Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

CHAPter 2


.

.

.

Seseorang mencolek pundak Gongju yang sedang menuangkan sachet bumbu ke dalam cup mie instannya. Disusul, "POPMIE TEROOOOOOSSSSS," di telinganya, mengingat mereka terbiasa dengan Littmann sehingga jadi tuli tanpa stetoskop ternama itu.

"'Paan sih, Seowoo. Kalo pengen, beli dong," omel Gongju saat mendapati sobatnya duduk di seberang meja. Berlawanan dengan Gongju yang kucel dan berkantung mata mirip panda belum mandi, Choi Seowoo kelihatan segar karena cukup tidur dan mengenakan setelan scrub yang baru disetrika. Apes, memang. Semalam, setelah pasien GSW yang segera dioperasi dr Jin berlalu dari IGD, berturut-turut hadir pasien sesak napas berat yang berujung menggantungkan harapannya pada ventilator, pasien luka bakar derajat tiga akibat listrik, empat orang kecelakaan motor tunggal akibat bonceng empat di mana pengemudinya mabuk berat, anak kecil tersedak cilok, pasien rutin homecare mendadak demam dengan tekanan darah tidak terukur, kakek-kakek yang tersandung dan kuku jempol kakinya hampir copot—

Di saat Gongju hendak mencabut kuku kaki si kakek yang sudah dibius lokal, pasien Taehyung yang baru ROSC tiba-tiba henti jantung lagi.

"Gue juga mau sarapan, emang." Seowoo mengacungkan Pop Mie varian yang sama dengan milik Gongju. Gadis itu menyobek bumbu dan meluncur ke dispenser air panas, kemudian kembali bersama mie-nya yang sudah ditutup rapat.

"Tadi gue ketemu Taetae." Obrolan itu dibuka karena mereka punya tiga menit untuk menunggu sarapan pagi mereka. Saat itu pukul tujuh lewat lima belas, pagi-pagi ketika pertukaran shift jaga. Gongju sudah mengoperkan pasien-pasien lucu yang bisa masuk ke bangsal biasa pada dokter Siwon, dua pasien yang perlu masuk ke ICU pada Yoongi supaya cowok itu kesal. Seowoo? Jadwal klinik umum yang biasanya pasien baru bermunculan jam delapan. Lumayan, bisa sarapan dulu.

"Terus?"

"Lepek banget, kayak habis dorong truk tronton di tanjakan basement delapan kali."

Yang mana, sebetulnya, agak aneh membayangkan seorang Kim Taehyung selepek itu. Taehyung, walau hidupnya agak ngawur sedikit, bisa dibilang salah satu GP paling ganteng di RS Big Hit. Akhir tahun kemarin, waktu mereka berempat masih junior cupu dan serba bingung, ada acara semacam ramah tamah di aula rumah sakit. Di acara itu terdapat satu segmen berisi penghargaan terhadap 'dokter ter-'—sudah bisa ditebak Taehyung dan dr Jin berebut posisi untuk kategori 'terganteng'.

Atas nama pertemanan bertahun-tahun, Gongju, Seowoo, dan Yoongi memilih Taehyung. Ternyata, ada kebocoran soal siapa memilih siapa dari pihak panitia. Sewaktu Taehyung menang, tanpa sengaja Gongju menangkap tatapan sengit dari dr Jin yang entah maksudnya apa.

Dokter Capcay itu memang absurd.

"Haha..............." tawa Gongju yang lemas ditujukan pada dirinya sendiri. "Ada untungnya lo nggak jaga bareng gue. Kebayang nggak, lagi banjir terus sama sekali nggak sempet ke toilet?"

Seowoo mengangguk kuat-kuat. "Makanya gue minta tukeran jaga."

"Sialan lo."

Tiga menit yang sudah usai membuat keduanya berhenti bercakap-cakap dan mulai makan. Aroma mie instan menguar, menambah volume air liur di mulut Gongju. Sepuluh jam tanpa makan dan tanpa minum adalah hal yang biasa buat mereka. Tapi, hmmm, sepuluh jam tanpa makan dan minum dan beberapa kali konsul ke dr Jin adalah sesuatu yang lain.

"Dokter Namjoon ke mana sih?" Di sela-sela menyeruput helaian mie panas, Gongju menyuarakan keingintahuannya. "Perasaan gue tiga kali jaga IGD, yang on call selalu dokter Jin." Ia berhenti sejenak dari mie-nya, kemudian menceritakan perihal konsulen capcay yang minta karpet merah saat visite ke IGD karena takut sepatu barunya rusak. "Apa dokter Namjoon udah kay—"

"Iya, Namjoon udah kaya, nggak kayak saya."

Konsulen Capcay.

Gongju bersyukur tidak sedang mengunyah atau menelan mie-nya, karena itu berarti makanannya akan sia-sia berakhir di wajah Seowoo (atau lebih parahnya, orang yang mengagetkannya barusan). Kemunculan Jin Seokjin yang tiba-tiba di kafetaria ini mengundang lirikan dari Seowoo.

"Kabur aja terus dari IGD, padahal semalem udah baik banget kamu bikin saya jadi agak kaya," komentar Jin sambil menarik kursi di sebelah Gongju.

Cobaan ini datang silih berganti. Kenapa sih, dia nggak boleh sarapan dengan tenang?! Apa ini karma karena ninggalin Taehyung di kamar jaga? Gongju berusaha mengatur mimik wajahnya agar tetap tenang dan ramah. "Shift saya udah selesai, Dok. Habis ini saya tinggal mandi, terus mau—"

"—menghadap ke Yang Maha Kuasa?" tanya Jin santai, mulai membuka plastik roti isinya.

Rahang Gongju langsung melorot.

Seowoo nyaris menjatuhkan mie-nya dari mulut.

"Jangan cepet-cepet, lah. Nanti penghasilan saya berkurang banyak." Jin tertawa sendiri. "Kapan kamu jaga IGD lagi?"

"Lu ... sa?"

Satu tangan Jin menyuapkan roti ke mulut, tangan lainnya mengecek HP. "Hmmm." Gumamannya ditelan oleh kunyahan. "Oke deh, saya ambil jadwalnya Namjoon lagi."

HAH?!

Gongju membelalakkan mata, kaget mendengar itu. "Ehhh, anu, hehehe, kayaknya saya rencana mau tukar jadwal ke jaga ruangan lusa itu.... IGD-nya jadi besok."

Jin mengedikkan bahu, santai. "Nggak masalah. Besok juga saya on call."

Capcay goreng.

.

.

.

.

BUTUH GP BARU (4)


Choi Seowoo 07.31
Breaking news!
Ada yang jadwalnya samaan gitu deh

Min Yoongi 07.32
Siapa? Sama?

Choi Seowoo 07.33
Gongju

Hwang Gongju 07.33
HEH GIBAH AJA LO
HOAX

Min Yoongi 07.35
Sama????????

Min Yoongi 07.36
Itu norepinefrin terakhir di berapa?

Hwang Gongju 07.37
0.2

Choi Seowoo 07.38
Jangan ngalihin topik
Cie sumber duitnya dr jin

Kim Taehyung 07.39
Gongju, di mana?
Morep

Hwang Gongju 07.40
HAH?????
OH IYA MORNING REPOT
Gusti gw lupa
Udah enak ae makan popmi trus mau mandi

Choi Seowoo 07.42
Terpesonaaaa sm dr jin
Ju lo blm bayar popmi hei

Hwang Gongju 08.35
NGUTANG

.

.

.

.

Brak!

Pintu loker tertutup di depan wajah Taehyung, sang empunya memutar kunci lokernya dan memasukkan serenceng kunci (dan cap mungil) ke dalam risleting depan tasnya. Taehyung menjulurkan kepalanya ke arah Yoongi yang tengah memasukkan sepasang sepatunya ke dalam tas khusus, sebelum dimasukkan ke dalam loker miliknya.

"Udah beres lo?" tanya Yoongi tanpa menatap Taehyung. Berbeda dengan loker Taehyung yang simpel, proteksi loker Yoongi agak sedikit di atas normal. Pernah lihat brankas? Nah, kira-kira seperti itulah Yoongi memodifikasi kunci lokernya. Seowoo saja mengernyit tidak percaya sewaktu Taehyung menceritakan hal itu. Ketika ditanya, alasan Yoongi adalah biar kalian-kalian nggak kepo isi loker gue. Padahal, satu-satunya manusia yang punya kecenderungan kepo di antara mereka berempat hanya Gongju—yang tentunya, kalau ditanya ke oknum yang bersangkutan, tidak ada minat untuk mengacak-acak loker Yoongi.

Mengamati Yoongi memutar-mutar kunci lokernya, Taehyung menampirkan tali tasnya ke bahu. "Yuk. Mumpung nggak ada panggilan."

Pukul setengah sembilan, Taehyung yang sudah teler mengajak Yoongi pulang lebih awal. Iyalah, setelah sibuk di IGD semalam, ia hanya sempat pulang sebentar, kemudian lanjut menjalankan peran sebagai dokter jaga ruangan yang baik dan benar di shift siang. Beruntunglah, hari ini tidak ada pasien-pasien yang memerlukan perhatian khusus. Perintilan kecil seperti pasien demam, sakit-sakit badan, atau sekadar mimisan cukup ditangani dari kamar jaga saja by phone, sementara Taehyung menghimpun energi.

Istilahnya, Taehyung sekarang kabur duluan dari shift jaganya. Mumpung dokter shift malamnya agak santai, dr Leeteuk.

Kalau Yoongi, di lain pihak, terpaksa ke rumah sakit untuk meminjam ruang SMF Umum karena perlu akses wi-fi. Kos-kosan macam apa yang internetnya mendadak mati di waktu orang ngaso? Tetangga sebelahnya mengomel karena tidak bisa menonton Netflix, sementara ia diminta oleh dr Namjoon untuk mengunduh dan menerjemahkan jurnal mengenai divertikulitis.

"Makan yuk," ajak Yoongi saat mereka keluar dari ruang SMF Umum.

"Makan apa?" Taehyung juga lapar, walau seharian ini kerjaannya tidur-tiduran di kamar jaga.

"Nasi goreng kafetaria oke tuh." Dan di mana-mana, bahkan di cerita absurd semacam ini pun, nasi goreng tetap menu prioritas di saat kelaparan dan malam hari. Tanpa berpikir panjang, Taehyung menganggukkan kepala, setuju dengan ide Yoongi. Minimal, dengan makan di kafetaria, perasaan berdosanya karena berniat pulang lebih awal sedikit terobati. Anggota grup chat BUTUH GP kan orang-orang teladan.

Bahkan, awalnya grup mereka bernama GP TELADAN. Sedikit-banyak nama itu tergantikan oleh BUTUH GP ketika beban kerja mereka mulai overload.

GP juga manusia.

Kafetaria sepi di jam-jam itu, selain Taehyun dan Yoongi yang baru melewati pintu, hanya ada satu orang lainnya yang sedang berdiri di depan vending machine. Awalnya, Taehyung tidak mengenali siapa orang itu, tetapi setelah melihat ransel tosca ngejreng di punggungnya, ia mengidentifikasikan orang itu sebagai Gongju.

"Gongju ngapain pake hoodie hitam segede itu? Emangnya mau camping?" celetukan Yoongi membuyarkan pikiran Taehyung yang bertanya-tanya mengenai kemunculan teman mereka di sana.

Bahu Taehyung terangkat sedikit. "Gue ke situ dulu ya."

"Nasgor lo mau pedes atau nggak?" Yoongi nggak mau ikut-ikutan. Obrolan mereka berdua akan jadi canggung kalau dia jadi orang ketiga di sana. Mentang-mentang sudah malam, banyak nyamuk, Min Yoongi tidak mau sukarela menyerahkan diri sebagai obat nyamuk gratisan di sana.

"Sedang aja. Minta ekstra telor, ya. Makasih."

Berpisah dengan Yoongi yang segera menuju kasir, Taehyung menghampiri Gongju yang masih berdiri di depan vending machine. Lampu di bagian bawah mesin itu berkedip-kedip, menandakan minumannya sudah siap diambil, sementara gadis di hadapannya tidak bergeming sama sekali. Malahan, Gongju terlihat sedang ... berdoa?

Apa-apaan, berdoa di depan vending machine....

"Lagi apa lo?" tanya Taehyung. Kedua mata Gongju terbuka. "Mau nginep di mana?"

Cengiran mampir di wajah Gongju. Cengiran yang jelek karena dia sama sekali nggak memaksudkan untuk pamer senyuman manis di depan Taehyung. Kalau dibahasakan, ia ingin melempar sarkasme, tapi sudah kehilangan kata-kata.

"IGD, nih. Mau bikin tenda di bawah nurse station biar ada musik nit-nut-nit-nut ventilator." Tidak bermaksud sompral, hanya saja kabarnya sejak shift siang ada pasien terpasang ventilator di ruang resusitasi. Sampai jam segini, menurut kabar terakhir belum masuk ke ICU. Ada permasalahan biaya atau apalah, Gongju kurang paham.

Alis Taehyung saling bertemu di tengah dahinya. "Hubungannya nginep di IGD sama berdoa di depan vending machine apa coba, Ju...."

Gongju mengibaskan tangan. Lupakan saja. Tubuhnya membungkuk, mengambil kaleng kopi dari dalam mesin penjual minuman yang sejak tadi menunggu dikosongkan. Seandainya mesin itu bisa berbicara, tentunya Gongju sudah mendapat omelan dan tugas tambahan membuat presentasi kasus sebanyak lima buah dan dikumpulkan besok pagi. Tasnya meluncur turun karena posisi tubuh Gongju, nyaris menghantam bagian belakang kepalanya, namun keburu ditahan Taehyung.

"Tas lo berat amat," komentar Taehyung, masih menahan ta situ saat Gongju kembali tegak. "Mau gue bawain?"

"Eh, makasih. Tapi lo kan..., jaga ruangan...?" Kalau nggak salah ingat, ya. Padatnya jadwal mereka sebagai dokter jaga paling junior menyebabkan tidak ada yang ingat jadwal orang lain selain diri sendiri. Gongju saja hanya ingat hari ini jadwal jaganya yang ditukar oleh orang lain. Orangnya siapa, terus terang dia lupa.

"Jangan bilang lo kabur!" kecam Gongju, memperagakan gerakan meremas kaleng fiktif dan menginjaknya di bawah sepatu kedsnya.

Taehyung memutar bola mata, pura-pura kesal. "Ups, kepergok."

"Serius lo mau kabur?!" Suara Gongju naik satu desibel tanpa diperkirakan. "Ruangan aman-aman, emang? Lo kan sebelas-dua belas sama gue kalo jaga ruangan!"

"Gue mau makan, ada Yoongi tuh di sana." Ibu jari Taehyung mengarah ke belakang bahunya, ke tempat Yoongi berdiri menunggu makanan. Gongju mengintip sedikit dari balik bahu Taehyung, manggut-manggut paham.

Dan tersadar hari ini seharusnya jadwal Yoongi jaga IGD malam.

"Jadi," Taehyung mengulangi pertanyaannya, kali ini dengan suara lebih lembut, "kenapa lo berdoa di depan vending machine? Gue tahu lo nggak pengen beli mesin kayak gini supaya gampang minum kopi."

Di depan Taehyung, Gongju nggak bisa berbohong.

"Anu..., itu aja sih, gue berdoa biar IGD nggak rame kayak semalam," ucapnya, wajah Gongju menunjukkan raut bersalah. Sepasang mata Taehyung menatapnya menembus Gongju, seolah-olah menciptakan lubang di kepalanya. Mengingat Taehyung—yang menurut Seowoo—kelelahan sampai mirip pakaian belum disetrika, membuatnya merasa bersalah.

Padahal Gongju pun nggak pernah teriak-teriak di depan gerbang rumah sakit, SILAKAN IGD-NYA, KAKAK. MASIH BERSIH BARU DIPEL, KAKAK. SEKALIAN AJAK IBU-BAPAK-TANTE-OM-KAKEK-NENEK-KEPONAKAN-TETANGGA-MANAJER-KADIV SEBELAH, KAKAK. TIGA KALI BEROBAT DAPAT BONUS INFUS VITAMIN SEKALI!—yang mana sebenarnya strategi S3 marketing.

Tawa kecil lolos dari bibir Taehyung. "Lo jaga sama siapa?"

"Dokter Siwon."

"Tenang, malem ini lo bisa camping beneran di bawah nurse station." Tangan Taehyung terangkat, menepuk-nepuk kepala Gongju yang tertutup hoodie. "Dr Siwon kan perlu memantau CCTV usahanya."

Gadis ini hampir lupa berkedip, kemudian tersadar setelah sedikit. Mulutnya mendesiskan, "AMIIIIIIIN."

Baru saja Kim Taehyung mau bicara lagi, dering khas yang menimbulkan horror di kalangan dokter jaga menggaung. Bunyi HP jaga. Rencananya, HP itu akan diserahkan pada dr Leeteuk lewat perantara IGD—karena dr Leeteuk suka duduk-duduk di ruang makan IGD, secara kalau shift malam, ada banyak makanan di sana.

"Ya? Dr Taehyung di sini."

"Dok, pasien dr Seokjin yang post laparotomi eksplorasi lukanya terbuka, dok. Boleh tolong dilihat dulu?"

Taehyung menyimak laporan perawat, sementara Gongju memandangnya penuh tanda tanya.

"Oke, saya ke sana." Panggilan itu diputus. Ditatapnya Gongju penuh penyesalan, "Sori, tadinya gue mau anter lo ke IGD, tapi ada panggilan." Di jam 20.40, alamak. "'Met jaga, ya. Semangat." Setelah itu, Taehyung menghampiri Yoongi yang sudah duduk di meja bersama dua piring nasi goreng, kemudian melambaikan tangan ke Gongju sekali lagi sebelum keluar dari kafetaria.

Gongju memandang Yoongi dari kejauhan. Temannya itu hanya mengangkat bahu.

.

.

.

ITU BARUSAN TAEHYUNG PUK-PUK GUE?!

... SEJAK KAPAN TAEHYUNG SUKA SKINSHIP?!

SEJAK KAPAN TAEHYUNG JADI LEMBUT?!

Haha. Isi kepala Hwang Gongju jadi ruwet sendiri sepanjang perjalanannya menuju markas di belakang IGD.

.

.

.

.

Kim Taehyung mempercepat langkahnya, mengejar dr Kim Seokjin yang kira-kira tiga meter di depannya. Alas, kenapa konsulen ini jalannya cepat banget? Sekarang, dia sudah setengah berlari, namun dr Jin masih belum terkejar juga. Lima menit lagi pergantian shift, namun Taehyung belum sempat mengonsulkan pasien yang barusan diperiksanya. Sebetulnya, ia bisa-bisa saja mengoperkan the-oh-so-mischievous-part konsul ke konsulen bedah on call hari ini, tapi ... ah, nggak enak.

Dr Leeteuk adalah senior di sini. Beliau kira-kira seangkatan dengan para 'Super Senior' alias dr Heechul dan dr Siwon, juga beberapa dokter lainnya yang sudah pindah ke rumah sakit lain atau kini berkecimpung di jajaran manajemen.

"Dokter," panggil Taehyung ketika akhirnya berhasil menyusul dr Seokjin dan langkah-langkah kakinya yang sepanjang dosa sang konsulen. "Pasien Tuan Geunseok dengan post laparotomi eksplorasi POD 4, barusan dilaporkan perawat dengan wound dehiscence. Saya sudah—"

Dr Jin berhenti melangkah. Taehyung ikut mengerem.

"... periksa lukanya barusan, ternyata—"

Tangan dr Jin terangkat ke depan wajah Taehyung, membuat laki-laki itu berhenti bicara.

"Diem dulu, saya mau beli mie goreng ke tenda depan. Kamu mau ikut saya ke sana?" Tanpa menunggu jawaban Taehyung, dr Seokjin sudah berjalan lagi, kali ini sedikit lebih cepat dari sebelumnya.

Tidak punya pilihan lain, Taehyung mengayunkan kakinya, berusaha menyamai langkah konsulennya yang ajaib ini. Konsultasi ke dr Jin memang terkenal sesulit ini, karena terkadang konsulennya minta dikejar-kejar begini. Membayangkan ia mengoperkan misi mulia ke dr Leeteuk ... bisakah kalian bayangkan dr Leeteuk mengejar-ngejar dr Seokjin ke warung tenda di depan untuk beli mie goreng?

Sesampainya di tenda depan berterpal oranye terang dengan tulisan NASI GORENG KAMBING SPESIAL MANG ADE, dr Jin langsung memesan dua porsi mie goreng. "Satu makan di sini, satu dibungkus."

Pesanan yang membuat Taehyung melongo. Setahunya, porsi mie goreng (dan nasi goreng, nasi capcay, kwetiau goreng) buatan Mang Ade bisa untuk dua orang. Beli dua? Ckck, Taehyung menemukan kelemahan saingannya dalam menjadi 'dokter terganteng' di Big Hit Awards akhir tahun nanti. Habis ini, ia akan menyebar gibah di grup BUTUH GP bahwa dr Jin ini buncit.

Seokjin duduk di salah satu bangku, menuangkan teh panas untuk dirinya sendiri. "Jadi, mau konsul apa?"

Yang tadi nggak didenger?! Sabar Kim Taehyung, sabar. Pemuda itu menghela napas pendek sebelum mengulangi kata-katanya barusan. Memberikan laporan terperinci mengenai kondisi pasien saat ini sambil mengomel dalam hati, biasanya dr Jin suka marah kalau ada yang nggak dengar dia ngomong apa, tapi beliau sendiri begini, ck. Perpaduan capek habis jaga malam dan waktu shift-nya yang sudah memanjang hampir memancingnya benar-benar berdecak di depan konsulen yang satu itu. Taehyung setuju komentar dokter-dokter lainnya: Dokter Namjoon the best.

"Hooo. Komorbidnya jelek, sih. Obesitas iya, merokok, ada DM, umur tua, sering batuk-batuk. Operasinya juga panjang soalnya susah...," dr Jin bicara sendiri, "Ya udah, bilang sama keluarganya nanti repair di OK malem ini." Taehyung merapatkan bibir mendengarnya. Gue harus balik ke sana sekarang? Ah, lewat telepon aja, lah. Habis itu oper ke dr Leeteuk. "Sekarang saya mau makan dulu. Dari siang saya belum makan."

Pesanan mie goreng Seokjin datang. Harum sekali. Taehyung yang kelaparan karena tadi meninggalkan nasi gorengnya jadi menyesal. Harusnya tadi dia take away saja makanannya. Daripada sekarang ngiler lihat makanan orang....

"Kamu mau pesen juga?" Pertanyaan dr Jin membuyarkan lamunannya yang melayang-layang ke nasi goreng ekstra telurnya di tangan Yoongi. Taehyung tidak menjawab pertanyaan dr Jin, melainkan langsung memesan nasi goreng setengah porsi (ekstra telur lagi) dan memakannya terburu-buru karena mengejar dr Jin yang sudah makan lebih dulu.

"Dok, dari siang sibuk?" Basa-basi, Taehyung bertanya sebelum mulai menyendok nasi gorengnya sampai tinggi.

"Nggak juga...."

"Hmm, kirain sibuk sampai nggak sempat makan."

Di RS Big Hit, konsulen on call biasanya sekalian buka poli spesialis sore. Biar nggak bengong-bengong amat kalau tidak ada konsulan.

Jin mengunyah dulu sejenak, kemudian menelan mie gorengnya. "Kalau begitu, harusnya saya kaya raya mengalahkan Namjoon, dong." Kim Seokjin merupakan tipe orang yang menggulung mienya di garpu sebelum disuap ke mulut. "Tadinya saya nungguin orang buat makan, eh nggak ada kabar sampai sekarang. Ya udah, deh...."

Konsulennya malah curcol; Taehyung jadi bingung. Ia memilih diam dan terus memakan nasi gorengnya yang penuh micin.

Dari warung tenda itu, mereka berdua menuju ke IGD karena dr Jin kekeuh bilang harus mampir ke IGD dulu buat mengantar mie goreng ke sana. Karena berpikir mau menemui dr Leeteuk di ruang makan belakang IGD, Taehyung ikut. Mereka terlihat seperti dua bujangan kurang kasih sayang, ke mana-mana berdua dengan lingkaran hitam di bawah mata.

Sebentar. Tunggu, tunggu. Siapa yang ada di IGD sampai dr Kim Seokjin yang bikin sakit kepala ini rela beli mie goreng dan secara khusus mengantarkannya langsung ke IGD?

"Malam, dokter Seokjin. Ada apa ke sini? Saya belum konsul apa-apa, lho." Suara Gongju terdengar menyapa ketika mereka berdua sampai ke ruang IGD yang dingin dan ... ehm, sepi. Selain bunyi mesin ventilator dan monitor dari satu bed di ruang resusitasi, alur IGD terlihat agung dan mirip butik-butik di Kawasan pertokoan elit. Beberapa perawat yang bertugas tampak seliweran, tanpa terburu-buru, mengganti infus atau mengukur urin di kantong sebelah ranjang pasien.

Bukan auranya Gongju banget.

"Saya ke sini mau ngecek IGD-nya masih buka atau kamu ganjal pintunya pakai gagang sapu," jawab dr Jin cuek.

Gongju terkekeh sok formal, kemudian matanya menemukan kantong plastik hitam yang dijinjing oleh Jin. "Sementara saya ganjal dulu, soalnya saya lihat dokter bawa makanan. Buat saya, Dok? Nggak usah repot-repot, saya udah makan," katanya tidak tahu diri.

"Percaya diri amat kamu. Ini buat pasangan jaga kamu," jawab dr Jin menghancurkan harapan Gongju mendapatkan makanan gratis malam ini.

Taehyung di belakang punggung konsulennya tertawa tanpa suara melihat reaksi kecewa Gongju.

"Mana dr Siwon?" tanya dr Jin, mencari-cari dokter senior yang tidak kelihatan di ruangan IGD maha luas itu.

"Di belakang, Dok. Bareng sama dr Leeteuk," alias orang yang dicari Taehyung.

Tanpa bertanya lebih banyak lagi, dr Seokjin segera menuju pintu bertuliskan 'khusus karyawan' di belakang lemari peralatan, meninggalkan Gongju dan Taehyung di IGD.

"Dokter Jin akrab sama dokter Siwon? Baru tahu gue...," komentar Gongju, mulutnya mengerucut sebal karena batal dapat makan malam gratis.

"Kenapa? Lo mikir beliau mau kasih makanannya ke lo?" tanya Taehyung, melemparkan lirikan penuh pertanyaan pada gadis berponi yang masih menatap pintu yang terayun menutup di belakang sosok Jin.

"Yaaa, siapa tahu dr Jin mendadak baik karena semalem gue kasih tiga pasien operasi cito."

"Gue kira juga begitu, sih."

Dalam hati, Taehyung mengembuskan napas lega. Bukan buat Gongju, toh....

.

.

.

.

tbc.

.

.

.

.

Keterangan:

1. Scrub: setelan baju jaga

2. Homecare: pasien dengan perawatan di rumah, rutin mendapat kunjungan dokter/perawat karena kondisi yang tidak memungkinkan bagi pasien tersebut untuk melakukan rawat jalan di poliklinik rumah sakit.

3. ROSC/return of spontaneous circulation: kembalinya perfusi jantung dan usaha bernapas setelah terjadi henti jantung, mudahnya adalah ucapan 'he's back!' kalau di film-film mengenai kedokteran setelah satu tim melakukan tindakan pompa jantung dan pemasangan alat bantu napas.

4. GP/general practicioner: dokter umum

5. Divertikulitis: infeksi pada diverticulosis (pembentukan kantong-kantong pada dinding usus besar)

6. Laparotomi eksplorasi: tindakan operasi untuk membuka dinding perut agar mendapat akses ke organ dalam rongga perut yang memerlukan penanganan khusus; berupa sayatan besar di perut yang didahului pemberian obat bius umum dan obat pelemas otot.

7. Wound dehiscence: terbukanya luka operasi karena prosespenyembuhan yang buruk.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro