Chapter 22 : Love
Author's PoV
Menonton televisi adalah hiburan yang pas untuk malam minggu bagi Fiska. Apalagi Aya tidak ada di rumah karena menginap di rumah teman. Dia bisa menonton apa yang dia inginkan tanpa Aya lihat. Seperti film yang hanya boleh ditonton orang dewasa atau acara yang membuatnya tertawa lepas.
Tidak lengkap menonton televisi tanpa camilan. Ada camilan kentang rasa sapi panggang dan minuman soda rasa limun melengkapi jam bersantainya. Menghilangkan lelah dengan cara menghibur diri karena bekerja keras menjadi guru sejarah di berbagai kelas harus dilakukannya agar tidak merasa ...
"Haha! Dasar jomblo!"
Televisi itu mengatakannya, tapi tidak bermaksud menyinggung Fiska yang tidak bersuami lagi alias janda.
Namun, jari Fiska menekan tombol merah di remote. Dia mematikan televisinya.
"Lebih asyik kalau ada Aya, bisa main kartu atau catur sampai larut malam."
Fiska merindukan Aya. Dia mau Aya ada di rumah. Tapi, Aya sudah mengatakan kalau anak itu akan menginap di rumah temannya sampai hari minggu.
"Baik, kamu menginaplah sana. Semoga tidurmu nyenyak dan mimpimu indah."
***
Sudah jam 10 malam lebih. Aya dan Angelo belum tidur. Mereka sedang asyik mengobrol sampai lupa waktu. Tapi, untuk apa memikirkan waktu? Lagipula besok hari minggu. Tidak apa-apa, kan?
"Apa Kak Aya tahu masa lalu teman sekelas Kakak?" tanya Angelo.
"Hanya satu," jawab Aya.
"Siapa?" Angelo sangat penasaran. Dia ingin tahu banyak hal. Mungkin jika mengetahui masa lalu kakak kelas vampir itu, dia tidak akan merasa takut lagi.
"Oly." Aya tidak terlalu tertarik untuk menceritakan tentang masa lalu Oly. Dia mengetahuinya karena tak sengaja tahu. "Gue gak pernah nanya, tapi gue tahu karena gue gak sengaja baca buku harian dia."
Oly? Gue pikir Kak Alvina, karena kayaknya Kak Aya lebih dekat sama Kak Alvina aja, batin Angelo.
"Buku harian? Kak Oly suka nulis diari?" tanya Angelo lagi.
"Gue gak pernah lihat dia nulis diari di kelas. Tapi, waktu itu gue lagi iseng nyapu kelas, ketemu buku warna pink di bawah sofa. Dan ternyata itu buku diarinya Oly. Gue baru tahu kalau dia suka warna pink," jawab Aya menjelaskan.
Hmm, kok gue jadi penasaran sama Kak Oly, ya? Kak Oly gak terlalu nonjolin dirinya kayak yang lain. Terus, aktivitasnya gak ada lagi selain tidur. Apa Kak Oly orangnya kayak bodo amat gitu sama sekitar? Dia aja gak pernah buat gue ... takut? Angelo terus membatin karena penasaran.
Ya, Oly tidak menakutkan. Angelo merasa Oly tidak mau mengincar apa-apa padanya. Atau mungkin saja Oly diam saja karena sedang mempersiapkan rencana untuk menghisap darahnya? Ah, tidak-tidak. Jangan berpikir seperti itu dulu. Bisa saja Oly itu vampir yang baik seperti Aya, bukan?
Atau mungkin Oly itu jahat. Entahlah, rasanya kalau dipikirkan terus jadi memusingkan.
"Dia ngungkapin masa lalunya ke dalam buku diari?" tebak Angelo.
"Bisa dibilang begitu, karena gue lihat semua diari itu emang buat menceritakan masa lalu, kan?" balas Aya agak bingung dengan Angelo.
"Ah, i-iya benar, tapi bukan itu yang aku maksud. Tentang Kak Oly, dia ngungkapin semua masa lalu kelamnya? Kalau iya, bisa Kak Aya ceritakan? Aku mau tahu."
Oh ... baru Aya mengerti.
"Oke. Tapi ada syaratnya."
Aya menyuruh Angelo mendekatkan telinga padanya. Angelo paham dan segera mendekat. Aya membisikkan sesuatu.
"Kamu harus jadi milik aku."
Hah? Angelo tidak paham.
"Maksud Kak Aya apa?"
Aya menghela napas kecil. Dia menjauhkan mulutnya dari telinga Angelo dan kembali duduk biasa.
"Gak pa-pa, lupain aja yang tadi."
Aya meringis di dalam hati. Tertawakan saja mengenai dirinya telah jelas mengaku suka dengan cowok di sampingnya. Sialnya, tidak mungkin vampir sepertinya bisa membentuk masa depan dengan manusia. Itu tidak akan bisa.
Kak Aya kenapa mendadak diam? Mungkin Kak Aya gak mau ceritain masa lalu Kak Oly, ya? tanya Angelo di dalam hati.
Angelo tidak peka.
***
Rex adalah vampir mulia. Dia sering menggoda cewek yang suka padanya. Tapi, hatinya sudah direbut oleh seorang cewek yang menurutnya sempurna di matanya.
Namun, kenapa cewek itu kasar padanya, sih? Kenapa menjauh terus? Apa dia kurang tampan? Sudah tampan maksimal kok, tapi tetap saja cewek itu menolaknya. Apa lagi yang kurang?
"Kamu ngapain di kamarku, bego?" Kolera bertanya dengan malasnya. "Aku malas bicara apalagi lihat kamu ada di kamarku! Pergi sana!"
Rex awalnya bingung. Bagaimana dia bisa suka sama cewek maniak boneka beruang? Kenapa suka sama cewek vampir murni bukannya vampir mulia kayak Aya Angelica atau Alvina Rasenol? Malah Kolera Teenfix.
Itu karena ... masa lalunya yang terasa manis jika diingat kembali.
Waktu itu, 9 tahun yang lalu ...
Rex kecil tidak tahu bagaimana cara mendapatkan teman. Dia lebih dominan sendirian dibandingkan bersama dengan orang lain.
Dan ... dia jadi bahan penindasan.
Dia dikubur hidup-hidup kecuali kepalanya di kotak pasir bermain yang ada di taman sekolah. Betapa jahatnya teman-teman yang menindasnya waktu itu, Rex hanya memasang wajah datar.
Dia tidak tahu cara mengekspresikan dirinya yang sedang menderita. Yang dia rasakan waktu itu ... panas dan agak susah untuk bernapas. Apalagi dia tengah kehausan.
"Teddy, coba kamu lihat anak laki-laki itu! Dia terkubur. Apa dia sudah bosan hidup? Yah, lagipula dia enggak punya teman, kan? Lebih baik akhiri saja hidupnya."
JLEB!
Mendengar kata-kata itu, Rex merasa tertusuk. Padahal tak ada senjata tajam yang menusuknya. Terdengar kejam baginya.
Seorang gadis kecil menghampiri Rex bersama boneka beruang di dalam pelukannya. Gadis itu memandang biasa saja ke Rex. Rex juga sama biasanya, lebih tepatnya datar.
"Kok kamu gak nangis?" tanya gadis itu kepada Rex.
"Menangis?" Rex bingung. Dia tahu apa itu menangis, tapi untuk apa dia menangis hanya karena dikubur? "Kamu sekelas denganku, ya?"
"Gak tau, tapi kamu boleh tau namaku. Kolera, Kolera Teenfix. Panggil aja Kolera. Salam kenal, Rex."
DEG!
"Kok ... kamu tau nama aku?" Rex sungguh bingung bagaimana bisa Kolera mengetahui namanya?
"Kamu ini bodoh atau apa? Bukankah kita vampir? Vampir bisa membaca data dan pikiran seseorang jika kita mau," jawab Kolera yang dibalas Rex dengan ber-oh ria. "Kamu mau dikubur gitu aja, atau mau aku bantu keluar dari sana? Masih pengen hidup, kan?"
Waktu itu, jantung Rex berdetak kencang tidak biasanya. Kolera adalah teman pertamanya yang sangat perhatian.
Sejak mereka telah menginjak umur remaja, Rex telah paham apa maksud dari jantungnya tidak tenang kalau bertemu dengan Kolera.
Dia telah jatuh cinta pada Kolera.
Dia pernah menyatakan perasaannya kepada Kolera, tapi Kolera tidak pernah peduli. Kolera sama seperti dulu, kasar dan hanya menyukai boneka beruang.
Meskipun Kolera seperti itu, rasa sukanya tidak pernah pudar. Dia tetap menyatakan perasaannya hampir setiap harinya. Penolakan dari Kolera membuat Rex semakin berjuang untuk mendapatkan hati Kolera.
Itulah kenapa Rex percaya pada kata-kata puitis mengenai cinta. Cinta itu buta. Buta, karena tidak memandang kekurangan. Cinta, menerima apa adanya.
Rex mendekat dan menggenggam kedua tangan Kolera. Sedangkan Kolera berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Rex yang terasa memaksa.
"Kolera, aku suka sama kamu."
"Terus?"
"Mau jadi pacar aku?"
"Gak."
Bukan bersedih atau cemberut, Rex malah tertawa renyah, membuat Kolera yang melihatnya memandang Rex aneh.
"Kamu nolak melulu, tapi karena itu kamu makin buat aku suka sama kamu!!! Love-love Kolera!!" Rex memeluk Kolera. Dia merasa bahagia hanya mendengar Kolera merespon ungkapannya meskipun ditolak.
"Ah!! Jijik!! Lepasin!!!" Kolera meronta-ronta, tapi pada akhirnya dia pasrah dipeluk. Rasanya jijik-jijik gimana ... gitu.
Tapi yang Kolera tahu dari Rex, Rex itu orang yang mudah kesepian. Mungkin Rex lebih percaya padanya dibandingkan teman-teman cowok kelas Rex. Namun, kenapa harus dia? Dia kan mudah membenci apa pun yang ingin dia benci. Apalagi dia itu cewek kasar yang egois tingkat tinggi.
"Kolera, maafin aku, ya."
Ngapain Rex minta maaf padanya? Kolera tidak memeluk Rex seperti Rex sedang memeluknya sekarang. Kalau membalas pelukan, itu bukan Kolera namanya.
"Kamu salah apa sama aku?" tanya Kolera.
"Kamu udah kenal sama cowok pecundang kayak aku," jawab Rex pelan. "Kalau aja waktu itu kamu gak nyamperin aku, kamu gak bakal kenal sama aku."
Kolera diam sejenak. "Kalau dipikir lagi, kamu emang pecundang. Boleh aku tambahin, kamu itu menjijikkan, mesum, bodoh pula."
JLEB!
Rex merasa tertusuk oleh kata-kata Kolera. Kejujuran Kolera benar-benar membuatnya berbunga-bunga mawar berduri.
"Tapi, aku gak pernah ada rasa penyesalan kenal sama kamu. Ngapain minta maaf? Gak perlu. Lagipula yang ngajak kenalan duluan siapa? Aku."
DEG!
Ini pertama kali Rex mendengar Kolera bicara serius padanya. Rasanya seperti mimpi.
"Oh iya! Aku ke rumahmu juga ada yang ingin aku sampaikan. Sebelumnya aku ke rumah Aya, tapi Ayanya gak ada," kata Rex melepaskan pelukannya dan kembali membentuk jarak biasa, sambil berusaha tidak bersikap malu.
"Apa?" tanya Kolera.
"Tentang kelasku bakal diadain lagi, itu emang benar. Aku gak bohong. Kamu bisa bantu aku sampaikan ini ke yang lain terutama Aya?"
Mata hijau Rey berubah menyala merah. Seringainya sedikit menampakkan kedua taringnya. Bulan tampak bersinar damai terlihat dari jendela yang terbuka. Angin masuk menerpa mereka yang berdiri hampir mendekati jendela.
Kolera juga mengalihkan mata coklatnya menjadi merah. Tangannya menahan rambut merahnya berkibar. Angin dari luar terasa menganggu untuknya, jendela ditutup atas keinginannya melalui kekuatannya.
"Sudah kusampaikan. Kalau urusanmu di sini udah selesai, pergi dari sini."
"Sebelum aku pergi, boleh cicip dikit darah kamu dulu?"
"Mau aku tendang dari jendela, ya?"
Rex langsung membuka jendela yang tadi ditutup oleh Kolera. Angin kembali masuk ke dalam, membuat Kolera sigap menahan rambutnya berkibar. Dia benci jika rambutnya berkibar ke mana-mana.
"Dah, Kolera! Rex yang tampan ini mau pulang dulu!"
"Argh!! Jijik!!!"
Wush ...
Rex menghilang ketika angin menerpa agak lebih kencang dalam waktu singkat. Kolera menghampiri jendelanya, ingin menutup jendela dengan kedua tangannya.
Tapi, gerakannya berhenti ketika matanya bertemu dengan bulan yang ada di atas langit.
"Keenam cowok dari kelas Perak ... telah kembali."
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro