Part 76 : Dionysus
"Hidup bukan fantasi, kalau fantasi itu namanya halu dan imitasi. Tapi bagaimana kalau sesuatu dianggap fantasi itu nyata bukan kebohongan. Apakah kalian percaya?"
(Author **** POV)
Dewi Fortuna...
Seakan memihak dia seseorang meminta perlindungan. Ketika kematian seseorang seakan di ambang batas dengan pengejaran mengerikan. Jeon Jungkook, dia bersembunyi di balik punggung sang kakak dengan kepala menyembul melihat sang ibu yang sadis.
"Jungkook sayang, kalau kau menjadi anak menurut eomma tidak akan memukulmu. Ayo sini sayang kita pulang." Dia membujuk seperti dilakukan pada anak kecil berusia delapan tahun. Yoongi melirik ke belakang dan melihat manik mata enggan juga gelengan kepalanya meminta kumohon jangan aku tidak mau.
Demi apapun selama dia tinggal bersama Jungkook beberapa lama baru pertama kalinya dia melihat Jungkook seperti itu. Terlihat sengsara di balik wajah polosnya, hingga Yoongi memilih untuk menatap sarkatik ke arah wanita itu.
"Kau lihat dia tidak mau, kenapa kau memaksa. Lebih baik biarkan dia pergi semaunya. Kau pikir Jungkook bocah huh!" Rasanya sangat malas jika dia harus mengatakan hal menyebalkan seperti ini. Dia tak menduga bahwa menghadapi wanita gila sama halnya dengan menghadapi anak kecil yang bego.
"Diam saja kunyuk sialan, kau tidak tahu siapapun tentangku." Menunjuk dengan sadis apalagi wajah kebencian itu sangat kentara padanya. Hingga Yoongi bisa berfikir jernih untuk mengatakan semua ini dengan gamblang. "Aku tahu kau membenciku karena ayahku, dan aku juga membenci anda sejak insiden penamparan itu."
"Ah kau mengingatnya ya, hahaha kau bocah menyedihkan. Bagaimana apakah pipimu masih sakit, kau tahu kau menangis dengan disaksikan anakku sejak bayi." Tawa bangga melihat nya saja membuat Yoongi kesal. Apapun mengenai wanita gila itu dia akan masuk dalam blacklist orang yang wajib dibenci. "Ya, karena anda hanya manusia rendahan. Apakah anda tidak laku sehingga merebut ayahku dari ibuku." Kata pedas, sangat ekstrem dalam ucapannya. Bahkan seorang Kim Namjoon pun tak jadi memanggil ketika hendak memanggil nama Yoongi.
"Astaga sepertinya aku salah waktu saat datang." Rutuk Namjoon dengan tatapan bingung, dia hampir lupa dengan nafas tersenggalnya. Melihat namja muda babak belur membuat dia miris, tergerak hatinya untuk menarik pemuda itu. Membawa dia ke tempat aman karena banyak sekali darah di baju juga luka itu.
"Ayo ikut aku, jangan biarkan lukamu lama sembuh." Jungkook tercekat dia tak menduga seseorang datang dan menawarkan kebaikan. "Eh kau, kau si pengirim waktu itu bukan? Astaga..." Namjoon sangat absurd dia terlalu berlebihan dalam menanggapi keadaan.
"Aku... Yoongi Hyung aku..." Jungkook bergetar dia menarik tangan sang kakak, sedikit menggeleng kepalanya tidak mau. Namjoon yang ingin membawa pemuda itu urung karena pemuda itu justru takut. "Apakah wajahku terlalu menakutkan Yoon?" Pertanyaan bodoh mana mungkin ada manusia takut dengan manusia.
"Jeon Jungkook, eomma akan menghajar mu jika kau tidak menurut. Kemari kau dasar anak durhaka!" Wanita itu mengambil batu cukup besar dan sakit jika mengenai badan seseorang.
Yoongi melihat tangan itu bergetar juga kuat. Rasanya sangat menyedihkan ketika melihat orang yang tak putus asa kini terlihat begitu mengenaskan. "Jeon, dengarkan Namjoon dia akan membawamu ke tempat aman. Percayalah jika kau ingin selamat." Ucapnya dengan lirikan tajam ke arah wanita disana, jujur dia tidak suka seseorang mengancam begitu bebal.
Yoongi tahu bahwa orang gila tak akan punya hati seperti seorang ibu.
"Hei dengarkan kata kakakmu, aku orang baik dan untuk ibumu kakakmu akan mengurus. Aku benar kan Yoon?"
"Bodo amat, sekarang bawa Jeon bersamamu. Cepat atau aku akan merajang mu seperti ayam di dapur."
Dia seperti bos yang memerintah, memang sejak dulu dia punya ambisi dan dikte kuat untuk memimpin. Jungkook takut akan tetapi dia lebih takut dengan ibunya ditambah lagi khawatir dengan Taehyung, hingga kedua manik matanya menatap Namjoon dengan lamat dan bibir bergerak bergetar.
"Taehyung Hyung, bagaimana dia... Bagaimana keadaannya." Tubuhnya sedikit membungkuk karena sakit luar biasa di pinggang. Diantara kesedihan juga ringisan hal itu membuat Namjoon semakin iba dan mengatakan penenang untuknya. "Temanmu selamat dia sudah dibawa Seokjin ke rumah sakit jangan khawatir aku juga temannya Taehyung. Tenanglah kau aman bersama kami."
Jungkook ingin sekali menangis dia tak bisa melakukan apapun kecuali berdoa dan berharap hanya senyuman dan tangisan menjadi satu. Temannya terluka karena melindungi dirinya bersyukur sekali karena Tuhan sudah memberikan bantuan. Keduanya berjalan pelan hendak ke sisi disana, tempat cukup jauh dari wanita itu. Jika meninggalkan Yoongi rasanya tidak mungkin karena mereka juga tak akan tahu apa yang terjadi.
"Kau, kembalikan Jungkook ku! Kembalikan sialan! Dasar manusia sampah!" Myeong Han berteriak gila dia berjalan beberapa langkah untuk mendekat ke arah sang anak, akan tetapi kedua mata tajam disana seakan membelah keberaniannya. "JUNGKOOK AKU INI IBUMU, AKU AKAN MENGHAJAR MU!" Kilahnya dengan angkara murka, Jungkook yang sudah mati ketakutan tanpa sadar menutup kedua telinganya dia juga menangis tanpa sadar.
Semua terjadi secara tak terduga ketika sebuah batu berhasil di tangkap, siapa sangka seorang ibu ingin menghabisi dan menghancurkan kepala anaknya dengan batu besar di lempar.
"Yoongi Hyung..." Terdengar lirih bagi Yoongi dan tatapan itu memelas, dia melihat bagaimana lengan sang kakak sedikit bergetar dengan kepalan tangan menahan batu di tangannya. Namjoon membulatkan matanya, itu tadi nyaris dan bisa saja kepalanya bocor juga. "Dasar wanita sinting kau aissshhh... Semoga murka Tuhan membelah mu." Seperti sebuah doa, seperti sebuah penyumpahan begitu kejam.
Jungkook jatuh lemas dia melihat darah keluar dari telapak kakaknya, batu yang dilemparkan buka batu halus dasarnya. Akan tetapi nampak kasar dari segala permukaannya, bukan luka besar menurut Yoongi karena dia dengan tegas dan nyata membuang batu itu sembarang. Jungkook memperhatikan itu semua dan Namjoon masih menopang tubuh itu.
"Aku tidak ingin melakukan hal berat tapi anda cukup beruntung karena anda wanita, apakah anda berfikir bahwa bisa saja anak anda mati. Apa kau ingin membunuh Jungkook huh! Kau sebenarnya benci dengan ayahku atau Jungkook?"
"Kau-" wanita itu seakan mengambang dengan segala ucapannya, hanya saja orientasi tatapannya jatuh ke anaknya. Satu pergerakan dan langkah kakinya, balok kayu di genggam erat hingga langkah lari ada dan membuat Yoongi menangkap dengan kaki kuda-kudanya. "Namjoon bawa lari Jungkook, aku akan menghalanginya. Cepat dia sudah tidak waras!"
Wanita itu seakan membabi buta dengan gerakannya, dia berusaha menghajar Yoongi dengan balok kayu itu. Tangan kanannya menahan dengan kuat balok itu hingga sedikit limbung.
"Hei Jungkook aku tidak bisa meninggalkan Yoongi sendiri jika bisa kau sembunyi disini. Aku akan kembali oke." Namjoon bergegas pergi akan tetapi tubuhnya di tahan oleh Jungkook sendiri, disana tatapan mata memelas dengan gelengan kepala ada. Meminta pada Namjoon agar tidak mengabaikan bahaya dari ibunya.
"Eomma tidak akan bisa diringkus dia bisa jadi pembunuh gila. Aku melihat beberapa orang takut padanya dan juga cara memukul Taehyung Hyung. Ku mohon panggil bantuan polisi atau siapapun jangan buat eomma marah karena aku tahu hal buruk akan terjadi hikkksss... Tolong jangan lakukan secara langsung hikkkss... Minta bantuan dokter atau polisi hikkksss..." Jungkook terduduk lemas kakinya memegang dengan permohonan yang sangat besar.
Seorang anak juga tidak akan tega ketika melihat ibunya sakit apalagi gangguan jiwa. Namjoon melihatnya juga gusar, karena disini dari pusat kota jauh. Sementara polisi sepertinya tidak bisa diandalkan karena memang rawan kejahatan. Akan tetapi melihat permohonan namja muda ini membuat dia tidak tahan.
Di sisi lain Yoongi melindungi wajahnya dari serangan maut wanita yang mencoba menyerangnya. Memang dia tidak bisa melawan dengan menghajar atau kasar, dia punya konsekuensi untuk tidak memukul atau menyakiti wanita. Ini kelemahannya dia hanya bisa melindungi dari serangan beruntun itu.
Sialnya balok yang dibawa terdapat paku tajam keluar dari kulitnya. "Aku tidak akan melupakanmu bocah kau membuatku sial. Kau dan ayahmu menghancurkan ku, kenapa kau ini datang huh? Ibumu bajingan ayahmu bajingan dan kau juga bajingan!" Amarahnya meledak dan rambutnya juga semakin berantakan. Tak ada lagi ikatan yang membelit rambutnya hingga wajah kucel itu nampak seperti pejuang Medan perang.
Yoongi meringis akan tetapi dia juga marah ketika kedua orang tuanya di hina. Karena balok Myeong Han mengenai pundaknya membuat pemuda sipit itu jatuh miring. Tapi cukup cekatan ketika dia menangkap benda keras itu dengan tangan kanannya. "Aku akan mengatakan padamu siapa yang salah dan benar. Jangan menghina ayahku wanita gila!"
Terpaksa...
Yoongi menjegal wanita itu hingga dia jatuh, dengan sempoyongan akibat luka paku karat dia mencoba untuk menjauh dan menjaga jarak. Cukup bahaya juga jika lawannya wanita dia tidak bisa membalas. Hanya orang pengecut yang melakukan hal demikian, anehnya kenapa dia harus repot melakukan perlawanan untuk melindungi seorang Jungkook?
Ketika dia melihat Jungkook yang mencoba menyusulnya membuat Yoongi melotot. Dia menganggap bahwa perlakukan itu hal gila, tapi melihat bayangan seseorang hendak menyerang membuat Yoongi menundukkan kepala. "Sialan aku sangat membencimu dan ayahmu, kenapa kau harus hidup dan menghancurkan semua huh? Aku akan mengatakan dengan tegas bahwa kau tidak pantas menjadi kakak anakku yaaaakkkk!!"
Yoongi kehilangan fokus saat Myeong Han menendang pasir di bawahnya dan mengenai mata Yoongi, rasanya perih dan membuat namja sipit itu kehilangan penglihatan beberapa detik.
"EOMMA JANGAN LAKUKAN ITU PADA HYUNG!"
Terlambat sang ibu sudah melakukannya dia menusuk pundak Yoongi dengan pisau yang di sembunyikan di dalam sakunya. "Aku tidak akan pernah memaafkan ayahmu, dan kau lihat apa kelemahan mu. Kau tidak berani membalas ku dan menahan serangan ku. Apakah kau sadar bahwa kau pengecut seperti ayahmu." Wanita itu tersenyum menang dia menatap sang anak sebentar lalu melayangkan pukulan keras ke kepala itu.
Jungkook berlari dia merasa bahwa sudah cukup untuk dia jadi manusia lemah, dia mencoba berlari akan tetapi ambruk ke depan ketika kakinya tersandung batu. Ketika melihat tangan Yoongi terangkat telapak itu penuh darah sama seperti telapak tangan Taehyung yang berlumuran juga. "Yoongi Hyung, lari jangan buat perkara dengan eomma. Lari sebelum dia menghabisi mu hyung!"
Yoongi mencoba berdiri akan tetapi dadanya diinjak oleh ibunya, dia melihat bagaimana ibunya menekan dengan keras sang kakak hingga menyentuh tanah. "Kau wanita gila aku akan membuatmu menyesal, kau tidak akan mendapatkan anakmu!"
Dengan kuat tangan itu mengangkat kaki wanita itu, tubuh itu sedikit oleng dan Yoongi terpaksa untuk menahan tubuh wanita itu dengan menekannya ke dinding di belakangnya. Akan tetapi wanita itu melukai pipi Yoongi menggunakan kukunya. Rasa perih itu terasa dan sialnya dia kena hantaman pukulan sang ayah yang menggunakan balok itu lagi, sudah berapa banyak korban pada senjata mengerikan itu?
"YOONGI HYUNG KUMOHON JANGAN LAGI EOMMA, AKU TIDAK AKAN MEMAAFKAN MU. AKU MEMBENCIMU EOMMA, AKU MEMBENCIMU SANGAT!"
Jungkook merangkak, sial dia malah terkena pecahan beling botol minuman. Rasa sakit menusuk di lututnya dia juga memukul tanah karena sudah membuat tiga kesalahan, dan sekarang apakah kakaknya akan menjadi korban ibunya?
"Kau pikir aku begitu lemah seperti temanmu, hei Jungkook apa kau mau tinggal dengan wanita ini. Dia bukan ibumu, dia adalah iblis berwujud manusia." Yoongi bangun dia memang memiliki pedoman bahwa hidup tidak ada yang mudah akan tetapi menghadapi orang seperti ini memang ekstra kesabaran. Dia melihat tidak ada Namjoon disana dia sudah menduga bahwa orang itu akan berguna.
Hanya ada senyuman miring disana. "Apa kau ingat bagaimana ayah mendepak mu dalam hidupmu. Apakah kau tak sadar kalau akhh..." Kepalanya merasa ngilu ketika pening itu ada, Yoongi menahan tubuh dengan menopang kedua kakinya kuat ke tanah. "Jungkook! Eomma harap kau pulang dengan ku. Ayo nak kita akan bahagia, sini nak eomma sayang padamu." Merentangkan tangannya akan tetapi balok penuh darah itu membuat Jungkook ngeri.
Mungkin ini bukan hal yang mudah akan tetapi kenapa ibunya harus seperti itu, seakan Tuhan menunjukkan bahwa dia lahir dari rahim yang salah. "Aku tidak akan menyalahkan mu tapi kau harus tahu alasanku tidak melukaimu karena kau ibu dari adikku. Itu sama saja kau adalah ibuku, karena aku dan Jeon satu saudara sekarang." Yoongi mundur beberapa langkah satu fokus dia bukan ke wanita itu akan tetapi tangan wanita itu.
Myeong Han melihat dengan sedih ketika anaknya tak mendengarkan ucapannya sama sekali. Yoongi mengulas senyum manisnya meski keningnya mengeluarkan banyak darah. "Kau mungkin tahu bahwa aku bukan orang baik tapi, bisakah kau membuat kesempatan lagi untukku?" Yoongi mengatakannya dia meminta secara tulus. Hatinya tak bohong dan Jungkook merasakan hal itu. Posisi terlihat sulit akan tetapi semua itu akan mudah jika melakukan dengan senang hati.
"Kau, siapa kau apakah kau adalah orang penting. Memangnya aku tak tahu kalau kau sudah membenci anakku huh!" Menunjuk wajah itu dengan wajah beringas dia juga berani menjamin bahwa anaknya tak bahagia sejak tinggal bersama pemuda itu. Tapi alangkah terkejutnya saat Yoongi bersiul santai dan menggampangkan segalanya.
"Wow, anda seperti dukun. Begitu tahu apa yang sudah terjadi dan apa kau juga tahu apa yang akan terjadi. Memangnya aku peduli dengan Jungkook? Bahkan kau juga tak sepaham, bagaimana kau merawat anakmu dengan baik. Lihatlah bahkan anakmu saja bilang aku benci kau." Yoongi mencibir dia memang tak bisa menyakiti wanita itu dengan fisik akan tetapi lidah begitu tajam dan bisa membuat seseorang mati.
Jungkook tergagap dia merasa bahwa kakaknya menolongnya kali ini. Jika tidak kenapa dia harus datang ke sini dan mengatakan hal menyakitkan pada ibunya sekalipun. Lalu kenapa Yoongi seakan meminta kesempatan untuk diberi peluang agar Jungkook mencoba mendapatkan perhatian lagi seperti biasanya.
"Aku yakin kau akan mendapatkan pemikiran lain setelah tahu hal ini. Untuk apa kau menjadi seorang ibu dan untuk apa Jungkook menjadi adikku, kalau saja kau tidak mengatakan bahwa aku menyayangimu Jungkook tapi kau tidak bisa seharusnya jangan. Kau menjadi sinting sekarang."
Yoongi mengatakan hal itu tapi tubuhnya bergerak merangkul Jungkook, dia tahu dia paham bahwa pada dasarnya manusia membutuhkan cinta. Kepalanya berdenyut karena darahnya terus mengucur. Sang adik panik dia hendak membantu tapi tangan itu di tepis langsung, membuat pertanyaan lagi muncul dalam benak Jungkook. Mungkinkah kakaknya....
"Ibumu sudah mengambil anakku, apakah kau tidak curiga kenapa dia melakukannya. Karena dia hanya ingin menggantikan Min Jimin. Hahaha anak yang penyakitan, MIN JIMIN PENYAKITAN!"
"JANGAN HINA HYUNG KU EOMMA, JANGAN HINA DIA. KENAPA KAU HINA DIA PADAHAL DIA TIDAK SALAH KENAPA EOMMA, JANGAN HINA DIA?!"
Yoongi sedikit takjub dia mendengar suara keras itu. Jeon Jungkook berteriak membela nisan adiknya, wanita itu tercekat. Putra kesayangannya membentak dengan lantang seakan dia orang asing. Tangannya lemas dan matanya juga suram mendadak, mulutnya terbuka menganga dengan pemikiran bahwa anaknya marah. Hingga Yoongi melihat bagaimana sisi seseorang jatuh ketika mental mereka di tempa.
Sama seperti dirinya yang sesungguhnya jatuh, jatuh ketika kehilangan seorang saudara. Yoongi merasa bahwa, benar...
Adiknya mati bukan karena sesuatu yang sia, bukan karena sakit parah atau dia menyerah. Akan tetapi Tuhan membawanya ke sebuah planet dan planet itu yang memilih Jimin untuk tinggal disana.
"134340..." Ucapan menggantung dengan senyuman tipis di akhirnya. Baik Jungkook dan Myeong Han keduanya menatap Yoongi secara bersamaan. "Yoongi hyung kenapa kau bisa tahu, ap-apakah..." Jungkook ingat kode itu. Salah satu peninggalan seseorang untuk memecah suatu kode. Dimana kode itu mengatakan sebuah makna.
"Kenapa apakah aku benar. Kau bisa mengatakan hal itu secara terang tapi jangan di depan ibumu. Dia tidak akan mengerti dan aku sekarang paham." Wajahnya tampan sekarang menjadi manis seperti gula, senyuman seperti permen kapas.
Myeon Han melihat keduanya nampak akrab, dia sangat membenci hal ini. Tangannya begitu erat dan ingin menghantam kan emosinya, dia juga sudah menghabisi satu orang maka seorang lagi tidak akan jadi masalah untuknya.
Lari!
BRUUGHHH!!
Jungkook jatuh tersungkur setelah kakaknya mendorong tubuh itu kesamping, dia melakukannya untuk menyelamatkan tubuh namja muda itu agar tidak terluka. Yoongi menahan kedua tangan Myeong Han dan menjatuhkan balok itu dengan sundulan kepalanya.
"AAARGGHHHHH AKU AKAN MEMBUNUHMU BAJINGAN KECIL!" kata kasar dan juga amarah itu membuat suasana menjadi menakutkan. Yoongi menahan tubuh itu dengan kedua tangannya tapi dia seperti melawan banteng yang besar. Jungkook bangun dan segera berlari dia memeluk pinggang sang ibu dan menahan tubuh wanita yang melahirkannya itu agar tidak beringas.
"Jeon tahan yang kuat, kita tunggu Namjoon pasti segera datang dengan bantuan." Yoongi beberapa kali mendapatkan cakaran di wajahnya dia merasa perih tapi tak masalah. Sementara Jungkook mendapatkan tendangan ibunya karena gerakan tak beraturan itu.
"Eomma aku akan memaafkan mu jika kau tidak melakukan hal ini. Sadarlah eomma aku yakin kau wanita baik, kumohon eomma jangan begini. Aku menyayangimu eomma, Jungkook sayang eomma." Dia mengatakannya di sela tangis akan tetapi sepertinya hal itu tak meluluhkan sang ibu untuk menyerah melawan. Begitu cepat geraknya menjatuhkan Yoongi sekali lagi dan menjambak rambut Jungkook dari arah belakang dengan keras.
"Eomma, kenapa kau lakukan ini hikksss... Kumohon sadar eomma, aku anakmu jangan-"
Ucapannya terhenti, pergerakan matanya menyudut itu karena dia bisa melihat dengan jelas ujung pisau begitu tajam seperti ingin menghunus lehernya. Ibunya membawa pisau dapur tak terduga di kantongnya. Benda mengerikan yang biasa dia gunakan untuk memotong sayur dan bahan masakan lainnya.
"Kau bilang kau memilih mereka, kau bilang membenciku bukan? Kenapa aku harus melepaskan mu dan hidup bahagia sementara eomma menderita. Ayahmu juga seperti itu meninggalkanku dan membuatku menderita hikks... Oh ayahmu sangat brengsek Jungkook."
Yoongi tak habis pikir apakah besar kesalahan ayahnya hingga wanita aneh itu mengungkit dan mengatakan kebrengsekkan ayahnya. Sementara dia tidak tahu apapun dan hanya tahu sebatas saja. Ayahnya adalah pria brengsek.
Tapi lebih mengerikan lagi saat pisau tajam itu menggores kulit leher Jungkook tak dalam membuat pemuda itu seakan tidak bisa membalas tapi menggigit bibir menahan perih. Matanya sudah berkaca menahan segala rasa sakit itu sendiri sembari berusaha melepaskan.
Satu langkah salah nyawa Jungkook bisa melayang.
"Kim Namjoon dimana kau, apakah kau ingin aku pecat sebagai patner. Shit! Bisakah kau cepat! Jangan buat aku marah padamu sialan!"
Rutukkan bibirnya lirih akan tetapi kedua matanya awas, dia juga melihat tubuh Jungkook berusaha melawan. Tapi Yoongi dia menggelengkan kepala pelan dan menatap Jungkook dalam.
Sang adik mengerti dan dia mengatur degub jantungnya. Dia akan tenang dan tidak berontak atau ibunya akan menjadi untuk menyiksanya.
Hanya saja yang dia takutkan adalah ketika ibunya melakukan hal aneh.
"Jungkook ayo kita mati bersama nak, dan bisa hidup dengan appamu di akhirat hahaha..."
Tertawa dengan air mata jatuh, jiwa pemikiran pendek itu muncul dan membuat linangan air mata memohon sang anak percuma.
,
Shi Hye tak bisa menghubungi siapapun termasuk Seokjin atau Taehyung. Dia juga melihat layar ponsel dengan gelisah. Ketakutan nya adalah ketika dia mendapat kabar bahwa ada seorang pasien muda masuk dalam keadaan sekarat karena dianiaya.
Entah kenapa firasatnya mengatakan bahwa itu salah satu dari orang dia kenal. Matanya menatap suster itu dengan lembut dan menanyakan hal yang mungkin bukan urusannya jika dilihat dari kacamata orang lain.
Tapi, dia tidak bisa menahan rasa ingin tahunya.
"Apakah dokter Hoseok tidak akan datang?" Dia mencolek lengan sister yang sedang mengecek kantung infusnya, beruntung wanita itu tidak mendapatkan tatapan curiga. "Dokter sedang melakukan pekerjaan lain ada pasien muda yang terluka parah. Apakah anda butuh sesuatu?" Tangannya sembari membawa catatan penting dalam dekapannya.
Otak cerdasnya berfikir keras, dia merasa firasat semakin buruk bukan hanya itu saja mendadak tangannya menjatuhkan gelas di sampingnya. "Nyonya apakah anda tidak apa?" Datang dengan cepat dan memperhatikan tangan itu bergetar cepat. Pergelangannya bergerak tak terkendali.
"Ak-aku tidak tahu kenapa tapi tanganku. Dia bergetar sendiri, bagaiman aku menghentikan ini? Oh astaga aku..." Tangan itu dia taruh di atas perutnya, selalu saja begini ketika dia memiliki tekanan untuk berfikir. Tak mau bertambah parah dia pada akhirnya menyerah pada rasa ingin tahunya dan menarik nafas pelan untuk mengontrol semua.
"Tenang anda akan baik, setelah meminum obat ini. Apakah kepala anda merasa nyeri?" Sang suster menyentuh denyut nadi tangan kiri yang bergetar itu dan memeriksa suhu sang pasien.
Normal.
"Aku hanya pusing sedikit tapi tak seberat kemarin. Apakah aku baik saja sister?" Rasa takut muncul apalagi parno karena dia akan pergi meninggalkan kedua anaknya. Mana bisa begitu dia ingin melakukan banyak hal untuk masa depan mereka dan menyanggupi janji pada mendiang suami.
Hanya saja perasaannya semakin kalut dengan nama sang anak yang terlintas. Jungkook dia seperti meminta bantuan, bahkan dalam tidur baringnya pun dia seperti mendengar teriakan anak bungsunya.
Tuhan semoga tidak terjadi hal buruk.
Di sisi lain...
Seokjin mendorong semua kapasitas emosi dan kesedihannya pada kaca di depannya. Bukannya dia ingin menghancurkan barang itu tanpa alasan. "Apakah kau akan melakukan hal sama Tuhan, kenapa kau menyiksaku dengan kehilangan satu per satu keluargaku?!"
Duaghh!!
Bogeman keras mengenai pecahan itu lagi hingga beberapa pecahan jatuh ke wastafel. Alhasil tangan itu terluka pada punggung jemarinya. Hancur dengan kesedihan besar dan diantaranya juga darah itu menempel dengan jelas di kaca. Tatapan kosong dengan harapan tipis, seandainya dia yang datang ke sana sendiri atau seandainya di tidak menyuruh Taehyung pasti adiknya tak akan begini. Dalam hatinya dia tak menyalahkan siapapun termasuk Jungkook, ini yang salah adalah tersangka itu.
"Apakah aku akan kehilangan saudara, kumohon jangan lagi. Aku tidak bisa melihat ini, sudah cukup aku mengalaminya." Entah pada siapa dia mencibir, Seokjin menatap kosong dia kehilangan arah seakan itu semua gelap. Ketika kehancuran itu teringat di otaknya, tatapan gelap tubuh seperti tak bisa bergerak.
Mendadak kepalanya pusing seperti kena benturan dahsyat, air mata terus keluar tanpa dia bisa kendalikan untuk berhenti. Dadanya menyesak seakan ingin minta di bebaskan, dia butuh Oksigen hingga kakinya memijak lantai dengan acak. "Hikksss... Eomma, appa... Hikksss... Jangan kumohon, jangan..." Dia bergumam seperti kerasukan tak sadar dengan apa yang dia lakukan. Dia melihat itu semua, memori hitam putih dengan kekal yang tak akan hilang mungkin sampai hembusan nafas terakhir.
Dia seperti namja dewasa yang terpuruk dengan kepala bersembunyi di balik lututnya, badan bergetar karena takut.
"Seokjin, kau tak apa?" Hoseok menatap kakak pasiennya itu dengan iba. Dia menyamakan tinggi badannya mengusap pundaknya dia mengulas senyumnya meski dia sedih melihat wajah panik pucat itu.
"Bagaimana keadaan adikku, aku... Aku lemas ketika melihatnya seperti itu." Pundak itu seakan tak tegap, dia bahkan tak bisa mengatakan banyak hal kecuali keadaan adiknya. Hoseok merangkulnya, dia mengangkat tubuh itu dan menopangnya. Menepuk dadanya seakan memberikan semangat.
"Taehyung dia tidak apa, hanya tidak tahu kapan dia akan sadar. Dia kritis dan kau tidak terlambat atau melakukan kesalahan. Berhentilah menyalahi dirimu sendiri, aku tahu bagaimana perasaanmu. Aku berjanji akan berusaha lebih keras menolongnya." Hoseok suaranya begitu yakin dia mencoba untuk terus berusaha. Walaupun presentasi keberhasilan lima puluh banding lima puluh.
Kepalanya menunduk dia merasa sesak dengan seluruh tubuh bergejolak tak terarah. "Taehyung hikkks... Adikku, dia hikkksss... Kim Taehyung."
Semakin kuat dokter muda itu mengeratkan pelukannya. Hoseok dia paham bagaimana kondisi jiwa itu hingga mengulum kesedihan dalam kecamuk otaknya. Apalagi memikirkan keadaan pasien lain seperti pengusaha yang merindukan anaknya.
Keduanya sudah keluar dari toilet tubuh itu seakan merosot dalam lubang kelemasan. Seokjin memang mudah jatuh jika berhubungan dengan adiknya, saking kesalnya dia sempat menelfon Namjoon mencari tahu bagaimana nasib wanita itu ketika berhadapan dengan Yoongi.
Tapi yang dia dengar adalah nafas tersenggal dengan derap kaki cepat juga Namjoon yang mengatakan sedikit protesnya, hanya saja karena sinyal buruk sambungan terputus.
"Aku takut dia kritis karena aku menjatuhkannya tadi. Aku tak sengaja, aku kurang hati-hati. Kakak macam apa aku." Kedua tangannya melihat telapak tangannya. Tak lagi kotor apalagi bau amis darah adiknya, hanya saja rupa menyedihkan itu masih terbayang dalam ingatannya.
Hoseok sepertinya tak bisa melakukan kebohongan lainnya mengenai keadaan Taehyung.
"Aku akan tunjukkan hasil ronsen kebetulan karena tidak terlalu banyak pasien alatnya cepat datang." Hoseok mengajak namja itu ke ruang pribadinya. Dia memberikan hasil scan otak di sana dan membuat Seokjin bertanya.
"Aku harus mengatakan hal buruk lainnya tapi kuharap kau bisa menerima dan membantu Taehyung untuk semangatnya. Bagian Cerebrum otak kanan disini mengatur bagian sisi tubuh kiri. Kemungkinan Taehyung tak akan bisa mengatur gerakan tangan kiri dan kaki kirinya atau seperti lumpuh separuh."
"Kau bilang apa, lumpuh sebagian. Kau tidak salah kan? Kenapa bisa katakan padaku kenapa bisa?" Seokjin menarik jas putih itu dengan keras. Meminta kejelasan dengan sedikit kasar, membuat Hoseok bergerak menenangkan kakak dari pasiennya itu. "Jin hyung dengarkan aku karena benturan di kepalanya keras tak sengaja bagian otak besar itu kena. Ini adalah bukti benturan yang di dapatnya. Kumohon tenanglah jika kau terguncang maka Taehyung dia juga akan ikut semakin sedih."
"Apakah ada cara lain untuk bisa menyembuhkan adikku, aku tidak ingin dia kehilangan masa depannya karena wanita itu sudah..." Ucapan itu terpotong tapi rematan tangannya begitu kuat seperti menghancurkan. "Bisa tapi jika menggunakan operasi akan ada efek samping bisa mengalami kegagalan dan meninggal atau kelumpuhan secara total. Tapi saranku ikut terapi meski membutuhkan waktu sekitar lima tahun, aku yakin dengan telaten bisa sembuh meskipun tidak seratus persen normal." Hoseok mengatakan itu dengan berat dia juga tak bisa melihat wajah Seokjin menahan angkara murka.
"Tidak ada pilihan lain, tapi aku tidak mau Taehyung selamanya lumpuh sebagian. Aku akan memilih jalur terapi, kau bilang jika dia semangat kesembuhannya bisa cepat walau tidak seratus persen bukan?"
Untuk apa dia menangis untuk apa dia jatuh, dia akhirnya mengusap air mata itu kasat dan mengatakan pada dirinya sendiri bahwa semua akan baik saja. Dia akan menemui Yoongi dan mengatakan jalur hukum untuk wanita itu. Ini bukan kesalahan siapapun ini adalah kecelakaan yang disengaja.
"Ya, mungkin pergerakannya hanya terbatas tapi jika terapi dan Taehyung sering melatih motorik geraknya. Dia tidak akan jauh beda dari sebelumnya meskipun dia tidak bisa mengangkat beban berat lebih lama."
"Tapi apakah dia masih kritis dalam jangka lama, aku akan melakukan terbaik karena hanya aku keluarganya."
Hoseok memeluk namja di depannya, apapun ini bukan hal mudah tapi memang harus diterima. Dia juga akan membantu semaksimal mungkin, tinggal menunggu Yoongi dan Jungkook pulang agar ibu Shi Hye kembali pulih. Dia menepuk pundak itu semangat, Seokjin merasa dia tidak harus menyesali semuanya.
Hanya saja, dia tidak akan membiarkan usaha Taehyung sia-sia.
"Hoseok Hyung, aku akan pergi menyusul Yoongi dan lainnya bisakah kau menjaga adikku." Seokjin siap dengan membawa kunci mobilnya tapi langkah kakinya tak jadi bergerak. Di sana dokter muda itu menahan gerakannya, "jangan lakukan hal macam-macam Hyung."
Seokjin tersenyum, rupanya ada yang khawatir. Mungkin terlalu takut jika dia membuat masalah. "Tidak, aku hanya ingin menolong adikku lainnya. Tolong jaga Taehyung aku akan kembali, kurasa aku bisa membantu mereka disana."
,
Jungkook jatuh tersungkur dan Yoong berteriak kesakitan saat bagian leher sampingnya sobek. Min Yoongi dia berusaha menerobos dan menarik Jungkook agar keluar dari zona bahaya ibunya. Tapi karena salah perhitungan hal itu membuat lehernya terluka cukup dalam.
"Yoongi Hyung, kau tak apa? Astaga banyak sekali darah hikkkkss... Jangan aku harap jangan, Yoongi hyung kenapa harus melakukan hal ini!" Jungkook menekan tangannya di leher sang kakak, darah itu seakan mengucur mengenai wajahnya.
Kesedihan itu sudah tidak dipedulikan oleh Myeong Han dia sengaja menjilat sisa darah di pisau tajam di pegang nya. Itu mengerikan melebihi film horor yang pernah dia tonton. Jungkook berteriak sangat keras meminta agar semua ini bukan kenyataannya. Tapi Yoongi dia yang terus berteriak bukan kebohongan semata.
"Kau pergi Jungkook, jangan pedulikan aku. Aku akan akhhhh...."
Darah itu keluar semakin deras dan membuat hampir separuhnya berwarna merah. Dia jatuh lemas dan pada akhirnya ambruk lagi.
"Tidak! Aku tidak akan meninggalkan Yoongi Hyung!" Jungkook masih kekeh dia kini berdiri di depan menjadi benteng dengan merentangkan tangannya. Dia menatap sang ibu dengan linangan air mata penuh kecewa. Tak peduli jika pada akhirnya dia akan mati.
Yoongi melihat itu, punggung sang adik di depannya dan sengaja menjadi sebuah benteng. Kedua matanya membulat tapi kesadarannya masih ada hingga dia kembali keras kepala dengan alasan untuk apa dia dipaksa dan disini sekarang.
"Jungkook! Aku sudah bilang pergi akhh... Pergi cepat!" Yoongi berteriak tapi rasa sakitnya seperti mencekiknya.
"Tidak aku akan melindungi kakakku dan itu kau Yoongi Hyung!"
Wajah itu pucat dia putus asa tapi detak jantungnya ketakutan dan berdetak. Sampai dia bisa melihat tatapan ibunya dengan pisau berada di kulit lehernya.
"Jika kau memilih mati nak, eomma akan dengan senang hati melakukannya."
.........
TBC...
Gak terasa sudah sampai sejauh ini semoga bisa mengobati rasa penasaran kalian ya. Tunggu next chap dan sebentar lagi menuju end sesuai jadwal hehehe...
Oh ya jangan lupa jaga kesehatan dan bahagia selalu...
Gomawo dan saranghae...
Tetap dukung dan jangan bosan dengan karyaku ya...
#ell
26/08/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro