Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

第五章 Bab 5

Now playing: Hou Lai Yu Jian Ta 后来遇见他

Shanghai, musim panas 2018

Ruangan rapat mulai bergemerisik setelah Bos Yao memberikan tugas baru kepada Chen Ai. Beberapa di antara mereka ada yang berbisik-bisik membicarakan Chen Ai. Namun, Chen Ai dapat mendengar perkataan itu meski samar-sama.

"Chen Ai selalu beruntung. Ia hampir mendapatkan semua pekerjaan bagus. Teman setimnya pasti makmur sekali."

"Iyalah. Manajer Luo dari departemen pemasaran selalu mendukungnya. Pria itu jelas berpengaruh besar baginya."

Namun, pikiran Chen Ai tidak terlalu fokus dengan hal itu. Perkataan Bos Yao yang menyebut nama 'Zhao Nan' tadi membuatnya tidak nyaman. Chen Ai bukannya masih membenci Zhao Nan, tetapi ia jelas tidak mau bertemu dengan pria itu lagi. Ia benar-benar tidak mau berurusan dengan pria itu.

Chen Ai menggulung-gulung ujung blazer-nya dengan gusar. Tiba-tiba, Luo Wang yang duduk di seberangnya menendang ujung kakinya pelan.

"Hei, kau tidak apa-apa? Tidak suka dengan tugas kali ini?" tanya Luo Wang perhatian.

Chen Ai menengadahkan kepala, lalu menggeleng dan kembali duduk tegak.

Beberapa saat kemudian, Bos Yao menutup teleponnya dan menghadapi seluruh peserta rapat hari itu. "Rapat hari ini sampai sini saja. Kita sudah mendapat penyelesaiannya. Besok lusa tim Nona Chen akan berangkat ke kantor PickUs untuk mengurus masalah pembuatan website ini."

Bos Yao merapikan map foldernya di meja dan mendorong kursi ke bawah meja. "Terima kasih. Semua orang sudah bekerja keras. Silakan melanjutkan pekerjaan masing-masing." Setelah itu, ia meninggalkan ruang rapat.

Besok, Chen Ai akan bertemu lagi dengan seseorang bernama Zhao Nan. Entah itu Zhao Nan yang sama dengan pria yang hadir sembilan tahun lalu atau Zhao Nan lain, Chen Ai harus mempersiapkan mental untuk menghadapi kemungkinan terburuk.

Chen Ai memantapkan niatnya. Baiklah. Ini proyek bagus. Aku pasti tidak akan melepaskannya begitu saja.

Chen Ai membereskan alat tulis dan map di meja, lalu melangkah ke luar ruangan bersama rekan kerja yang lain. Ketika Chen Ai sudah hampir melewati pintu, tiba-tiba ia merasa pergelangan tangannya ditarik oleh seseorang. Ia buru-buru menoleh sambil berusaha menarik tangannya. Pandangannya pun terhenti kepada orang yang menggenggam tangannya. Ternyata Luo Wang.

"Ada apa?" tanya Chen Ai sambil melengkungkan alis.

"Kau benar-benar baik-baik saja? Jika kau tidak suka pekerjaan yang diberikan Bos Yao, kau bisa mengalihkannya pada tim PR yang lain."

Mengenal Chen Ai selama tujuh tahun membuat Luo Wang benar-benar memahami sifat dan gestur Chen Ai. Ia tahu kebiasaan Chen Ai yang suka memilin ujung pakaian ketika sedang gelisah. Pada situasi tertentu, Luo Wang bahkan bisa menebak kegelisahan dalam hati Chen Ai.

Chen Ai pun menghela napas, lalu menarik tangannya perlahan dari genggaman Luo Wang. "Hhh ... aku selalu tak bisa menutupi apa pun darimu. Mungkin seharusnya dulu aku tidak pernah membiarkanmu mendekatiku," ujarnya sambil melangkah ke luar ruangan.

Luo Wang menyusul langkah Chen Ai. "Hm. Meskipun aku tak tahu apa yang kaupikirkan, tapi kalau kau tidak nyaman dengan tugas ini, lebih baik kau alihkan saja pada tim lain."

Chen Ai menggeleng. "Sepertinya tidak. Ini proyek bagus. Aku tidak akan menyerah begitu saja hanya karena firasat tak jelas. Paling tidak, aku akan mencoba menjalaninya dulu."

Luo Wang menaikkan kedua alis dan menghela napas. Ia memutuskan untuk tidak ikut campur lebih lanjut. Jadi, pria itu mengubah topik pembicaraan. Ia menepuk pelan bahu Chen Ai dan berkata, "Nanti kita makan siang bersama di kantin bawah, ya."

Chen Ai sudah terbiasa dengan ajakan seperti itu dari banyak orang. Jadi, tanpa berpikir panjang ia langsung mengangguk menyetujui.

"Yes! Oh, ya. Karena kelihatannya kau baru saja mendapatkan tugas baru yang bagus, berarti nanti kau yang mentraktirku, ya. Lagi pula aku juga membantumu meyakinkan Bos Yao tadi. Jadi, dengan memandangku sebagai teman baik, sebaiknya kau jangan terlalu pelit," ujar Luo Wang santai. Ia mengulurkan tangannya melalui punggung Chen Ai dan menepuk lengan wanita itu.

Chen Ai berdecak lalu memandang Luo Wang dengan sebal. Ternyata ada udang di balik batu.

***

Di tim PR Chen Ai, totalnya ada tiga orang wanita. Selain Chen Ai sendiri, ada Yun Xiang, yang dulunya belajar di universitas yang sama dengan Chen Ai tetapi dari jurusan yang berbeda. Lalu ada juga Liu Nian, teman lama Chen Ai sejak pertama kali ia magang di BeLook. Mereka lolos menjadi karyawan tetap bersama-sama dan akhirnya memutuskan untuk bekerja sama lagi dalam satu tim. Hari itu, masing-masing anggota tim Chen Ai memiliki kesibukan yang berbeda, jadi mereka tidak bisa berangkat bersama. Namun, mereka sudah berjanji untuk bertemu di lobi kantor PickUs sebelumnya. Jadi seharusnya tidak akan ada masalah dengan tim.

Siang itu, Chen Ai makan siang bersama dengan Luo Wang di kafe depan kantor. Setelah itu, Luo Wang mengantarkannya dengan mobil sampai ke kantor PickUs.

"Aku juga ada jadwal dengan seorang klien. Lokasi kantornya tak jauh dari PickUs. Kau berangkat bersamaku saja. Jangan sungkan. Ini praktis, kok," ujar Luo Wang santai.

Chen Ai sudah terbiasa dengan perlakuan Luo Wang yang seperti itu sejak mereka putus empat tahun lalu. Chen Ai tahu, Luo Wang belum tentu benar-benar mempunyai jadwal dengan klien lain. Pria itu sering sekali mencari-cari alasan untuk bisa bersama dengan Chen Ai. Jadi, selama ini Chen Ai memilih untuk tidak banyak menolak atau mempersulit Luo Wang karena setahunya para pria lebih suka dihargai.

Sesampainya di depan kantor PickUs, Chen Ai segera melepas sabuk pengaman dan hendak membuka pintu. Namun, ternyata Luo Wang belum membuka kuncinya. Chen Ai menoleh menatap Luo Wang dengan ekspresi datar. "Ayo, buka pintunya. Waktuku tidak banyak."

Luo Wang mengembuskan napas ringan, lalu menekan tombol di sampingnya sehingga pintu mobil dapat dibuka. "Nanti langsung hubungi aku kalau sudah selesai. Aku akan menjemputmu. Pastikan handphone-mu selalu aktif, jadi kalau ada sesuatu kau bisa selalu menghubungiku. Usahakan tugas-tugasmu selesai secepatnya, jadi kau tidak harus pulang terlalu malam. Jia you, Chen Ai."

Chen Ai sudah lama membuang kata 'jia you' dari Kamus Kata-Kata Terlarang miliknya. Namun, entah kenapa akhir-akhir ini kata 'jia you' kembali terdengar seperti sesuatu yang mengerikan. Chen Ai mengembuskan napas dan membuang kenangan itu jauh-jauh dari pikirannya.

"Iya, iya. Kau seperti papaku saja. Jika kau terus cerewet begini, lama-lama aku akan membisukan kontak WeChat-mu nanti. Baiklah. Aku turun dulu. Bye," tukas Chen Ai cepat. Kemudian, ia pun berlari kecil memasuki lobi PickUs yang didominasi warna abu-abu metalik.

Di ruang tunggu yang diisi beberapa sofa merah empuk, Chen Ai menemukan sosok Liu Nian yang sedang memainkan handphone. Chen Ai segera menghampiri wanita itu dan menepuk bahunya pelan. "Yun Xiang di mana?"

"Belum datang," jawab Liu Nian singkat. Wanita itu menyelesaikan urusannya di handphone sebentar, kemudian memasukkan benda itu ke tas. Ia pun berdiri dan menjajari Chen Ai.

Chen Ai mengangguk sambil melirik arlojinya sekilas. Sudah hampir mencapai waktu yang dijanjikan, tetapi Yun Xiang masih belum datang. Chen Ai mengembuskan napas berat, lalu mengecek handphone sebentar, berniat menelepon Yun Xiang. Namun, sebelum ia sempat menekan ikon telepon, bunyi sepatu high heels yang sangat terburu-buru mendekat. Chen Ai menoleh sambil mengernyitkan alis. Ternyata, itu adalah Yun Xiang.

"Kau datang tepat waktu sekali, Yun Xiang," ucap Chen Ai.

Yun Xiang mengatur napasnya yang tersengal-sengal, lalu mulai berbicara. "Maaf, teman-teman. Aku menemui sedikit kesusahan saat makan siang tadi."

Chen Ai mengangguk mengerti. "Baiklah. Yang terpenting sekarang kau sudah bisa datang ke sini."

Mereka bertiga pun berjalan menuju meja konter resepsionis dan meminta bertemu dengan Zhao Nan sesuai janji yang dibuat Bos Yao kemarin lusa. Setelah resepsionis itu mengecek buku agenda, ia pun mengantarkan ketiga wanita itu menuju ruang tamu PickUs di ujung lantai satu.

"Saya akan memanggil Tuan Zhao terlebih dahulu. Mohon Nona-nona sabar menunggu," ujar resepsionis itu sambil menunduk. Kemudian, ia keluar dari ruang tamu.

Chen Ai menanggapi dengan anggukan singkat. Aku sangat sabar. Sangat sabar sampai tidak minat bertemu.

Beberapa menit kemudian, seorang pria memasuki ruangan bersama dengan seorang asisten yang berdiri di belakangnya. Ketiga wanita yang awalnya sedang berbincang santai itu pun langsung berdiri tegak begitu mendengar suara pintu terbuka.

Selama beberapa detik, tanpa sengaja pandangan Chen Ai dan Zhao Nan bertemu. Chen Ai merasa tenggorokannya tercekat dan ia kesulitan mengambil napas. Zhao Nan yang dulu datang lagi.

"Chen Ai?" tanya Zhao Nan memastikan.

Chen Ai berusaha untuk mengambil napas dulu supaya ia bisa menanggapinya tanpa suara bergetar. Namun, mulutnya seperti terkunci. Chen Ai akhirnya hanya mengangguk.

"Wah ... hai. Lama tidak bertemu," ucap Zhao Nan gembira seolah-olah ia bertemu dengan teman akrab semasa SMA. Tanpa sungkan, ia langsung mendekati Chen Ai dan memberi wanita itu pelukan singkat.

Chen Ai merasa tubuhnya kaku mendadak. Berpelukan singkat seperti ini seharusnya adalah interaksi normal bagi wanita berumur 25 tahun yang bekerja di bidang public relation. Namun, begitu Chen Ai berhadapan dengan Zhao Nan, tubuhnya menunjukkan reaksi yang tidak wajar. Seharusnya ... Chen Ai bisa mengendalikan dirinya dan bersikap baik-baik saja. Tapi mengapa hatinya terasa sakit sekali, seperti dihantam sebuah batu besar? Dadanya sesak hingga bernapas rasanya sangat berat.

Chen Ai mundur perlahan, kemudian menahan diri untuk tidak menggigit bibir seperti kebiasaannya ketika menahan tangis. Paling tidak, sekarang Chen Ai harus menunjukkan profesionalitasnya. Jadi, ia mengangguk sekali dan menyahut, "Lama tidak bertemu."

"Eh ... kalian adalah teman lama?" celetuk Yun Xiang. Kalau iya, bagus sekali. Jadi kami tidak perlu memulai pendekatan dan perkenalan basa-basi seperti dengan partner biasanya.

"Iy—"

"Bukan!"

Footnote:

WeChat= aplikasi messenger multifungsi produksi Tencent yang paling banyak digunakan di Tiongkok.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro