Part 70 : Shadow
"Ini bayanganku lalu dimana bayanganmu?"
(Author ***** POV)
Tangan itu tercekat ketika Yoongi menahan ponsel milik wanita itu, dia mengambil nya dengan perlahan di atas meja dengan senyum smirk menakutkan miliknya. Dia tidak sekedar mengancam, akan tetapi memberikan ketakutan padanya.
"Kenapa kau melakukan ini padaku, aku tidak ingin bertemu dengan mu. Melihat wajahmu mengingatkanku pada ayahmu yang bajingan!" dia ingin merebut ponsel itu akan tetapi Yoongi cukup cekatan, beberapa orang membiarkan mereka seakan tak berani lantaran aura tegang mereka rasakan. "Jika anda berteriak meminta tolong aku akan mengatakan bahwa anda melakukan kejahatan privasi seseorang." Belum sempat wanita ini mengeluarkan ancamannya dia justru sudah melakukan terlebih dahulu.
Myeong Han merasa terdiam dengan tatapan ketidakpercayaannya dirinya hanya bisa meremat syal yang dia gunakan. Bukan hanya itu saja dia berkaca saat Yoongi meminta dirinya untuk tidak mengganggu ibu juga adiknya.
"Kenapa kau memintaku, aku bahkan bisa mendapatkan Jungkook karena dia anakku." Satu kata membuka tabir rahasia, namja sipit itu tidak tahu dan memilih mencari tahu. "Anakmu? Jadi kau ibunya... Ah, sudah aku duga dia adalah korban pembuangan. Apakah anda seorang pelacur?" kata-kata menusuk dan meremehkan, setiap jengkal ucapannya sangat menyakitkan hingga wanita di depannya bergetar.
"Kau dan orang itu sama-sama buruknya. Apakah kau tahu ayahmu lah yang mengajakku dengan segala janji manis." Dia menggebrak meja dengan kesal dan membuat beberapa pandang mata memperhatikan keduanya penuh tanya. Sayangnya Yoongi tak terlalu peduli dengan tatapan mereka karena dia beranggapan hidup itu pilihan pribadi orang. "Lalu, kenapa kau harus sejauh ini untuk membawa adikku?" dengan santainya dia menyandarkan punggung itu di kursi belakangnya. Menatap tak suka wanita itu dan juga beranggapan pasti ada sisi gila disana.
Kenapa beranggapan seperti itu? Karena dirinya juga pernah mengalami dengan gejala yang sama.
"Tentu saja agar aku bisa bersama dengan anakku." Sedikit tergagap dia mengatakan hal itu dengan kedua manik mata antara percaya dan tidak.
"Katanya kau benci ayahku, kalau begitu kenapa kau mau. Sementara Jungkook juga keturunan ayahku, kau sama saja melihat dirinya bukan?"
Skakmat!
Bagai sebuah hantaman batu besar mengenai kepalanya, ucapan Yoongi begitu menohok ibu itu dengan keras dan sakit. Apakah dia sadar bahwa ucapannya sangat sensitif? Bahkan beberapa orang saja mungkin tak akan berani melakukannya. "Jik aku menjadi kau, lebih baik menikahi orang lain dan punya anak lagi. Kau pikir Jungkook senang setelah dia mengalami semua hal?" Yoongi nampak kesal hingga dia menyemburkan ludahnya ketika berteriak kesal.
Beberapa pengunjung nampak merasa takut sekaligus membuat banyak perhatian. Tak lama salah seorang karyawan cafe datang dan meminta keduanya keluar dengan tegas. "Kumohon kalian keluar karena sudah membuat pengunjung terganggu. Tolong selesaikan masalah kalian di tempat lain."
Yoongi sedikit jengah dia juga tak bisa menahan kekesalannya hingga tangannya bergerak cepat menarik Myeong Han untuk pergi dan bicara secara empat mata. Dia tak akan menyangka membawa wanita paruh baya seperti ini dalam keadaan entah dia sendiri juga bingung kenapa. Alasan dia melakukan ini untuk apa saja dia tidak tahu, hanya karena dia memiliki rasa kesal ketika mendengar sebuah premis.
Pintu terbuka dan mereka keluar, saat itu secara bersamaan Jungkook dan Taehyung datang masuk untuk mencicipi kudapan utama tempat ini. "Aku jamin kau akan suka makanan ini karena di lidah sangat enak, apalagi ketika Jin hyung mentraktirku ." Taehyung nampak paling bersemangat sembari duduk di meja kosong nomor delapan.
"Apakah aku bisa memilih minuman favorit? Aku mau jus alpukat." Lidahnya sudah lama tidak merasakan minuman manis buah lembut itu. Dia bahkan akan selalu memimpikan saat tidur saking inginnya, karena terkadang membuat jus sendiri tak bisa selezat ekspetasi.
"Bisa saja asal kau tidak pesan emas, karena ini makanan."
"Hahahaha... Candaan yang lucu sekali." Jungkook merasa bahwa ungkapan Taehyung tak lucu akan tetapi dia berusaha menghibur hati sahabatnya yang sedih. "Hei terima kasih sudah mau membantu ku untuk menghabiskan uang jajanku. Aku ingin mabuk secara faedah." Bibirnya melengkung turun dia merasa sedih sejak kepergian orang tuanya. Dia ingin mereka pulang atau setidaknya jasad keduanya ditemukan.
Jungkook melihat sisi dalam diri sahabatnya itu menyerah.
"Kau harus ingat masih ada kami hyung, aku yakin ada keajaiban untuk paman dan bibi. Tapi kuharap kau tidak membuat kesalahan atau kebodohan." Jungkook sangat sayang, dia anggap Taehyung adalah kakak kandungnya. Bukan hanya itu saja dia juga tak ingin kehilangan sahabatnya itu. "Kau berfikir aku akan bunuh diri bukan?" dirinya sempat berfikir agak lama setelah dia berani mengatakan hal demikian mengenai ketakutan manusia dalam hal gila.
Jungkook mengangguk polos dan mengatakan hal membuat Taehyung ingin menangis saja, dia merasa ada orang begitu perhatian padanya melebihi apa yang dia bayangkan. Jika dia mati mungkin akan sia-sia karena dia tidak bisa mendapatkan kebahagiaan dari orang terdekat seperti sekarang ini.
Mendadak jiwa bocahnya kumat, namja tampan dengan senyum kotaknya ini malah nangis lebay di hadapan sahabatnya. Beberapa pengunjung pergi keluar karena sudah mendapatkan keanehan setelah orang galak tadi. Sekarang disini ada orang gila seperti patah hati saja. Beruntung sekali Taehyung tidak diusir seperti halnya Yoongi tadi.
Tapi secara tak langsung ketika Jungkook sempat prihatin dia melihat seseorang sangat mirip dengan kakaknya menarik tangan wanita dengan sedikit paksaan. "Apa benar dia adalah kakak?" otak cerdasnya berusaha menerka. Tapi dia merasa bahwa itu tidak mungkin karena sebelum pergi dia memeriksa kamar bahwa kakaknya sudah meminum obat dan tidur lelap.
"Tuan sudah ada yang akan dipesan?" Jungkook buyar saat seorang pelayan cantik datang membawa buku daftar pesanan. Sepertinya dia salah dan tak akan mungkin dia peka seperti tadi, hubungan antara dirinya dengan sang kakak tidak membaik.
Tapi....
Dia mengenal gelang di tangan itu.
Tidak... Jungkook rasa gelang seperti itu banyak di kota ini.
,
"Kau sangat tidak sopan dengan orang tua, apakah ibumu tidak mengajarkan tata Krama huh!" Wanita ini mulai memancing emosi Yoongi ketika dia diseret, mata elang itu seakan menguliti setiap kata menyakitkan dari bibir Myeong Han. Hanya saja dia tidak akan sekejam psikopat dalam serial televisi. "Jika anda bisa berhenti aku akan melakukan hal sopan!"
Tangan itu bergerak keras dan membuat cekakan itu lepas. Ibu dari Jungkook itu merasa bahwa dia sedang dijatuhkan harga dirinya. Bukannya apa hanya saja dia tidak suka setiap kata dan wajah namja muda di depannya. Itu akan membuat rasa sakit dengan pria dia cintai dulu akan kembali.
"Jika aku tidak mencintai ayahmu kau bisa saja menjadi orang sekedar lewat di depanku!"
"Aku tidak ingin mencampuri urusan akan tetapi tindakanmu juga tidak sopan, anda juga mengambil wajah ibuku. Aku akan marah bagi siapapun melakukan hal itu." Yoongi mengajak perdebatan ini di bawah jembatan tak jauh dari cafe tadi. Bukan hanya itu saja dia juga sengaja mengeraskan suaranya agar emosi meluap dan tidak perlu memakai bogeman.
"Itu karena ibumu tidak mau menyerahkan Jungkook. Aku juga tahu kau sangat benci anakku, jika aku mengambilnya kau tak akan marah dan kau persilahkan pastinya. Tapi ibumu seakan ingin menghancurkan hubunganku dengan anakku." Begitu jelas tatapan kebencian itu dan sangat jelas Yoongi melihatnya hingga dia bisa merasakan aura dendam.
"Aku tahu kalau aku membenci adikku tapi aku merasa bahwa aku tidak ingin- melepaskannya." Terlintas dengan mudah pemikiran serta suara hati dalam otaknya. Satu kata yang jelas adalah Yoongi tak ingin dia menyerah begitu saja. "Kenapa kau diam, apa kau tidak tahu bahwa ibumu kekeh dan ayahmu yang bajingan itu menghancurkan hidupku." Dia sangat kasar terlihat dari perilakunya, Yoongi sempat berfikir bagaimana bisa wanita di depannya menjadi seorang ibu setelah adiknya bisa dibawa pulang atau dalam kiasan dirawat.
Tangan namja itu membentur batang sebuah pohon besar itu untuk melepaskan emosinya kalap. Dia juga tidak bisa sembunyikan kecewa pada sang ayah akan tetapi dia juga tidak terima jika ayahnya dihina. "Dengarkan aku baik-baik Nyonya jangan sampai aku melaporkanmu pada pihak berwajib. Jangan menghina ayahku karena dia sudah meninggal! Kau tidak tahu bagaimana ibuku sedih kehilangan ayahku, huh!"
"Kau pikir aku tidak menderita? Selama ayahmu mengusirku dan tak menganggap Jungkook anak aku sudah sangat sedih, sakit hati. Aku juga wanita, seperti ibumu. Jika kau paham kau pasti dia mengatakan hal itu seakan aku orang yang salah."
Myeong Han menangis dia menepuk dadanya sakit dan sesak, ketika dia memprotes dengan suara keras hingga pohon di sampingnya menjadi saksi. Perlahan tangan Yoongi turun dari puncak kepalan tangan dari pohonnya, luka lecet dengan sedikit darah membuat perih itu tiada sudah.
"Apakah kau ingin mengatakan aku orang jahat, jangan salahkan aku. Ayahmu biadab dia melakukan nya dan membuang kami. Aku membuang Jungkook karena aku miskin dan tak mampu, apalagi aku hamil di luar nikah akibat ayahmu!" memprotes dengan keras, linangan air mata itu sudah menjadi bukti kuat bagaimana dia menunjukkan seluruh beban kesedihannya.
"......" Terdiam begitu saja, bibirnya kelu seakan kehilangan kalimat pembelaan. Ini bukan dirinya akan tetapi ini adalah sisi kebodohannya. "Kenapa kau tak menjawab, kau baru tahu BETAPA BRENGSEKNYA AYAHMU! DIA MENGHAMILIKU TAPI TIDAK MENIKAHIKU, JANGAN SALAHKAN AKU KARENA AKU HANYA PELAKOR. DIA YANG MEMULAI BUKAN AKU!"
Rasanya sangat sakit, dalam hembusan kuat dia melampiaskannya hingga tenggorokannya sakit. Apapun yang dia katakan itulah kebenarannya, mungkin dia tak punya hak menceritakan lebih banyak. Akan tetapi manusia di depannya seakan mengelak itu semua.
"Pergilah, aku tidak ingin melihat anda." Wajah itu berpaling Yoongi enggan melihat keberadaan wanita itu lagi atau dia akan semakin sakit hati. Ini tidak adil tapi....
"Kenapa, apakah kau tidak kuasa mendengar jahatnya ayahmu huh! Apa kau tidak biasa Min!"
"PERGI SEBELUM AKU MENDORONG MU KE SUNGAI! AKU BISA JADI LEBIH MENYERAMKAN!"
Dia mendorong sedikit Myeong Han sebagai tanda untuk segera pergi meninggalkan dirinya sendiri. Dia tak kuasa, memang kejelekan sang ayah menjadi momok terlemahnya saat ini.
"Terserah, aku sudah tahu kau akan menolak semua keburukan ayahmu. Sebaiknya kau intropeksi, kau selalu menyalahkan anakku tapi kau tidak tahu bagaimana sikap buruk mu berasal itu dari ayahmu." Langkah kaki itu pergi dengan guratan meremehkan dia seperti juara nasional yang mengalahkan musuhnya. Akan tetapi dia juga tak bisa menahan air matanya begitu di ingat kejahatan pria itu.
Sudah membuang waktu tapi itu bukan hal sia, kenyataannya Yoongi terdiam menatap sungai itu dengan mata dongkolnya. "Appa, kenapa kau melakukan hal keji itu. Aku sangat kecewa." Meskipun dia hanya tahu sebatas dari percakapan ibunya dengan anak pungut itu kemarin, kenyataannya sakit sekarang lebih parah dari itu. Dia sudah cukup kesal hingga menghirup udara lama, seolah dia pasrah namun itu bukan suatu hal besar.
Hanya saja dia merasakan sakit tak berdarah.
Sekedar perlahan, dia ingin melampiaskan kekecewaan.
Tubuhnya mendadak lemas dan dia menjatuhkan lutut itu pasrah, air mata tak bisa dibendung ketika tarikan nafasnya terasa berat. Kedua kelopak mata itu sembab dan hanya menjadi tumpuan cairan bening kesedihan saja. Saat itulah dia ingat bagaimana sang ayah begitu memperhatikannya...
"Appa kenapa aku tidak bisa seperti appa, aku menyukai appa karena kuat dan hebat. Aku ingin seperti appa."
Bocah gigi ompong itu tersenyum dan memeluk ayahnya dia tak lagi menangis karena terjatuh dari sepeda. Rambut sedikit berantakan juga pendek membuat sang ayah berfikir untuk memotong sedikit botak agar lebih rapi. "Kenapa kau ingin seperti appa, lebih baik kau menjadi dirimu sendiri Yoongi." Dia menggendong sang anak di bagian pundak belakang nya.
Ingin membuat senang sang anak agar bisa merasakan menjadi manusia tinggi. Yoongi sangat girang hingga dia selalu bersemangat ketika diajak berjalan di sepanjang taman dekat rumahnya. Dia adalah contoh bocah paling bahagia di dunia menurut pemikiran polosnya. Ayahnya adalah seorang pahlawan, maka dia sudah sangat menyayangi dan mengagumi pria ini.
"Aku ingin jadi appa, appa bisa dapat eomma yang cantik. Aku senang appa jadi appaku, kalau aku besar aku ingin seperti appa." Dia sangat ceria bahkan dia tak masalah jika harus mendapatkan Omelan ayahnya karena terlalu cerewet. Bukan Omelan tapi kenyataannya sang ayah tertawa terpingkal dengan senyum manis di wajahnya. "Jika kau jadi appa, kau akan sangat kerepotan. Appa berharap kau menjadi harapan appa Yoon." Sang ayah menatap ke atas langit, ada begitu banyak bintang yang menghiasi kota malam.
"Memangnya appa berharap apa?" Yoongi memainkan rambut sang ayah dia mengusap hingga rambut hitam itu menjadi berantakan. Bukan hanya itu saja wajah sang ayah nampak menahan tawa hingga dia terlihat sangat mirip dengan sang anak ketika membentuk mata bulan sabit.
"Jika kau sudah besar appa berharap kau bisa menjadi pria tegas dan lebih kuat, juga bisa mencintai satu wanita seumur hidupmu bahkan kau harus lebih sukses. Kau juga menyayangi adikmu dan jangan kehilangan sahabat mu." Jujur saja dia mewasiatkan ini pada Yoongi seolah perasaannya mengatakan dia tak bisa melihat anaknya tumbuh besar.
Yoongi mengangguk imut dan memainkan rambut sang ayah dia juga ingin punya adik hanya saja dia selalu mendapatkan pesan bahwa ibunya sangat sibuk jadi adek bayi menjadi ditunda. "Apakah punya adik sangat menyenangkan, apakah Yoongi akan bisa jadi kakak?"
"Kau mau adik?" Ayahnya tersenyum manis dia juga mengatakan hal itu sebagai sebuah candaan walaupun dia memang berfikir demikian. "Iya aku ingin punya adik agar aku tidak kesepian."
Ayahnya paham dia juga tak bisa mengatakan hal lebih jauh, Yoongi tak akan mengerti dan dia akan melakukan hal terbaik. Ketika saatnya tiba mungkin dia akan jujur, pada istri juga anaknya. Kenyataannya Yoongi selalu menganggap bahwa ayahnya pahlawan dan selalu membelikan apapun dia mau.
"Aku akan jadi kakak yang baik appa, sama seperti appa yang baik. Tapi jangan pergi nde, aku menyayangi appa." Yoongi sangat menggemaskan dengan dagu menempel pada puncak kepala sang ayah.
Kedua tangannya merentang hingga tertawa terbahak ketika dia merasakan seperti terbang.
Entah kenapa sekarang Yoongi merasa menyesal dan tidak karuan ketika mengingat masa lalu dimana bulan Oktober merayakan ulang tahun ayahnya. Yoongi yang masih anak-anak dan ayahnya yang masih hidup. Kenangan itu masih dia ingat dengan sangat jelas.
,
Malam ini memang tak ada bintang untuk dilihat, Shi Hye hanya bisa duduk di atas mobil dengan mendongakkan kepalanya kesana. Dia melihat bahwa langit bisa muram seperti dirinya. Kedatangan seseorang yang merupakan teman kerjanya membuat dia terkejut meski sebentar.
"Bolehkah aku bergabung?" seorang pria dengan setelan jasnya, dia adalah karyawan terbaik cukup lama satu angkatan dengannya dan merupakan kelulusan jurusan bisnis pemasaran. "Aku tidak membuat spanduk larangan jadi kau bisa bergabung." Dia menepuk di sisi kosong, di atap mobil miliknya dia bisa bersantai. Seperti dia ketika masih gadis dengan segala pemikiran remajanya dan menganggap memiliki pacar dan menikah adalah sesuatu yang indah.
Itu dulu, sekarang dia merasakan.
"Dulu aku sempat berfikir bahwa aku akan selamanya muda dan selalu melakukan kemauanku hingga aku tak bisa menyadari bahwa aku sudah tua dan menjadi seorang ibu. Aku selalu menganggap bahwa dunia hanya kesenangan belanja dan jalan-jalan. Saat seperti ini aku merasakan keindahan langit yang membuat beban ku lepas." Dia sudah biasa menceritakan sedikit masalah pada sahabatnya itu, dia hanya tahu bahwa sahabatnya itu juga memendam perasaan walaupun pada akhirnya dia akan selalu menolak.
Dia tak bisa membuka hatinya dan kedua anaknya tak membutuhkan seorang ayah. Tapi sepi itu ada.
"Kau selalu seperti ini menyendiri, jika kau punya masalah. Apakah kau ada mengganjal?" pria ini cukup tampan bahkan dia adalah orang periang dan bisa dipercaya dia hanya mengagumi wanita yang dia sukai itu sejak lama. Walaupun perasaannya tak akan dijawab.
"Kau selalu tau Hang Kwan bahkan kau bisa membaca pikiranku." Dia memutuskan untuk mengeratkan jaketnya dia sadar bahwa cuaca disini cukup dingin apalagi dia masih sakit akan tetapi dia ingin membuat dirinya sendiri lega.
"Kau seperti tidak mengenalku saja." Dia siap jika bahunya akan digunakan wanita disampingnya meski dia tak mungkin. Dia akan selalu ada walaupun dianggap sebagai pajangan saja, jika dia berharap demikian dia bisa apa? Sementara Shi Hye selalu beranggapan hatinya tak siap menikah lagi dan mencari pendamping lain.
"Jangan terlalu memikirkan hal yang bisa dilakukan atau kau akan sakit. Kebanyakan orang cepat beruban karena stress." Dia menggunakan dasar ilmiah untuk mengembangkan senyum canda wanita yang dia cintai, dan itu berhasil. "Aku sudah terpingkal karena mu." Dia memukul pelan lengan tangan itu dan mengatakan bahwa dia akan memilih pundak Yoongi anaknya ketimbang pria itu.
"Aku tahu kau akan selalu bersandar pada anakmu, tak masalah kau mau dimana asal kau tidak memarahi karyawan lain untuk pelampiasan, seperti orang gila tadi. Mereka ketakutan kau tahu?" beradegan seakan dia juga ikut ketakutan. Pada akhirnya Shi Hye merasa malu dan menutupi hampir seluruh wajah dengan tangannya. Dia lepas kendali dan membentak karyawan lain.
"Oh jangan ingatkan aku, aku mulai melupakannya."
"Hahaha astaga aku yakin kau sangat galak tadi meskipun aku di dalam kantor bawah tapi aku yakin kau sangat menjengkelkan seperti SMA dulu."
Oke, sepertinya ketika muda Shi Hye banyak mengalami perubahan dari remaja labil menjadi wanita elegant dia juga tak bisa memungkiri betapa bedanya dia dulu dengan sekarang. Hingga pada akhirnya dia bisa membuat seseorang jatuh cinta karena pandangan mereka. Ya, ayahnya Yoongi dan Jimin adalah modal dia berubah menjadi wanita pekerja keras dan juga seorang istri juga ibu.
Cukup panjang percakapan mereka itu baik, karena kenyataannya ibu dua anak ini bisa melupakan masalahnya mengenai hak asuh Jungkook. Bukan hanya itu saja dia juga tak ingin jika suaminya tak tenang jika wanita itu melakukan suatu hal berlebihan.
Sayang seribu sayang, masalah besar ini dia pendam sekalipun dari adiknya Shi Ah yang belum tahu keseluruhan masalah kakaknya.
Dari kejauhan juga Yoongi tak sengaja melihat ibunya. Menikmati langit mendung dengan seorang pria. Tangan itu terkepal dan dia menjadi jengkel ketika melihat pria asing mendekati ibunya. "Apakah dia pacar eomma?" Yoongi cukup egois untuk tidak mengijinkan wanita yang melahirkannya itu menikah lagi. Dia hanya tak ingin mendapatkan ayah baru dan juga ibunya yang disakiti seperti dulu.
"Sial!"
Perasaannya sedang kacau dan dia memutuskan untuk pergi ketimbang menunjukkan sisi marah karena kalap. Menerobos pohon taman dan melangkah kaki untuk sekedar ke keramaian dia tak bisa hanya untuk diam. Menangis dengan diam dan cepat mengusapnya adalah hal yang bisa dia lakukan.
Penglihatan itu semakin memburam ketika Yoongi merasa gatal pada sebelah matanya, dia berlari cepat hingga kakinya tak sadar hampir terperosok ke salah satu lubang.
"Kau kenapa hyung, kau hampir terluka!" sangat terkejut ketika suara teriakan juga tarikan tubuhnya kini berhadapan dengan sang adik yang menghembuskan nafas cepat. Dengan salah seorang namja melongo kaget, siapa lagi kalau bukan Kim Taehyung.
"Jeon?" Bahkan bibir itu masih biasa memanggil nama marganya. "Apa yang kau lakukan hyung kau hampir masuk dalam sumur tua bekas." Jungkook sedikit jengkel hingga dia menunjuk ke arah lubang lumayan dengan sebuah papan sudah usang ads juga tulisan di samping itu, hati-hati sumur bekas.
Yoongi membisu, bibirnya kelu dan lidah membeku. Tak bisa menelan air ludah dengan benar dan ketika otaknya berbicara untuk menyerah. Tubuh lemahnya justru ambruk, memeluk sang adik dan menangis disana. "Wooooo.... Astaga! Aku tidak percaya ini." Taehyung sangat heboh hingga bibirnya melongo membentuk huruf 'o'.
Dia panik sepanik-paniknya bagaikan seorang wanita kehilangan sepatunya. Ah tidak dia memang seperti itu, berbeda dengan Jungkook yang menahan serta menopang tubuh kakaknya agar tidak ambruk. Dia bisa merasakan bahwa tubuhnya gemetar dengan isakan air mata menyedihkan.
"Kau ke-kenapa hyung, apa yang terjadi?" kedua mata itu menatap bingung dengan siluet heran dan khawatir. Jungkook bisa merasakan bagaimana kedua kakaknya meremat kedua lengan hingga baju yang dia gunakan kusut. "Jeon hikss... hikkkss..." terasa sangat berat bagi Yoongi untuk mengatakannya, bahkan suaranya menjadi serak.
Jungkook menoleh ke arah Taehyung, namun sahabatnya itu juga tak tahu apapun dia hanya bisa bergidik tak tahu hingga akhirnya Taehyung menepuk pundak namja kelinci itu. "Kita kesana saja, disana ada kursi."
"Ide bagus, Yoongi hyung.... Ayo ikut aku." Dia merangkul sang kakak, tubuhnya mendadak hangat dengan wajah lemas dan pucat. Jungkook merasa kalau sang kakak tertekan akan sesuatu hingga dia bisa seperti ini. "Aku akan mencari air kau tunggu disini dan jaga kakakmu Kook." Taehyung bergegas berlari, dia tidak mau jika namja itu keracunan ataupun dehidrasi.
Jungkook bersyukur kalau Taehyung ingin membantu kakaknya meskipun selama ini mereka sempat adu bentrok. Dia melihat kakaknya yang menatap kosong ke depan, bagaimana bibir itu pucat dan bagaimana manik mata putus asa itu ada. Jungkook menepuk pundak sang kakak dengan perlahan.
"Ada apa Yoongi hyung, kau ada masalah?" dia mengatakan hal yang sama kedua kali. Berharap jika kali ini dia akan menjawabnya. "Aku hanya kesal pada sesuatu." jawabannya mengambang dia juga seakan tak bisa mengutarakan dengan benar. Lidahnya seperti terpelintir, hatinya sakit tak berarah. Dia hanya bisa mengingat setiap kata wanita itu, mengatakan bahwa itu mudah tapi yang mendengar menjadi ingin mati saja.
Jungkook ingin memahami apa yang dikatakan kakaknya, dia meminta dengan sangat agar Yoongi mau menoleh dan mendengarkannya. Tapi saat dia melihat wajah itu mendadak hatinya ngeri dan Yoongi seperti enyah saja. "Jika aku mengatakan padamu kau akan kecewa." Itu yang dikatakan oleh Yoongi, sang adik seakan memutar otak.
"Kenapa?"
Mungkin ini adalah jalan, jika dia mengatakannya apakah ibunya akan marah atau kata lain. Hanya saja dia sendiri juga merasakan kesal tak tertahankan. "Ibumu datang, ketika aku ingin menangkap basah dirinya."
Apakah Yoongi sengaja? Tidak, dia hanya ingin Jungkook tahu seperti perkataan hatinya yang mengisyaratkan bahwa itu adalah kebaikan. "Eomma..."
"Sebaiknya kita pulang, ayo." Yoongi beranjak akan tetapi adiknya menahan tangan sang kakak. Dia tak ingin jika kakaknya menyimpan sebuah rahasia. "Katakan padaku apa kau bertemu dengan ibu kandungku? Katakan hyung... Apa dia..."
Yoongi diam dia menatap sang adik dengan siluet dinginnya. Semua itu memang benar bahwa Jungkook memiliki ibu kandung tidak baik. "Aku tidak ingin menghancurkan hubungan antara anak dan ibu. Sebaiknya kita pulang dan aku akan mengatakan apa yang kutahu pada ibu." Ketetapan pada Yoongi, dia tak ingin bantahan dan harus dilakukan sekarang juga. Menarik tangan sang adik cukup keras, dia tak peduli jika pada akhirnya Jungkook meringis kesakitan.
"Yoongi hyung, kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku. Apa yang dilakukan ibuku dan apa yang dia inginkan, Yoongi hyung!" suaranya meninggi, dia juga menghempaskan tangan sang kakak yang menarik lengannya. Rasanya kepalan tangannya kosong dia juga melirik ke belakang, sudah di duga jika namja muda di belakangnya berani membantahnya. "Apa yang kau mau hem, kenapa kau tidak mendengarkan ku?!" aura marahnya seakan hendak menguar, akan tetapi Jungkook seakan tidak gerah.
"Apa yang dikatakan ibu padaku, apakah dia-" ini terlalu sesak, kedua matanya juga berkaca. Seperti membisu karena tak mampu mengeluarkan suaranya. "Kau bahkan tak sanggup meneruskan ucapanmu, apakah kau sudah tahu mengenai ibumu?" Yoongi mengangkat sebelah alisnya dia juga sedikit kesal.
"Saat itu aku pernah bertemu dengannya di sekolah, tolong katakan apa yang dikatakan ibuku." Manik mara itu memohon, dia seperti melihat bayangan Jimin disana. Kedua manik matanya seakan mengatakan bahwa Jungkook merasa sedih. "Apa urusanku, pergilah aku tidak ingin menggubris masalahmu." Yoongi seakan tak mau lagi berbicara, wajahnya nampak sangat jelas bahwa dia muak. Jungkook di dorong hingga jatuh terduduk di bangku itu.
"YOONGI HYUNGG!!"
"Aku bukan kakakmu keparat, kau sudah membuatku muak! Kenapa aku susah karena mu! Jika kau ingin tahu ibumu tanyakan langsung padanya kau sudah bertemu padanya bukan?"
Saking kesalnya Yoongi memukul kursi di bawahnya, tangannya berdarah dan lecet tapi dia tak peduli. Akan tetapi tidak dengan adiknya hingga dia mencoba mengangkat tangan itu tapi kakaknya malah menepisnya kasar. "Maafkan aku hyung, ak-aku..." Dia menangis, ya dia menjatuhkan air matanya. Dia tak bisa menyadari apa yang dia lakukan sekarang. Sampai dia...
"Kau hanya hidup dengan jantung Jimin! Kau keparat!"
"......." Tak sanggup bicara akan tetapi tangannya berusaha untuk menggapai sang kakak. Yoongi kasar dan tidak menatap adiknya lembut tapi sadis seperti seorang pembunuh.
"Lepaskan aku lebih mempercayai Jimin ketimbang dirimu. Jauhi aku Jeon! Aku membencimu!"
Serius?
Kakaknya telah membuat dia nyeri, rasanya sangat lemas hingga dia tak jadi berdiri. Rasanya seakan menggantung dan sesak, air matanya jatuh menyerah. Semua...
Sangat buram di matanya....
,
Taehyung diam, dia sudah berada disana beberapa menit yang lalu. Tangan kanannya meremat dengan kuat hingga botol di genggamannya tumpah dengan tutup yang lepas sudah. Giginya gemerutuk marah dia juga mengatakan sumpah serapah kepada manusia laknat itu.
Dia yang pergi dengan sikap kasarnya.
"Kenapa kau hanya diam Tuhan? Apakah kau tidak menghukum orang sombong itu?" Rasanya sangat sumpek, dia juga membuang botol air mineral itu. Menyesal dia berniat baik, dia pikir bahwa Yoongi sudah berubah. Tapi dia berubah dalam artian lain, lebih bajingan.
"Jungkook, ayo ikut aku. Malam ini aku ingin kau menginap di rumah Jin hyung bersamaku." Taehyung sedikit keras tapi dia lakukan ini untuk kebaikan hingga Jungkook diam dan menurut dengan mengikuti langkah kaki Taehyung pasrah. "Apa Taetae Hyung melihatnya?" Bohong jika Jungkook tak menangis, bohong jika Jungkook tak sakit hati. Wajahnya memelas seakan dia pasrah dan minta Taehyung membebaskan ini semua dari rasa sakit.
Saat itulah Taehyung mengatakan satu kata, entah itu disadari Jungkook sendiri ataukah tidak.
"Aku akan menghajar kakakmu untuk rasa sakit hatimu. Begitu juga aku akan melakukannya dengan membawa nama Jimin kakakmu."
Perkataan adalah janji dan janji adalah sebuah utang. Hanya saja tatapan Jungkook sudah kosong, perkataan kakaknya mengatakan bahwa dia adalah pembuat kematian Jimin pergi selamanya.
Jantungnya ngilu dan sakit...
"Myungsoo hyung bawa aku pergi sekarang, ku mohon..." gumaman bodohnya muncul, jika saja Taehyung dengar pasti dia akan marah besar. Dia hanya bisa merasakan bagaimana sahabatnya begitu menjaga dirinya agar tidak pergi jauh, tahu seakan Jungkook ingin...
Tidur selamanya....
,
Spesial song from BTS - HEARTBEAT (Kalau kalian dengar lagu ini sambil baca aku jamin bakal ngefeel.)
Meja itu remuk dan begitu juga kaca itu pecah mengenai kursi yang dilempar oleh Yoongi. Seketika semua berteriak dengan tubuh kaku menyaksikan pergulatan keduanya.
"YOONGI, TAEHYUNG APA YANG KALIAN LAKUKAN!"
Seokjin meninju kedua orang itu dengan keras agar kegilaan ini berakhir. Bahkan dia lah orang yang menangis pada akhirnya.
"Tidak sadarkah kau Tae jika kau hendak membunuh Yoongi, dan kau Yoongi kau keparat kenapa kau tidak bisa menjaga emosimu dan malah meladeni Taehyung huh!"
Seokjin seketika menangis keras dia juga menyentuh darah kedua orang itu dengan tangannya. Begitu hancur semua perasaanya. Bukan hanya itu saja kedatangan Jungkook juga menjadi momok perhatian, bahkan Hoseok saja tak bisa menghalangi langkah kaki Jungkook untuk mendekat kesana.
"Aku tidak suka dengan sikap kalian." Melangkah mundur dengan perlahan, Hoseok ditepis begitu saja saat dia hendak membantu tubuh Jungkook yang oleng. Disana sang ibu juga mencegah agar Jungkook tidak lagi menyalahkan dirinya sendiri. "Nak, jangan salah paham ini bukan kesalahanmu... Mereka-"
"Enyahlah kau anak pungut aku membencimu!" Teriakan Yoongi begitu keras hingga sang ibu juga lainnya mendengar. Jungkook menggeleng disana dan bagaimana dia menjatuhkan air mata adalah bentuk keputusasaan.
"Jungkook kamu mau kemana nak, Jungkook...." Sang ibu berlari menyusul si bungsu, dia tahu perasaan namja muda itu bahwa rasa hancur itu ada. Takut jika sesuatu yang buruk terjadi padanya.
Bugh!
Sangat keras, hantaman itu mengenai pipi Yoongi telak hingga dia berdarah pada lubang hidungnya. "Keparat kau Yoon! Aku sudah bersabar padamu kenapa kau melakukan hal gila itu hah!"
"Aku akan membunuhmu sialan, aku akan menghajar mu!" Taehyung yang sempat berdiri di tahan oleh Hoseok, bagaimana tidak akan semakin runyam jika Taehyung ikut memperkeruh suasana. Bukan hanya itu saja akan semakin buruk jika keduanya terluka parah.
Seperti memisahkan adu emosi yang begitu besar baik Seokjin juga kesusahan karena Yoongi memberontak juga kelepasan untuk memukulnya. Dia sama babak belurnya dengan kedua orang sana, sementara Hoseok dia sendiri menenangkan Taehyung yang bagaikan manusia kerasukan.
Sang ibu bergerak dan terus berlari dia masih bisa melihat punggung Jungkook, dia masih disana dan bukan hal pasti jika dia tak bisa menggapainya jika dia terlambat sedikit saja. "JUNGKOOK TOLONG JANGAN LARI, INI EOMMA NAK."
Tap!
"Jungkook kumohon jangan-" sang ibu tak bisa meneruskan ucapannya, padahal itu adalah kesempatan baginya karena sang anak sudah berhenti setelah dia memanggilnya.
Bukan karena suaranya atau pun teriakannya. Kenyataan yang membuat ibu dari dua anak ini merasakan pahit adalah saat atensi sang anak fokus pada seseorang disana.
"Kau..." Dia memeluk tubuh Jungkook dengan cepat begitu, melihat Myeong Han ada disana. Ya, dia adalah ibu sekaligus wanita yang ingin mengambil anak kandungnya untuk kembali dalam pelukan. Hanya saja Shi Hye tak akan bisa melepaskan putranya kepada wanita disana sekalipun dia memiliki darah putranya.
Didekapnya penuh sayang dan diusap penuh sayang rambutnya. Rambut hitam arang yang sama dimiliki oleh ayahnya juga Yoongi. Bahkan dia merupakan darah dari pria yang juga menjadi ayah kedua kakaknya. Jungkook memejamkan matanya, dia menangis dalam diam dan membiarkan air mata itu jatuh begitu saja. Apakah dia sedih? Jawabannya mengalami kesedihan luar biasa.
"Jungkook anakku, kenapa kau menangis? Datanglah kemari nak, aku akan memelukmu seperti yang kau inginkan sayang." Myeong Han menampilkan wajah haru juga suara lembutnya seakan memancing sang anak agar mendekat ke arahnya. Dalam diam Jungkook mendengar dan dia membuka matanya saat melihat wajah sang ibu tersenyum tulus dan sayang ke arahnya dia juga melihat kedua mata yang menyimpan rindu.
"Eomma..." Bibir itu bergerak, dia memanggil wanita di depannya dengan sebutan yang membuat Shi Hye terperanjat. "Jungkook, kenapa kau mengatakan itu nak? Jungkook, ini eomma. Aku eomma mu sayang..." Dia mendekap kedua pipi sang anak, dia bahkan seakan meyakinkan bahwa dia adalah ibunya. Tapi kedua mata sang anak sama sekali tak menatapnya, hancurnya hati membuat perubahan drastis pada seorang Jeon Jungkook.
"Eomma, eomma...." Jungkook bergerak namun langkah kakinya ditahan oleh pelukan sang ibu. Shi Hye menangis dan mendekap anaknya kuat, dia membisikkan kata penuh Isak pada si bungsu agar sadar bahwa dia hanya sakit hati bukan dibenci. "Anakku sadarlah aku adalah ibumu jangan kau kesana nak hikksss... Tetaplah bersama ibu jangan tinggalkan aku dan kakakmu hikkssss... hikksss... Aku menyayangimu sayang..." Dia memeluk tubuh itu erat, sangat sayang dan berharap jika anaknya tidak melangkah kesana.
Jungkook semakin menjatuhkan air matanya dia menatap wajah ibu kandungnya. Dalam otaknya dia memikirkan semua perkataan kasar dan pedas Yoongi.
Serasa disugesti bahwa Yoongi sangat membencinya hingga dia ingin mati saja.
"Eomma, Jungkook ingin ikut dengan eomma..."
Hati Shi Hye sakit saat mendengar sang anak mengatakan hal itu, dia menjadi kaku tak bisa memeluk anaknya dengan benar. Tak butuh waktu lama untuk Jungkook meninggalkan dirinya begitu saja saat dia tak bisa bicara. Jungkook mengabaikan dirinya untuk pertama kalinya dan dia tak bisa membalikkan badannya jika dia bisa meyakini bahwa anaknya sedang memeluk tubuh wanita di belakangnya.
"Eomma, aku rindu pada eomma...." Jungkook menangis dia tenggelam begitu saja saat air matanya jatuh dalam pelukan ibunya. Dia bahkan terisak melampiaskan semua rasa sakitnya. "Aku juga rindu padamu sayang, tenanglah eomma bersamamu."
Shi Hye menangis dan mematung, ini sakit... Apalagi wanita itu tersenyum sinis kearahnya. Tawa penuh kemenangan sementara Shi Hye menanggung kesedihan.
Apakah Jungkook mencampakkannya.
.
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro