Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 9 : Lie

"menjalani hidup bukan seperti diri sendiri memang sulit, aku merasakannya. Hanya sebuah pengakuan itu yang kuinginkan, bukannya sebuah kedudukan atau harta. Apakah aku harus selalu bertahan dalam kebohongan? Kebohongan yang begitu majemuk?"

- Jeon Jungkook –

"Berhentilah, kau hanya sia-sia. Karena sampai kapanpun, kau tak akan bisa menggantikan darah murni saudaraku."

- Min Yoongi –

..............................

(Author ***** POV)

"Hai Jungkook."

Sapaan yang terkesan lembut datang darinya, pemilik wajah cantik yang terpaut usia. Apalagi wajah tersebut memiliki kesamaan dengan sang ibu walau tak signifikan. Dengan kaku Jungkook membalas lambaian tangan wanita cantik didepannya. Katakanlah ini adalah pertemuan pertama kali bagi mereka.

"Kau pasti Jungkook kan? Aigoo... ternyata benar kata kakakku kau sangat tampan dan manis. Wah... ingin sekali aku menjadikanmu suami jika aku masih seusiamu dan belum menikah."

Tersenyum dan menekan pipi Jungkook dengan gemas. Tak ada jawaban dari si korban yang kini hanya menatap bingung ke arah wanita di depannya. otak cerdasnya berusaha mencerna setiap ucapan wanita di depannya. siapa dan apa? itulah yang sedang dipikirkan Jungkook saat ini. tak berani menepis tangan halus itu justru, namja bergigi kelinci itu terlihat pasrah.

"Omo ya... kau sangat menggemaskan."

Sepertinya Shi Ah sangat betah mempermainkan kedua pipi Jungkook. sampai kedua pipi itu terlihat mengembung, dengan tatapan polos miliknya tentunya.

Hanya beberapa menit, seakan tak ada kata bosan dari kegiatan wanita cantik itu sampai suara berat nan tegas menginterupsi segalanya.

"Untuk apa anda kesini?"

Ucapnya, yang bersandar santai di sisi dinding yang menghubungkan jalan masuk ruang tamu dengan dapur. Tanpa menolehpun wanita itu tahu jika pastinya keponakannya lah yang menyapanya.

"Yoongi keponakanku, apa kabar? Sudah lama ya kita tidak bertemu."

Tersenyum sangat manis, dan ramah seperti biasanya.

"Eomma tidak ada disini, jika noona mencarinya. Carilah di tempat biasa." terdengar ketus dan acuh, sudah menjadi hal biasa baginya mendengarkan hal itu.

Sadar jika memang ada perubahan pada Yoongi membuat Jungkook tak nyaman. Memilih menundukan kepala tanpa ada niat membalikan badannya. Ia sadar tak seharusnya dia hinggap dalam ketegangan ini terlebih ia baru tahu jika wanita di depannya adalah adik dari ibunya. Atau keluarga dari Yoongi sang kakak dan mendiang Jimin.

Atensi itu berubah datar kala menatap raut canggung Jungkook, setelah melepas kedua pipi yang sempat membuat ia merasa gemas sendiri. entahlah, tiba-tiba saja atmosfir itu berubah menjadi sangat canggung dan sedikit mengkhawatirkan menurutnya.

"Apa begitu caramu berbicara dengan saudara eommamu. Noona hanya berkunjung, sekaligus menemui keponakanku yang menggemaskan ini." menepuk bahu Jungkook, dan tersenyum. Yang mendapat tepukan hanya bisa melirik walau sedikit. Ia terlalu takut jika kalian tahu.

"Terakhir kau datang berkunjung saat pemakaman appa. lalu kenapa kau menginjakan kaki dirumah ini. aku pikir kau mempunyai maksut tertentu." Yoongi dengan segala spekulasi dalam otaknya.

Membuat Shi Ah menghela nafasnya pelan, sesekali memejamkan matanya saat oksigen berhasil masuk dalam paru-parunya.

"Seperti biasa kau akan bertindak curiga padaku, apakah aku datang dengan tampang jahat Yoon? Kau selalu mengganggap serius suatu hal."

Mencoba bersabar, seperti biasa. dulu saat Jimin masih ada keponakan kesayangannya tidaklah seperti ini.

"....." Yoongi memilih diam, namun atensinya menatap dingin dan tanpa ekspresi. Hanya saja tatapan itu teracuhkan ke punggung namja muda yang tengah menunduk.

Sadar jika situasi tak mengenakan itu harus dirasakan olehnya, membuat Shi Ah menepuk bahu kanan namja disampingnya. Memanggil namanya dan menatap penuh dengan ucapan selamat datang tak lupa dengan senyum cantiknya.

"Permisi, bisakah kau membuatkanku minuman aku sangat haus. Dan perkenalkan aku adik dari ibumu, kau bisa memanggilku Noona Ah."

Jungkook hanya mengangguk canggung, menampilkan sudut bibir yang bergerak miring. Setidaknya ia harus bersikap baik dan menghormati tamu yang datang. Entahlah hanya saja tadi Jungkook terlalu terkejut hingga tata cara dalam menyambut tamu hilang dalam kebiasaannya. Mungkin ini terlalu cepat bagi Jungkook menyadari keluarga barunya.

"A-aku akan me-menyiapkan teh." gugup. Tentu saja... Jungkook sampai menunduk menyembunyikan kedua pipinya yang ia rasa memerah.

"Susu coklat, aku akan menikmatinya dengan senang hati."

Penolakan secara halus, saat ada penawaran. Dengan jujur ia memang jarang menikmati teh hangat, Shi Ah lebih suka dengan kopi hitam, americano dan susu coklat. menurutnya minuman tersebut membangun moodnya. terutama untuk hari ini...

"Baiklah, ak-aku akan menyiapkannya untuk Noona."

Melangkah segera, memasuki dapur. Melewati seseorang yang sudah berdiri disana sejak lama. Terasa dingin dan juga... ah, Jungkook bingung untuk menjelaskannya. Dengan hati-hati ia melangkahkan kakinya yang pincang. Untung saja salep pereda nyeri yang ia gunakan cukup ampuh meredakan rasa nyeri pada tulangnya.

"Ada apa dengan kakimu, Jungkook?"

Shi Ah tak sadar sedari tadi, jika keponakan manisnya itu terluka. Merutuki ketidakpekaannya membuat ia merasa bersalah dengannya. Jika tahu jika Jungkook terluka ia akan membuat minuman untuk dirinya sendiri.

"Ah, tidak apa-apa Noona. i-ini hanya keseleo." Jungkoook menjelaskannya secara terbata, membuat seseorang yang tak jauh dari belakangnya hanya terdiam mendengar tak ada niat untuk menengok sekalipun. Ya, Min Yoongi yang masih menjaga perannya.

"Biarkan aku yang membuat sendiri Kook-ah, kau seharusnya beristirahat. Maafkan aku yang tak sadar jika kau sedang sakit. Sini biar Noona bantu kau, dimana kamarmu?"

Mendekat, memberikan bantuan kecil untuk Jungkook.

"Tid-tidak apa-apa. aku baik-baik saja, aku akan menyiapkan minuman untukmu."

Jungkook hendak melanjutkan perjalanannya. Satu langkah... dua langkah saat kaki kanan untuk ketiga langkah itu terjadi. Sebuah suara menginterupsinya, membuat Jungkook terdiam sebentar.

"Jungkook, masuklah ke kamarmu. Biarkan dia membuat minuman sendiri, kau jangan keluar dari kamar sampai pembicaraan kami selesai."

Itu Yoongi, dengan aksen kerennya. Menatap wajah adik dari ibunya, dan jangan lupa tatapan setajam elang itu ada. Ketika melirik Jungkook yang langsung terdiam karena ucapannya.

"Ne." Tak ingin membuat sang kakak menunggu lama, Jungkook sebagai adik yang baik segera menurut. Menganggukan kepalanya dan bergegas masuk ke dalam kamar. Ia pikir ada sesuatu yang penting. Sesuatu yang perlu di bicarakan.

Shi Ah, terdiam. Melihat bagaimana sifat keponakan kesayangannya itu bertindak tak jauh dari diktator. Berbicara dengan nada dingin dan wajah terkesan tanpa ekspresi. Sikap yang jauh dari kata baik menurutnya. Karena Yoongi seperti mengusir Jungkook secara halus, itulah pemikiran dari wanita cantiknya tersebut.

1 detik...

2 detik....

3 detik....

4 detik....

5 detik....

Hingga 10 detik terlewatkan. Ketika punggung namja bergigi kelinci itu sudah tenggelam dalam tembok yang merupakan kamarnya. Meninggalkan dua keluarga yang saling terdiam. Hanya suara detakan jam dinding yang menjadi sountrack suasana canggung sekaligus hening ini.

Tak ada yang memulai pembicaraan setelahnya.

.

.

.

.

"Untuk apa kau datang kesini?"

Shi Ah, menoleh dilihatnya keponakan yang terlihat tak suka akan kedatangannya. Memang seperti itulah sifat Yoongi yang dingin. Sama seperti suami dari kakaknya.

"Aku pikir kau tahu maksut kedatanganku, bukankah kau sudah menebaknya keponakanku?"

Duduk dengan santai pada sofa yang mahal. Tersenyum dan memainkan jemari tangannya, menopang dagu tentunya. Bagaimana lipstick merah itu menghiasi bibir tipisnya membuat kelopak sipit itu menambahk kesan menawan pada wajah yang telah lahir menjadi cantik itu.

Yoongi yang tak ingin membuang waktu dengan basa-basi langsung berjalan maju. Duduk di depan kakak iparnya yang memang datang dengan maksut terselubung.

"Jika kau hanya menghabiskan waktu dengan nasihat tak bergunamu, sebaiknya kau pergi. Aku tahu jika kau datang bukan untuk menemui Jungkook. apa kau dan eomma bekerja sama membujukku?"

Apakah ini sebuah tebakan? Atau memang jawaban yang tepat. Seakan mampu membaca pikirannya, membuat Shi Ah terkesan dengan ucapan Yoongi yang memang benar adanya.

"Kakakku tidak pernah membujukku, bahkan saat dalam kesulitanpun dia tak pernah meminta bantuanku. Hanya saja untuk pertama kalinya aku melihat kakakku banyak pikiran, mengenai anaknya yang egois dan dingin dengan siapapun."

Tatapan itu kembali teralihkan. Bukan senyuman ramah dan cantik yang biasa ia berikan hanya senyuman penuh dengan sindiran.

"Kau tahu aku bukan? Aku tak akan bisa kau bujuk, walau kau membariku segepok uang pun. Aku tak akan pernah mempedulikan orang bodoh itu. aku hanya ingin Jimin dan bukannya dia!"

Tiba-tiba saja suasana mendadak menegang, Yoongi yang menahan amarahnya berucap sedikit kesal.

"Sampai kapan kau bisa melupakan Jimin, cobalah kau melihat sekitar. Jungkook disini untuk menghiburmu dan menjadi adik bagimu, tapi kau seperti membuangnya."

"Noona tau apa, kau hanya membuatku muak!" Yoongi sangat kesal, jika saja wanita di depannya bukan adik dari ibunya. Pastilah Yoongi akan mengeluarkan wanita di depannya dengan paksa.

Tanpa rasa takut Shi Ah, menatap balik netra keponakannya tak kalah dingin. Ia tak akan mudah diintimidasi, kalian ingat itu.

"Muak! Justru aku muak melihat keegoisanmu Yoongi! kau membuat kakakku pusing dengan sikapmu, tentu saja aku akan bertindak langsung jika menyangkut dengan kakakku."

Yoongi melihat keseriuasan dari tatapan Shi Ah. Yoongi akui ia tidak bisa macam-macam dengan adik dari ibunya. Biar bagaimanapun mereka adalah keluarga, Yoongi sudah hafal betul bagaimana sifat saudari ibunya.

"Aku menghormatimu karena kau saudari ibuku, bisakah kau jangan mencampuri urusanku. Kau tidak tahu bagaimana aku sekarang."

Shi Ah tersenyum, ia sudah menebak Yoongi akan menjawab demikian. sepertinya sia-sia jika ia berdebat dengan keponakannya disaat seperti ini. membuang energi dan oksigen tentunya.

"Sepertinya kau memang keras kepala. Aku tak tahu bagaimana Jimin bisa menghadapimu yang keras kepalamu ini. bahkan kau bersikap dingin padaku, aku merasa khawatir dan kasihan pada adikmu yang kau acuhkan Yoon."

"Dia bukan adikku, jangan datang menemuiku jika kau berniat membahas Jungkook. dengan senang hati aku akan menyuruhmu keluar, karena aku tak ingin membuang waktu dengan hal tak berguna."

Seperti penguasa rumah, Yoongi yang sekarang jauh dari kata ramah menurut pandangannya. Berpikir keras, kemanakah Yoongi keponakannya yang menggemaskan dan manja dulu?

"Oke, aku akan pergi. Tapi aku jamin Jimin akan sedih melihatmu seperti ini Yoon. Kau bukanlah adik dari Min Jimin. kau hanya Min Yoongi. sepetutnya kau sebagai anak pertama menunjukan bagaimana keluarga Min sebenarnya dan bukannya menjatuhkan harga diri keluarga dengan sikap tak mendasarmu ini."

"Bisakah kau pergi!??!"

Seperti ada yang marah, membuat Shi Ah tersentak karena baru saja Yoongi membentaknya. Apakah ini wajar saat yang lebih muda membentak orang yang lebih tua darinya. Jauh dari kata sopan santun memang.

"Kuharap Jimin tidak melihatmu seperti ini."

Dengan tegas tangan itu mengambil tas selempangnya. Wanita bergaun merah dengan rambut gelombangnya itu berjalan menuju pintu. walau kesal dan marah tapi sayang itu masih ada. Bagaimanapun Yoongi anak dari kakaknya, sebagai saudari yang baik dia berusaha memaklumi sifat anak dari kakaknya tersebut. Shi Ah pikir kedatangannya akan memperkeruh suasana, ditambah pembahasan kali ini menyangkut Jungkook. tak baik jika Jungkook mendengar semuanya tanpa sengaja.

Ia masih baru dan masih belia. Shi Ah tak ingin ada yang merasa bersalah hanya perselisihan dalam keluarga yang kerap dan wajar untuk terjadi.

Ya, wanita cantik itu berpikir dewasa. Menganggap Yoongi anaknya begitu juga dengan Jungkook. mungkin ia akan bertemu dengan Jungkook lain kali. Di tempat yang berbeda dan tak ada Yoongi tentunya.

Karena tanpa ada yang tahu Shi Ah akan menggunakan rencana B.

"Maaf, tapi aku tidak ingin diganggu. Semoga harimu menyenangkan."

Yoongi mengikuti saudari ibunya sampai ke depan pintu luar. Walau dingin tapi ada ucapan yang merupakan sebuah doa dan tutur yang baik. Hanya saja caranya sedikit kasar jika dilihat. Shi Ah hanya terdiam dan menatap kesal ke arah keponakannya yang membungkuk hormat ke arahnya. Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulutnya.

Sampai akhirnya pintu itu menutup disusul dengan kenop khas yang berbunyi. Sepertinya Yoongi memang tak ingin diganggu walau hanya dengan keluarganya sekalipun. Ini sangat buruk....

Tapi bukan Shi Ah namanya jika ia harus menyerah tak habis akal. Ia mengambil ponsel hitam di dalam tasnya, mengetikan sebuah pesan pada layar keyboardnya dengan cepat. Mengirim pesan pada sebuah nomor yang ia dapatkan dari kakaknya.

Pesan berisikan, ucapan selamat datang dan hangat yang singkat.

"Jimin keponakanku, lihatlah kakakmu yang seperti batu itu akan menyerah hanya dengan setetes air yang terus mengalir. Kau jangan sedih ya, doakan supaya adik manis kita berhasil menaklukan batu bodoh itu."

Menatap ke atas dan menghembuskan nafasnya pelan. Mencoba tersenyum sembari menetralkan emosinya. Hanya satu dalam pikirannya jangan sampai ada taekwondo dalam ketegangan ini.

Sepertinya misinya gagal untuk hari ini. lain kali ia jamin tidak akan ada kegagalan lagi.

..........................

.

.

.

Jungkook hanya terdiam, setelah membaca pesan di ponsel putihnya. menatap nanar dan tersenyum walau tipis. Dirinya yang duduk di sisi ranjang tempat tidur, sedikit terharu dengan pesan singkat yang ia tahu dari Shi Ah. Adik dari ibu angkatnya. Pesan yang entah kenapa memberikan motivasi tersendiri bagi Jungkook.

Rasanya ia seperti di pedulikan. Seharusnya begitu... ia tidak boleh melihat hanya satu hal. Ia tidak boleh melihat akan keegoisan Yoongi. kali ini ia harus percaya masih ada orang yang sayang dan peduli padanya.

Dalam diam, Jungkook memeluk foto Jimin. ia memejamkan matanya sebentar. Ia harus kuat, itulah dalam pikirannya. Tersenyum dan sabar, wajah lelah itu seakan tertutupi oleh semangat miliknya.

Sampai akhirnya...

"JUNGKOOK, KELUAR!!!"

Suara teriakan Yoongi membuat namja bergigi kelinci itu buru-buru memasukan foto Jimin dalam laci meja yang tak jauh dari jangkauannya. merasa kaget dengan apa yang terjadi, dengan susah payah Jungkook buru-buru berdiri, dengan bertopang pada sisi ranjang dan juga mengernyit sedikit sakit saat kaki itu ia paksakan untuk berjalan.

"JUNGKOOK!!!"

BRAAAAKKKK!

Belum sempat ia keluar tapi seseorang sudah mendobrak paksa pintunya. Sebelum ia bertanya seseorang telah melemparnya dengan setumpuk pakaian yang basah, hingga mengenai wajah dan tubuh Jungkook yang diam membeku. Kedua tangannya bergetar mendadak dan memandang pakaian yang baru saja menghantamnya. Bau sabun ini....

Sepertinya ini baju yang Jungkook masukan dalam mesin cuci.

"Hyung ada apa? kenapa kau melempar pakaian ini padaku?"

Bingung... tentu saja, ia tidak tahu apa yang membuat sang kakak tega melemparinya pakaian yang masih basah seperti ini. dilihatnya wajah sang kakak yang sangat murka dan menggenggam sesuatu di tangannya.

"APA YANG KAU LAKUKAN BODOH! KAU MERUSAK HADIAH JIMIN, KAU PIKIR DIMANA OTAKMU. DASAR TOLOL!"

Ini menyakitkan, sungguh Jungkook tak tahu apapun dan Yoongi justru mengatainya dengan umpatan yang menyakitkan. Ia butuh penjelasan saat ini.

"Kenapa hyung berbicara seperti itu? apa aku melakukan sesuatu?! Aku tak melakukan apapun." Jungkook mengelak, ia memang tak merasa bersalah. Kenapa ia harus takut jika Yoongi berteriak dan berkata kasar di depannya. jujur saja ia tidak diterima jika disalahkan tanpa alasan.

Yoongi yang murka langsung mengacungkan sesuatu di depannya. sebuah jam tangan hitam yang sederhana namun terkesan cukup mahal. Yang Jungkook lihat ada retakan di kaca sana dan itu membuat Jungkook bingung lantaran ia juga baru pertama kali melihat jam tersebut. lalu kenapa Yoongi menuduh kalau ia merusaknya, benar-benar tak masuk akal pikirnya.

"SEHARUSNYA JIKA KAU MENCUCI KAU HARUS MENGECEK DULU. KAU BODOH ATAU APA?! AKU MENEMUKAN JAM INI DI DALAM MESIN CUCI. KAU SANGAT CEROBOH JEON!"

Membanting dengan kasar tepat di wajah namja bergigi kelinci itu, untung saja jam tangan itu jatuh di telapak tangan kanan Jungkook. hanya saja Jungkook masih bingung dengan situsi juga ucapan Yoongi barusan.

"Kenapa kau datang dan merusak segalanya. Kau pikir siapa, berani menyentuh barangku. Kau lihat, jam hadiah adikku rusak dan itu karena kau! Apa kau dendam padaku, dan kau ingin menghancurkan kenangan Jimin! kau sangat menjijikan Jeon!"

Sakit...

Sangat sakit....

Sadarkah Yoongi akan semua rasa sakit dalam setiap ucapannya saat ini. seakan Jungkook melakukan kejahatan besar yang benar-benar tak sengaja ia lakukan.

"Hyu-hyung ma-maafkan aku. Ak-aku tidak tahu ji-jika di salah satu bajumu ada barang pemberian Jimin hyung. ak-aku minta maaf, aku benar-benar tidak tahu hyung."

Jungkook menggelengkan kepalanya, ia benar-benar tidak tahu. bahkan ia mengakui kalau dia salah terlalu ceroboh karena tak memeriksa dulu setiap saku pakaiannya.

"Minta maaf! Kau mudahnya mengatakan hal itu padaku. kau pikir kau siapa?! Kau bukan saudaraku dan kenapa aku harus memaafkanmu! Kau telah menyia-nyiakan perjuangan adikku untuk membeli jam ini! kau tahu adikku bekerja untuk membeli jam ini tepat di ulang tahunku. Kau pikir siapa dirimu yang mudah mengatakan maaf padaku! kau pikir akau akan memaafkanmu, dasar bodoh!"

Yoongi mengacungkan telunjuknya di depan Jungkook, mendorong jidat namja bergigi kelinci yang sedang menahan seluruh ketakutannya. Bahkan tubuh itu terlihat bergetar dan Yoongi tak pernah peduli akan hal itu.

"Aku tidak sengaja hyung sungguh. Aku juga tidak berani merusak barang pemberian Jimin hyung. percayalah hyung aku tidak sengaja." Memohon ampun, kali ini Jungkook sangat takut. Oh ayolah... ia tak sengaja. Benar-benar tak sengaja.

"DIAM JEON!! AKU MEMBENCIMU, KAU DAN SIFATMU ARGHHHH BENAR-BENAR MEMBUATKU MUAK! ENYAHLAH!"

PRAAANKKKK!!

"HYUNG APA YANG KAU LAKUKAN ITU DARI MAMA."

Jungkook refleks berteriak, ia terkejut lantaran sang kakak menyampar jam pasir yang ia taruh di mejanya. Membuat semua pasir halus itu berceceran di lantai. Itu adalah hadiah mama di ulang tahunnya yang ke empat belas tahun. Juga hadiah tepat kelulusannya di sekolah.

"Aku tidak peduli, aku akan hancurkan semua barangmu jika aku melihat kau merusak barangku lagi. Kau boleh membersihkan ruangan dan semua barang ini. tapi jangan merusak dengan otak bodohmu. Menjijikan!"

Jungkook tak tahu kenapa Yoongi begitu membencinya. Tega dengan segala ucapannya dan sulit mendapatkan maafnya. Jungkook akui dia salah tapi ia tidak tahu dan tidak sengaja harus berapa kali Jungkook katakan itu.

Hanya menunduk yang mampu ia lakukan untuk menyembunyikan wajah takut sekaligus sakit hatinya.

"BENAR-BENAR SIALAN!"

Taptaptaptaptaptap...

BLAAAAMMMM!!!

Dengan keras Yoongi membanting pintu itu, sampai membuat engselnya hampir copot. Meninggalkan pintu itu terbuka sedikit. Tinggalah ia sendiri disini....

Dengan segala jejak ketakutan, ketegangan dan berantakan oleh pakaian yang masih basah. Berceceran di atas lantai, jangan lupa bagaimana pasir halus itu keluar dari pecahan kaca miliknya. Hanya pandangan sendu yang tertuju pada lantai di bawahnya.

Tubuh lemas itu akhirnya menyerah untuk berdiri, memilih bersimpuh dengan kaki yang tertekuk walau kaki kanan tersebut tidak lantaran kondisinya. Sakit yang seharusnya ia rasakan pada nyeri di pergelangannya justru berpindah tepat di ulu hatinya.

Menurut Jungkook, tak ada yang lebih menyakitkan dari pada makian sang kakak padanya. Ucapan Yoongi lebih tajam dari pisau manapun yang pernah mengenai tangannya, juga bentakan itu lebih menyakitkan dari pukulan atau tamparan yang pernah ia terima. Sungguh ini menyakitkan....

Tubuh itu snagat lemas, bahkan kedua tangannya hanya mampu menyentuh lantai dengan pasrah. Menangis... apakah ini akan jadi hal percuma? Meremat sedikit pasir halus ditangannya. Sampai akhirnya setetes air mata itu jatuh tepat di butiran coklat halus tersebut. bersedih...

Jeon Jungkook benar-benar menangis...

Dalam diam, dan semua semangatnya sirna.

Lumpuh....

Hatinya benar-benar lumpuh untuk menguatkan dirinya...

Rambut yang basah karena tertimpa pakaian yang berserakan disana. penampilan yang tak jauh bedanya dengan gembel di seberang jalan disana. hanya saja... Jungkook bukanlah anak pengemis atau anak gembel. Dia hanya anak panti yang dipungut atas dasar belas kasihan dan kemiripan seseorang. Pribadi dan juga sifatnya....

Min Jimin...

Sebenarnya...

Tak ada yang menganggap Jungkook sebagai dirinya sendiri. melihat atas dasar nama Jimin dan bukan Jungkook, bahkan ibunya saja begitu. sadar jika memang itu benar adanya, membuat Jungkook yakin jika sayang itu memang mahal harganya. Jika saja Jimin masih ada di dunia....

Kemungkinan besar Jungkook tak akan pernah bertemu dengan ibu bernama Shi Hye, tak akan pernah menjadi anak angkat dan hidup sebagai adik dari Min Yoongi. yang entah kenapa memang melihat dia sebagai seorang Jungkook.

Membuat pandangan namja tampan bergigi kelinci itu senang sekaligus sedih. Senang karena Yoongi yang menganggap dia sebagai Jungkook bukannya Jimin. sedih karena Yoongi tidak menerima kehadirannya dan memasukan dirinya dalam kamus saudara. Hanya bedebah sialan yang menjadi hama pengganggunya.

Satu kata yang diingat dari ucapan Shi Hye ibunya...

"Jadilah Jimin, maka Yoongi akan menerimamu."

Ucapan bagaikan sebuah permintaan makna akan sebuah harapan dan janji. Terngiang dalam otaknya. Terus... terus berputar bagai kaset yang tak akan pernah rusak. Fatamorgana pikirnya...

Andai saja waktu bisa diputar, Jungkook akan menolak dan bilang 'tidak.'

Pergi dengan cara terhormat, dan pulang ke panti. Bertemu mama dan adik-adiknya. jika saja, hati itu tak baik dan mudah luluh hanya seorang tangis wanita. Wanita yang ia panggil dengan sebutan 'eomma.'

Kebohongan yang menyakitinya dan mungkin menyakiti yang lain...

Salahkah Jungkook bahagia?

...............................

Tbc...

Ketemu lagi dengan saya. Hehehe semoga gak bosan lihat dialog saya yang singkay ini. hari libur memang mengasyikan tapi lebih asyik kalau baca ff saya yang mudah-mudahan bisa bikin baper kalian. Siapkan tisu, hati dan mental kalian. Karena di dalam chap ini Jungkook sebagai cast utama benar-benar dibanting kesabarannya ama Yoongi.

Btw ini hanya cerita fiktif belaka jangan anggap ini sebagai nyata. Karena tugas aurthor hanya menghibur kalian dalam tulisan receh saya, ehe.

Apakah kalian cukup terhibur dengan chapter ini. menurut kalian bagaimana?

Jika kalian berkenan bisakah kalian membagikan vote dan membagikan komentar kalian mengenai chapter ini?

Terima kasih karena telah mampir dalam fanfic ini. semoga tidak ada kata bosan dalam kamus kalian, ehe.

Thank you and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro