Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 79 : Death Bed

"Manusia diciptakan dengan sifat yang dibawa sejak lahir. Jangan katakan kenapa manusia itu ada yang jahat, jika kalian salahkan orang jahat lebih baik salahkan orang yang sudah membuat mereka demikian. Bagaimana tidak? Manusia jahat berasal dari manusia baik yang disakiti."

(Author **** POV)

Kata orang Mati suri adalah sesuatu amat mengerikan bagi mereka yang mendapatkannya dan pengalaman hal yang jarang terjadi pada semua orang. Lalu ketika dia bangun dan melihat sekeliling apakah dia mendapatkan yang katanya anugerah itu?

Min Yoongi, dia bangun dan menemukan sebuah tempat dimana itu sebuah kamar dengan banyaknya mainan yang berserakan. Kaki telanjang melangkah dengan tatapan bingung sekaligus ingin tahunya, bagaimana tidak? Dia sama sekali tidak menyangka bahwa dia akan menemukan salah satu mainan di bawah kakinya. Ketika diamati dengan kedua matanya diangkatnya juga mainan itu. Kini berada di telapak tangannya.

Robot Transformers Bumblebee yang baru dia beli saat usia Jimin menginjak usia sembilan tahun. Sudah setahun mainan ini menjadi koleksi hadiah ulang tahun darinya.

Tetapi kedua kerutan di dahinya ada saat Yoongi menyadari satu hal. Dimana dia melihat sebuah pintu terbuka sedikit dan menampilkan sebuah cahaya lampu kamar disana juga dia mendengar suara gelak tawa bocah bergembira. Yoongi tak bisa memastikan suara siapa disana akan tetapi merasa tak asing dengan salah satu dialog yang membuat hatinya sedikit mencelos.

"Kookie bagaimana bisa bocah seusia mu bisa lancar mengeja. Apa kau bisa menghitung juga?"

Jimin.

Yoongi mendengar dengan jelas bagaimana suara itu ada. Jimin juga bisa mendengar bagaimana salah seorang anak bocah lainnya begitu santai menjawab dengan tawa kecilnya.

"Jimin hyung, aku kan pandai ingin sepelti Jim hyung yang bisa naik kelas. Kata Myung hyung kalau Kookie bisa sekolah tinggi aku akan jadi olang besal."

Yoongi seakan tak bisa bernafas dengan benar ketika dia bisa mendengar mereka yang begitu nyata. Ketika kenop pintu itu sudah dia genggam dalam genggaman tangannya. Dan juga mainan yang dia pegang adalah bukti nyata dimana masa lalu itu seakan dia pijak saat ini.

Apakah ini hanya sebuah mimpi?

"Kookie apakah ini bagus? Aku ingin kasih ke Yoongi hyung." Salah seorang bocah nampak sangat akrab entah menunjukkan apa. Sepertinya itu yang terlintas dari otak cerdas Yoongi ketika mendengar suara dari dalam sana. Seperti seseorang mencoba mengintip para gadis yang bergosip saja.

"Bagus tapi apakah itu untuk hadiah ulang tahun kakak Hyung?" Lainnya mengatakan hal itu, suara terkesan imut dan membuat Yoongi nampak ingat akan seseorang.

"Bukan, ini aku berikan sebagai bentuk kasih sayangku untuk Yoongi hyung."

"Jimin!" Yoongi berteriak dari luar dan langsung masuk begitu saja saat dia melihat dengan jelas bagaimana kedua bocah disana sibuk menggambar dengan crayon mereka. Yoongi terpaku dengan salah satu wajah menggemaskan selalu dia rindukan itu. Juga melihat bahwa ada aksen gestur tubuh mungil tenggelam dalam kostum kelincinya. Berbalik dengan seorang bocah agak dewasa dengan seragam sekolahnya.

Sama halnya dengan seragam sekolah ketika dia duduk di bangku SD.

"Jimin ini kakak. Jimin apa kau dengar aku?" Yoongi duduk berjongkok dengan menatap wajah sang adik yang nampak serius dengan hasil karyanya. Ketika dia melihat Jimin yang tersenyum kearah salah satu anak di depannya membuat atensi Yoongi mencoba memahami sekitar.

"Jimin, apa kau mendengar ku aku Yoongi. Jimin apa kau bisa melihatku?" Tangannya bergerak melambai ke depan sang adik, sayang dia tidak melihatnya dan justru ada senyum Jimin yang menatap gambaran bocah di depannya itu.

"Ke-kenapa bisa, kenapa seperti mereka tidak bisa melihatku, apa yang terjadi?" Manik netra menatap kedua tangannya tercengang. Sedikit bingung dengan gelengan kepala juga pemikiran di luar logikanya. Apakah ini sebuah kemustahilan yang dia alami ketika dia seperti nya terjebak dalam tidur?

Hingga...

Dia bisa melihat kedua telapak tangannya membias saat kena cahaya matahari.

"Kookie kenapa kau gambar ikan ada kakinya? Memangnya siluman kau kasih kaki." Dimana senyum seorang Min Jimin begitu menghangat dan lucu begitu juga dengan kedua pipi yang bersemu merah. Yoongi suka melihat demikian. Sadar atau tidak namja keras kepala seperti dia bisa menunjukkan senyum manis tapi tipis itu. Tak seorang pun tahu akan nya karena sebuah kepribadian lain menyembunyikan kehangatan majemuk itu.

"Jim Hyung ini kecebong, bukan ikan aku juga helan kenapa Jim Hyung menggambar bulatan totol sepelti itu." Si bocah kostum kelinci berkomentar dia sendiri tidak paham apa maksut dan faedahnya Jimin menggambar hal itu. Jimin agak cemberut langsung meralat hasil karyanya itu.

"Aku menggambar sebuah planet. Ucap Jimin dengan mengambil crayon abunya. Dia juga mengatakan hal itu dengan bibir maju mengerucut." Disana Jungkoom melihat lekuk garis dari tangan sahabatnya polos. Kedua matanya mengedip seakan berusaha menebak apa yang akan di buat kakaknya dia samping gambar tersebut.

Yoongi juga sama penasarannya dengan gambar itu, "hei itu bintang Jim Hyung." Yoongi terkejut saat suara bocah manis disana memiliki lengkingan suara keras. Saking semangatnya tangan kecil itu turut andil menepuk kertas hasil ciptaan adiknya.

"Iya kau benar aku menggambar dirimu seperti bintang Kookie, supaya aku tidak tinggal sendiri." Sepertinya kali ini ucapan itu sedikit membedakan satu hal yang belum di sadari Yoongi sepenuhnya. Kepalanya sibuk menebak tempat apa ini dan kenapa bisa disini.

Tapi kedua netra Yoongi terpaku pada salah seorang bocah yang menggambar warna pink pada hewan dia sebut kecebong. "Jungkook jangan pakai pink warna hijau kan bisa." Celoteh Jimin, dia sangat perfektif kalau soal mengomentari apapun. Disana si bocah dengan pakaian kelincinya mengatakan hal yang membuat Yoongi sedikit melongo. "Ihhh hyung aku suka jangan banyak komental."

Lucu...

Kedua pipi merah itu seperti tomat padahal menahan malu karena Jimin mengatakan hal yang membuat siapapun akan tertawa dan balasan Jungkook apa adanya dengan lidah cadelnya.

"Tulis dengan benar namamu Kookie." Jimin menarik kertas itu membuat si pemilik sedikit merajuk tapi tak bisa melawan. Lantaran tulisannya jelek jika dilihat dari sudut pandang Yoongi. Sejenak Yoongi melupakan bahwa dia tidak sadar jika tubuhnya tak terlihat.

"Begini cara menulis ya, kamu bisa belajar nanti. J-E-O-N J-U-N-G-K-O-O-K. Tuh lihat ini baru benar kamu tadi nulis j seperti y nanti kalau dibaca Yeon Yungkook. Dasar kamu Kookie." Jimin mencubit gemas si bocah itu hingga keduanya tergelak dalam tawa.

Tunggu...

Yoongi menatap nama di pojok itu, Jeon Jungkook. Dirinya melihat bagaimana kecil dan mungilnya tubuh bocah itu dengan sileut kegembiraan dari suasana hati keduanya. Ketika dia melihat wajah itu secara teliti bagaimana garis itu dan juga bagaimana tingkah dari seluk beluk gerak tubuhnya. Akhirnya Yoongi paham bahwa dia melihat masa kecil seseorang yang sempat dia katakan sebagai.

Anak pungut!

Ya, tidak salah lagi itu wajah Jeon Jungkook, seseorang yang enggan dia panggil namanya dan enggan memberikan nama marga Min untuk dia sandang. Tapi maklumat itu seakan tidak berguna lantaran dia berusaha keras dan mengaku bangga akan marga kelahirannya.

Disini Jimin mengajak bercanda menjadi kawannya dan mencipta sebuah karya yang dia ingat sebagai hadiah.

Sayang dulu Yoongi menolak dan tak sengaja merobeknya. Hal itu dia lakukan atas dasar bodoh yang membuat Yoongi kecewa pada dirinya sendiri. Saat itu Yoongi marah besar karena Jimin pulang terlambat dan tak datang ke pesta ulang tahunnya.

Sekarang dia tahu kenapa Jimin begitu menyesal memberikan hadiah untuknya, disamping sikap buruknya juga bagaimana Yoongi tidak mengharapkan gangguan kala itu.

Semua hancur dan pada akhirnya mereka tak bisa bicara satu sama lain. Dia memutuskan berdiri dengan tatapan sendu, pada akhirnya semua sama saja. Ini waktu tak bisa di kembalikan dan dimana tatapan sendu seorang Min Yoongi menatap kedua bocah yang ternyata datang di masa depannya dengan cara tak terduga juga Jimin pergi dengan segala kesalahan dalam benak Yoongi seorang.

"Kookie ada ice cream!" Jimin terbangun dengan wajah terkejut dan berdiri menatap salah satu jendela disana. Kaki kecilnya berjinjit dan menatap sebuah truk camilan dingin disana. "Mana Hyung, mana aku mau ice cleam." Jungkook menggapai jendela itu dengan kedua kaki melompat. Dia sangat pendek hingga membuat Jimin kasihan dan justru dia memaksa tenaganya yang tak seberapa untuk mengangkat tubuh mungil manusia kelinci itu.

"Sini aku bantu." Dia menggendong tubuh itu meski beberapa kali hampir oleng dan membuat Yoongi ingin menolong dengan tangannya tapi sejenak dia melihat bahwa Jimin bisa melakukannya meski wajahnya tersenyum guna menyembunyikan kesusahannya.

Yoongi melihat bagaimana Jimin berusaha melakukan hal yang mungkin sedikit mustahil akan tetapi dia bisa melihat bagaimana bahagianya Jimin saat melihat bocah dengan nama Jungkook itu nampak kegirangan.

Hingga akhirnya mereka berlari dan menembus tubuh Yoongi hingga dia mundur beberapa langkah karena refleks. Mendengar teriakan kedua bocah itu memanggil berteriak kesukaan mereka.

"Itu..." Ungkapannya nampak menggantung dengan kedua mata yang melihat sesuatu pada dinding itu. Sebuah gambaran dengan angka pada pojok nya. Dilihatnya kertas itu dan mengetuk pelan lantai di bawahnya, hingga dia menerka dalam ingatannya.

"134340."

Batinnya membaca, sebuah kesadaran muncul bagaimana angka ini ada dengan bekas kotor di permukaannya. Sebuah bekas telapak sepatu yang dia ingat. Itu miliknya saat dia datang ke panti dan melihat kamar. Disana ada bekas jejak sepatunya dan ini adalah awal dimana gambaran sang adik masih bersih tak ada jejak atau kerusakan sobek pada bagian pinggirnya.

"Jimin apa kau sengaja memperlihatkan masa lalumu?" Yoongi melamun tapi hatinya berbicara demikian, dengan mengatakan bahwa Jimin melakukannya dengan sengaja. "Aku tahu kau anak pintar tapi aku tidak tahu kalau kau mengenal Jungkook dengan dekat." Sekali lagi menerawang Yoongi mengulas senyumnya seharusnya dia bisa lebih mengerti saat itu.

Menyesal...

Ya, bahkan dia menangis tanpa suara dengan air mata jatuh seperti tangis seorang diri. "Kau tahu kalau akhirnya kau akan di bawa ke planet ya Jim. Maafkan kakak yang tidak peka terhadap keinginanmu."

Yoongi lemas tubuhnya meringsut pada dinding dan menyembunyikan wajahnya pada rambut poni yang menutup di atas kelopak matanya. Semua ini nyata tapi hanya sekedar dia berkelana dengan roh.

Sadar atau tidak tubuhnya seakan menghilang dia yang abstrak tak terlihat nampak begitu sayu dengan tubuh kena cahaya matahari dan perlahan memudar.

Pergi dari tempat yang bukan rumah Yoongi seharusnya.

"Apakah ini sudah selesai?" Mata batin Yoongi berbicara sebentar dan memperlihatkan mimik sendunya. Dia akan menemukan jawaban pada akhirnya mungkin jika Tuhan memperkenankan nya.

Kenyataannya hati kecil itu menginginkan untuk pulang. Tapi pulang dalam keadaan mana, seperti peri mati kah?

,

Jungkook dia sudah berada di kamar sang kakak menunggunya selama tiga hari. Sejak dia sadar dan tubuhnya membaik dia meminta agar diijinkan untuk menjaga kakaknya padahal dia berstatus sebagai pasien juga.

Awalnya sang ibu dan pihak dokter melarang akan tetapi begitu kekeh nya pemuda kelinci itu membuat mereka mengalah. "Sepertinya aku tidur tidak nyenyak astaga mata panda." Dia mengusap sedikit kasar wajahnya dan membasahi semua wajahnya dengan air. Jungkook merasa dirinya kurang fit. Tapi jika dia mengatakan hal itu maka dia tidak akan bisa menjaga kakaknya.

Hanya saja dia ingin sekali kakaknya segera membuka mata dan bisa bercengkrama seperti biasa. Walaupun kenyataannya ketika mereka tinggal bersama kakaknya selalu mengatakan hal pedas dan menyakitkan. Untuk sekarang hal itu dia lupakan untuk ke depan lebih baik, andaikata dia menyimpan dendam tak ayal akan menimbulkan masalah baru lainnya. Atau lebih buruk permusuhan lebih besar dari sebelumnya.

"Aku rasa aku harus segera kembali, aku sedikit lapar." Celotehnya di depan cermin, dia cukup beruntung bisa bernafas sampai sekarang. Sedikit menoleh ke bawah, wajahnya sedikit sendu dengan air mata jatuh ketika dia mengingat bagaimana ibunya meninggal. Mungkin hal itu dikatakan sebagai bentuk perlindungan ketika pihak kepolisian menembak sang ibu yang mencoba untuk menghabisi dirinya juga sang kakak. Ah, dia tidak boleh mengingat hal menyedihkan ini saatnya dia berubah menjadi lebih baik.

Dibukanya kenop pintu itu, dia melihat ranjang sang kakak yang menampakkan sebuah bayang seseorang tengah terduduk. Seseorang yang mampu duduk dengan tegap meski bahu itu sedikit turun membungkuk. Tapi itu membuat rasa penasarannya besar dan membuat langkah kaki itu bergerak mendekat.

Ketika melihat punggung itu duduk dengan seseorang yang mengagumkan pelan kakinya. Jungkook seperti melihat sesuatu bayang seseorang bangkit dari tidur sementara. Perlahan namun pasti dia melangkah dan melihat bagaimana punggung tegap itu seakan tegar dan tangan bergerak untuk mengusap kedua kelopak mata seperti habis menangis.

"Yoon- Yoongi hyung." Tangan bergerak bergetar dengan kedua mata hampir menjatuhkan air asinnya. Dia melepaskan gejolak emosi itu dengan mudahnya hingga cara bicaranya gagap.

"Apa kabar Saeng?"

Apakah hanya sebuah mimpi? Ketika dia mendengar suara itu begitu jelas. Sebuah harapan datang bersamaan senyuman namja dewasa yang sudah membuat hati kelabu dan pada akhirnya dimaafkan sekali lagi. "Ini ti-tidak bohong kan?" Langkah kaki itu kian lemas, akan tetapi dia masih sanggup berjalan dengan kaki tertatih. Di sana dia mendapatkan wajah tersenyum dan itu bukan wajah sadis yang selalu dia dapatkan. Jungkook rasa sebagian impian kecilnya dikabulkan pada waktu yang sama.

"Yoongi Hyung benarkah itu kau?" Dua bayangan nampak di lantai kedua saudara yang saling berhadapan satu sama lain. Jungkook yang menangis sejak tadi dan Yoongi mengulas senyum seakan semua baik saja. "Kau tidak ingin memeluk kakakmu ini Saeng?" Yoongi merentangkan tangannya dia bahkan sudah tidak merasa sesakit ketika terluka. Mungkin saja ini efek dirinya banyak tidur, hingga ketika bangun seakan tenaga di dalam dirinya kembali.

Ini bukan sebuah kebohongan ketika Jungkook melihat tubuh sang kakak dalam keadaan baik. Bahkan ditepis nya kata kritis yang sempat tersematkan dalam diagnosis padanya. "Kakak tidak akan... Ummm..." Meski ragu tapi kedua mata itu tak akan bisa berbohong jika seorang Jeon Jungkook takut dengan yang namanya sakit hati. Semoga saja Yoongi tidak lupa dengan apa yang dia lakukan seakan dia habis bangun dari kematian tertunda.

Oksigen itu tercekat ketika Jungkook melihat dengan nyata bahwa kakak kesayangannya Min Yoongi meminta agar dirinya menyambut kedatangannya. "Aku merindukanmu adikku Jeon Jungkook." Yoongi mencoba berdiri tapi tak jadi infus tangannya menahan sekali lagi batas geraknya hanya ada air mata yang menandakan sebuah ketulusan.

Membuat namja kelinci itu menyerah dan akhirnya datang menubruk tubuh sang kakak. "Aku tahu kau akan mengatakan hal itu Hyung hikkss... Syukurlah kau sudah sadar. Yoongi hyung jangan lakukan hal gila lagi aku mohon oh astaga Tuhan." Dekapan itu ada dan sang adik memukul dada kakak angkatnya pelan. Ini bukan hal yang mudah dan tidak semua orang tentu akan bersabar mendapatkan jawabannya.

Yoongi juga tak tahu mengatakan apalagi selain memeluk adik angkatnya, tak lagi melihat bayang adiknya Min Jimin. Hanya dia Jeon Jungkook yang begitu polos menyayanginya bahkan dia sempat menjadi separuh setan untuk berdusta menolak Jungkook menjadi adiknya. Sampai ketika dia benar pergi hati itu terasa bolong dan kosong.

Sekarang....

Patut disyukuri karena Tuhan memberikan jawaban baik dengan cara tak terduga dari masing-masing pihak.

Kebahagiaan itu juga datang dengan  Jungkook tak sabar mengatakan kabar gembira ini pada sang ibu juga lainnya. Sampai tangis haru itu terdengar juga di salah satu ruang lainnya mereka seperti bahagia di balik kemelut sedihnya. Sadar atau tidak keduanya sudah saling melingkupi satu sama lain dengan pelukan bagaikan melepas rindu.

.

"Apakah kau tidak ingin makan sesuatu Taehyung? Hyung akan mencari makanan yang kau mau."

Hari ini cukup cerah sangat disayangkan bagi Taehyung jika harus meninggalkan hangatnya matahari untuk tetap di dalam rumah. Padahal namja muda ini sangat suka suasana pagi yang begitu memberi semangat bagi semua orang. Taehyung tersenyum tapi dia tak menggerakkan bagian tubuhnya, hanya gelengan perlahan membuat Namjoon mengangguk paham.

"Jika kau butuh sesuatu jangan sungkan bilang padaku, selama kakakmu pergi bekerja aku bisa mengurus mu." Terdengar sangat pahlawan apalagi Namjoon sama sekali tidak punya alasan untuk melanjutkan pekerjaannya. Dia mengambil cuti dan mengatakan bahwa tabungannya masih banyak walau untuk kebutuhan makan setiap hari. "Apakah Seokjin hyung akan kembali jika malam." Taehyung sudah tahu akan jawaban dari pertanyaan ini akan tetapi seiring waktu ketika Namjoon pulang maka dia merasa kesepian dan harus menunggu sang kakak dalam tubuh berbaring nya.

"Dia orang yang sibuk tapi juga pekerja keras. Tak apa jika kau sendiri bukankah kakakmu tepat waktu jika pulang." Namjoon bingung untuk apa dia mengatakan hal itu seperti bukan memberikan semangat saja. Tapi melihat wajah Taehyung penuh harap membuat dia konstan tak membeku ucapan. "Ya jika pukul sebelas malam. Aku bisa melakukan apapun yang aku suka tapi setelah sakit aku tidak bisa melakukan apapun." Ada nada sedikit bergetar keluar dari bibirnya, hanya saja itu majemuk dan membuat seorang Kim Namjoon merutuk kebodohannya karena tidak bisa melakukan hal lebih faedah.

Tangan ramping itu meremat tangan kirinya. Apakah ini hal mudah apalagi Taehyung mencoba mempersilahkan siapapun datang untuk menemuinya meskipun kenyataannya dia akan selalu menjatuhkan air matanya.

"Kau tidak akan menolak kunjungan teman sekelas mu bukan?" Namjoon mengatakan hal ini, di satu sisi dia kasihan pada Taehyung yang minder dan seperti enggan. Tapi dia juga tidak bisa menyalahkan pengunjung karena mereka memiliki niat baik. "Aku tidak akan lagi bersembunyi, kenyataannya hidupku sudah diatur seperti ini." Meski lirih dan kurang jelas akan tetapi ucapan itu menyedihkan jika dilihat dari sisi namja Kim itu. Mendadak Taehyung menjadi pembohong buruk untuk soal keadaan hati dan mentalnya.

"Katakan semua keluh kesah mu pada Jungkook jika kalian bertemu karena kalian adalah teman." Kini Namjoon sudah membawa keduanya di lorong rumah sakit Taehyung ingin di salah satu taman dekat sini dimana tempat itu bisa membuang rasa sedihnya.

Taehyung hampir lupa sudah berapa hari dia tidak berjumpa dengan namja itu setelah pertemuan tak disangka itu bahkan dia tidak tahu bagaimana keadaan pasti sahabatnya itu. "Namjoon apa kau sudah bertemu Jungkook?" Tanyanya dengan pandangan yang sedikit ragu kalau dia melihat dua orang berjalan seperti mendekat mereka.

"Dia nampak baik hanya saja dia masih dalam status pasien walau dia sendiri malah mengurus kakaknya. Tapi aku salut dia masih bisa bertahan dengan wanita kejam itu. Kuharap dia ada di neraka, sungguh ibu yang gila." Namjoon berkomentar dia menerawang ke atas sana seakan mengatakan bahwa semua nampak gila jika harus diingat. Jangankan Namjoon, yang berhadapan langsung sudah dianggap sebagai trauma termasuk Taehyung sendiri.

"Jangan ingatkan aku dengan wanita gila itu, menakutkan..." Meski nampak biasa dalam pengucapan tapi Namjoon tahu Taehyung terlalu amat takut untuk mengatakan hal itu. Sampai pada akhirnya dalam seribu kalang kabut mereka berdua bertemu. Ya kedua kakak beradik yang merangkul satu sama lain dengan seorang Min Yoongi yang nampak asyik mengobrol dan dibantu adiknya, Jungkook.

"Eh, Yoon kau sudah sadar?" Namjoon terkejut bukan main dia melongo dengan kedua mata membulat. Taehyung dia nampak datar dengan aksen mata terkejut melihat Jungkook dan Yoongi nampak sama dalam segi keadaan. Dirasa hanya Taehyung paling parah disini. "Kalian aku tidak percaya bertemu dengan kalian." Yoongi mengatakan dengan raut datarnya tapi sedikit kaget saat melihat Taehyung duduk disana. Apakah dia lumpuh? Banyak yang melontarkan perkataan itu dalam hati mereka. Antara percaya atau tidak kenyataannya, Taehyung lumpuh separuh dan tak bisa normal seperti biasa.

Kemungkinan dia akan mengatakan hal ini kepada sahabatnya, hingga pada akhirnya semua pun tahu bahwa dia mengalami kecelakaan bukan cacat dari lahir. "Namjoon hyung bisa kita bertukar? Aku ingin Jungkook mengantarku." Seperti yang kalian tahu keinginan Taehyung adalah sebuah permintaan yang harus ditaati dalam jangka hari ini. Meskipun itu terdengar kejam tapi beruntung Taehyung tak akan minta hal aneh.

"Tapi jika terjadi sesuatu atau merasa sakit segera minta masuk ke ruangan perawatan." Namjoon mengatakan satu hal lagi agar Taehyung tak lupa meskipun bocah itu sudah mendapatkan banyak sekali nasihat sama berulang kali. "Aku tahu Hyung, jangan khawatir kan aku. Temui patner kerjamu dia juga bagian keluargamu." Oke, sepertinya Kim Taehyung mulai pandai bicara setelah mendapatkan sakit. Ketika keduanya menatap saling mengerti bisa dipastikan bahwa semua hal tak akan bisa disembunyikan.

Termasuk Jungkook yang terus menebak apa yang terjadi dengan sahabatnya Kim Taehyung, dia harap bukan hal buruk atau parah.

,

Shi Hye duduk di ruang kamar dia menata hampir semua barang kebutuhan untuk anaknya yang akan pulang. Lihatlah betapa bahagianya hati itu ketika melihat semua barang sudah sempurna terpasang disana. Dia merenov ruangan berdebu Jungkook agar nampak rapi dan luas.

Begitu pula dengan kamar Yoongi yang ditata secara rapi tanpa harus memperluaskan nya. Dia merasa sehat sejak kepulangan mereka tapi tak ayal jika harus mengatakan kesedihan akibat wanita itu sudah bertindak lebih. Dalam hatinya dia menjadi sangat bersyukur jika Tuhan berkehendak untuk tidak membiarkan salah satu penjahat bagi rumah tangga hidup.

"Apakah kakak butuh lampu kamar? Kebetulan di rumah banyak sekali dan tidak terpakai." Shi Ah dia datang dengan perut buncit beberapa bulannya sedikit kesulitan karena memasuki hamil tua. Bukan hanya itu saja sejak hamil pergerakannya juga melambat bahkan nafsu makan begitu banyak hingga membuat dia nampak berisi.

"Eh seharusnya kau tidak membawa naik kesini aku akan membantumu. Kau sedang hamil." Mana ada kakak yang tega membiarkan adiknya tengah hamil mengangkat beban berat sendiri. Dengan cepat dia segera membantu tapi sayang karena kardusnya rapuh benda itu jatuh di bawah lantai beralaskan karpet.

"Astaga kenapa kau begitu memaksa, lihatlah kau hampir terluka bukan aku sudah bilang kalau kau hamil tetap di rumah jangan lakukan ini. Untuk beling kacanya tidak mengenai kaki." Keduanya bergerak cepat membereskan kekacauan akan tetapi ada raut tidak enak hati pada Shi Ah hingga membuat sang kakak menjadi menyesal karena dia sudah memarahi adik kesayangannya. "ma-maafkan aku Shi Ah aku takut jika sesuatu buruk terjadi padamu, kau tahu bukan betapa bahagianya kakak tahu kau hamil suamimu juga menjadi sangat posesif. Aku senang aku akan mendapatkan keponakan lucu apalagi dia perempuan."

Saking sayangnya penuh dengan hati-hati Shi Hye membawa sang adik untuk ikut duduk di ranjang empuk yang baru saja di ganti. Bukan hanya itu saja beberapa hari dia juga semakin lemah. "Aku hanya ingin membantu menyambut kedatangan Jungkook. Sudah lama aku tidak melihat mu semangat seperti ini." Ada sedikit air mata di pelupuk sana. Kemungkinan ini efek karena Shi Ah hamil hal biasa terjadi dialami oleh ibu hamil kebanyakan.

Digenggamnya tangan sang adik penuh dengan kasih sayang, sudah berapa lama mereka tumbuh dan bersama sebagai saudari. Jika dilihat dia sudah bertambah usia dan tidak muda lagi untuk membuang waktu hanya sekedar belanja di luar. Dia melakukan ini agar anaknya terjamin hidupnya.

"Kau masih sama meski kau sempat aku kucil kan Shi Ah kau masih peduli dengan kakakmu walaupun sejak kecil aku iri padamu. Kau lebih berani dan bisa bebas melakukan apapun. Aku senang jika kau akhirnya akan menjadi ibu dan terima kasih kau sudah membantuku selama ini sampai aku memiliki dua tiga hebat."

Saling berpelukan tapi tidak erat karena keduanya tertahan dengan perut Shi Ah yang membesar. Keduanya menangis dengan bahagia karena apa yang menjadi penantian keduanya terjadi. Di satu sisi seakan ada yang melihat mereka di balik senyum Jimin ditinggalkan dalam bentuk foto di dinding.

"Shi Ah aku dapat kabar dari Jungkook, Yoongi sudah sadar apa kau mau menjenguknya?" Ibu dua anak ini tak bisa menyembunyikan bahagianya. Tentu saja hal itu dijawab dari anggukan penuh semangat darinya. Hanya saja dia mengatakan hal serius pada sang kakak.

"Apakah Yoongi masih tetap membenci Jungkook?" Sedikit was-was lantaran hal sama akan terulang dan ditakutkan akan lebih buruk dari sebelumnya. Tapi melihat tatapan sang kakak begitu yakin bahwa keduanya akan akur membuat wanita hamil ini mengangguk juga. "Aku akan yakin bahwa semua baik saja."

Setalah semua beres mereka segera datang ke tempat menggunakan mobil dengan kecepatan sedang.

.

"Namjoon kenapa kau tidak mengaku saja kalau kau khawatir. Wajahmu semakin jelek dengan sembunyikan hal sepenting ini dariku." Mengatakan dengan canda tapi wajahnya hanya tersenyum miring. Sudah biasa bagi namja bermarga Kim ini menghadapi ocehan aneh Yoongi. "Katakan saja bahwa kau memang ingin aku khawatirkan." Timpal Namjoon dengan bangga tapi justru di balas dengan tinjuan lumayan di perutnya.

Tak habis pikir seorang pasien baru sadar memiliki tenaga sebesar ini. Walau menurut Yoongi Namjoon terlalu lebay menanggapi serangan sembarang nya. "Apa kau tahu bahwa Taehyung dia-" Namjoon nampak ragu, akan kah dia mengatakan hal itu. Bagaimana kalau pemuda itu tidak setuju?

"Kenapa apa sesuatu terjadi padanya? Aku juga sempat berfikir dimana dan bagaimana keadaan Taehyung." Meskipun Yoongi sangat membenci namja cerewet itu dia juga merasa iba saat melihat kursi roda menjadi tumpuannya. Otaknya terus memecahkan banyak soal beruntun yang lewat. Mungkin dia terdengar sembrono akan tetapi Yoongi tidak bisa diam dan seolah tidak tahu apapun.

"Katakan padaku apa yang terjadi pada bocah kampret itu." Yoongi mengatakan hal itu dengan wajah datarnya. "Jika aku mengatakan hal itu apakah kau tidak membenci Taehyung aku tahu kau sangat membenci sahabat adikmu. Aku tahu jika hubungan mu dengan Jungkook membaik apalagi perubahan mendasar mu membuatku percaya."

"Kau pikir aku menyimpan dendam lama, aku sekarang sadar dimana aku berada. Aku juga ingin berterima kasih pada Taehyung. Jika bukan karena dia Jungkook pasti akan selalu terjebak." Yoongi mengaku kalah jika soal harga diri. Dia melihat bagaimana titik lebur perjuangan orang lain hanya untuk adiknya. Padahal dia hanya melanjutkan saja tanpa bermain mentahan seperti Taehyung hampir kehabisan darah.

"Tidak hanya saja senang melihatmu sadar dan berubah. Taehyung dia tidak bisa normal dia akan di kursi rodanya sampai waktu tak bisa ditentukan." Namjoon sedikit pusing cara menyampaikan kabar buruk ini
akan tetapi dia mantap. Dia melirik ke arah Yoongi diam. Namjoon seperti melihat Yoongi terlahir kembali dalam manik mata samping itu sudah tidak ada yang namanya kekhawatiran dan penyesalan.

"Apakah Taehyung dia lumpuh Namjoon?" Yoongi suaranya sangat datar akan tetapi rasa simpatiknya masih ada. Terbukti bagaiman dia mampu membuat seseorang disampingnya seakan mengatakan hal selanjutnya dengan gugup. Padahal Yoongi bukan bagian keluarga Taehyung. "Dia anu... Lumpuh sebagian bagian kanan tubuhnya tidak mampu bergerak. Kemarin wanita itu terlalu brutal dan-" sedikit tercekat lantaran Yoongi mengibaskan pandangan elangnya.

Mampus!

Namjoon merasa dia salah bicara apalagi mata Yoongi seakan ingin mempreteli tubuhnya. "Kau ingin aku membunuh ku dengan tatapan keji mu?"

"Ya, karena kau dan wajah bodoh mu membuatku muak." Yoongi kacau cara bicaranya juga  terlampau pedas. Cara bicara kejam dan menyakitkan oh astaga kenapa hati Namjoon sudah terbiasa dengan segala tingkah Yoongi lakukan. Termasuk memakan hati untuk menahan segala makian Yoongi.

"Kau yang terhormat terimakasih atas saran kau katakan Min Yoongi!" Jika ini adalah kerajaan jaman dahulu mungkin Namjoon akan berperan sebagai budak disini. Beruntung sekali dia tidak harus melakukan penyembahan di kaki raja atau dia akan merasa jatuh harga dirinya.

"Hei Namjoon bisa kau bantu aku, apa kau bisa menggendongku?"

Sial, kenapa dia meminta hal menguras tenaga seperti itu?

Darimana Yoongi bisa meminta dengan mudahnya seperti tadi tanpa rasa bersalah tapi dia juga memegang infusnya di tangan. "Kau mengatakan hal itu sebagai ungkapan tolong atau hanya menyuruh layaknya babu Yoon?'' sedikit kesal dengan mengacak rambut nya demi apapun Namjoon dilahirkan bukan untuk menjadi tukang gendong orang judes kan?

"Kenapa kau enggan, hei kau utang bantuan denganku lagian aku hanya ingin digendong sampai disana." Yoongi menunjuk dengan jari pucat nya dan yang dimaksud disana itu jauh. "Oh astaga Min Yoongi kau, aduhhh yaaakkk!!" Terlambat tubuh mungil Yoongi sudah menempel di punggung seperti cicak. Untung saja si pemilik rumah makan ayam goreng ini bisa mengimbangi tubuh bongsor Yoongi yang pendek.

"Hahaha cepatlah bergerak apa kau mau aku terlambat kesana." Lihatlah bagaimana pria ini seakan tak ingin dewasa. Yoongi dengan pedenya tertawa terpingkal dan menunjukkan bagaimana cara menaklukkan seorang Kim Namjoon. "Yoongi aku akan potong gaji mu, kau keterlaluan astaga aku hhhh jika kau bukan orang dekat aku pasti sudah memecat mu."

Yoongi tak takut dia hanya bisa tersenyum pede bagaimana bisa seorang karyawan yang begitu membanggakan usaha bosnya akan di pecat. Jangan lupa bagaimana usahanya memajukan dari rumah makan tak berkelas menjadi tempat ramai dan banyak untung.

"Mana mungkin kau tega melakukan itu aku kenal lebih baik tentang kau Kim Namjoon, kau bahkan tidak bisa menggunakan dasi dengan benar saat melakukan peresmian membuka usahamu." Sungguh sangat memalukan jika Yoongi ingat itu dia bahkan terpaksa memasang untuk orang seperti nya. Pintar dalam ilmu tapi memasang dasi tidak mampu dan satu lagi sangat ceroboh. Tapi bersyukurlah orang seperti itu rata-rata memiliki jiwa baik ketimbang orang nampak kaya tapi munafik.

"Ya tapi berkat kau aku bisa tampil tanpa memalukan kau seperti seorang istri yang memakai kan dasi untuk suaminya hahaha." Namjoon nampak bahagia dengan candanya tapi tidak untuk Yoongi, dia justru menampilkan aksen wajah mengerikan tanpa ada batas. "Jika kau katakan hal itu aku akan beri bangkai dalam mulutmu KIM NAMJOON!" Dalihnya dengan keras hingga Namjoon bergidik ngeri namanya disebut dengan keras seperti itu.

"AKU HANYA MENGATAKAN KIASAN GOBLOK!'' Namjoon bersua dengan keras, suaranya tak seperti bom atom yang menyerang Nagasaki dan Hiroshima. Hanya saja jika seperti itu terus telinganya yang akan tuli. "Katanya kau pandai, kenapa kau tidak bisa menggunakan kiasan dengan benar. Makanya cepat cari pacar dan jangan halusinasi istri terus, kau kira wanita datang jatuh dari langit begitu huh!" Sangat sakral ucapan Yoongi bisa membuat namja itu merasa mencelos.

"Sebaiknya kau doakan aku supaya dapat jodoh bukannya menghujat. Teman macam apa kau dasar kunyuk!" Namjoon mengatakan dengan tegas bahwa dia tidak suka jika status dibawa. Begitu sadar dirinya bahwa dia belum punya tambatan hati padahal angkatan sekolah seusianya sudah hampir semua memiliki.

"Aku akan berdoa dan kau juga berusaha, kuharap wanita itu bukan hanya dilihat dari kekayaanmu saja. Sekarang susah mencari jodoh hanya karena susah dan senang bersama. Hei aku mengatakan ini karena aku ingin hubunganmu awet suatu hari nanti." Yoongi menepuk bahu itu dengan akrab, dia mengatakan dengan senyum antusiasme nya.

Ada alasan lain kenapa dia mengatakan hal itu dia hanya ingin Namjoon mendapatkan yang pantas. Selama setahun tinggal dengannya dia sudah banyak melihat begitu banyak wanita modus mengikuti kencan buta dengannya. Pada akhirnya semua sama saja temannya ini selalu mendapatkan kebohongan.

Mendadak keduanya menjadi canggung dan Yoongi cukup paham dengan situasi ini. Dalam diam dia melihat bayangan akan dirinya digendong seperti ini. Rasanya dia sudah tidak malu seperti ini, seperti sebuah nostalgia kecil ketika melihat bayangan Namjoon yang membawa beban di punggungnya.

Dia ingat ayah, ada sedikit rindu dan entah... Dia berharap kalau beliau masuk surga.

Rasanya sepi membuat Namjoon akhirnya membuka suara.

"Yoongi kau tidak akan melakukan hal gila bukan seperti kabur dari rumah. Ibumu dia khawatir dan rindu padamu." Sedikit ragu jika Yoongi mau pulang, dia hanya tidak ingin sahabatnya menjadi gembel untuk selamanya. Bagaimana pun dia masih memiliki orang tua. "Kau mengatakan hal sama Joon, aku akan katakan padamu. Jika ibuku ingin aku pulang aku akan pulang aku juga ingin mengubah sisi pandanganku." Rasanya dia memang memiliki sesuatu yang mengganjal dalam hatinya.

"Tentu saja dia akan menyuruhmu pulang kau anaknya dan Jungkook baik saja karena kau juga. Jangan lakukan hal bodoh yang akan membuat ibumu marah. Sekarang kau sepertinya cukup bahagia."

Beberapa kali Namjoon membenarkan posisi gendongan di belakang nya. Membuat Yoongi menahan tawa, benar dia seperti ayahnya meski dalam versi Yoongi besar.

"Apa kau merasa berat tuan Kim Namjoon? Tunjukkan hasil latihan angkat beban mu." Di lihatnya wajah ingin mengumpat itu, sungguh menyenangkan bisa membuat nista untuk pria dengan ribuan tingkah absurd ceroboh itu.

"Tidak, tidak aku akan melakukannya akan memalukan membawa kau yang keras kepala sepertimu di tengah jalan. Jangan panggil aku Kim Namjoon jika aku gagal." Sedikit melangkah cepat dan membenarkan posisinya lagi.

"Kalau gitu aku panggil kau Kim Seokjin!" Ucapnya dengan senyum senang. "Itu nama kakaknya Kim Taehyung bodoh!" Namjoon kesal kenapa dia harus disamakan dengan nama orang lain. Sadar bahwa dalam kisah ini yang tampan banyak termasuk si Kim Seokjin ini.

"Hahaha...."

Lihat betapa bahagianya Yoongi hingga dia sendiri sudah sakit perut karena banyak tertawa. Sungguh hal sederhana ini yang Yoongi butuhkan sebenarnya.

,

Jungkook menangis dia jatuhkan kepalanya di atas kedua paha Taehyung tengah terduduk. Entah kenapa tubuhnya seperti merosot begitu lemah ke dalam satu titik dimana dia harus tahu kebenaran ini.

Seperti tak lagi melihat Taehyung sahabatnya yang akan selalu mengganggu dan mengatakan hal bodoh lainnya ketika dia ambruk. Atau melihat pemuda banyak gaya ini bermain basket lagi, keduanya sudah banyak sekali hal yang terjadi.

Bahkan masih ingat dengan jelas bagaimana Taehyung mencoba membawa dia lari dari kejaran ibunya. Sudah cukup bagi Jungkook melihat begitu banyak orang seperti mati dalam jurang mengejarnya.

"Hiksss kenapa haru kau Hyung, ke-kenapa bukan kau saja? Hikkss... Kenapa semua ini terjadi, maafkan aku hikkss... Aku tidak tahu maafkan aku Taehyung Hyung, aku salah hikkss... Kenapa kau..." Jungkook memukul tanah di bawahnya, wajahnya sendu dan kini air mata itu deras membasahi dengan begitu derasnya. Ketika melihat hal itu semua membuat Jungkook seakan tak bisa berkata dan dia semakin bungkam. Kenyataannya, dia membuat salah seorang kehilangan kesempatan masa depannya.

"Kau tidak salah..."

Percuma, meski Taehyung sendiri berusaha untuk tegar dengan menyembunyikan rasa sedih dan air matanya tetap saja dia menangis. Sialnya hanya sebelah tangan nya yang mampu bergerak itu pun sedikit bergetar lantaran begitu lemah pergerakannya. "Jungkook, kubilang jangan menangis." Bodoh... Dia sendiri juga menangis bagaimana bisa dia meminta hal yang justru dia juga melakukannya saat ini.

Terlalu banyak kejadian dan ini adalah titik dangkal dimana keduanya tak bisa mengatakan bahwa ini ujian yang akan membuat kuat. Jungkook seperti menyembunyikan rasa malunya pada rumput di bawahnya, dia seperti tak peduli jika tanah dibawahnya kotor.

Ibunya menjadi penjahat sebelum kematiannya!

Sahabatnya lumpuh!

Kakaknya hampir mati!

Kalau begitu kenapa Jungkook selamat dan seakan utuh! Kenapa bisa takdir memihak pada dirinya seakan melupakan bahwa orang lain terluka!

Akankah dia hilang akal?

Tak apa, satu hal yang mantap dalam hati Taehyung. Dia melakukan nya sebagai bentuk peduli dan manusiawi. Dengan perlahan dia mengusap pundak namja kelinci itu dan membuat beberapa tetes air matanya jatuh begitu saja. Ketika dirasakan pundak yang begitu kentara akan sentuhan tangan membuat dia mendongak ke sana.

Kedua mata bertemu mereka tak saudara dan tak satu marga tapi ikatan sahabat sama hal kuatnya dengan saudara. Taehyung mencoba dan memaksa tubuhnya agar membungkuk memberikan pelukan hangat untuk namja di depannya.

Hingga pada akhirnya dia mengatakan hal yang membuat Jungkook yakin....

"Aku tidak suka, kumohon aku tak apa. Jangan salahkan dirimu. Aku akan berusaha seperti katamu Tuhan tak pernah tidur."

Ungkapan yang sama ketika dia putus asa dimana setiap detik hembusan nafasnya mengatakan bahwa, aku tidak akan menyerah...

Sepertinya Jungkook akan menolak peti kematian dari bentuk apapun, masih ada kesempatan.

........

TBC...

Hai semua apa kabar kalian, maaf aku baru bisa up sekarang terlalu banyak ide yang aku ringkas agar jadi cerita satu begini. Semoga hari kalian menyenangkan dan masih semangat bekerja di rumah.

Sepertinya udah mau selesai nih chap, ditunggu chap terakhir ya... Jangan lupa jaga kesehatan selalu...

Gomawo and saranghae...

#ell

31/08/2020







Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro