyun terlibat kecelakaan dan di bawa ke rumah sakit."

Lee Yowon tentu saja sangat terkejut, wanita itu langsung berdiri dari tempat duduknya. "Apa maksudnya ini? Kenapa kau baru mengatakan sekarang? Di mana Changkyun sekarang?"

"Tenangkan dirimu, sekarang Changkyun sudah baik-baik saja. Dia juga dirawat di rumah sakit ini, satu lantai di bawah tempat ini."

Lee Yowon kemudian pergi tanpa mengatakan apapun. Sementara Kim Namgil harus berhadapan dengan putra sulungnya. Tak ada tuntutan, keduanya justru berbicara dengan suasana yang sangat tenang.

"Ayah membohongi kami semalam?"

Kim Namgil mengangguk pasrah. "Ayah berpikir hanya itulah cara terbaik yang bisa ayah lakukan."

"Kecelakaan seperti apa yang melibatkan Changkyun?"

"Dia terserempet mobil ketika akan menyeberang." Satu lagi kebohongan dilakukan oleh Kim Namgil.

"Kecelakaan tunggal di jalan raya dan polisi memilih untuk menghubungi wali kelasnya alih-alih keluarganya," ralat Taehyung yang secara langsung membongkar kebohongan kecil Kim Namgil. "Ini adalah pembicaraan di antara pria dewasa, Ayah tidak bisa membohongi aku seperti Ayah membohongi seorang bocah. Biarkan aku mengetahui kebenarannya."

Kim Namgil tersenyum getir. Dia mungkin bisa membohongi Changkyun dengan mudah, tapi tentu saja dia membutuhkan keahlian yang lebih untuk bisa membohongi si sulung. Dan karena sudah tersudutkan, dia tak lagi memiliki kebohongan untuk diceritakan.

"Semalam adikmu terlibat perkelahian antar pelajar di sungai Han. Wali kelas Changkyun mendapatkan panggilan dari kantor polisi dan dia segera datang kemari. Ayah tidak tahu bagaimana situasi di saja, tapi sepertinya seseorang tidak sengaja memukul kepala adikmu."

"Ayah sudah bertemu dengan Changkyun?"

Kim Namgil mengangguk. "Jangan khawatir, dia sudah banyak berbicara pagi ini. Tapi karena dia kehilangan cukup banyak darah semalam, dia mengatakan bahwa tubuhnya terasa lemas. Dia akan segera pulih, kau juga harus segera pulih.

"Ini pasti sangat melelahkan bagi Ayah," celetuk Taehyung, diiringi oleh seulas senyum tipis.

"Bagaimana seorang ayah bisa merasa lelah ketika kedua putranya sedang berjuang sendirian? Jangan khawatir, ibumu memilihkan ayah yang kuat untuk kalian berdua." Kim Namgil tersenyum lebar. "Ayah akan menyusul ibumu, kami akan segera kembali."

Kim Namgil pergi. Dan pada saat itu pandangan Taehyung terjatuh, membimbing seulas senyum tipis mengukir wajahnya. Dia kemudian menggumamkan sesuatu.

"Syukurlah, kau baik-baik saja ..."

★★★★

Menjelang siang hari, Changkyun menjalani pemeriksaan MRI untuk memastikan bahwa tidak ada luka yang serius pada bagian kepalanya. Dan sepanjang proses berjalan, Kim Namgil dan Lee Yowon menemani putra bungsu mereka. Dan saat jam malam tiba, Lee Yowon tinggal bersama dengan si bungsu.

"Apakah ayah sedang bersama dengan kakak?" tanya Changkyun.

Lee Yowon mengangguk. "Kakakmu sangat mengkhawatirkanmu, ayahmu berusaha untuk menenangkannya."

"Aku baik-baik saja sekarang. Bolehkah aku pergi ke tempat kakak sekarang?"

"Tidak boleh."

"Kenapa? Apakah dokter yang melarangnya?"

"Bukan dokter, tapi ayahmu."

"Aku sudah baik-baik, kepalaku tidak sakit lagi. Lagi pula kakak juga masih ada di gedung ini. Aku ingin menunjukkan pada kakak jika aku baik-baik saja."

"Dengan cara kau berlari ke tempatku," celetuk Taehyung yang tanpa disadari oleh keduanya telah berada di ruangan itu. Duduk di kursi roda yang didorong oleh sang ayah.

"Hyeong?" Seketika wajah Changkyun tampak takut-takut ketika melihat sang kakak menuju ke tempatnya.

Lee Yowon bangkit dari duduknya, menggeser kursi yang ia duduki guna memberikan ruang bagi si sulung. Dan di sanalah keluarga kecil itu pada akhirnya kembali berkumpul. Seulas senyum tipis tampak menghiasi wajah kedua orang tua ketika mereka menyaksikan si bungsu tak berkutik ketika dihadapkan dengan si sulung.

Taehyung kembali berbicara, "bagaimana caramu menunjukkan padaku jika kau baik-baik saja? Apakah kau akan berlari ke tempatku dan berteriak?"

Changkyun menjawab dengan takut-takut sembari menunduk. "Tidak ... bukan seperti itu. Aku hanya perlu mengatakannya pada Hyeong."

"Ya ampun, apa yang harus kami lakukan pada anak nakal sepertimu?"

Changkyun takut-takut mencuri pandang pada sang kakak. Wajah tenang itu entah kenapa kini terlihat sedikit menakutkan.

Kim Namgil kemudian menegur, "kenapa kau diam saja, Changkyun. Kakakmu sudah ada di sini, coba katakan apa yang ingin kau katakan jika kau bertemu dengan kakakmu."

"Aku baik-baik saja, Hyeong tidak perlu khawatir. Ini hanyalah luka kecil."

Ketiga orang di sekitar Changkyun tertawa dan tentunya mengundang tanda tanya di wajah Changkyun yang kemudian memandang ketiganya secara bergantian.

"Kenapa kalian tiba-tiba tertawa?"

"Lihatlah betapa lucunya anak kucing ini," ujar Kim Namgil dengan tatapan menghakimi. "Bagaimana aku bisa tega membiarkannya berada di jalanan sendirian."

"Apa maksud Ayah mengatakan hal semacam itu? Aku bukan anak kucing."

"Kau bukan anak kucing, melainkan kucing yang tidak bisa besar," ralat Taehyung.

Changkyun menatap sinis. "Kalian semua sedang mengejek aku?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu, Changkyun?" Lee Yowon meraih kedua lengan sang putra dari belakang. "Kami di sini ada untuk menghiburmu."

"Tidak, kalian sedang menjadikan aku sebagai lelucon."

Melihat kekesalan si bungsu, ketiga orang dewasa di sana kembali tertawa ringan dan tersenyum lebar. Sesuatu yang dikhawatirkan Kim Namgil tidak benar-benar terjadi. Karena hingga detik ini ia masih bisa melindungi keluarga kecilnya, menjaga dua putranya yang berharga.

★★★★

Seseorang mengetuk pintu ruang kerja Dokter Shim beberapa detik setelah pria itu memasuki ruangannya. Saat berbalik, ia menemukan seorang perawat membuka pintu.

"Dokter Shim, laporan pemeriksaan Pasien Kim Changkyun hari ini sudah keluar, Dokter bisa menemukannya di meja Dokter."

"Aku mengerti."

Perawat itu sekilas menunduk dan menutup pintu kembali. Sementara itu Dokter Shim yang bertanggungjawab atas Changkyun melanjutkan langkahnya menuju meja kerjanya. Dia menemukan sebuah berkas yang dimaksud oleh si perawat sebelumnya. Menempati kursinya, Dokter Shim membuka berkas yang masih tersegel itu dan melihat hasil dari pemeriksaan Changkyun tadi siang.

Beberapa menit fokus pada laporan pemeriksaan Changkyun, Dokter Shim tidak menemukan hal serius dari area di sekitar luka Changkyun. Dan ketika ia hendak mengambil kesimpulan, sebuah panggilan masuk ke ponselnya. Seseorang yang juga berprofesi sebagai dokter tampak menghubunginya. Ia pun segera menerima panggilan itu.

"Soobin, ada apa?"

"Senior, kau sudah menerima laporan pemeriksaan dari Pasien Kim Changkyun?"

"Ya, aku baru saja mendapatkannya. Ada masalah apa?"

"Maafkan aku, aku tidak bermaksud lancang. Tadi siang aku tidak sengaja melihatnya, aku tidak bermaksud untuk kurang ajar pada Senior."

"Tidak masalah, memangnya ada apa?"

"Begini ... seminggu yang lalu aku mendapatkan seorang pasien yang didiagnosis menderita demensia. Setelah aku melihat hasil pemeriksaan pasien Senior, aku menemukan sedikit kesamaan dengan hasil pemeriksaan dari pasienku waktu itu. Aku ingin memastikannya pada Senior."

Dokter Shim kembali memperhatikan laporan pemeriksaan Changkyun dengan penuh pertimbangannya. Dia bergumam, "penderita demensia?"

"Benar, Senior. Aku sempat melihatnya, sepertinya ada yang salah dengan hasil pemeriksaan Pasien Kim Changkyun. Aku akan mengirimkan rekam medis pasienku kepada Senior, Senior bisa membandingkannya."

"Baiklah, aku akan menunggu. Terima kasih."

Dokter Shim mengakhiri telepon dan sekali lagi fokus pada hasil pemeriksaan Changkyun, mencari sesuatu yang dikatakan janggal oleh juniornya.

"Penderita demensia? Mungkinkah ini yang dia maksud?"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro