Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 3 : Donat

Author's PoV

Angelo dan Zezen tidak suka belajar. Apalagi Sejarah. Mereka tidak suka mengingat masa lalu. Masa lalu biarlah berlalu. Mengungkit masa lalu itu sama saja membuka luka lama. Kalau kebawa perasaan nanti bisa repot.

Begitulah kata hati dari kedua cowok itu. Dan sepertinya siswa-siswi lain juga memikirkan hal yang sama. Jadi, mereka berdua memutuskan menuju kantin sambil berpetualang seperti pengunjung museum.

Kantin SMA Seretie ramai penuh dengan manusia yang memerlukan asupan gizi mengenyangkan perut. Angelo dan Zezen duduk di kursi tak berpenghuni. Mereka memesan makanan. Angelo memesan spagetti karena masih tidak puas dengan sarapan spagetti di rumah. Sedangkan Zezen memesan nasi kecap.

"Nasi kecap?" Angelo cengo melihat pesanan Zezen.

"Iya. Lo pikir gue pesen nasi oli?" Zezen menyuap nasi kecap pertamanya.

"Enak, ya, nasi pake kecap doang?"

"Ngiri, ya?"

"Enakan disumpal pake spagetti."

Zezen tertawa ditengah dia mengunyah makanan. Ajaibnya, Zezen tidak tersedak.

Angelo juga memulai acara makan spagettinya. Setelah makan spagetti nanti, dia mau beli susu kotak.

"AAAA!!! ITU DIA!!"

"MANA? DI MANA DIA?"

"KYAAA!!!"

"SHIT! CANTIK WARBYAZAH!!"

Kok teriakan histeris laki-laki bisa mengalahkan kaum perempuan? Begitu kata Angelo ketika dia mendengar kicauan itu tidak jauh darinya.

SMA Seretie memiliki 980 pelajar. Sebagian besar siswa berjenis kelamin pria. Sisanya perempuan. Tidak seperti sekolah lainnya yang selalu hampir punah akan laki-laki. Tapi, Angelo bukan memikirkan hal itu.

"Cewek itu ... pakai jas putih!" seru Angelo sambil beranjak dari kursinya yang membuat Zezen tersedak nasi kecap karena terkejut. "Tapi, kok rambutnya bukan yang kayak kuntilanak?"

"Lo bahkan bisa teriak lebih histeris dibandingkan mereka!" balas Zezen tidak tahu kalau dirinya baru saja berteriak.

Peduli amat dengan teriakan Zezen. Angelo kembali duduk, menyantap spagettinya. Tapi, kedua matanya terfokus dengan hal lain.

Cewek itu pakai jas putih, dalam artian cewek itu anak dari kelas Hitam.

Cewek itu berikat dua berpita ungu. Di mulut cewek itu tersumpal satu buah donat beroleskan krim ungu bertabur gula. Tangannya dipenuhi oleh sekantung bungkus donat berbagai macam rasa.

Cewek itu sudah pasti maniak donat.

Senyumannya yang lebar dengan ada sedikit seres coklat dari donat menempel di pinggir bibir membuat kaum cowok alay diabetes. Angelo tidak alay, jadi dia memilih makan spagetti dari pada mendapat perhatian dari cewek cantik itu. Oh iya, Zezen juga tidak alay. Dia tetap memilih nasi kecap.

Eit! Tunggu sebentar. Angelo merasa cewek itu melihat ke arahnya. Entahlah, sepertinya hanya khayalan tiba-tibanya saja. Mana mungkin jarak sejauh ini, cewek itu repot-repot melihat ke arahnya?

"Napa geleng-geleng?"

Rupanya Zezen tidak suka melihat Angelo menggelengkan kepala seolah sudah tidak tahan melihatnya makan.

"Leher gue sakit." Angelo kembali memakan spagettinya.

Selesai makan, mereka pergi ke salah satu lemari es berpintu kaca yang isinya terdapat berbagai macam minuman dingin. Sebelum membuka pintu, pastikan kalian telah menyiapkan sejumlah koin.

"Punya receh, gak? Duit gue kertas semua, nih," kata Angelo setelah melirik isi dompetnya.

"Ada. Hari ini gue traktir lo minum. Besok, lo traktir gue bakso. Duit lo gue liat cair semua," selidik Zezen dan menaik-turunkan kedua alisnya.

"Cair emang lo kira air? Iya deh besok gue traktir. Untung teman." Angelo merampas sereceh uang dari tangan Zezen.

Angelo memasukan receh itu ke dalam lubang receh di lemari es itu. Lalu lemari es itu pun dibuka oleh tangan Zezen. Kemudian mengambil minuman kesukaan mereka. Angelo sesuai rencana, memilih susu kotak rasa vanilla. Sedangkan Zezen memilih kopi kotak rasa kopi.

Dengan jantannya, mereka menikmati minuman yang mereka beli di dekat air mancur sekolah.

"Gue ke kamar mandi dulu," kata Zezen dengan ekspresi yang meringis menahan sesuatu.

"Mau mandi?" tanya Angelo datar masih menyedot susu kotaknya.

"Pipis, geblek!" jawab Zezen kesal tapi tidak marah.

"Bilang aja toilet, kek! Pake embel-embel kamar mandi segala lo pikir ini sekolah rumah nenek moyang lo?" Angelo sengaja membuat Zezen tidak jadi pergi agar pipis di celana.

Tapi, Zezen masih bisa menahan hasrat buang air kecilnya. Duh, kasihan Zezen, deh.

"GUE KE TOILET!" Tepat di depan telinga Angelo, Zezen berteriak untuk kesekian kalinya. Setelah itu dia berlalu pergi.

Angelo menenangkan sebelah kupingnya yang berdengung.

"TELINGA GUE SYALAN!"

Akhirnya, Angelo menikmati susu kotaknya sendirian sambil mendengarkan air mancur dan melihat pemandangan halaman sekolah.

"Mau donat?"

Siapa cewek yang mau menawarkannya sekotak donat? Tapi, kenapa Angelo melihat cewek duduk tepat di sampingnya? Ini nyata, kan?

Angelo kelu. Tidak tahu harus berkata apa kecuali masih menyedot susu kotaknya.

Kayaknya Angelo terpesona.

Dia jadi terpesona dengan donat berbagai macam rasa dari tangan cewek itu. Sampai tidak tahu kalau cewek yang menawarkannya donat bisa membuatnya terpesona juga.

Boleh, nih, ambil salah satu? Angelo tidak yakin dan sebenarnya dia mau semuanya.

"Boleh, kok! Pilih rasa donat yang lo suka!"

Angelo kaget. Pikirannya merasa telah dibaca oleh cewek itu. Tunggu. Cewek itu pakai jas putih. Rambutnya dikucir dua kayak anak kecil. Cewek itu pernah dia lihat di kantin. Cewek yang waktu itu meriuhkan kantin.

Cewek maniak donat! Dari kelas Hitam!

"O-oke." Angelo pun mengambil satu. Rasa krim vanilla. Vanilla memang rasa kesukaannya. "Ma-makasih, ya, Kak."

Angelo kalau dengan kakak kelas haruslah sopan dan kalem. Jangan kasar kayak saat berhadapan dengan David dan Zezen. Bisa-bisa dia tidak bisa bobo ganteng lagi.

"Sama-sama, sayang."

DEG!

Sayang?! Hello? Salah sambung, ya? Kok Angelo dipanggil sayang? Kan Angelo jadi merah mukanya.

Angelo diam, tidak memakan donatnya. Dia terpaku dengan kata-kata cewek itu sambil dengan sempatnya melihat cewek itu makan donat dengan lahapnya.

Cewek itu menoleh, menyadari Angelo diam.

"Kok gak makan donatnya? Gak enak, ya? Mau gue yang makan donatnya?"

Angelo tersentak. Dia langsung menggigit donatnya dengan nikmat. Dia suka sekali rasa vanilla. Mana bisa dia menolak donat rasa vanilla. Tidak dia duga, cewek itu tertawa indah.

"Enak, ya? Mau cicip juga, dong?"

Cewek itu seenaknya mengarahkan tangan Angelo yang memegang donat ke mulutnya. Di tempat gigitan donat Angelo, cewek itu mengigit donat Angelo tepat di sana.

Agresip.

Angelo sampai tidak dapat menggerakkan tangannya bahkan tubuhnya untuk menjauh. Dia seperti diikat oleh keramahan berlebihan cewek itu.

"Kesukaan lo vanilla, ya? Akan gue ingat itu."

Cewek itu berdiri dari duduknya. Berjalan menjauh.

Angelo juga beranjak. Dia ingin mengetahui nama cewek itu. Dia merasa perlu mengenal cewek itu untuk dekat dengannya. Tapi, rasa malunya tidak dapat membuatnya melangkah maju. Dia hanya diam di tempatnya berdiri. Menatap cewek itu yang sedang tersenyum padanya.

"Sampai ketemu lagi, sayang!"

Angelo jadi dibuatnya memerah lagi oleh kata-kata sederhana cewek itu.

Cewek itu berlari pergi, berbelok melewati air mancur. Saat Angelo memutuskan mengejarnya, cewek itu sudah tidak ada lagi di halaman sekolah itu.

"Perginya ... cepet banget."

Angelo mengangkat donatnya yang masih tersisa sedikit. Dia ingin menghabiskan donatnya itu. Tapi dia perlu cairan segar untuk menghilangkan rasa tenggorokannya yang mulai kering. Dia mengangkat tangan yang satunya, ingin kembali menyedot susu kotaknya.

Tapi, tidak ada susu kotak di tangan kirinya itu.

"Susu kotak gue mana? Gue yakin belom gue buang karena masih sisa setengah," Angelo bingung. Tapi, dia tidak terlalu memikirkan hal itu melihat Zezen berlari menghampirinya.

"Nungguin gue sampe berdiri segala." Zezen nyengir.

"Najis. Eh, lo mau disumpal pake donat rasa vanilla, gak?"

Belum juga menjawab, Angelo langsung memasukkan donatnya ke mulut Zezen.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro