Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 73 : We All Lie

" Kenapa kau harus hapus semua kenangan jika kenyataannya kau membuatku terluka dengan kenangan itu sendiri."

(Author ****** POV)

Mereka tak mengerti biar saja, bagaikan prasasti yang diinjak. Jungkook diam saja dengan kedua mata seakan tak mampu berbicara. Ketika ibunya melihat wajah sedihnya dengan pandangan heran itu semua membuat segala kemelut Jungkook hilang. Secepatnya dia mengusap kedua kelopak matanya dengan cepat.

"Kau kenapa sayang, apa kau terluka?" ibunya sangat panik sampai menjatuhkan keranjang kosongnya. Dia memeriksa wajah sang anak, sayangnya Jungkook tak bisa menyembunyikan air matanya lebih lama lagi hingga dia memilih untuk memanggil ibunya lirih. "Eomma, hikkksss..." Kepalanya jatuh tenggelam begitu saja saat tangan sang ibu mendekapnya. Wajah kebingungan sangat nampak hingga wanita itu seakan berdalih dengan semua pertanyaan dalam otaknya.

Apa yang terjadi pada buah hatinya. "Kau kenapa sayang, apakah ada yang melukaimu atau siapa yang membuatmu sedih?" Ibunya menepuk kedua pundak Jungkook, apakah dia akan membiarkan begitu saja anaknya menjadi sedih seperti ini.

Ini salah jika Jungkook harus mengadu padahal ini masalah dewasa yang cukup lumrah dialami beberapa orang. Dia tidak bisa mengatakannya sekarang dan mengulas senyum manis di bibirnya. Seakan itu semua tidak terjadi, "aku tidak apa eomma. Aku sangat menyayangi eomma." Sadar bahwa dia tidak bisa melakukan hal yang membuat ibunya terasa berat, dia lebih memilih menyimpan masalah ini sampai dia siap. Siap mengatakan bahwa ibu angkatnya ingin dia kembali.

"Kau jangan membohongiku nak, apakah terjadi sesuatu yang buruk. Kau tahu bukan eomma tak akan mau kehilanganmu lagi, sudah cukup sayang..." kedua pandangannya begitu mengisyaratkan untuk tidak meninggalkan nya. Ini adalah kehidupan anaknya yang sudah lama dia impikan, berkumpul dan bahagia dalam sederhana. "Aku tahu eomma, aku juga merasa senang dengan kasih sayangmu. Eomma aku hanya ingin eomma mengerti bahwa Jungkook akan selalu bersama eomma." Itu sebuah janji seorang anak, apakah dia akan tega melakukan kebohongan untuk wanita yang sangat menyayanginya.

"Apakah kau akan kembali pada wanita itu sayang?" Tatapan sang ibu nampak serius, atensinya memiliki makna berbeda dengan tangan meremat kedua lengan namja muda itu kuat. Jungkook meringis dan menahan ekspresi kesaktiannya, dia bisa melihat bahwa ibunya seakan kambuh dan tak sadar bahwa sikapnya sedikit menyakitinya. "Kau tidak akan pergi kesana bukan!" tangan itu seakan memonopoli pergerakan Jungkook majemuk, hingga dia membuat gerakan mengangguk dengan senyum tanpa arti.

Syukurlah....

Bening itu hilang, dan kabut dalam hatinya hilang ketika dia sudah tahu jawaban pelik dari bibir anaknya. "Jika kau menemui wanita itu eomma akan membawamu lebih jauh dari sini Kook, aku tidak ingin seseorang memisahkan eomma dengan anak kesayanganku ini." Betapa besar rasa sayang nya hingga dia mengusap pipi kanan anaknya dengan tangan.

Sebenarnya ada hal yang tidak diketahui oleh siapapun. Hanya Jungkook seorang yang mampu memahami perilaku ibunya, dia melihat perkembangan Psikologi ibunya. Serta melihat bahwa ibunya seperti melakukan penekanan beberapa kali yang tak nampak. Meski dalam keadaan sedikit takut dia masih bisa mengatasi dengan Jungkook yang mengalah dan mengatakan bahwa dirinya senang.

Ibunya terkadang bisa lebih kejam dan berbeda jika mengalami suatu hal yang tak baik.

"Eomma bolehkah aku tidur, rasanya aku sangat lelah dan oh iya eomma ini semua pesanan untuk besok, aku sudah beli beberapa rempah-rempah." Jungkook sedikit mengelak dengan langkah kakinya ketika ibunya berusaha untuk merangkulnya. Mungkin saja dia lelah dan dia tidak ingin tubuhnya menjadi sandaran hanya saja hal itu membuat ibunya enggan berucap.

"Apakah kau membohongiku sayang, apakah kau ingin bertemu dengan wanita itu? Bahkan dia sudah menghancurkan kehidupan kita. Jika benar kau akan lakukan itu aku akan membawa mu pergi lebih jauh lagi." Ibunya bergumam, dia tak lagi menatap punggung sang anak. Tarikan nafasnya penuh emosi dalam satu tarikan nafas, dia tidak bisa melakukan hal banyak akan tetapi saat ini Jungkook berada dalam kuasanya.

Hingga dia berusaha untuk mengabaikan masalah dan mengambil bahan di bawah kakinya.

Ketika dia melihat beberapa telur yang pecah dan sudah diganti anaknya membuat wanita ini segera mengambil dan memeriksa nya. "Kau sedang menyembunyikannya dari eomma? Siapa yang kau temui Jungkook anakku." Belum sempat sang putra menyentuh gagang pintu rasa takut Jungkook menguap begitu saja.

"A-aku tidak bertemu dengan siapapun eomma." Ibunya menatap dengan pasti, seolah dia melihat bahwa semua itu bisa saja suatu kebohongan. "Kau tidak mencoba membohongiku bukan?" Myeong Han dia seakan enggan mendapatkan jawaban yang menurut hatinya itu anaknya menyimpan semua.

"Apakah menurutmu aku berbohong, eomma..." Jungkook menundukkan kepala pada awalnya dia mencoba menghela nafasnya. Ini adalah suatu hal sulit memang, itulah kenapa pada saat malam hari Jungkook selalu berdoa bahwa dia tak menghampiri atau kedatangan bagian dari masa lalunya. Kenyataannya saat tahu bagaimana keadaan ibu angkatnya dan Yoongi menghilang. "Aku yakin kau berkata tak jujur sayang, sampai kapan kau mengelak. Eomma tahu semuanya meskipun kau menyembunyikannya."

"......" Dia sulit untuk berbohong pada wanita di depannya, ibunya bukan cenayang tapi nalurinya begitu kuat dan membuat Jungkook menjadi sesak. "Aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya tapi, aku bertemu dengan Jin hyung juga adiknya. Eomma... Eomma angkat ku sakit, apakah aku bisa bertemu dengan beliau?" berucap dengan tenang walaupun kedua matanya menatap ibunya dengan kilau ketakutan.

"Tanpa harus bicara kau sudah tahu jawabannya bukan?" Myeong Han seakan tak bisa mengekspresikan kekesalannya. Dia melirik tangan Jungkook sedikit bergerak pada engselnya. Sang putra takut dan mencoba menghindar, sama yang dilakukan beberapa bulan lalu. "Apakah eomma harus mengurung mu lagi seperti waktu itu. Eomma kesal saat kau sakit kau malah memanggil keluarga kaya itu."

Kelihatan sekali bahwa wajah ibunya egois dengan tawa meremehkannya. Entah bagaimana tapi apakah ada seorang ibu yang meremehkan anaknya?

"Eomma, aku hanya ingin-"

"Diam Jungkook, aku tidak ingin kau menyebut wanita kaya itu lagi. Apakah kau tahu, dia membuat eomma harus berpisah dengan ayahmu dan lagi... Bukankah kita sudah hidup bahagia bersama. Kau anakku, tak seharusnya kau mengingat ibu yang lain." Ibunya mendekat dia mencoba mengusap pipi sang anak. Entah kenapa mendadak Jungkook tak merasakan aura nyaman di sekujur tubuhnya.

"Maaf eomma tapi Jungkook butuh istirahat." Anaknya menepis tangan itu begitu pelan, dia menundukkan kepalanya. Menatap dengan raut seakan dia tak suka sikap egoisme dalam diri ibunya. "Jangan menghindari ku sayang." Tangan itu tertahan membuat sang ibu mencoba untuk menahan pergerakan anaknya, Jungkook meliriknya hanya saja dia merasa bibir bergetar nya takut.

"Aku tak menghindari eomma, tapi aku ingin ijin eomma. Kalau boleh aku-"

"MASUK DALAM KAMAR NAK! EOMMA TIDAK INGIN MEMUKULI MU KARENA KAU TIDAK MENURUT!" amarahnya meledak membuat kedua bola mata sang anak nyaris keluar, apakah ini perkara yang sulit sehingga ibunya nampak seperti monster.

"Eomma kenapa kau begitu benci dengan eomma Shi Hye, aku tahu dia adalah musuh eomma. Tapi bukankah eomma yang menyakiti nya juga?" Jungkook tak ingin menurut untuk masuk, dia mendengar bentakan itu tapi dia juga enggan melangkah masuk. "Kau selalu saja membantah! Apakah ini ajaran dari keluarga Min! Kau seharusnya punya otak untuk bisa membantahku Jungkook!" dia murka dengan telunjuk menunjuk keningnya.

Hatinya sakit, lebih menyakitkan ketimbang berhadapan dengan mulut pedas Yoongi. Kemungkinan karena yang bicara adalah ibu kandungnya membuat Jungkook merasa sakit seperti di tumbuk lalu potongan dagingnya dibakar terus namun tak jadi arang. Sakitnya tak akan ada habisnya hingga membuat dia semakin tercekik semakin dalam.

"Masuk atau eomma akan mengurung mu selama seminggu!" tunjuk nya dengan beringas dia juga membanting vas bunga di depan anaknya hingga suara pecah itu terdengar keras. Ini gawat dia bisa saja tidak akan mendapatkan udara segar jika dikurung selama itu. "Baiklah eomma, aku akan masuk dan tidak akan mengatakan hal sama. Tapi tolong eomma, jangan sakit dan makan teratur." Dia memeluk sang ibu, sengaja dia lakukan agar ibunya bisa tenang dan tak merasa jengkel setengah mati.

Mungkin ini terdengar gila dan kebanyakan anak akan kesal atau malah membentak balik orang tuanya. Bisa juga diam dengan tatapan nanar yang selalu di perlihatkan seperti dalam sinetron, akan tetapi Jungkook sudah hafal perangai ibunya. Depresi akan membuat ibunya enggan makan dan melakukan kegiatan yang biasa beliau lakukan. Sesuai keinginannya dia akan mengalah agar ibunya tidak melakukan hal yang bisa menyakiti diri sendiri maupun orang lain.

Selama setahun dia belajar banyak, hingga dia melihat sebuah foto dirinya dengan sang ibu yang kacanya retak. Ya... Ibu kandungnya berusaha menghancurkan foto dirinya dengan keluarga Min. Itu bukan suatu hal bagus untuk diceritakan karena itu memang sangat menyakitkan.

"Tuhan bantu aku dengan menemukan jalan keluar, aku ingin bertemu dengan eomma Shi Hye." Dia menelan ludah kesusahan bukan itu saja dia juga memejamkan matanya, dia lemas dan menatap langit kamar kosong.

Kenangan itu membuat dia tenggelam dan mengatakan bahwa pilihan bodohnya akan membantu atau justru menjatuhkan satu pihak. "Aku melakukan ini karena aku tidak ingin eomma Shi Hye masuk penjara." Gumam dalam dirinya sendiri, dia mengingat hal itu hingga kedua kelopak matanya menjatuhkan air bening yang bernama air mata.

Saat itu dia mendengar semua yang dikatakan oleh Hoseok dan ibunya.

(Flashback ***** ON)

Jungkook mencoba untuk mengatakan sesuatu pada kakaknya. Dia ingin minta maaf sembari membawa apel satu kantung penuh kesukaannya. Dia tak sengaja melihat ruang kerja ibunya yang tak tertutup rapat, dia pikir jika pintu itu terbuka karena angin. Takut jika ada kucing atau tikus yang masuk membuat Jungkook berinisiatif untuk menutup pintunya.

"Apakah anda yakin jika anda meneruskan nya maka anda akan dituduh sebagai penculik Jungkook." Suara Hoseok berhasil membuat namja muda itu membeku, ya... Siapa lagi kalau bukan si pemilik nama yang seakan terkejut mendengar namanya sendiri disebut. Karena rasa penasaran begitu tinggi membuat Jungkook mendengarnya dahulu.

"Apakah aku nampak bercanda Hosiki, setidaknya aku bisa melindungi anakku. Aku tahu wanita itu tidak baik bahkan dia ingin menggunakan Jungkook untuk kepentingannya. Jika kau mengatakan bahwa aku ini jahat memisahkan Jungkook dengan ibu kandungnya itu tak apa, hanya saja aku tahu bagaimana ularnya wanita itu." Ibunya bahkan memukul meja sedikit keras membuat Jungkook yang mendengarnya dari luar sedikit mundur.

"Aku tahu bi, tapi jika dilihat kau akan kalah dan masuk penjara seperti kata pengacara Han, jika kita meneruskannya maka kau akan menjatuhkan reputasi mu di pekerjaan. Aku tahu ini sepertinya mustahil hanya saja wanita itu juga sudah menyiapkan propaganda untuk melawan mu. Dia akan mengatakan semua orang bahwa kau menculik anaknya dan mencuci otaknya hingga Jungkook tidak mau tinggal dengan ibu kandungnya." Memang dia masih muda akan tetapi pemikirannya di luar batas hingga keluar dari kotak.

"Apa kau meragukan ku?" nampak sekali wajah Shi Hye begitu kesal disana Jungkook melihat dan mendengar secara langsung. "Ya, jika anda bertanya lalu jika dia meminta kesaksian Yoongi bagaimana. Padahal anda tahu Yoongi masih belum menerima Jungkook. Itu akan menjatuhkan semua. Jika ingin Jungkook aman dan selamat begitu juga dengan anda, biarkan Jungkook dengan ibu kandungnya tapi anda bisa membuat perjanjian untuk membuat Jungkook tinggal sesuai jadwal."

Hoseok tidak memihak siapapun tapi dia merasa ini adalah tindakan benar untuk pencerahan apalagi masalah hukum di dunia semakin terbelit dengan pemerintah yang bertindak berdasarkan logika bukannya hati. Dia hanya takut bahwa ibu kandung Jungkook akan membuat kontroversi yang bisa menjebak ibu Shi Hye. Ditambah lagi kasus dimana Yoongi sempat membunuh Jungkook itu juga pasti dia tahu, lantaran ada seorang tetangga yang mengatakannya dan membuat perdebatan ini akan berlangsung lebih serius.

Mungkin ini adalah kesalahan ketika dia harus mengatakan ini, tapi di sisi lain dari pandangan hukum Jungkook masih ada ibu kandung. Akan sangat sulit bukan?

"Aku lebih baik di penjara ketimbang Jungkook tinggal di neraka ibunya. Aku akan membuat Jungkook sebagai pewaris selanjutnya dengan Yoongi juga jadi aku bisa tenang meninggalkan mereka di jeruji penjara." Di luar Jungkook mendengar dengan sangat jelas, ibunya mengatakan hal itu dan dia tidak bisa mengeratkan jemarinya. Di sangat lemas dan apelnya jatuh begitu saja.

"Apakah anda yakin, apakah Yoongi tidak sedih dan akan semakin sakit. Tolong pertimbangkan ini dia akan-"

"Kalau aku bisa lindungi Jungkook, aku bisa lindungi harapan Yoongi. Kau tahu bukan Yoongi tidak dekat dengan ibunya tapi adiknya. Aku yakin Jungkook bisa sesuai dari dalam lubuk hatiku. Semakin dekat Yoongi dengan adiknya maka beban dalam hatiku akan berkurang. Aku tidak bisa melakukan hal yang Yoongi inginkan, jika aku membiarkan diriku kalah maka Jungkook akan dapat bertemu dengan kakaknya dan aku juga bisa dijenguk dalam sel." Shi Hye tersenyum, dia mengatakannya tanpa rasa takut.

"Aku tidak ingin mengatakan hal itu ni tapi anda ingin menang meski resikonya kecil tapi dipenjara tidaklah menyenangkan dan nama anda akan buruk di depan masyarakat."

"Ya, Hoseok kau benar sekali, tapi melawan orang licik tidak mudah. Jika aku bisa melindungi Jungkook, aku bisa melindungi Jimin. Dia sudah memberikan jantungnya maka aku akan menjaganya dengan menjaga Jungkook juga."

Hoseok menahan pergerakan tangan wanita itu dia menatap prihatin. "Kumohon bi jangan meminum banyak alkohol ingat kesehatanmu."

Siapa sangka bahwa ibu kesayangan nya akan mabuk, Jungkook tak bisa melihat hal itu. Hingga dia menahan sesak dengan menepuk dadanya, kedua matanya berkaca menahan air mata.

Dalam semua pembicaraan ini, Jungkook merasa dadanya naik turun dengan tatapan mendongak ke atas. Dia merasa bahwa ini adalah sinting, bukan... Ibunya ataupun orang hanya saja dia melihat bahwa takdir begitu tak jenuh mempermainkan nya.

Kedua kakinya,

Kian melangkah turun dia tak bisa lagi mendengar hal itu. Jungkook menatap tangga begitu kosong. Rasa suram merasuk dalam dirinya. "Tuhan, apakah aku begitu menjatuhkan eomma? Kalau aku membiarkannya maka...." Jungkook menoleh ke belakang dia melihat pintu kerja ibunya masih sama. Dia tak bisa bernafas dengan segala kebenaran itu, apakah itu adil?

Tentu saja tidak, dia hanya ingin ibunya bisa bersamanya tapi tidak untuk bermusuhan dengan ibunya. Satu saja, dia ingin semua keluarganya baik tanpa ada perdebatan. Harapan bagi semua orang yang memiliki keluarga besar.

Saat dia melihat Yoongi diam di sebuah jendela, saat itu dia melihat wajah sang kakak dari samping. Kakaknya butuh kebebasan, dia mengingat semua kata Yoongi melampaui batas hakikatnya. Pedas, ataupun tajam itu adalah sebuah penunjukan sikap demokrasinya.

"Aku akan mewujudkan keinginanmu hyung, dan menyelamatkan eomma dari fitnah eomma. Tapi kuharap kau bisa menjaga eomma, tolong aku tidak bisa melakukannya sendiri."

Tersenyum sembari menangis, Jungkook tidak bisa melihat penderitaan orang peduli padanya. Hanya karena mereka membela dirinya yang lemah.

Ketika melihat Taehyung datang dan meninju kakaknya, Jungkook sudah menyiapkan persepsinya. Ini harus berhasil....

"Eomma maafkan aku..."

Tangan Jungkook menyentuh digit nomor dan menunggu telfonnya diangkat. 'Ibu Myeong Han.'

"Eomma tolong jemput aku, aku ingin pulang denganmu."

Air mata itu datang dengan suara yang dia buat ingin sekali. Dia berbohong pada ibu kandungnya dan meninggalkan ibunya dengan cara, tidak elegan.

(Flashback ***** OFF)

Kenyataannya itu semua bukan kebetulan, ibunya datang menjemput dan Jungkook memeluk tepat di depan ibu angkatnya. Menyakiti ibu angkat dengan sandiwara kecil yang dia rencanakan. "Tuhan katakanlah jika apa yang aku lakukan ini benar."

Dia meneguk minumannya hingga botolnya setengah habis, dia benci dengan situasi dimana hatinya merasa bahwa ini bukan hal benar.

"Eomma, aku merindukanmu." Peluk foto itu penuh sayang, dimana wajah memelas nya nampak menyedihkan. Dia seperti namja yang frustasi dan terjebak pada labirin kuasa ibunya.

Hanya saja Jungkook tak mengakui ibunya jahat. Dia mengatakan bahwa ibunya baik dan seperti yang dia impikan. Walaupun sebenarnya semua itu adalah kebohongan.

Semua kebohongan di dunia ini, dia terpaksa melakukannya. Sepertinya Tuhan sedikit tak memberikan kebahagiaan karena mungkin saja pilihannya membuat berantakan satu sisi.

,

Yoongi sama sekali tak keluar dari dapur belakang, dia menghindar dari dua orang disana. Salah satu pengunjung yang datang dengan pesanan ayam spesialnya, hanya saja dia juga bingung bagaimana bisa dia memberikan pesanan itu jika tak bisa bertemu secara langsung. Meski dalam hatinya dia mengatakan decihan sial itu akan tetapi dia juga tak bisa menunggu Namjoon lantaran sudah banyak pelanggan datang.

"Kenapa dia belum pulang, apakah dia sengaja atau memang aiishhh...." Yoongi nampak merutuk dengan tangan cepat mengetik digit nomor di lantainya. Dia menunggu jawaban seseorang dengan dengusan sebal.

"Hei Kim Namjoon kemana saja kau, aku sedang kerepotan sialan dan lagi kapan kau akan kembali huh!"

Ada suara kendaraan ramai disana dia sedikit kesal terlihat dari nada bicaranya. 'Yoongi aku terjebak dalam motor mogok, aku mendorong ke bengkel bagaimana bisa aku meninggalkan motorku. Aku ada di jalan Gongsaenam."

Yoongi menepuk jidatnya sial dia memainkan dengan mengetuk jarinya diatas meja. "Cepat pulang karena aku butuh bantuanmu, banyak pelanggan dan..." Yoongi nampak menggantung, dia merasa akan sangat memalukan jika dia memanggil Namjoon hanya karena takut bertemu dengan Seokjin dan Taehyung. Well, harga dirinya lebih penting ketimbang gajinya.

"Tak biasanya kau meminta tolong padaku hanya karena kewalahan." Namjoon sempat terheran saja karena selama ini Yoongi mandiri dan ogah dibantu. Tapi kali ini....

"Permisi apakah pelayanan disini ada, hei aku sudah lapar." Salah seorang pengunjung wanita datang dia sudah kelaparan dengan wajah kesalnya dia memukul-mukul meja hingga membuat pengunjung lain menoleh. Mereka juga mendecih dengan kata dasar tidak sabaran.

Yoongi mengutuk Namjoon karena tak bisa datang saat dibutuhkan. "YANG PENTING CEPAT PULANG KIM NAMJOON!"

Brak!

Nafasnya terbuang dengan cepat dia melihat sekeliling dan ini sepertinya tidak bisa dibiarkan. Karena kenyataannya usaha harus tetap jalan meskipun dia akan melihat teman dan adiknya itu. Sepertinya dia akan memainkan sedikit keterampilannya meskipun dia tak yakin ini akan berhasil.

"HEI APAKAH DI DALAM ADA ORANG KAMI SUDAH LAPAR, APAKAH INI PELAYANAN TERBAIK KALIAN!" seorang pria juga melakukan demikian, sepertinya jangan sampai hal tak diinginkan terjadi membuat Yoongi keluar dengan seragam topinya. Entah dia akan ketahuan atau tidak yang jelas dia harus profesional seperti nama yang diberikan orang tuanya untuknya.

Karena nama adalah sebuah doa.

"Hei kenapa lama sekali apakah kau tidak berniat jualan huh!" Pria itu nampak sangar akan tetapi Yoongi membalasnya dengan senyuman. Visi dalam jualan ialah dia harus tersenyum dan sabar, jika selama ini dia selalu menjadi bos maka dia harus bisa menjadi bawahan yang baik.

"Maafkan aku, tadi aku mengambil stock ayam. Jadi apa pesanan anda?" Suaranya muncul dan itu membuat Seokjin yang sibuk mencari kartu kreditnya menoleh ke kasir. Dalam antrian sedikit jauh dia melihat fisik yang sama dengan seseorang.

"Jin hyung apakah kita bisa sekalian pesan kentang goreng? Kelihatannya akan enak." Taehyung menepuk perutnya dia juga sedikit malu karena bunyi perutnya terdengar oleh sang kakak. "Oh astaga bayi besar ini sepertinya memang butuh asupan." Celoteh Seokjin yang bahkan bisa dilihat Yoongi dari sana, tangannya dengan cepat meringkus pesanan take away dalam satu kemasan rapi. Begitu juga dengan uang yang dia terima sudah begitu hafal tangannya dalam hitungan cepat.

"Apakah kau butuh soda?" pelanggan wanita itu menolak dan mengatakan bahwa dia hanya butuh yogurt. Yoongi langsung menunjuk bahwa Yogurt ada di lemari pendingin. "Bisakah kau ambilkan, aku butuh pelayanan cepat dan bungkus makanan ini dengan rapi." Wanita itu seakan memainkan kukunya yang cantik, Yoongi tertawa sinis saat melihat kebodohan manusia membuang uang hanya untuk kutek.

Sayang sekali jika Yoongi menolak maka image usaha ini akan dipandang buruk. Oh betapa baiknya Namjoon mendapatkan karyawan sebaik dia, alangkah sedihnya dia jika kehilangan karyawan sehebat Min Yoongi. Dengan cepat dia mengambil Yogurt itu sepertinya sejak tadi Seokjin memperhatikan setiap gerak-geriknya meskipun namja sipit ini sudah menundukkan kepala.

"Cha, selamat menikmati." Sedikit berdehem dia tidak ingin seseorang di samping wanita ini mendengar suara aslinya. Mungkin dia akan lolos jika Dewi Fortuna memihak padanya. "Selamat datang di restoran kami, menu apa yang kalian pesan?" Yoongi menatap catatan di bawahnya siap menulis data.

Dia menunggu tapi masih belum ada jawaban membuat Yoongi mengetuk bolpoin dan juga mengatakan hal sama. Tak lupa dia membenarkan topi seragamnya, berharap bahwa dia bisa menutupi sebagian wajahnya. "Selamat datang di restoran kami mau pesan-"

"Min Yoongi apakah itu kau?" Yoongi diam dengan menghembuskan nafasnya akan tetapi dia sama sekali enggan bertatap langsung dengan manusia di depannya. "Mau pesan apa?" tak langsung menjawab dia ingin langsung dalam inti kedatangan mereka.

"Min Yoongi apakah itu kau!" ada penekan dalam nada Seokjin dan Taehyung juga seakan tak tahu harus bagaimana. Di satu sisi dia juga tidak menduga akan menemukan orang yang mereka cari selama beberapa bulan ini. Taehyung yang mengajak kakak sepupunya kesini untuk makan sekaligus bertemu dengan Namjoon teman dia anggap kakak.

"Eh, kau kerja di restoran Namjoon hyung?" Seokjin menoleh ke arah adiknya, kedua matanya seakan bertanya minta kejelasan. "Nde Hyung aku mengajak kesini karena aku ingin bertemu Namjoon hyung dan makan. Disini katanya enak tapi, woaaahhh daebakk! Aku tak menyangka penindas kejam ini bekerja dengan malaikat." Taehyung memang melebihkan sesuatu. Jika biasanya dalam sebuah drama orang yang terkejut karena bertemu seseorang akan ada musik yang melebihkan suasana. Kenyataannya disini baik Yoongi atau Seokjin bisa menebak, karena mereka sahabat.

Katanya sahabat memiliki kepekaan luar biasa.

"Kalian mau pesan apa, dan harap cepat pelanggan sudah mengantri." Yoongi kini tak menunduk lagi dia juga tak akan canggung atau apapun. Dia tidak salah dan dia juga sudah melupakan aksi membogem dengan bocah itu. Hanya saja atensi matanya lebih tajam dan mata elang itu lebih menyakitkan jika dilihat.

"Ayam crispy jumbo double dua! Kami akan mengambil minuman sendiri, Vodka dan Susu. Kau punya Vodka bukan!" pemuda wajah tampan itu sama sekali tak peduli jika dia dipandang galak. Kenyataannya dia begitu menatap bebal Yoongi yang seakan tak berubah dan masih sama saja, hanya saja dia cukup terkejut dengan Yoongi yang menjadi seorang pelayan. Jauh dari image seorang otoriter dan menang sendiri.

"Jika makam disini tunggu di meja aku akan antar kan pesanan mu tuan Kim Seokjin!" Ucapnya dengan kata sedikit mendendam, Taehyung merasa kesal dengan dia ingin maju. Akan tetapi tangan sang kakak menahannya dan menarik Taehyung menuju meja. "Tae ayo kita makan jangan buat keributan, ingat kesalahan mu tahun lalu akan membuat masalah Saeng."

Yoongi melirik ke mereka berdua dia hanya bisa mendecih sembari membalikkan badan dan mengambil ayam yang dihangatkan dalam etalase berlampu disana. Sepertinya dia sengaja mengatakan hal itu agar Yoongi seperti terjebak dalam sebuah kesalahan. "Aku hanya akan tertawa hahaha..." Berbicara pada dirinya sendiri karena dia sadar, menyimpan rahasia tidak harus dalam buku. Bisa saja simpan dengan saku benda mati.

Hanya saja....

Tangan itu meremat kesal dan menahan ribuan emosi yang ada disana.

,

Namjoon sudah hampir setengah jam berusaha keras hingga dia akhirnya sampai di restoran kesayangannya. Dia menakutkan motor lamanya dengan hati-hati dan mengibaskan topi yang dia gunakan dengan wajah meringis gerah.

"Oh astaga sepertinya aku akan beli AC." Dia membawa bon uang yang dia gunakan untuk catatan pemasukannya. Ketika dia mencari Yoongi di kasir dia tak menemukan siapapun, hanya celemek miliknya yang ditaruh di meja. "Kemana dia, tadi berteriak di telefon sekarang.... Dasar namja suka ribut." Celetuknya dengan memakai celemek miliknya dia akan melanjutkan pekerjaannya dan ini waktu istirahat untuk Yoongi.

Ketika dia sempat membalik, dia melihat seseorang sedang menatap makanannya kosong. Saat itu kedua matanya menebak dengan cepat apa yang dilihatnya.

"Kim Taehyung?"

Si pemilik nama merasa terpanggil, disana Taehyung membulatkan matanya. Dia rindu dengan temannya yang suka menangkap ikan itu.

...

Brukkk!

"Pergilah hyung, aku tidak ingin bertemu denganmu, apa kau pikir aku akan mau! Eomma sudah mengusirku, untuk apa aku pulang." Yoongi menatap marah, atensinya meledak ketika Seokjin membahas hal itu untuk kedua kalinya. Dia bahkan sudah lupa dengan bagaimana cara ibunya mengusirnya tapi semua itu kembali jelas dalam ingatannya.

"Aku melakukannya bukan karena aku peduli kehidupanmu, aku bahkan tak peduli jika kau jadi gelandangan sekalipun. Tapi aku ingin nyonya Min menjadi sehat, dia sakit Yoon! Dia sakit keras, apa kau tidak ingin menjenguk?!" Seokjin ingin sekali menarik kerah lehernya ketika dia menatap kedua mata Yoongi tajam. Dia melihat kedua mata Yoongi yang penuh kebohongan.

"Kau bohong, ibuku bahkan sudah anak kesayangan nya! Si Jeon brengsek itu!" Yoongi mengatakannya dengan nada membentak, dia bahkan tak bisa melupakan kebenciannya meskipun itu tak separah dulu. Seokjin masih menyesal kenapa hukuman itu tak bisa mengubah cara pandang dan pikir Yoongi. "Kau seperti anak kecil Yoon, kau mengatakan tidak tapi hatimu iya."

"Jangan ganggu aku hyung, aku tidak ingin membuatmu babak belur." Namja sipit itu mencoba mengusir Seokjin dengan cara baik menurutnya dia tidak ingin diganggu, serius dia ingin tenang sampai waktu tidak ditentukan. "Kau kira Jungkook bersama kami? Kau lupa dia ikut dengan ibu kandungnya dan tak kembali. Ibumu sakit karena merindukan kalian." Jelasnya dengan harapan bahwa Yoongi akan iba. Dia juga berharap bahwa temannya bukan anak durhaka.

"Apa maksutmu, huh! Katakan dengan jelas kau pasti bohong!"

"Aku tidak bohong Yoon! Jika kau ingin lihat pulanglah dan temui ibumu. Tapi aku ingin kau datang bersama Jungkook." Pinta Seokjin dengan dia berharap bahwa ini adalah salah satu jalan terbaik untuk mengembalikan kesehatan seseorang. Disana Yoongi diam dengan segala ide Seokjin dia anggap bodoh.

"Aku tahu kau tidak benci dengan Jungkook lagi, aku yakin karena kau pasti berubah satu tahun ini. Hei apakah kau tidak ingin memperbaiki hidupmu, apakah kau lupa Jimin dia memberikan organnya agar bisa hidup dalam tubuh orang lain dan menjaga mu. Apa kau lupa Yoongi?"

Di sini Seokjin mengatakan dengan nada dinginnya, dia tak ingin kesalah pahaman ini terus berlanjut akan tetapi dia juga tak ingin memaksa jika pada akhirnya semua akan memburuk karena salah satu pihak berat sebelah.

Tangannya menepuk pundak Yoongi, dia ingin menyampaikan satu hal untuk sesama kakak. "Hei Yoon, kau tahu orang tua Taehyung ditemukan sudah tiada. Kau tahu bukan? Bahwa aku menjadi walinya. Apakah kau tahu bahwa Taehyung bahagia saat menjadi adikku, apa kau tidak ingin melihat kebahagiaan seorang adik ketika kau melakukan tugasmu sebagai seorang kakak?"

Meski diam, Yoongi menatapnya dengan sebuah lirikan. Pemuda sipit itu tahu arah pembicaraan Seokjin, dia melihat Seokjin nampak tersenyum tapi senyuman begitu tulus.

"Aku ingin kita semua berkumpul lagi, apa kau tidak rindu dengan kehidupan mu dulu. Bawa Jungkook pulang, dia pasti ditahan ibu kandungnya."

"....." Masih tak ada jawaban meski kedua telinganya mendengar celoteh nya.

"Aku tidak sedang meminta tapi memohon, bahwa kau adalah orang tepat untuk menolong Jungkook. Tapi, jangan buang dia Yoon, dan kau tak akan sendiri. Aku yakin semua kesedihanmu sudah sembuh karena aku melihat Yoongi yang dulu saat bekerja keras tadi." Tunjuk nya di dada kanan Yoongi yang menunjukkan letak jantungnya berada.

"Apa kau pikir aku mau melakukannya, aku akan menemui eomma tapi bukan sendiri dan jangan membawa nama Jungkook. Bagiku dia sudah mati."

"Tapi apakah kau mengatakan hal itu dengan jujur, apa kau mengatakan itu dengan keyakinan mu. Kau bahkan melupakan semua kebencian mu. Kumohon jangan takut jujur, jangan bohongi hatimu. Kita semua bohong tapi jangan diteruskan..."

Yoongi mampu mengendalikan emosinya dia melepaskan tangan Seokjin dengan sedikit kasar. "Aku tidak mau mendengar penjelasan mu." Yoongi ingin pergi akan tetapi, "tapi hatimu iya. Aku yakin kau akan mendengarnya. Jika kau bertemu Jungkook aku yakin kau akan menyadari bahwa kau..." Seokjin diam dia menatap wajah sahabatnya yang begitu dingin.

Dia bisa membaca bahwa Yoongi seakan mengatakan jangan diteruskan ucapanmu.

Meski Seokjin tahu apa pedulinya? Dia hanya akan menunaikan janjinya yang sempat gagal.

"Membutuhkan Jungkook...."

Kim Seokjin terlanjur mengatakan nya dengan wajah tanpa berdosa dan benar apa adanya.

Itu semua cepat ketika tangan Yoongi mengepal kuat tapi hantaman itu dia tahan ketika dia tidak bisa melakukannya. Seokjin bahkan tak bergerak untuk membela diri atau melawan dia hanya akan melihat sampai dimana Yoongi akan melakukannya jika memang dia serius dengan ucapannya.

"Kau..."

Tes...

Tes...

Tes...

Yoongi menjatuhkan air mata tanpa dia minta sekalipun.

Mereka berdua juga tak sadar bahwa Namjoon dan Taehyung datang menahan Yoongi untuk tidak melakukan penyerangan.

,

Hoseok berlari ke lorong rumah sakit saat dia membawa pasien di atas ranjang rumah sakit untuk masuk ruang ICU.

"CEPAT SIAPKAN ALAT DAN BANTUAN!"

Rasa panik itu ada dan dimana dia melihat wanita itu semakin parah dengan kedua kelopak mata menghitam di bawahnya juga pucat kurus. Hoseok sudah sangat kalut ketika dia melihat dimana Min Shi Hye tidak mengalami perubahan sama sekali. Berharap bahwa keajaiban datang atau Seokjin juga Taehyung bisa menemukan dua putra wanita ini.

"Kumohon bertahanlah bi, aku yakin kau bisa. Apakah kau ingin menyerah dan tak mau bertemu dengan Yoongi juga Jungkook? Tunggu mereka pulang dan kau akan sembuh, kau sangat rindu mereka bukan?"

Taptaptaptaptaptaptap....

Suara kaki itu semakin cepat dan wanita itu nampak berat untuk kedua kelopak matanya membuka. Tapi dia masih mendengar suara Hoseok yang minta dia bertahan.

Demi kedua putra kesayangannya!

"Yoongi... Jungkook... Anakku..." Dalam nafas beratnya dia memanggil sang anak dalam gumaman. Dalam wajah pucat nya dia melihat cahaya berkunang. Kepalanya sangat berat dan pusing juga nafas oksigen yang terpasang dengan rapat dia hidup dengan semampunya.

Dia kurus dalam setahun dan keadaannya memburuk pada tahun yang sama. Di sana Shi Ah menangis dengan perut sedikit membuncit. Ditemani sang suami yang menopang sang istri dengan hati-hati namun cepat. Ini adalah hal yang ditakuti Shi Ah, dia berharap jika Tuhan tidak mengambil kakaknya dan mengembalikan kedua keponakannya.

"CEPAT BUKA PINTUNYA!" teriakan Hoseok penuh marah ketika dia sadar bahwa perawat masih baru disana tak melakukan gerakan cepat menolong seseorang.

"Kakak bertahanlah! Aku tidak mau kehilangan kakak!"

Shi Ah yang sedang hamil, dia bahkan melihat kakaknya masuk tanpa bisa dia masuki ruangannya. Berharap dokter muda itu bisa menolong kakak kesayangannya, namun siapa sangka jika wanita yang cantik ini pingsan dalam rangkulan sang suami.

Semua panik lantaran dia tengah berbadan dua juga pucat seperti ini.

"Tolong istri saya!"

,

Apakah ini adalah keegoisan manusia ketika melihat suatu hal tidak dalam batas wajar. Ketika kenyataannya menjadi sebuah kewajaran apakah itu akan menjadi sebuah kebohongan untuk mendapatkan kemauan dalam persaingan.

Ketika keluar dalam satu rumah saling tidak percaya maka satu hilang dan begitu juga lainnya. Akan tetapi aku tahu bahwa aku hidup dalam kebohongan selama setahun ini. Apakah aku bisa menulis kisah ini jika aku membuat kebohongan dan mengatakan bahwa aku pergi karena aku gagal.

Bodoh!

Aku sama sekali tak bisa membayangkan bagaimana pengecutnya diriku. Aku berharap bahwa jika suatu hari nanti aku mendapatkan kesempatan seperti yang Jimin berikan padaku. Tapi kenyataannya aku mengecewakannya, sama seperti aku mengecewakan jantungnya.

Save me...

Selamatkan aku dalam jebakan ini, dalam pilihan salahku. Aku tidak ingin berbohong lagi. Semua orang bohong dan berbohong untuk kepentingan. Tapi aku berbohong untuk melindungi, tapi kali ini...

Selamatkan aku, karena aku sadar. Bahwa aku berada di neraka....

Jungkook memandang coretan dengan nanar dan dia hanya bisa berbaring tengkurap dengan punggung terluka bekas cambukan. Seratus cambuk agar dia jera, dia juga tak diobati dan dalam diamnya Jungkook menuliskan kisahnya.

Dia salah!

Ya, salah karena dia cukup bodoh untuk ikut ibunya. Jika ibunya sayang maka tak mungkin dia akan dicambuk hanya karena dia ingin menengok ibu angkatnya.

Itu semua dia inginkan ketika melihat pigura foto sang ibu jatuh dengan sendirinya. Dia ingin memastikan tanpa tahu bahwa firasat buruknya ini benar.

Takut....

.........

TBC...

Hai semua apa kabar semoga kalian suka dengan kisah yang aku tulis ini. Sehat selalu dan tetap bahagia.

Maafkan aku kalau kali ini bikin cerita alur agak cepat biar sesuai target dan tidak kelamaan dengan narasinya hehehe....

Tetap jaga kesehatan dan jangan lupa berdoa selalu juga rajin ibadahnya.

Dukungan kalian adalah semangatku...

Gomawo and saranghae...

#ell

22/08/2020



Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro