Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 26 : Door

Author's PoV

Aya menikmati sensasi kebebasan ini. Seperti manusia, dia merasakan bagaimana keadaan alam di luar. Angin yang berhembus, matahari yang terik, dan suara sepeda yang dikayuh.

Bersama seorang teman yang kurasa hanya orang itu yang bisa membuatnya nyaman. Aya jadi ingin tidur. Apa dia jadi mengantuk?

"Kita hampir sampai, Kak," ucap Angelo yang tidak jadi membuat kesadaran Aya menurun. Gadis itu kembali fokus untuk tetap membuka matanya.

Gak mungkin aku lelah, batin Aya keras.

Aya harus tetap terjaga. Sedikit saja dia lengah, bisa saja akan membuat nyawa Angelo terancam. Apalagi mengingat teman-teman di dalam kelasnya. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi ke depannya. Dia hanya mau Angelo aman tanpa menghapus ingatan Angelo. Dia mau dirinya terus diingat, meski tahu kalau dia adalah vampir.

Seandainya aku masih menjadi manusia ... Aya menghela napas berat.

Cukup sulit menjadi seorang vampir mulia. Itu adalah pangkat vampir yang lebih tinggi, tapi dia merasa itu bukanlah sesuatu yang harus dibanggakan oleh seorang mantan manusia.

Vampir merenggut nyawa orang yang dia sayangi bahkan kebahagiaannya. Dia tidak tahu, apakah menjadi vampir juga bisa membuatnya bahagia?

Aya berpikir itu mustahil.

"Kak? Kak? Kak Aya?"

Aya terkejut. Dia baru sadar perjalanan tadi sudah berhenti. Dia menengok Angelo yang memanggilnya beberapa kali.

"Sudah sampai, Kak. Kak Aya kenapa? Apa Kakak sakit?" tanya Angelo khawatir melihat Aya yang terus diam.

"Oh," Aya segera turun dari sepeda Angelo. Dia melihat sebuah rumah berwarna coklat tua di depannya.

Angelo memarkirkan sepedanya. "Nah, ini rumah temanku. Ayo," ajak Angelo melangkah lebih dulu ke halaman rumah David.

Aya merasakan firasat aneh. Entah kenapa dia merasa tidak tenang. Atau mungkin ini cuma perasaan gugupnya saja akan bertemu dengan teman Angelo.

Angelo memencet bel rumah. Tak lama, seseorang membukakan pintu.

"Woooww! Teman baik gue!" seru David Sentosa yang langsung memeluk rindu teman lamanya. "Akhirnya lo mau datang juga. Dah lama gak ketemu, tau."

"Hahaha! Iya. Oh iya, ini kakak kelas gue. Dia ikut karena mau rame-rame juga sama kita. Boleh kan?" tanya Angelo memperkenalkan Aya.

"Waduh! Kakak kelas?" Setelah tahu akan hal itu, David membungkukkan badan seolah Aya adalah sang ratu. "Nama saya David Sentosa, temannya Angelo sejak SMP."

Angelo menatap aneh David yang mendadak berbicara formal. "Ini anak lebay amat," gumamnya.

"Panggil aja Aya," balas Aya tanpa menolak perkenalan David yang terkesan berlebihan. Tapi menurut Aya, itu malah normal. "Sejak SMP, ya. Berarti lo dah kenal banget sama Angelo?"

David mengangguk. "Betul sekali. Kenapa? Apa Nona tertarik mau tau lebih tentang Angelo?"

Aya tampak salah tingkah. Dia langsung menajamkan matanya. Melihat itu, Angelo segera mencairkan suasana.

"Ah, selanjutnya bakal dilanjutin di dalam rumah. David, lo gak suruh kami masuk dalem rumah lo?" Giliran Angelo yang menatap datar ke arah David.

Cowok tampan itu baru ingat dan terkekeh pelan. "Hehehe, gue lupa. Ayo masuk tamu-tamukuh."

Angelo dan Aya berjalan masuk ke dalam setelah dipersilakan. Aya melihat sekeliling. Rumah yang cukup sederhana, sama seperti rumah milik Fiska. Dia lebih menyukai kesederhanaan.

Angelo membawa oleh-olehnya. Dia benar-benar membawa buah-buahan. Ada apel dan mangga. Dia membawanya sebagai camilan karena di rumahnya jarang ada yang mau memakannya. Daripada busuk, lebih baik diberikan saja. Selain buah-buahan, agar David tidak mengomel, dia perhatian membawa snack kentang sapi panggang juga cola-cola.

"Fwahh! Terima kasih, Angelo! Lo adalah teman terbaik gue yang pernah ada!" girang David sambil memeluk senang Angelo.

"Ya ampun ni anak sudah SMA bukannya makin dewasa, malah makin parah alaynya," tutur Angelo tak heran lagi dengan tingkah David.

Aya yang melihat itu entah kenapa rasanya iri. Dia tidak pernah merasakan kesenangan dari seorang teman. Dia ingin juga merasakan hal itu. Dan juga, memeluk Angelo dengan gampangnya.

Eh? Harusnya tidak sampai begitu dia iri. Aya merasa malu pada dirinya sendiri. Ini seperti bukan dirinya saja.

Angelo kembali khawatir melihat Aya hanya berdiri diam. Dia mendatanginya dan menarik tangan Aya lembut untuk ikut bergabung.

"Kak Aya, sini duduk," ajak Angelo.

Seperti boneka tanpa jiwa, Aya tampak kaku saat ditarik. Sebentar David memperhatikan mereka. Dia tersenyum. Dia merasa Aya baru pertama kali berkumpul seperti ini.

"Oh iya, lo juga ngajak temen sekolah lo, kan? Yang sekelas sama lo." David membuka topik dengan pertanyaan sekaligus penasaran. "Apa dia juga alay?"

Mereka bertiga sudah duduk di sofa. David membuka satu snack pemberian Angelo dan memakannya. Angelo menawarkan sekaleng cola-cola kepada Aya. Cewek itu menerima saja dan meminum seteguk.

"Ya, dia juga sama alaynya kayak lo. Keknya lo bakal cocok banget temanan sama dia juga," jawab Angelo santai. "Dia anaknya baik, kok. Humoris juga."

"Wah! Tipeku banget!" seru David sumringah.

"Tipe pasangan, kah?" Angelo tertawa.

"Bukan, woy! Tapi tipe teman yang kusuka," ujar David membenarkan. Dia beralih melihat Aya. "Kalo kamu, Nona? Sukanya tipe temanmu kek gimana?"

Angelo menatap datar David yang beralih gaya ucapan menjadi 'aku-kamu'. Tidak hanya alay, David juga labil.

Aya menatap David. Angelo memperhatikan Aya yang duduk di sampingnya. Sepertinya Aya sedang berpikir keras.

".... Baik, perhatian, dan menyenangkan," jawab Aya agak pelan.

Keduanya terdiam tak merespon cepat. Mereka berpikir, itu seperti tipe pasangan yang biasa orang sebutkan jika ditanya.

David melirik Angelo. Entah kenapa, dia bisa mengerti kalau Aya tampaknya menyukai temannya itu.

"Begitu, ya. Sepertinya kamu gak terlalu sering bergaul. Selain Angelo, memangnya kamu gak ada teman lain?" tanya David iseng.

Angelo merasa pertanyaan David terlalu mengarah masalah pribadi. Dia menatap tajam ke arah David. Tetapi David tidak menanggapinya.

Aya menatap serius.

"Enggak ada."

Ting tong!

Suara bel rumah David berbunyi. David beranjak dari duduknya.

"Wah, mungkin itu temen lo, Angelo. Bentar yah gue bukain," ucap David beranjak dari sofa untuk melihat siapa yang datang.

DEG!

"Tunggu." Aya beranjak cepat dari sofanya dan entah bagaimana cewek itu sudah sampai di belakang David sambil memegang sebelah pundaknya. "Biar aku yang melihat."

Firasat anehnya sudah sangat dekat. Ini bukan sesuatu yang jelas. Tapi ia merasakan ada vampir lain di dekat sini.

"Ah? Apa itu temanmu?" David penasaran siapa yang datang. Aya menggeleng.

"Kalian diam saja di sini. Gue tahu yang mana temannya Angelo. Kalo bukan, gue usir," ujar Aya kepada mereka berdua.

David entah kenapa merasa merinding. Tidak tahu alasannya apa. Sedangkan Angelo sudah duluan merasa tidak nyaman dengan situasi sekarang yang mendadak berubah.

Apa Kak Aya merasa yang memencet bel adalah ... vampir? batin Angelo khawatir.

Angelo harap bukan hal yang mengerikan.

Aya segera berjalan ke arah pintu rumah David. Sedikit dia melirik jendela yang sebenarnya tertutup oleh tirai. Dia tidak boleh membukanya sembarangan. Andai saja tidak ada manusia selain Angelo, mungkin dia akan membuka pintu ini dengan cara menendangnya sampai pintu itu rusak terlempar.

Tanpa aba-aba, Aya membuka pintu.

"....."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro