Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 2 - Tawaran Ah Cy

Sylvia menerima ajakan Ah Cy agar tinggal di kediamannya. Jika ia menolak, maka dirinya akan tinggal di mana. Lagi pula sepertinya gadis penolong itu baik. Ah Cy membawa Sylvia ke kediamannya. Sampailah Nona Ah Cy di depan pintu kediamannya yang bertuliskan Ah Cy.

"Ini benar-benar kuno," batin Sylvia.

Nona Ah Cy menghentikan langkah sejenak di depan pintu kembar dengan ukiran mewah khas bangsawan diikuti Sylvia dan Biyu di belakangnya. Ah Cy mengajak Sylvia ke paviliun Teratai Biru bersebelahan dengan paviliun Teratai Hijau.

Dua laki-laki muda berpakaian prajurit yang berjaga di depan pintu membungkuk hormat. Kemudian, membukakan pintu untuk mereka.

Begitu Ah Cy dan Sylvia masuk, pintu di belakangnya tertutup. Beberapa pelayan wanita tengah sibuk membersihkan ruangan tersebut. Melihat kedatangan Nona Muda ke tiga mereka semua menunduk hormat.

"Nona hormat kami."

"Bangunlah."

"Apa semua orang harus menunduk hormat?" ujar Sylvia pelan.

Pandangan Ah Cy mengarah pada gadis cantik yang mematung  di sampingnya. "Kalian dandani dia."

"Baik, Nona, akan kami laksanakan," ucap pelayan kompak.

Sylvia bingung, saat para pelayan menggiringnya menuju ruangan lain.

"Aduh, aku mau dibawa ke mana? Aku tidak mungkin 'kan dimasukkan ke dalam gudang?" batin Sylvia kalut.

Sementaraitu, Nona Ah Cy telah melangkah keluar dari ruangan tersebut bersama pelayan pribadinya Biyu.

Salah seorang pelayan wanita berwajah imut bermata jingga mengambil tas yang tergantung di punggung Sylvia.

"Tasku mau dibawa ke mana?" tanya Sylvia melihat tasnya.

"Benda ini disimpan sementara, Nona bisa mengambil ketika selesai membersihkan diri," balas seorang pelayan wanita lembut di samping pelayan wanita berwajah imut itu.

Empat orang pelayan datang dan menundukkan kepalanya kepada Sylvia. Gadis penyuka warna merah muda dan biru itu tersenyum tipis, lalu mengangguk  sebentar. Empat orang pelayan wanita itu membawanya ke ruangan yang mewah dengan tema kerajaan.

"Luar biasa indah!" Sylvia terkagum melihat ruangan di depan matanya.

"Berasa di novel saja," ujar Sylvia pelan takut pelayan-pelayan di sekitarnya itu mendengarnya.

Dua orang pelayan wanita yang lain meninggalkan Sylvia dengan dua pelayan yang tersisa untuk mengambil keperluan yang kurang. Sylvia dipersilahkan masuk ke ruangan mandi.

Para pelayan membantu melepaskan pakaian yang dipakai Sylvia. "Apa yang kalian lakukan?"

"Nona, kami di sini untuk membantu Nona mandi."

"Aku bisa sendiri kok."

"Tapi nona ini sudah tugas dari Nona Ah Cy, tolong nona jangan mempersulit kami."

"Hm, baiklah lakukan saja," kata gadis cantik itu pasrah.

Di kursi dekat pemandian.

Para pelayan membantu melepaskan gaun yang dipakai Sylvia melepaskan ikatan rambut, dan melepaskan jepit rambut merah yang dipakai. Sylvia berendam di dalam bak air panas yang telah disiapkan.

"Aku merasakan bagai seorang Putri," batin Sylvia tertawa kecil.

Pelayan menuangkan parfum aroma bunga mawar. Pelayan wanita berkata, "Apa nona suka aromanya? Jika nona tidak suka pelayan akan mengambil yang lain."


"Tak apa, aku juga suka aromanya." Sylvia menghirup aroma tersebut dengan nikmat.

Pelayan memijat tubuh Sylvia dengan lembut sampai Sylvia hampir saja tertidur.

"Rasanya benar-benar segar."

Setelah selesai para pelayan membantu Sylvia berpakaian. Dia tidak menolak. Iya, untuk apa dia menolak karena pelayan-pelayan wanita itu tetap berusaha melakukannya.

Di meja rias, para pelayan membentuk rambut Sylvia, memakaikan perhiasan-perhiasan yang terbaik dan cantik di kepala. Pantulan wajah cantik terlihat di cermin.

"Aku terlihat berbeda."

"Aduh, berat sekali," ucap Sylvia mencabuti beberapa hiasan di kepalanya.

Pelayan berpandangan satu sama lain. Bagaimana jika Nona muda Ah Cy marah, pikir pelayan.

"Tolong pilihkan yang ringan saja," ucapnya memohon.

"Baik, Nona."

"Begini lebih baik," katanya.

Sylvia melangkah keluar dari ruangan tersebut. Beberapa orang pelayan wanita berdiri di samping kiri dan kanannya.

"Maaf Nona, teman Nona sudah siap," kata kepala pelayan wanita berwajah imut menunduk.

Nona muda ketiga Ah Cy yang tengah duduk di kursi meletakkan cangkir teh hijaunya di atas meja. Ah Cy tersenyum mempersilakan Sylvia duduk.

"Terima kasih."

Nona Ah Cy memberi kode agar para pelayan meninggalkan mereka berdua.

Ah Cy mengangguk. "Baiklah, siapa namamu?"

"Apa aku harus mengatakan nama asliku?" batin Sylvia bingung.

"Tidak, aku tak mungkin mengatakan nama asliku, itu pasti dianggap aneh karena namaku berbeda dari orang sini." batin Sylvia.

"Nona?" panggil Putri Ah Cy pelan.

Ia tiba-tiba terpikir sebuah nama yang menurutnya bagus.

"Ah, ya. Namaku Xiao Tan," balas Sylvia tersenyum.

"Xiao Tan nama yang bagus." Puji Ah Cy.

"Terima kasih."

"Aku lupa mengenalkan namaku, namaku Ah Cy," ucap Ah Cy.

"Salam kenal Ah Cy," kata Sylvia ramah yang dibalas gadis gemuk itu anggukan pelan.

Ah Cy sedikit bingung ucapan Sylvia karena jika berkenalan tidak ada kata salam kenal. Ah Cy mengangguk pelan.

🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦🐦

Sore ini Sylvia memilih duduk di halaman belakang kediaman paviliun Teratai Biru. Sedangkan Ah Cy sedang mengikuti kelas tata krama.

"Tanpa bisa disangka aku ternyata bertransmigrasi ke zaman dahulu. Entahlah bagaimana caranya agar aku bisa keluar dari sini," ujar Sylvia pelan.

Sylvia sudah mengatakan kebenaran kalau dia bukan dari zaman ini, tapi Ah Cy tertawa menganggap omongannya adalah lelucon yang lucu. Ah Cy tidak percaya. Kalau dipikir-pikir memang sulit membuat orang percaya. Dia harus meminta pertolongan kepada siapa? Orang-orang pasti mengatakan dia gadis yang aneh karena berkhayal terlalu tinggi.

"Nona, Anda butuh sesuatu?" Quitan nama pelayan yang sedang bicara saat ini.

"Iya, aku butuh sesuatu. Bisakah kau ambillah aku buah anggur?" Pinta Sylvia lembut.

"Baik, Nubi akan membawakannya," balas Qiutan menunduk hormat kemudian berlalu.

"Kira-kira Anisa di mana ya?" ucapnya pelan menatap bunga-bunga yang sedang bersemi.

"Apa mungkin aku harus mencarinya? Tapi aku cari di mana?" Sylvia memijat kepalanya yang sedikit sakit.

🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈🌈

Halo! Semoga suka

See you next chapter😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro