Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

8. Burger Derick

Hai PrenGenk, pren mau bilang kalau mulai chapter ini, inti cerita yang Pren buat akan lebih di sorot daripada scene-scene yang diuploud kak Gugun ke tiktok.

8. Burger Derick

Algun yang sedang bersantai-santai sambil memainkan ponselnya ditangga segera menoleh saat bunyi derap kaki yang melangkah mendekat terdengar oleh indera pendengarannya.

"Alga.. Hoi!" Panggilnya segera.

Yang dipanggil hanya menyahut dengan tolehan kecil. "Apa?" 

"Lo mau kemana?" Tanya Algun segera.

"Kerumah Derick," Jawab Alga acuh.

Mendengar nama Derick, tanpa ia sadari, dirinya kembali bersemangat seperti sedia kala. "Gue ikut!" Pintanya, lebih terdengar seperti pemaksaan bagi telinga Alga.

"Nggak usah!" Tolak Alga segera, ia bahkan tak menyadari bahwa dirinya tanpa sengaja meninggikan nadanya dan terdengar seperti membentak Algun. Namun, Algun tak mengindahkannya sama sekali.

"Ekhem..."

Alga maupun Algun menolehkan kepalanya pada sosok wanita yang berdehem disaat mereka berdua sedang asik berbicara. Tidak, apa itu bisa disebut pembicaraan yang 'asik'?

"Bunda, kok udah pulang jam segini?" Tanya Algun penasaran. Jam masih menunjukkan pukul 2 siang, mengapa sosok sesibuk Athena bisa berkeliaran dirumah pada jam segini?

"Bunda ngambil cuti untuk dua hari," Jawab Athena seadanya.

Ia berjalan pelan kearah Algun, memberikan senyum terbaiknya dan mengusak-usak rambut Algun. Algun sedikit tersentak, namun segera membalas senyuman Athena dengan senyuman khas miliknya.

Kepala Athena ia tolehkan, ke arah Alga yang hanya memandangnya dingin. Tak tersirat sedikit pun ekspresi disana.

Baru saja Athena hendak melakukan hal yang sama pada Alga, anak itu sudah menjauhkan dirinya. Membiarkan tangan kanan Athena yang hendak mengelus surai hitam milik Alga berada di udara dalam waktu yang cukup lama.

Tanpa berucap sepatah kata pun, Alga berlalu dari sana. Ia sempat menepuk kepala Algun dua kali, meninggalkan berbagai pertanyaan tanya di kepala Algun.

Algun mendesah malas pada pagi hari yang cerah. Sungguh, ia benci sekolah. Apa ia tak bisa segera lulus tanpa harus belajar?

Pesan masuk yang membuat dering di ponsel Algun semakin menjadi itu hanya diabaikannya. Ia memilih untuk mencoret-coret. Namun, tak sampai 5 detik ia menyadari ada sesuatu yang hilang.

Kemana sosok Alga?

"ADUHH!!"

Algun mengaduh saat spidol dilemparkan tepat pada keningnya. Ia mengusap-usap keningnya dengan wajah sebal. "Apaan sih, Derick? Pen gelut gausah ngajak gue, setan!" Sembur Algun segera.

"Santai, men," Jawab Derick setengah kaget. "Lagian lo bengong aja kek orang dongo. Dirasuk setan baru tau rasa," Lanjutnya di tambah cekikikan yang membuat Algun merinding seketika.

"Lah, malah bawa bawa setan nih anak. Kesian tuh si kunti kesindir," Tunjuk Algun pada Heera yang sedang dengan asiknya mencomot sushi dimejanya.

"Gue mulu, gue mulu. Pensiun aja lah jadi kunti," Ucap Heera yang berakting seolah yang paling tersakiti sambil terus-terusan mengusap kedua matanya.

"Pintu indosiar terbuka lebar noh, silahkan."

Perkataan bercada dari Derick seketika membuat seluruh kelas heboh tertawa. Namun, manik hazel milik Derick terus menangkap wajah ditekuk yang Algun tampilkan meskipun saat ini bocah itu sedang tertawa.

"Gun, si Alga kemana?" Tanya Derick setelah dirinya baru sadar anak yang lebih tampan darinya itu tak berkeliaran dikelas.

Alga nggak mungkin bolos, kan? Ya ngga mungkin lah, yakali. Tapi, kelo dia beneran bolos gimana? Eyy, ngga mungkin lah. Tapi, kalo dia udah capek hidup gimana?

Begitulah bayangan monolog Derick yang berdebat dengan dirinya sendiri.

Brakkk!..!

Jantung Derick hampir saja jatuh ke lutut saat suara geseran kursi yang digeser dengan kasar itu terdengar kala dirinya sedang asik berbincang dengan diri sendiri. "Pelan-pelan napa? Jantungan nih gua."

"Alhamdullilah, biar cepet mati."

Jawaban Algun membuat Derick melongo seketika. Bahkan hingga tubuh Algun menghilang dibalik pintu kelas, ia masih termenung kaget.

"EH BANGKE! LO AMININ GUE MATI, YA SAT!"

Algun berjalan ria dikoridor sambil menenteng buku novel yang menjadi favoritnya sekarang. Ia tak kunjung bosan meskipun sudah membacanya selama 3 kali.

"Ternyata di sekolah sendiri tuh asik juga, ya," Celetuknya. "Ngga perlu ada si Alga, GANGGU."

Ia berjalan santai, merasa bahwa dirinya baru saja terlahir kembali. Raut ceria nan riang itu terukir diwajahnya sebelum raut itu berubah kesal karena manik jernihnya tak sengaja melihat bayangan lain dibelakangnya.

Siapa itu? Tentu saja Alga Carlos Hartigan.

Ia menoleh ke belakang secara perlahan. Mencoba mengelak bahwa Alga mendengar ucapannya barusan.

"A-anyeong," Sapanya kikuk ditambah cengiran canggungnya.

"Ngapain nyengir, ngga ada yang lucu."

Algun segera menutup mulutnya rapat-rapat saat lontaran kata pedas dilayangkan Alga padanya. Namun seperti biasa, ia tak mengindahkannya dan hanya menganggap itu sebuah angin lewat.

Kedua kaki mereka sama melangkah tanpa tau arah tujuan. Koridur mulai sepi karena beberapa guru sudah mulai masuk.

Ditengah perjalanan, Algun inisiatif untuk membuka topik agar kecanggungan ini berakhir. "Alga, lo tau ngga..."

"Bisa nggak, sih? LO TUH DIEM AJA?! Berisik tau!"

Algun terhenyak, tersentak kaget dengan intonasi Alga yang seakan membentak dan risih dengannya.

Hey? Apa salahnya? Bukannya ia hanya ingin mencairkan suasana sebelum memasuki kelas yang penuh dengan kedingina dan soal-soal gila? Mengapa Alga harus semarah itu hanya karena dirinya bersuara?

"Iya..." Cicitnya pelan.

"Gue ngga bakal ngomong lagi kok, gue bakal diam." Mendengar nada Algun yang dibuat rendah membuat Alga menoleh bingung. "Diem kayak biasanya lo ngejahilin gue, ngerjain gue sampe dihukum bibi," Lanjutnya.

Kini Alga dihuni rasa bersalah. Ia menggaruk bawah telinganya yang tak gatal, merasa sudah salah bicara. Sial! Dia salah lagi.

"Yaudah, maafin gue. Gue yang salah," Pinta Alga segera. Melihat Algun yang bersedih membuat dirinya merasa menjadi abang yang buruk. "Maafin gue yang udah terlalu possessive sama lo, gue cuman..." Ia menahan kata yang hampir keluar dari lidahnya.

Hening sebelum kekehan tawa renyah yang tak bisa ditahan Algun akhirnya terdengar oleh telinga Alga. "Lo kenapa.. >.<"

Sungguh, menjaihili Alga ternyata sesenang ini. Pantesan Alga suka sekali menjaihilinya. Ternyata sensasi menjaihili orang itu memang selucu ini.

"Ternyata jailin lo tuh seseru itu, ya. Dadah! Gue mau ke kelas dulu." Algun segera lari karena tahu dirinya bisa saja diterkam oleh makhluk ganas didepannya ini. Meninggalkan Alga dengan wajah sebal dan kesalnya.

"Untung gue sayang, kalo ngga udah nyampe tuh ke jembatan sirotol mustakim gue antar,"

"Ternyata jailin Alga tuh seru juga, ya."

Algun tersenyum manis sambil memakan Burger milik Derick yang katanya kekenyangan. Karena Derick membeli kebanyakan dan Algun itu orangnya ngga suka mubazir, jadi dimakan aja deh sama tuh anak.

"Jadi lo senang?"

Uhukk!!

Botol air minum segera ditodongkan oleh pelaku pada Algun yang hampir saja mati tersedak. Ia segera meraih botol itu dan meminumnya hingga hampir habis. Namun, sedetik kemudian ia menyesali tindakannya barusan. Karena sekarang, ia sudah kekenyangan oleh air putih.

Alga hanya menatap sinis dan tajam pada Algun yang masih sedikit terbatuk. "Muka gue senyeremin itu sampe lo batuk?" Tanya Alga. "Lo ngomong apa barusan?" Lanjutnya bertanya.

"Nggak, gue nggak ngomong.. eghh! apa-apa," Jawabnya sedikit terseguk karena rasa panas dan sakit masih menjelajah kerongkongannya.

Algun sedikit bingung saat dirinya menangkap gerak-gerik aneh Alga yang memegang perut. "Kenapa?" Tanyanya langsung.

"Gue lapar banget," Jawab Alga datar.

Mendengar jawaban Alga, ia kembali memusatkan diri pada burger dihadapannya. Seakan tak peduli dengan eksistensi Alga yang barusan menganggu dirinya.

"Siniin punya lo."

Algun merasa bahwa dirinya baru saja berkedip dalam waktu yang bahkan mungkin tak sampai sedetik. Namun, dimana piring burgernya sekarang berada?

Ia mengerucutkan bibirnya kesal saat dirinya melihat burger miliknya sudah berada di tangan Alga. Setengah menit berlalu, hingga akhirnya Algun teringat akan sesuatu hal penting.

"ALGA!"

Alga hampir saja tersedak kala suara melengking milik Algun menyakiti telinganya. "Apa?" Jawabnya ketus, ia memilih untuk kembali menggit burger ditangan.

"L-lo kan... Alergi bawang.." Cicitnya, ia mengecilkan nada suaranya diakhir.

Alga menoleh pada burger yang tinggal seperempat ditangannya, lalu menoleh kearah Algun, dan menoleh lagi ke burger. Proses itu dilakukannya berulang kali hingga akhirnya ide jahil memasuki otak jahatnya.

"Gapapa, kalo gue sakit karena lo, terus lo yang rawat gue. Gapapa, gue ikhlas," Tuturnya diikuti smirk andalannya. "Ikhlas gue mah," Lanjutnya.

Algun semakin mengerucutkan bibirnya sebal. "Rupanya bayi besar jadi beban bagi gue," Hinanya terang-terangan.

Alga sendiri hanya tersenyum kemenangan, membiarkan umpatan-umpatan yang sedari tadi ditujukan pada sosok didepannya sekarang.









Akhirnya bisa update setelah ujian PAS yang gilanya nggak main-main. Masih ada yang nunggu cerita ini, nggak?

Pren minta maaf sebesar-besarnya karena jarang update.

Mari lupakan para sider yang ngga pernah vote dan komen itu!

To Be Continue....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro