Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Chapter 23 : Midnight

Angelo's PoV

Kalau aku ingat-ingat kembali, yang membuatku mengetahui adanya vampir di dunia ini adalah Deola. Waktu itu, dia menghisap darah kucingnya sendiri. Waktu itu juga ada Aya. Dia terlihat marah saat melihat Deola berantakan oleh darah kucing.

Aku pikir mereka hidup hanya untuk darah. Tapi tidak semua mereka hanya membutuhkan darah. Mereka juga harus belajar untuk menjadi seorang vampir yang sebenarnya untuk bisa hidup berdampingan dengan manusia tanpa adanya ancaman dari manusia yang anti terhadap vampir.

Di sekitarku, di mana pun aku berada, tidak semuanya orang-orang yang bersamaku adalah manusia. Mereka, para vampir, hidup berdampingan dengan manusia yang tidak mengetahui akan adanya vampir.

***

Tepat jam setengah dua belas malam, Mama dan Papa pulang ke rumah. Tentu mereka bisa melihat Aya karena kami duduk di ruang tamu. Mereka langsung melempar tas kerja ke sofa dan melesat mendekati Aya. Mereka sangat bersemangat.

"Kamu yang namanya Aya, kan? Suara yang ada ditelepon waktu itu?" tanya Mama.

"Iya," jawab Aya singkat. Wajah Aya kaku sekali. Dia memang seperti itu, namun terlihat kebingungan harus berekspresi seperti apa ketika bertemu dengan orang tuaku.

"Kamu cantik!" puji Papa kepada Aya.

"Jadi, aku gak cantik, nih?" rengut Mama membuatku dan Papa meledakkan tawa. "Oh iya, Aya, ini hadiah dari kami berdua. Makasih udah jaga Angelo, ya! Maaf ngerepotin kamu."

"Iya, gak pa-pa. Makasih, Tante. Paman juga," kata Aya sambil menerima hadiah yang dibungkus dengan tas kado berwarna biru.

"Sama-sama! Jadi, menurut kamu Angelo itu gimana?" Mama mulai menginterogasi Aya. Aku jadi ikut penasaran dengan jawaban Aya. Sambil berpura-pura tidak mendengar, aku memasang kuping lebar-lebar.

"Dia baik," jawab Aya.

"Terus? Ada lagi yang buat kamu sampai sekarang temenan sama Angelo?" tanya Mama lagi kayak lagi mewawancarai seorang artis dadakan.

"Ada," jawab Aya. Jawabannya selalu saja singkat.

"Apa?"

"Rahasia."

Yah, ternyata Aya punya rahasia dari pertanyaan Mama mengenai diriku. Mungkin nanti dia akan menjawabnya jika aku yang bertanya? Entahlah.

"Kalau kamu, Angelo?" Papa menoleh ke arahku.

"Eh? Apa, Pa?" tanyaku balik.

"Menurut kamu, Aya itu orangnya gimana?" tanya Mama. Ternyata aku juga ditanya.

Aku berpikir sambil melihat Aya. Kalau dari pendapatku, ada banyak yang ingin aku sebutkan. Jika aku beritahu, apa Aya akan marah padaku? Semoga tidak. Mata abu-abunya melihat ke arahku. Dia juga menunggu jawabanku.

"Kak Aya itu ... misterius. Saat aku melihatnya, aku jadi berpikir bagaimana Kak Aya itu. Setelah lama ini aku mengenal Kak Aya, ternyata dia orang yang sangat baik dan perhatian. Dia enggak mau ada temannya yang mendapat masalah, dengan kata lain dia menyukai kedisiplinan," jawabku sambil menatap ke arah Aya. Dia juga menatapku. Kami saling memberikan pandangan. Tapi, dia yang lebih dulu memutuskan kontak mata.

"Jadi," Mama mendekatkan mulutnya di depan telingaku, membisikkan sesuatu, "apa kamu suka sama dia?"

"Maksudnya?" tanyaku pura-pura tidak mengerti. Padahal aku ngerti maksud Mama.

"Duh, jangan sok gak tahu gitu, Angelo. Kasian Ayanya penasaran sama jawaban kamu," jawab Mama jahil kepada kami berdua.

Aku melihat Aya yang tak menatapku lagi. Wajah itu tetap terlihat berekspresi biasa saja seperti biasanya, tapi bagaimana bisa wajah Aya itu membuatku tak bosan melihatnya? Eh?!

Segera aku mengalihkan pandanganku dari Aya. Bisa saja aku benar-benar jadi suk---jangan bilang. Itu memalukan bagiku. Dan mana mungkin Aya suka dengan cowok gaje sepertiku.

"Mama, ini sudah mulai tengah malam. Kami ngantuk, mau tidur. Jangan nanya-nanya terus, dong," kataku dengan maksud menghindari pertanyaan Mama yang bisa membuatku dan Aya akan canggung nantinya.

"Ah, iya. Kamu benar juga, nak. Sekarang waktunya jam tidur kalian," Mama tersenyum kepada kami. Sedangkan Papa sebelumnya telah pamit pergi ke kamar kepada kami bertiga. "Oh iya, Aya, kami punya ruang kamar tamu. Jadi kamu bisa tidur di sana."

"Terima kasih banyak, Tante," ucap Aya tersenyum kepada Mama. Dan Mama dengan masih sempatnya mencubit kedua pipi Aya. Lucunya, eskpresi Aya masih biasa saja tapi ada raut bingung di sana.

"Hahaha! Kamu buat Tante gemas entah kenapa. Nah, sekarang kalian pergilah tidur." Mama melepaskan cubitannya dari pipi Aya. Dia menghampiriku dan mengecup keningku. "Selamat malam, kalian berdua."

Mama berjalan pergi meninggalkan kami menuju kamar Mama dan Papa. Aku melihat Aya lagi. Dia diam tidak mengatakan apa-apa. Tampak menunduk seperti tengah melamunkan sesuatu.

"Kak?" ujarku memanggil Aya. Aya kelihatan kaget kayak baru sadar dari lamunan. Dia menoleh ke arahku. "Kak Aya gak pa-pa?"

Aya menatapku sebentar, kemudian kembali mengarah ke depan dan menggeleng. "Gak pa-apa. Lo udah ngantuk?"

"Ya, gak juga sih. Kalau Kak Aya? Oh iya, vampir itu bisa ngerasain ngantuk, gak?" tanyaku setelah menjawab. Aku mau tahu apa vampir itu bisa mengantuk atau enggak. Walaupun aku pernah melihat Oly tidur, mungkin saja hanya untuk mengisi tenaga.

"Bisa," jawab Aya mengangguk pelan. Dia menoleh lagi. "Kalau lo mau tau juga, gue belum ngantuk sama sekali."

Padahal tadi mau nanya sesudah menanyakan hal tadi, apa Aya sudah mengantuk atau belum. Tapi udah dijawab sebelum aku nanya.

Aku melihat Aya yang memejamkan mata. Tampak lama seperti mencoba tidur. Bukannya katanya dia belum ngantuk? Dan tidak baik juga kalau tidur sambil duduk. Tapi, kedua alis Aya tampak mengerut seperti sedang memikirkan sesuatu. Atau yang lain?

"Sial," Aya mengumpat tiba-tiba dengan pelan dan tentu kedengaran karena aku ada di dekatnya. Dia membuka matanya lagi dan menoleh ke arahku. Aku menatapnya bingung.

"Ada apa, Kak?" tanyaku ingin tahu kenapa Aya berkata 'sial' tadi.

Sekali lagi Aya menggeleng. "Gak pa-pa. Cuma kepikir sesuatu yang paling gue benci. Tapi udah gue lupain," jawab Aya.

"Ohh ..." Aku ber'oh' panjang. Aku jadi kepo apa yang sebelumnya yang dipikirkan Aya sampai kakak kelas ini mengumpat. Tapi aku tak akan bertanya karena aku rasa jangan ditanya.

Aya beranjak dari duduknya. "Gue mau ke kamar mandi. Kalau lo mau tidur, lo ke kamar aja. Dan jangan lupa, jaga diri."

Setelah mengatakan itu, Aya berjalan dengan langkah tenangnya meninggalkanku di ruang tamu ini. Aku melihatnya berjalan ke tempat di mana kamar mandi berada. Tunggu, apa Aya tahu di mana letak ruang kamar tamu?

"Kak! Kamarnya nanti ada di sana!" tunjukku ke pintu warna putih.

Aya berbalik melihatku tak jauh dari tempatku masih ada di sofa. Kemudian dia melihat ke arah di mana jariku menunjuk. "Baiklah." Lalu dia kembali melanjutkan perjalanan ke kamar mandi dan masuk ke sana.

Tak lama aku juga beranjak dari sana dan berjalan naik ke lantai atas, menuju kamarku untuk segera tidur, karena aku ingin bermalas-malasan di kasur sampai tertidur. Sampainya di kamar, aku merebahkan diriku di atas kasur dan memeriksa notifikasi di gadget-ku.

"Kampret. Serasa punya pacar aja dapet banyak pesan dari mereka," ucapku melihat pesan Line dari David juga Zezen. Pertama aku membuka Line dari Zezen yang dikirim 30 menit yang lalu.

Zen : "Angelo."

Zen : "Woi."

Zen : "Baca woi! Gue mau minta sesuatu yang penting nih."

Zen : "Angelo, kalo lo gak bales, gue lempar lo ke sungai."

Zen : "ANGELO HELO!"

Sialan, nge-spam gak jelas gini nambah notifikasi aja nih Zezen. Segera aku membalasnya. Kedua jari jempolku menari-nari di atas tuts piano---eh salah maksudnya keyboard.

AngeloAM : "Apaan sih bacot aja lu bisanya."

AngeloAM : "Minta apaan? Kecap? Udah habis barusan gue minum."

Tak lama kemudian Zezen pun membalas. Aku pikir dia sudah tidur. Tapi rupanya dia nungguin balasanku ya? Dasar jomblo. Dan aku juga jomblo.

Zen : "Besok libur sekolah kan? Jalan-jalan yok!"

Apaan ini? Dia ngajak aku jalan? Please, Zezen. Jangan buat kejombloanmu semakin jomblo dengan jalan-jalan dengan seorang cowok.

Aku pun berpikir. Tapi tak ada salahnya kalau aku jalan-jalan sama Zezen. Trus kalau David tidak sibuk, aku bisa ngajak dia. Jadi Zezen dan David bisa jadi teman. Membayangkan itu, aku jadi bersemangat.

Pikiranku kemudian mengingat Aya yang tinggal di rumahku sampai hari minggu. Di mana mungkin saja aku akan lebih menghabiskan waktu liburku bersamanya di rumah ini. Apalagi sebelum Zezen mengajakku jalan, David mengajakku nonton film bersama di rumahnya.

Gak nyangka, aku punya jadwal padat banget kayak artis.

AngeloAM : "Gak bisa Zen, gue gak bisa keluar rumah dulu soalnya."

Zen : "Lah kenapa jadi gitu?"

Udah aku duga Zezen bakal bingung dengan jawabanku. Aku tak bisa menjelaskan yang sebenarnya kalau aku tidak bisa jalan karena Aya menginap di rumahku sampai hari minggu. Aku harus menemukan jawaban yang lain agar Zezen tak curiga.

AngeloAM : "Nyokap sama bokap gue ngajak gue jalan-jalan. Jadi gue ikut, deh. Maaf ya, Zen. Kapan-kapan kalau ada liburan lagi, kita bisa jalan sama-sama. Sekalian gue bawa teman gue juga."

Zen : "Itu namanya lo bisa keluar rumah buat jalan-jalan, bego."

Zen : "Yahhh sayang banget. Yaudah deh gak pa-pa. Temen lo namanya siapa?"

AngeloAM : "Hehehehehe."

AngeloAM : "Namanya David. Dia orangnya seru dan kocak. Lo bakal cocok juga temenan sama dia."

Zen : "Mantaff, kalo gitu gue jadi gak sabar nungguin hari libur berikutnya."

Zen : "Yaudah gue mau bobo dulu. Udah ngantuk gue gara-gara nungguin balasan lo sambil main game."

AngeloAM : "Niat banget lo nungguin balasan gue."

AngeloAM : "Cieee~"

Zen : "Anjrit lo pikir gue homo? Kayaknya lo deh yang homo."

AngeloAM : "Gue gak homo, tuh! Gue masih normal suka sama cewek."

Zen : "Serah lu dah. Gue ngundurin diri. Bhay!"

Percakapan kami pun berakhir setelah aku membaca balasan terakhir Zen dan tak membalasnya karena aku pikir ini tidak akan selesai-selesai jika terus dibalas.

Oh iya. Selanjutnya pesan dari David.

DavidSen♡ : "Angelo, lo jadi kan ke rumah gue hari minggu ini?"

DavidSen♡ : "Sekalian kalo jadi, bawa camilan yang banyak ke rumah ya hehe~ Kayaknya udah gue kasih tau yang ini deh."

DavidSen♡ : "Temen sekolah lo ajak juga dia ke rumah gue oke? Biar gue bisa temenan sama dia juga. Bawa teman cewek juga(jika ada)."

Lah, anak yang satu ini juga. Aku ingat dia ngajak aku nonton film Class Vampire. Males banget rasanya nonton film vampir, yang padahal sudah tidak sengaja ikut campur urusan para vampir cewek di sekolah. Pesannya dikirim 20 menit yang lalu. Gak lama ini.

AngeloAM : "Kalau gue pengen, ya."

AngeloAM : "Gue bawa buah-buahan."

Lima menit kemudian, pesanku dibalas David. Ini juga kayaknya sama saja dengan Zezen yang terlalu niat nungguin pesan orang yang balasnya lama.

DavidSen♡ : "Elah. Lo mau ke rumah gue apa enggak sih?"

DavidSen♡ : "Kamvret. Lo pikir lo mau ke rumah sakit buat jengukin gue makanya lo bawa buah-buahan? Gue gak sakit! Bawa pizza atau burger, kek!"

Aku tertawa melihat balasan David. Sumpah ini orang buat ngakak tengah malam. Selesai ketawa, aku mikir-mikir mengenai ajakan David yang juga mengajak Zezen termasuk teman cewekku. Apa aku punya teman cewek? Adanya namanya teman vampir cewek.

"Tapi, gue pikir kalau gue ngajak Kak Aya ... Apa dia mau gak ya?" tanyaku pelan kepada diriku sendiri. "Dan gue juga udah bilang ke Zezen kalau besok jalan-jalan sama ortu. Minggu gue ajak deh."

AngeloAM : "Yaudah deh nanti gue ajak temen gue sama temen cewek gue juga(kalau dianya mau)."

DavidSen♡ : "Wait. Apa yang gue baca tadi? Temen cewek?! Gue gak salah baca nih?"

AngeloAM : "Periksa gih ke dokter gigi."

DavidSen♡ : "Lo kurang waras. Periksa ke dokter bedah, deh."

AngeloAM : "Kalau dia mau, gue bakal bawa dia ke rumah lo. Termasuk teman gue Zezen juga. Udah ya, gue mau tidur. Ngantuk banget."

Tanpa menunggu balasan David lagi karena ngerasa pembicaraan kami udah kelar, aku mengunci layar gadget-ku dan akan meletakkannya di nakas. Tapi benda ini bersuara lagi menandakan ada pesan baru masuk. Harusnya tadi aku matikan saja.

Aku pikir yang menjawab adalah David. Rupanya Aya. Katanya dia belum mengantuk sama sekali, kan? Aku rasa dia sering begadang. Biasanya apa yang Aya lakukan saat begadang, ya?

Kok aku jadi kepo begini?

Aya : "Angelo Arsyhomarthara."

Sudah aku duga dari sebelum aku membuka pesan Aya, sih. Dia mengirim nama lengkapku dulu dan akan menunggu balasan dariku. Aku tersenyum.

AngeloAM : "Ya, Kak? Kakak masih belum ngantuk?"

Dia langsung membaca pesanku sesudah aku membalas pesannya. Rekor pembaca pesan tercepat.

Aya : "Belum ngantuk. Mungkin bentar lagi."

Aya : "Maaf udah ganggu lo. Cuma mastiin lo udah tidur apa belum."

"Mastiin?" ulangku setelah membaca pesan Aya yang entah kenapa buat aku senang. Aneh banget. Padahal cuma pesan dari kakak kelas.

AngeloAM : "Gak pa-pa, Kak. Aku akan tidur sesudah ini. (^_^)"

Aya : "Yaudah. Selamat tidur, Angelo Arsyhomarthara :)"

Ini pertama kalinya aku merasa nyaman bercakapan secara tidak langsung dengan cewek seperti Aya. Atau mungkin aku sudah lama merasa nyaman dengan Aya karena sebenarnya Aya adalah gadis yang hangat dan perhatian.

"Eh? Apa yang gue pikirin?!"

Aku langsung menutup seluruh wajahku dengan bantal. Saat sedang menenangkan diri dari rasa malu ini, aku tertidur dengan tangan yang menggenggam smartphone tanpa meletakkannya seperti biasa di samping bantal atau nakas.




Hai, pembaca He is Mine ( ・ω・)ノ

Udah lama aku gak ke sini buat nulis cerita, ya? Astaga udah lama banget malah. Baru sekarang aku kembali. Maafkan aku karena hiatus tanpa memberi kabar. Yang penting aku udah nulis lagi. Iya kan? ( ̄ω ̄;)

Bagaimana dengan lanjutan cerita ini? Apa kurang nyambung dengan bagian sebelumnya atau lainnya? Aku udah berusaha buat baca ulang karena sebagian ceritanya aku udah lupa ( ̄з ̄) Dan akhirnya aku bisa melanjutkannya kembali (/^▽^)/ Yatta!!

Terima kasih banyak yang sudah menunggu lanjutannya selama ini! Semoga aku bisa melanjutkannya sampai tamat dan tidak mengecewakan para pembaca~

Sekali lagi terima kasih banyak (≧▽≦)//

26 Mei 2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro