Part 75 : Danger
"Bahaya yang dimaksud bukan dari orang lain, akan tetapi dari diri sendiri yang menimbulkan keresahan dalam hati. Lalu bagaimana dengan keserakahan? Itu juga sebuah bahaya, melebihi penyakit hati."
(Author ***** POV)
"Yoongi apakah kau menyesal karena aku menyeret mu? Kenapa kau malah seperti protes?!" Seokjin dirinyalah yang bertanggung jawab atas dibawanya Yoongi disini. Dibelakangnya ada Namjoon yang menjaga jika si macan kumbang mencoba kabur. "Kau tahu Hyung, aku tidak ingin ikut. HEI KIM NAMJOON KENAPA KAU MEMAKSAKU JUGA HAH?!" Yoongi marahnya akut, dia bahkan menendang bagian bawah pijakan disana. Beruntung Seokjin tidak terkejut dan oleh karena kecerobohan si keras kepala itu.
"Yoon, aku harap kau bisa berubah setelah satu tahun ini. Tapi kenapa kau malah begitu sulit di kendalikan. Sekarang aku minta kau diam, dan lagi Taehyung sudah membawa Jungkook kau-"
"APA KAU BILANG, APA KAU MINTA AKU BUJUK DIA PULANG. OGAH, AKU DIUSIR DARI RUMAH, APA KAU GILA!"
Namjoon langsung membekap mulut Yoongi, sumpah serapah kepalanya mendadak pusing dengan telinga berdengung sakit. Disana Seokjin berdoa dalam hati semoga dia diberi kesabaran penuh manakala menghadapi orang seperti itu. Yoongi sukses melepaskan bekapan Namjoon dan di mulutnya ada rasa asin yang masih membekas dilidah nya.
"Namjoon kau habis mencuci ikan teri ya, sial asin goblok!" Rasanya sangat menjijikan saat ujung lidahnya merasakan itu ditambah lagi si penyetir meringis, mungkin saja Seokjin membayangkannya juga. "Tidak siapa bilang kebetulan aku belum sempat mencucinya. Bagaimana enak bukan? Awas saja kalau nge-gas aku bekap pakai trasi."
Sepertinya Yoongi sangat kesal hingga dia berteriak bringas dengan adrenalin naik di atas kepala. Sadar atau tidak Seokjin tertawa terbahak hingga terpingkal, apakah ini lucu. Ya tentu saja menurutnya ini sangat lucu. Bahkan keduanya ribut satu sama lain. Hanya saja kedua matanya tak tenang menatap layar ponsel adiknya ketika dia mencoba memanggil Taehyung tapi belum ada jawaban, di sisi lain dia mendengar suara deru nafas Taehyung yang nampak berat. Jujur dia sangat khawatir merasa bahwa semua tidak baik saja. Rasa kesal itu ada lantaran Seokjin sempat tersasar meski dia membawa Namjoon disini dia juga belum lama disini dan belum hafal juga.
Sial beribu sial.
Kim Taehyung dia merasa akan mati sebentar lagi saat mencoba menghilangkan jejak dengan bersembunyi di balik dinding sebuah gang. Nafasnya kian tersendat dan tangannya tetap menahan beban berat badan bongsor sahabatnya ini. Dalam pandangan buram dan suara lirihnya Jungkook mencoba untuk tetap bertahan di tengah rasa sakit kepalanya.
Ibunya kejam, sudah memukul begitu keras hingga tak sadarkan diri. Lalu apakah dia bisa melihat sahabatnya menjadi korban ibunya juga? Dalam relung ketakutan nya tangannya bergerak mencoba agar Taehyung menyerah saja dan lari selamatkan diri. "Tae Tae Hyung, kumohon kau pergilah jangan sampai eomma me-menangkap mu." Sedikit batuk namun dia tutup cepat dengan telapak tangannya.
Taehyung melotot, dia baru saja mendengar kebodohan dari sahabatnya ini. "Bagaimana bisa aku meninggalkan mu sementara aku susah payah sudah membawa mu keluar dari rumah itu. Lihatlah dirinya Kook, mana tega aku melakukannya. Tenanglah Seokjin hyung akan datang, aku harus mencari jalan menuju pusat kota kecil ini. Apa kau tahu jalan pintas?" Taehyung melirik ke belakang dia sangat hati-hati terlebih melihat wanita itu sudah beberapa meter dari mereka.
"I-iya.." tangannya menunjuk salah satu arah dimana disana ada jalan gang sempit. Mungkin itu jalan tercepat, disana Taehyung menoleh dan memperhatikan di sisi kirinya. Anehnya wanita itu sudah tak ada disana. "Sepertinya kita sudah menjauh dari ibumu Kook." Lega dan tenang, mengucap syukur. Tapi perasaannya mendadak aneh dan merinding ketika melihat di atas.
Taehyung meneguk ludahnya ketika melihat bagian bawah tanah. Ada bayangan seseorang mengintip dari atas dan lagi dia bisa merasakan suara bisikan memanggil. "Tok... Tok... Tok... Mau dibawa kemana anakku..."
"Tuhan kumohon bantu aku." Taehyung memejamkan matanya sebentar dia menarik nafasnya dalam, saat dia mencoba mendongak ke atas perlahan. Kedua tangannya juga mengeratkan gendongan sahabatnya, mendadak jantungnya berdegup kencang. Ini bukan jantung yang merasakan jatuh cinta melainkan....
"Hei anak muda, mau kau bawa kemana anakku..." Wanita itu tersenyum, wajahnya sedikit kotor dan berantakan. Bukan hanya itu saja dia juga seperti sosok hantu ingin membunuhnya. Balok kayu itu ada sisa darah, Taehyung berfikir kalau bekas darah itu bekas sahabatnya.
"Jungkook hikkss... Kenapa ibumu sangat menyeramkan, oh astaga Tuhan selamatkan nyawa hambamu ini." Siapa bilang Taehyung tak akan menangis dia bahkan merengek seperti anak kecil, apalagi kakinya bergetar. Jungkook mendengar apa yang dikatakan sahabatnya, di satu sisi dia menoleh ibunya. Wajah ibunya mengulas senyum menyeramkan dengan lambaian tangan dari jari kecilnya. Ibunya seperti pemain film horor menyeramkan dengan Taehyung juga dia menjadi pemainnya. Tangannya begitu erat meremat pundak Taehyung membuat pemuda senyum kotak itu melirik ke belakang, dia paham bahwa sahabatnya itu ketakutan.
Tak mungkin dia meninggalkan Jungkook dengan wanita gila seperti itu.
"Anak muda kembalikan anakku, aku akan mengampuni mu sayang hemmm..." Suara lengkingan khasnya dan juga wajah menahan dengan kepala melenggok seperti seorang pembunuh berantai. Taehyung menatap ke depan dengan meneguk sekali lagi Saliva nya. Kakinya sudah tak bergetar dan niat untuk melarikan diri semakin kuat, tapi sedikit tergoyahkan ketika dia mendengar suara balok kayu itu memukul tembok di belakang.
Ibunya sekedar tak mengancam, gugup itu ada hingga Taehyung mengatur nafasnya. Di sana Jungkook menatap lemas ibunya dengan gumaman lirih. "Jangan eomma, ku-kumohon Taehyung Hyung lari hhhh... Lari."
Yakin?
BRUUUAAAAKKKK!!!
Suara keras hantaman balok kayu dengan tenaga cukup besar dilakukan hingga tembok yang di kenai rusak.
"KEMBALIKAN PUTRAKU SIALAN, AKU AKAN MEMBUNUHMU LIHAT SAJA NANTI AKU AKAN MEMUKULMU HINGGA HANCUR!"
Wanita itu dia berteriak, dengan Taehyung yang lolos melarikan diri. Hampir saja dia mati dengan kepala hancur dan membiarkan Jungkook dibawa? Enak saja... Dia akan menyesal dalam rasa mati nantinya. Taehyung sedikit melambat karena tubuhnya menahan berat tubuh itu, nafasnya tersenggal seperti menahan sesak akan tetapi jika dia berhenti dia akan mendapatkan anjing galak siap membunuhnya.
"Jungkook kau masih kuat kan? Jangan pejamkan mata oke." Taehyung berlari sekuat tenaga mengambil jalur berkelok, sepertinya dia sudah keluar dari jalur awal untuk mengambil jalan pintas. "Hyung aku takut... Selamatkan aku eomma... Dia bukan eomma yang baik. Aku akan dibunuh karena ingin menjenguk eomma Min...." Jungkook mengatakannya dengan sangat lemas, bibirnya sangat pucat dan sedikit biru.
Kepalanya seperti tak sanggup untuk menopang sendiri. Dia bisa merasakan dagunya bergetar karena tubuh sahabatnya berlari dengan cepat. Tapi ibunya masih dia dengar suaranya dengan nada mengancam. "Jungkook aku janji aku akan membawa mu dengan selamat, tolong jangan pejamkan mata lihatlah aku akan tunjukkan bagaimana aku menyelamatkanmu." Ucapnya dengan senyum sombong yang dia sengaja untuk menenangkan Jungkook sendiri. Meski dia tidak yakin akan keluar dari zona bahaya ini.
Danger!
Taehyung merasa gila ketika telapak kakinya malah menginjak beling gelas yang berserakan di jalan. "Asshhhh sakit.. aduhhh shhhh..." Ringis Taehyung dengan wajah kesakitan nya. Tubuhnya sedikit oleng dengan badan yang dia tahan dengan majemuk. Bayangannya juga terlihat tergopoh dengan Jungkook melihat kaki sahabatnya yang ada noda darah di pinggirnya.
"Kau ti-tidak apa hyung, kakimu terluka Tae Tae Hyung." Jungkook ingin turun tapi dia ditahan oleh Taehyung. "Aku bilang jangan khawatirkan aku, ini hanya luka kecil. Jika kau turun semua akan repot." Taehyung mengeluarkan keringat di kening dan lehernya dia menyandarkan tubuhnya pada dinding di sisi kanannya. Sebuah rumah salah satu warga. Sialnya beberapa warga di depan sana enggan membantu dan malah menutup pintu.
"Jungkook, aku menyayangimu sayang. Jangan lari dan temanmu sudah keterlaluan, eomma tidak akan mengampuninya." Suara itu masih ada disana tapi dalam jarak lumayan dekat, Taehyung juga membelalakkan matanya sembari mengatur nafas dia menyenderkan bahunya.
"Eomma semakin dekat, kumohon hyung tinggalkan aku larilah. Selamatkan dirimu!" Pemuda kelinci itu memohon dengan sangat. Tapi Taehyung membentak nya dengan nada pedas. "Kau ingin mati huh! Kau pikir aku akan tenang kalau kau mati! Sadarlah Look jangan rugikan aku dalam hal sia-sia."
Sangar!
Sebenarnya Taehyung tak ingin seperti ini, akan tetapi dia terpaksa agar jalan pikiran Jungkook terbuka.
Mungkin ucapan pedas Taehyung begitu menusuk hingga Jungkook diam saja tapi tak apa di sisi lain dia mengerti bahwa apa yang dikatakan olehnya memang benar. "Aku tidak ingin kau mati atau apa, bagaimana bisa kau akan bertemu dengan ibu angkat mu dan si badak bercula itu. Jika kau mati bukan kau yang akan dihukum tapi aku, Seokjin hyung akan kecewa padaku." Taehyung melanjutkan perjalanannya dengan kaki bergerak cepat. Dia tidak habis pikir ada apa dengan penduduk disini.
"Bisakah anda menolong kami, ada orang yang mengejar-"
BRAAAKKKK!!
Malang sekali Taehyung dan Jungkook mendapatkan bantingan pintu keras tanda enggan. Bahaya semakin dekat dengan wanita itu kini berkala santai sembari menunjukkan senyum, kaki itu semakin sakit ketika debu dan kerikil menghunus lukanya. Menjadi bengkak dan sangat ngilu luar biasa hingga Taehyung mendesis.
Bahkan seorang wanita berusia senja pun dengan cepatnya menutup pintu rumahnya ketika melihat Myeon Han datang dengan melangkahkan kakinya cepat, disana dia seperti pembunuh dengan baloknya di seret. Taehyung merinding akan tetapi dia menemukan jalan buntu, dia hanya menemukan pagar gang tinggi dan tak mungkin dipanjat.
"Taehyung aku..."
"Jungkook tenang ya, jangan sampai kau tak sadarkan diri. Aku ingin kau bertahan dan aku janji ibumu tak akan dapatkan dirimu."
Satu langkah lagi dia akan lolos jika tak ada halangan. Dia panik dan berteriak meminta tolong pada siapapun, sayang sekali penduduk disini diam seakan tak tahu apapun.
Brengsek memang!
Ada tatapan meremehkan. Wanita itu juga tertawa dengan keras seakan dia menang. "Kalian tidak akan bisa lari."
"Eomma..." Suara lirih Jungkook itu memanggil, bukan... Dia ingin mengatakan permohonannya ingin di bebaskan. "Nak, apa kau sakit ayo kemari biar eomma obati kamu sayang." Pintanya dengan lembut ditambah lagi tatapannya seakan mengatakan penuh kasih dan sayang. Tidak dengan pandangan Taehyung, dia justru memilih mundur hingga mentok ke belakang dengan mengeratkan gendongannya.
"Anda gila nyonya, apakah anda seorang ibu! Aku tidak akan menyerahkan Jungkook!" Taehyung marah dia juga murka hanya saja dia tidak bisa melawan. Selain dia tidak bisa melawan seorang wanita dia juga dalam keadaan tidak menguntungkan.
Taehyung ingin sekali memukul akan tetapi jika Jungkook terlepas dari gendongannya maka akan semakin sulit untuk menyelamatkan. Hanya bisa bertahan jika dia dipukul. "Eomma kumohon bebaskan aku, aku tidak ingin ikut eomma." Jungkook mencoba untuk turun dia memaksa sahabatnya untuk mau menurutinya.
"Jungkook aku tidak bisa." Taehyung menahan tapi tangan itu dianggap angin lalu oleh pemuda kelinci itu. "Jika aku kehilangan sahabatku karena aku, aku semakin tidak akan bisa memaafkan diriku. Aku akan baik saja karena kita teman." Wajah itu, wajah yang sudah lama Taehyung tak temukan sejak kepergian sahabatnya. Dia bisa melihat semangat itu lagi tapi cukup miris dengan luka di derita.
"Jungkook, apa kau menentang ibu nak? Aku ingin kau pulang, dan jauhi anak itu dia tidak baik untukmu." Ibunya membanting balok itu membuat Kim Taehyung berjengat dengan ungkapan kasarnya. Hanya saja itu tidak menjadi masalah lantaran Jungkook sudah dongkol dengan sikap ibunya.
"Kau bukan eomma ku, aku tidak butuh eomma sepertimu. Kau jahat kau kejam, kau sakit eomma! Aku tidak ingin mati ditangan mu!" Jungkook menangis akan tetapi bukan tangis kesedihan hanya kekecewaan mendasar. Ibunya spontan langsung tercengang dengan ucapan anaknya dia mendengar bagaimana Jungkook menolaknya begitu saja.
"Apa kau bilang, apa kau tidak sayang eomma?" Ibunya menangis kedua air mata itu jatuh ketika melihat anaknya begitu serius menolaknya. Bukan hanya itu saja dia juga melihat Taehyung tersenyum menang. "Aku mengatakan ini jujur dari lubuk hatiku eomma. Aku tak menyangka jika kau sejahat itu, aku hampir mati karena eomma memukulku. Aku ingin berbakti tapi eomma tidak pernah percaya padaku. Aku tidak bisa eomma... Tidak bisa..."
Ibunya hancur, ini adalah ucapan anaknya. Putra dia lahirkan dengan susah payah dan dia kandung. Tapi ucapan itu seakan menamparnya dengan keras. "Eomma tidak bisa menerima ini, kau benar bajingan seperti ayahmu!" Bentaknya dengan angkara murka, Taehyung begitu jeli melihat pergerakan wanita itu dan memperhatikan posisi Jungkook tak menguntungkan.
BRAAAKKK!
"TAEHYUNG HYUNG!"
Tapi tanpa di duga ibunya melempar balok itu hingga mengenai dada sang kakak dan membuat dia terjungkal ke belakang. Tubuhnya menghantam pagar di belakangnya sakit di dada depan dan punggungnya menjalar begitu cepat. Hampir kehilangan kesadaran dengan pandangan mengabur. Kim Taehyung teraniaya dengan luka baru di tubuhnya, Jungkook ingin membantu justru jatuh tersungkur begitu saja dengan kepala di pukul nya. Ibunya kalap dan menghajar dengan membabi buta.
"Kau tidak mendengarkan apa kata eomma dan kau sudah provokasi putraku. Aku akan menghajar mu." Myeong Han begitu menyeramkan memukul wajah Taehyung dengan telak hingga namja itu mengeluarkan darah segar di hidungnya. Jungkook meringis bangun mencoba untuk membantu kakaknya akan tetapi dia justru di tarik sang ibu dan dibawa ke sampingnya.
"Eomma, apa yang kau lakukan jangan sakiti temanku!" Suaranya membentak, itu refleks karena Jungkook begitu peduli. Dia melepaskan tangan sang ibu dan mendorongnya hingga wanita itu ambruk ke belakang. "Hyung, ayo bangun aku akan membantumu." Jungkook merangkul tangannya mencoba untuk membawa lari sang kakak meski tubuhnya hampir ambruk. Kehilangan keseimbangan dan kaki itu berdarah makin banyak.
"Aku tidak akan membiarkanmu lari! Eomma tidak akan rela, dasar anak nakal aku tidak akan memaafkan mu!" Dia menarik kerah leher belakang sang anak, putranya terhuyung ke belakang dan jatuh dalam pelukan sang ibu. Siapa sangka bahwa ada paku menancap di kaki bagian belakangnya itu karena ibunya pelaku utama. "Jangan lakukan eomma!" Tangannya digenggam dengan kuat seakan tak diperbolehkan jika anaknya melawan. Mata nyalang sang ibu menatap dengan binar amarah dia juga menghempaskan sang anak hingga menubruk pada dinding salah satu bangunan. Rasanya dia akan pingsan saat itu juga.
Taehyung tak bisa berdiri dengan tegak tubuhnya sedikit membungkuk guna menahan sakit di sekitar perutnya. Dia akan habis dibunuh jika nekat akan tetapi dia tidak takut hanya untuk menolong seorang teman. "Aku akan menghabisi mu, kau setan penghasut!"
Braakk!!!
Tubuhnya jatuh limbung dan Taehyung sedikit kehilangan kesadaran. Bau anyir darah keluar dari keningnya. "Lari Hyung larilah! Aku tidak akan membiarkanmu terluka, eomma tolong lepaskan dia. Dia tidak salah lepaskan dia eomma, jangan bunuh dia." Kaki sang ibu dia tahan tak peduli dengan debu atau kerikil masuk dalam mulutnya. Dia tidak menangis akan tetapi babak belur dengan luka amat banyak.
Ibunya beberapa kali menendang ke belakang agar putra semata wayangnya mau melepaskan begitu saja. Akan tetapi anaknya tidak dan semakin menghalanginya untuk tidak melakukan tindakan aniaya. "Aku tidak mau dengarkan penjelasan anak nakal, aku akan bunuh anak ini. Jika dia hidup kau akan jadi pembangkang."
"Aku tidak mau eomma melakukannya, kumohon aku tahu kau bukan pembunuh. Dia temanku eomma, jangan lakukan itu aku mohon. Dia terluka aku mohon jangan lakukan..." Suaranya serak, dimana air mata juga keluar dengan deras. Jungkook meminta sangat agar sang ibu mengabulkan keinginannya. Dia memeluk kaki itu bahkan dagunya lecet karena sepatu beliau mengenai dengan keras.
"Jungkook jangan lakukan itu, aku tahu kau sangat baik. Tapi... Pikirkan keadaanmu. Ibumu gila..." Taehyung merangkak dia menahan kaki wanita itu di sebelahnya agar tidak bisa bergerak. Membuat wanita itu seakan terkunci dan tidak bisa melakukan apapun, kecuali satu....
"Aku akan membunuh mu kau itu akan membuat anakku membangkang!"
Tubuh itu serasa dirobohkan, balok kayu kian kuat dan nampak kehilangan kesadaran.
"Eomma, jangan pukul temanku. Aku mohon eomma, jangan lakukan itu dia bisa mati, aku benci padamu eomma aku membenci mu aku sangat benci dirimu!"
Suara itu seakan tenggelam dalam bunyi pukulan yang kian keras. Jeon Jungkook diabaikan dengan kedua mata menyaksikan seorang Kim Taehyung yang seperti kehilangan nyawa. Tapi dia sekarat dengan semangat untuk bisa menahan kaki wanita itu agar sahabatnya Jungkook bebas. Tapi tubuhnya semakin remuk dengan punggung di pukul benda keras.
"Wanita gila aku tidak akan membiarkanmu membawa sahabatku, aku akan laporkan kau sialan!" Tak ada tata Krama tak ada sopan santun semua dia katakan atas kesadarannya sendiri. Jungkook merasa terharu, kenapa temannya harus sampai seperti ini hanya untuk membela kelemahannya. Bahkan jika dia mampu dia akan melindungi dirinya sendiri, akan tetapi dia sering membuat kebodohan pada dirinya sendiri.
"Tau apa kau mengatakan bahwa aku gila, aku menyayangi anakku. Kau lepaskan kakiku atau aku akan terus memukulmu." Wanita itu seakan buta perasaan dia tak peduli dengan Taehyung yang batuk dengan mengeluarkan darah di sudut bibirnya. Hingga dia melihat bagaimana Taehyung mendongak ke atas dan memberikan senyum kotaknya. "Karena kau tak jauh beda dengan ayahku, sama-sama gila tak waras uhukkk... Aku tidak akan membiarkan kemalangan datang dua kali pada Jungkook. Kalau kau memukulnya hanya karena dia ingin bertemu ibu angkatnya aku anggap itu bukan uhukkkk... KAU TAK WARAS!" Teriak Taehyung pada akhirnya.
"EOMMA JANGAN LAKUKAN ITU PADA HYUNG, LEPASKAN DIA!"
Jungkook berteriak dengan kejam diantara ketidakmampuannya akan tetapi wajahnya tak akan bohong jika dia sangat emosional. Bagaimana dengan air matanya dan permohonan yang diabaikan membuat dia sakit hati. Hingga pada akhirnya dia melihat Kim Taehyung kepalanya terpukul dengan keras.
"Mampus kau!"
Tidak!
Kelopak itu menutup, tubuh itu tak bergerak karena hantaman sudah lolos. Jungkook kedua tangannya mati rasa dia melihat dengan jelas. "Taehyung Hyung, HYUNG BANGUNLAH AKU MOHON JANGAN PEJAMKAN MATA TAEHYUNG HYUNG, KAU DENGAR AKU?! HIKKSS... EOMMA APA YANG KAU LAKUKAN, APA YANG KAU LAKUKAN DENGAN HYUNG!"
Taehyung merasa nyawanya sedikit lagi akan lepas. Wajahnya begitu berantakan dengan pandangan mengabur. Dia masih mengulas senyumnya dan menggapai telapak tangan Jungkook bergetar. "Maafkan aku Kook, a-aku ingin membawa mu pada badak bercula dan ibumu.. akhh... Aku menyayangimu adikku, kau sahabat terbaik dan adikku se-sekarang aakhhh Jungkook, aku..."
DUAGHH!!
"Omong kosong! Aku tidak akan membiarkanmu membawa putraku!"
"TIDAK JANGAN HIKKSSS TAEHYUNG HYUNG AKU MOHON JANGAN DIA EOMMA!"
Air mata jatuh dan membuat pandangan si korban memburam. Tubuhnya lemah dia paksa hingga berhasil dalam satu tujuan, dia menangis dengan isakan tertahan akibat sesak juga rasa ketakutannya.
Jungkook mendekat ke arah kakaknya dia mengabaikan tangan sang ibu yang menariknya. Dengan tubuh merangkak dia mengguncang tubuh tak sadarkan diri itu, darah keluar dari kepala belakangnya. "Jangan pedulikan dia anakku, lihatlah dia sudah tidur dengan nyenyak apakah kau mau mengganggu nya Hem..." dia menarik rambut sang anak, memaksa Jungkook agar melihat Taehyung yang sekarat dengan tak berdaya. Tubuhnya babak belur begitu juga wajahnya hanya bau anyir darah masih segar menempel dengan debu. Tubuh yang berusaha melindungi seseorang tapi sudah melampaui batasnya.
"Minggir kau, aku tidak peduli dengan mu!" Jungkook mendorong sang ibu walau tenaganya tak seberapa, berhasil lolos dari tarikan sang ibu pada rambutnya. Jungkook kini duduk dengan mengguncang tubuh Taehyung yang lemah, dalam tangisnya dia memohon agar sahabat masih bertahan. "Hikksss... Hyung aku mohon tolong jangan tinggalkan aku. Hyung kumohon Tae Tae Hyung hikkkksss... BANGUNLAH KIM TAEHYUNG!" Jungkook sedikit kalap hingga dia tidak lagi mengenal kaidah ucapan. Sayang sekali karena dia dipeluk oleh ibunya dan dipaksa untuk mundur. Kim Taehyung tak bisa mendengar suara teriakan Jungkook lantaran hilang kesadaran, dengan sekuat tenaga Jungkook berusaha untuk memanggil dan memanggil namanya.
Hingga kepalanya jatuh di atas dada namja itu, dia terkejut ketika mendengar bunyi detak jantung Taehyung yang begitu lemah. "Aku mohon Hyung jangan mati aku mohon padamu, lepaskan aku eomma. Aku tidak mau ibu seperti mu lepaskan aku eomma!" Dia memeluk tubuh sahabatnya, Jungkook bukan orang jahat yang akan meninggalkan sahabatnya sekarat.
Sang ibu jatuh beberapa kali saat tak sengaja kena tendangan anaknya. Tapi dia tak menyerah dan memukul kaki Jungkook agar tidak melawan.
"Hyung aku mohon bangunlah hikksss... Kumohon jangan mati, aku mohon Hyung hikksss... Aku tidak mau kehilangan kakak lagi aku mohon Taehyung Hyung dengar aku hikkss... Jangan mati."
"Jungkook lepaskan dia aku akan membawamu suka atau tidak, aku akan membuatmu sadar kau anak eomma! Selamanya akan begitu Jungkook, KAU ANAKKU!" ibunya menarik rambut putranya seakan akan rontok dia melakukannya lagi tanpa ampun. Membuat Jungkook tak bisa melawan, lantaran dia berhadapan dengan ibu kandungnya. Dia masih ingat akan dosa durhaka tapi disisi lain dia kalah dan mendapatkan aniaya. "Eomma aku tidak ingin ikut denganmu, aku tak ingin bersamamu eomma!"
"Aku tidak peduli aku akan membuatmu betah dengan eomma." Jungkook berjalan tertatih dia melakukannya karena dia tahu sang ibu akan menyakiti Taehyung lebih jauh lagi. Apalagi dia bisa membaca tatapan sang ibu dengan jelas di balik kemarahannya masih ada sifat ambisius sang ibu. "Menurutku Jungkook, kau tahu eomma tidak suka dilawan." Jungkook sedikit pasrah dia tidak bisa melawan, tubuhnya terlalu banyak luka apalagi bekas luka kemarin kembali lagi. Membuat dia benar-benar kesakitan.
Jungkook merasa pandangannya sangat tak tentu arah tubuhnya oleng dan rasa sakit itu akan semakin terasa dan terus terasa karena kakinya dipaksa untuk melangkah. "Eomma aku benci padamu!" Ucapan begitu tulus dengan kedua mata menatap tajam bahkan Jungkook masih berusaha melepaskan genggaman erat sang ibu. Sayang tangannya mengalami sayatan dan lecet parah hingga nampak kulitnya seakan ingin membusuk.
Pandangan tubuh tak berdaya Taehyung tak lagi nampak, Jungkook menyalahkan dirinya sendiri dan mengalami sesak di dadanya. Sakitnya makin parah dan itu semua karena semua kejadian dia alami satu tahun ini.
Lebih banyak duka ketimbang suka.
Satu langkah lagi mereka akan melewati batas jalan, Jungkook merasa bersalah dengan Taehyung dia juga masih mencoba melepaskan diri meski kenyataannya itu sulit.
Hingga....
Tubuh Jungkook terhempas ke arah berlawanan, membuat sang ibu menoleh dengan cepat ketika tangannya tak merasakan lengan sang anak ditangannya.
"Kau apakan adikku nenek tua."
Seseorang berhasil mengacaukan wanita itu, reaksi terkejut dan senyum sadis itu muncul. Berbeda dengan Jungkook melongo tak percaya dengan seseorang di depannya. Sosok yang merupakan penghubung kuat bagi Jimin untuk menyatukan nya. Dimana setiap atensi ketakutan itu datang darinya. Lalu ketika Jungkook mendapatkan tautan pertolongan itu dia...
"Myungsoo Hyung, ah... Tidak..."
Jungkook menggeleng kepalanya dia memejamkan matanya sebentar dan melihat sekali lagi. Benar dia tidak salah, dia melihat sepintas tangan menaut itu seperti mendiang kakaknya dan punggung itu adalah punggung yang menjadi kekuatan untuk bertahan selama ini.
"Dasar wanita sinting, aku tidak akan menahannya lagi. Kau benar membuatku marah."
Min Yoongi dia membalas senyum wanita itu dengan tak kalah sadis, tatapan tajam bagai elang siapapun akan menjadi kelam ketika melihatnya. Tak ada yang bisa mengalahkan atensi kemarahan Yoongi setelah dia mengeluarkan tanduknya.
Bahkan seorang Jeon Jungkook pun diam membisu tak percaya ketika mendengar pembelaan tersebut.
Hanya saja di belakang sang kakak Jungkook meringsut takut, ketika melihat tangan ibunya masih setia dengan balok mematikan itu. Siap untuk menghajar seseorang dan itu adalah kakaknya sendiri. "Yoongi Hyung..." Ucapnya lirih dan dibalas senyuman manis bagaikan gula dari kakaknya. Jungkook menangis ketika melihat tatapan kakaknya yang tak lagi mengandung kebencian.
Apakah Yoongi sudah berubah untuknya?
Dari kejauhan Namjoon sudah berlari terlebih dahulu dan segera menelfon bantuan. Dia akan mengawasi Yoongi sesuai permintaan Seokjin, sementara namja dengan paras tampannya itu menangis dengan begitu khawatir yang menggila. Dia memanggil nama Taehyung dalam gendongannya, tubuh Taehyung di gendong sang kakak di belakang punggungnya dan menangis seperti orang gila.
"Aku akan membunuh wanita itu jika sesuatu terjadi padamu Taehyung, kumohon bertahanlah atau aku akan memukulmu!" Seokjin tak bisa lagi menangis tapi dia melakukan sumpah dengan amarah besar. Bagaimana dia sedih jika dia melakukannya maka nyawa adiknya akan melayang jika tidak cepat. Dia bergegas untuk masuk ke dalam mobil, tak peduli jika dia akan menjadi pengendara bak mabuk dan gila di jalan. Dia memasukan tubuh adiknya ke dalam mobil dan Seokjin menuju meja kemudi.
"Seokjin hyung aku akan mengawasi lainnya cepat dan hati-hati jangan sampai kecelakaan." Namjoon berteriak sedikit keras ke arah mobil itu. Dia pergi menyusul Yoongi, demi apapun dia juga ikut bertanggung jawab membantu. Sial beribu sial dia melihat korban tak bersalah.
"Kim Taehyung aku akan membalas perbuatannya, lihat saja nanti." Namjoon melakukan sumpah serapah di tengah pelariannya. Dia marah dan amarahnya adalah pertama kali terbesar dalam hidupnya.
,
Shi Hye sudah mengatakan semua, semua yang dia tahu mengenai siapa wanita itu dan apa kemauannya dulu saat mereka sempat kacau.
"Jadi Myeong Han mengalami depresi tingkat tinggi dan bisa menjadi lebih mengerikan. Apakah itu alasan anda melindungi Jungkook?" Hoseok memotong pembicaraan dia tak percaya dan merasa bahwa itu bukan berita yang bagus.
Shi Hye mengangguk, dia mengatakan apa sebenarnya dan dia mendapatkan info itu juga dari dokter kepercayaan yang merawat Yoongi jua. Bukan hanya itu dia juga sempat bertemu langsung dengan Myeong Han di rumah sakit beberapa tahun silam.
"Jika tidak kenapa aku harus melindungi Jungkook dan menahan untuk tidak pergi. Ibunya bukan manusia dan bahkan bisa membahayakan hidupnya alasanku untuk merebut Jungkook karena Myeon Han punya gangguan jiwa berbahaya. Aku ingin mengatakan itu pada Jungkook tapi dia tak percaya dan pergi dengan wanita itu. Aku sakit karena terlalu memikirkan keselamatan Jungkook, Hoseok."
"Aku sekarang mengerti, anda memang baik untuk tidak membiarkan Jungkook dalam kawasan ibu kandungnya yang sakit mental. Ini bisa menjadi akhir bagi sidang dengan anda yang mengatakan bukti dengan jelas. Mungkin hakim akan mempertimbangkan kebenaran dan membuat anda menang."
Hoseok tak akan menduga dia juga tak tahu hal apa yang akan dilakukan selanjutnya. Ketika dia sedang pusing sebuah pesan masuk, Kim Seokjin mengirimnya pesan. Ketika dia melihat kode S.O.S membuat Hoseok merasakan degup jantung seakan mati. Dia dengan bergegas berlari meninggalkan Shi Hye yang kebingungan menatap pemuda itu berlari cepat.
"Suster siapkan kamar gawat darurat lima menit lagi akan kedatangan pasien cepat siapkan alat medis lainnya jangan sampai ada yang tertinggal."
Shi Hye mendengar suara Hoseok memberikan komando, apa yang terjadi dan kenapa. Sehingga dia diliputi khawatir. Dalam lubuk hatinya semoga itu bukan salah satu anaknya atau pun orang yang dekat dengannya.
"Apakah anda baik?" Salah seorang suster datang bergegas ketika melihat Shi Hye yang menyentuh dadanya seperti menahan sakit. Sampai pada akhirnya dia melihat gelengan kepala dengan senyuman tipis sebagai jawaban.
"Aku tidak apa hanya khawatir dengan keadaan kedua putraku."
Bohong....
Dia merasa sesak di dadanya dan ini karena sakit yang dia derita. Apakah dia akan baik saja nanti, semoga saja karena masih ada yang ingin dia lakukan.
Yoongi dan Jungkook, dia menunggu kedatangan keduanya.
,
"Kim Taehyung buka matamu aku mohon!"
Suara panik Seokjin terdengar ketika dia menggendong tubuh adiknya itu dengan berlari di depan halaman rumah sakit. dia melihat wajah pucat sang adik dan melihat bagaimana Taehyung nafasnya terengah.
Sialnya dia tersandung dan membuat tubuh sang adik jatuh dari gendongannya. "Taehyung, kumohon bertahanlah. Maafkan Hyung aku tidak sengaja, Taehyung!"
Tangan itu mengguncang dengan kuat dan Seokjin menangis dengan risau, dia melihat nafas sang adik seakan mengambang.
"Dokter, suster selamatkan adik saya!"
..........
TBC...
Apakah kalian merasakan ketegangan di chapter ini? Bagaimana menurut kalian, apakah sudah cocok untuk jadi kisah dramatis?
Jangan lupa komentar dan kritikannya ya, author akan sangat berterimakasih jika mau membagi masukan kalian.
Kalau ada kekurangan maafkan author dan jangan bosan dengan kisah yang aku tulis ya.
Semua adegan hanya fiktif jadi jangan sampai terbawa di dunia nyata hehehe.
Tetap sehat dan bahagia...
Gomawo and saranghae...
#ell
24/08/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro