Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 7 : Pied Piper

" Semua itu butuh proses, dan aku menantikan hasil dari buah kesabaranku..."

- Jungkook –

........................

( Author *** POV)

Earphone putih itu menempel, dentuman musik dengan skala minimum itu ia dengar dalam setiap langkah kakinya. Bersepeda santai, menikmati hari. Ketika jam tangan kado dari ibunya menunjukan angka 10 pagi, membuat dia yang tenggelam dalam kesenangan individualnya. Memutar beberapa tempat, sekedar ber-refreshing.

Meninggalkan sesuatu yang jenuh dengan pemandangan yang baru adalah terapi yang diterapkan olehnya saat ini. ketika dirinya yang terbalut akan baju putihnya beringsut diantara beberapa orang yang berlalu lalang. Melewati dengan sepedanya, oh... jangan lupa bagaiman dia yang pandai menghindar beberapa tiang di pinggir jalan. Juga sesekali berhenti, mengalihkan perhatiannya mencari sesuatu yang unik.

Dan ketika sepeda kesayangan miliknya berhenti, tepat di sebuah taman. Dimana beberapa manusia disana melakukan hal yang sama sepertinya, menikmati acara sepeda diantara pepohonan rindang yang nampak sejuk.

Merasa tertarik, Jeon Jungkook segera membelok. Menyebrang jalan besar ketika lampu berwarna merah. Sepertinya bersepeda di siang hari di bawah pohon taman bukanlah hal yang buruk. Terlebih dia suka jika beraktifitas yang menyatu dengan alam dan menyehatkan. Seperti yang ia lakukan....

Tepat saat itulah musik yang ia dengar berganti, dari lagu santai menjadi lagu ceria yang baru saja ia download. Lagu yang akhir-akhir ini Jungkook dengarkan, atau bisa dikatakan menjadi daftar masuk list favoritnya.

Milion, yang dinyanyikan salah satu boyband terkenal yang bernama WINNER. Membuat jatuh cinta akan musik dalam diri Jungkook bertambah, apalagi jebolan JYP entertainment itu telah memberikan setelan musik yang sesuai dengan suasana hatinya saat ini.

Bolehkah Jungkook ikut bernyanyi sesuai lirik yang ia dengar saat ini. itu bisa saja, jika dia terlalu percaya diri untuk menyanyi di depan orang-orang yang sibuk bersepeda atau berlari-lari kecil sama seperti yang ia lakukan saat ini. sayangnya, dia adalah namja pemalu di depan orang-orang asing menurutnya.

Bibir yang melengkung tersenyum, dan wajah yang terbias akan cahaya matahari. Ditemani angin segar yang datang atas perintah sang pencipta. Sesekali suara alam yang khas menemaninya walau tertutup oleh earphone kesayangannya. Hari ini Jungkook jatuh cinta akan kesenangan bersepedanya. Seperti memutar kenangan masa kecil ketika belajar menaiki sepeda untuk pertama kalinya. Jatuh dan menangis lalu dihibur sang mama dalam pelukannya, mama....

Sebutan ibu pengasuh yang merawat Jungkook di panti. Panggilan sejak Jungkook kecil, begitu juga anak-anak panti yang menyebutnya demikian. dalam hidupnya Jungkook bersyukur dia bisa bertemu dengan mama di panti asuhan. Dirawat dan diasuh hingga dewasa, dan di ambil untuk dijadikan keluarga oleh eomma Min adalah sebuah anugerah baginya.

Jika saja ia tidak dibuang di depan panti, atau lebih buruknya di buang di tong sampah pastilah Jungkook tak mengenal dunia dan apa itu dewasa. Jungkook berpikir bahwa tak sepenuhnya orang tuanya kejam, mereka memilih membuang dirinya yang tak diinginkan di depan panti asuhan ketimbang dikubur hidup-hidup atau di gugurkan seperti berita kebanyakan.

Sering Jungkook merasa sedih jika kasus seperti itu kerap terjadi di tanah kelahirannya. Yang ia tahu tak semua anak seberuntung dirinya.

"Woaaahhhh... udara disini segar. Apakah udara pedesaan seperti ini?" otak cerdas Jungkook menelaah, menikmati semilir angin yang menerpa wajah tampannya. rambut hitamnya tertiup angin hingga terhempas ke belakang dan berkibar. Menampilkan jidat lebar menawannya, dia seperti bocah yang baru keluar untuk pertama kali dari tempat persembunyiaannya.

Sepintas kata desa merujuk pada otaknya. Lantaran ia pernah membaca buku mengenai kehidupan pedesaan yang jauh dari kehidupan modern. Bertumpu dengan ilmu tradisional yang melekat. Membuat Jungkook berpikir untuk bisa menetap disana, walau satu hari.

Kedua kaki itu terus mengayuh dan mengayuh, tepat di sebuah pohon besar dengan bunga sakura yang belum mekar. Jungkook menghentikan kayuhnya dan menahan sepedanya.

"Daeebaakkkk!! Ini mengasyikan, aku akan mengajak Yoongi hyung jika dia libur." Tak henti-hentinya namja Jeon itu mengulas senyumnya. Bahkan timbul niat baiknya untuk mengajak seseorang yang jelas-jelas akan menolaknya. Atau lebih parahnya mengusirnya.

"Mmmm..."

Namja tampan itu bergumam, di angkatnya pandangan diatas menatap pohon sakura yang belum mekar diatasnya.

"Sakura?" Jungkook tercengang, untuk pertama kali dia tahu jika bunga seperti itu bisa hidup di negeri kelahirannya. Bukankah bunga cantik berwarna merah muda ini biasanya tumbuh dan mekar di negeri Samurai?

"Omo! Ini sangat keren. Sepertinya aku harus mengajak Yoongi hyung disini dan juga eomma."

Entah kenapa ekspresi polos namja tampan itu nampak menggemaskan. Seperti tak ada beban dalam setiap permasalahannya. Dan benar saja, rupanya Tuhan membantunya melupakan masalah hidupnya. Dengan bantuan kecil dan keelokan alam yang disuguhkan tepat di depan namja bergigi kelinci itu.

Cukup lama bagi Jungkook berteduh disana, beberapa orang telah melewatinya. Sampai-sampai lagu yang didengarkan Jungkook telah habis. Membuat namja tampan itu melepaskannya dan memasukannya dalam saku. Merasa jika Jungkook sangat cocok dengan posisinya.

Hingga terpikir dengan jelas dalam otaknya, untuk membangun sebuah bascamp di titik ini kalau bisa.

Perlahan, Jungkook berdiri disini. terdiam dan mengadahkan kepalanya, dilihatnya daun yang bergerak karena semilir angin lembut. Cahaya matahari yang tertangkap di setiap celah dedaunannya. Ketika kedua tangannya merentang, sebuah hembusan sedikit kencang menerpa tubuhnya. membuat jaket putih yang ia gunakan menyentuh kaosnya. Ia rasa angin terlalu murah hati, menyambut dia yang konyol akan sesuatu keajaiban kecil seperti ini.

Sampai membuat dirinya tenggelam secara perlahan dengan sambutan alam ini.

Terus dan terus....

Di setiap menit...

Detik...

Bahkan tarikan nafas....

Seakan alam menerima kehadirannya, seakan sambutan itu tak boleh berhenti untuknya. Daun-daun berguguran walau sedikit. Membuat background tersendiri bagi dirinya. Berdiri di bawah daun yang berguguran adalah pemandangan cantik yang cocok dijadikan sebagai model selfie. Dan hal tersulit didapatkan oleh mereka yang sengaja mencari objek foto.

Bisa kalian bayangkan, bagaimana tampanya Jungkook di tengah daun berguguran? Pastilah hasil jepretan fotografi tak kalah bagus dengan model top lainnya.

Ya, Jungkook menikmati itu semua....

.

.

.

.

Sampai akhirnya....

.

.

.

Dia....

.

.

.

Brukkkkk....

"Akh, Appo!!!"

Mendadak suara benda jatuh terdengar tepat di belakangnya, suara bel sepeda yang berbunyi keras. Di susul suara rintihan nyaring seseorang. Langsung saja, namja tampan itu beringsut. Membalikan badannya guna mengecek sesuatu.

Ketika kejadian tak ia sadari beberapa detik yang lalu berubah menjadi pancingan naluri kemanusiaannya, Jungkook dia buru-buru datang menghampiri seorang gadis cantik dengan hodie putih yang sama dengannya. Menyusul dia yang terluka dan lecet tepat dilututnya, pastinya terasa perih jika kalian membayangkannya.

"Aw... shhhhh..." suara itu mendayu, ia nampak kesakita. Dilihatnya dia meniup-niup luka lecetnya, membuat Jungkook tak tega. Tanpa aba-aba dengan senang hati namja tampan itu mengulurkan tangannya. memberikan tawaran membantu, kepada dia. Seorang gadis cantik yang awalnya meringis. Kini terkejut dengan kedatangan seseorang. Gadis cantik yang memakai jepitan merah muda dengan pitanya.

Menjadi pertemuan pertama mereka. Tak kenal namun ada yang berbeda, dan itu seperti terjebak dalam situasi fatamorgana. Apalagi, kedua netra itu sudah menangkap satu sama lain....

Membuat kedua jantung mereka berdegup masing-masing. Ini perasaan atau memang kegugupan semata?

Entahlah yang Jungkook tahu sebagai manusia yang baik harus saling menolong. Membuat gadis cantik dengan rasa terkejutnya itu mendadak memerah pipinya.

Ngomong-ngomong siapakah gadis cantik itu?

....................................

"Yoon, bolehkah aku memakannya?"

Seseorang yang sedari tadi duduk di depannya, bersandar nyaman dengan kaki ditekuk tak sopan. Berlaku dan bertindak seperti teman akrabnya, Kim Seokjin. Pegawai sekaligus sahabat karib Yoongi sejak duduk di bangku sekolah dasar. Untungnya, Yoongi tak masalah dengan tingkah sembrono namja yang ia panggil dengan embel-embel hyung di belakangnya.

" Terserah, kau bisa membuangnya kalau tidak enak." Terucap sudah hal itu di bibir Yoongi, sesekali dia mengecek dokumen yang baru saja ia tanda tangani. Lalu apakah ia akan melakukan meeting hari ini?

Entahlah....

"Kau ini sembarangan, apa kau tidak lihat jika bentuknya sangat menarik dan lihat rerempahannya. Baunya sangat harum."

Seokjin memuji masakan di depannya. baru saja ia membuka satu kotak bekal besar berwarna hijau itu. bonusnya lagi, ia menemukan beberapa camilan enak di dalamnya. Apakah ia akan makan dengan perut kenyang dan gratis hari ini?

"Kau yakin memberikan semua ini untukku? Apa kau tidak lapar, kau bisa memakannya juga. Bukankah pertemuan diundur satu jam?" Seokjin berujar kembali, dalam duduk santainya kedua tangannya membuka sebungkus keripik kentang pedas yang menjadi pemikat pertamanya. Dalam batinnya, 'rejeki anak soleh.' Membuat Seokjin segera memasukan kripik itu dalam mulutnya.

"Aku tidak suka!" terus mengetik dan mengetik, seperti tidak ada waktu baginya.

"Kau yakin?" tanyanya sekali lagi, ia harap Yoongi bercanda karena masakan ini benar-benar enak.

"Ya." Singkat dan jelas.

"Terserah! Jangan menyesal jika makanan ini habis. Seharusnya kau bersyukur sudah dikasih, bukannya dimakan malah diabaikan. Belum tentu kau bisa mendapatkan masakan seperti ini lagi." Seokjin menatap daging kimbab di depannya, bau aroma pedas dan manis tercium enak. Kedua tangan itu telah berhasil memasukan makanan itu di mulutnya dan mengunyahnya pelan. Mencoba meresapi rasa masakan yang entah milik siapa.

Bahkan Seokjin bergumam nikmat, hingga terdengar di telinga Yoongi sendiri.

"Kau pikir aku bodoh, aku tidak akan menyesal." Jawaban yang cukup dingin, namun tak teralihkan dari layar laptop kesenangannya.

"Terserah."

Jujur saja Seokjin cukup jengah dengan sikap Yoongi. dia berpikir Yoongi kurang respect terhadap sesuatu. Menilai sesuatu dari luar dan bukan dari dalam. Menilai dari segi sebelah dan bukan usahanya. Membuat Seokjin heran ada apa dengan Min Yoongi sekarang?

Apa mungkin karena meninggalnya Jimin. Ah, entahlah... Seokjin tidak ingin mencampuri urusan dan kehidupan Yoongi. sebagai sahabatnya dia hanya bisa menasihati apa yang menurutnya benar entah Yoongi mau mendengarnya atau tidak.

Karena saat ini namja tampan berbahu lebar itu, sibuk mengisi perutnya. Masakan penuh cita rasa yang dibuat tangan penuh dengan cinta. Semoga saja Jungkook ikhlas dengan makanannya.

........................

Jungkook sedari tadi tersenyum, wajahnya yang tampan menampilkan raut muka yang sumringah. Susu hangat yang cocok untuk cuaca dingin di tengah gerimis. Ada alasan tersendiri kenapa buntelan kelinci itu tersenyum demikian. ya, sebuah pertemuan yang membuat ia sedikit kasmaran.

Ingatkah kejadian setelah pukul 10.00 siang tadi? Pertemuan dengan gadis cantik, yang tak terduga di bawah pohon sakura. Layaknya seorang pangeran berkuda yang memberikan pertolongan. Uhhh... seperti negeri dongeng saja.

Sayangnya hal itu tak terjadi lama, karena suatu hal. Membuat Jungkook terdiam dengan pandangan yang tak lepas dari gadis cantik itu. sialnya, dia lupa menanyakan nama gadis itu. bolehkah Jungkook menyebut dirinya bodoh?

Ngomong-ngomong malam ini waktu menunjukan pukul 09.00 malam dan belum ada tanda-tanda kedatangan namja gula tersebut. bukan hanya Jungkook yang menantikan kedatangannya. Ada juga beberapa piring dengan hidangan mulai mendingin dan enak yang menunggu disana. menunggu untuk dikunyah dan dimakan.

Sesekali Jungkook memeriksa pintu rumah, mengecek apakah sang kakak sudah pulang atau belum. Menurut Jungkook malam ini tak begitu larut. Dalam benaknya ia yakin jika sang kakak mungkin sedang dalam perjalanan pulang. Ingin rasanya Jungkook menhubungi Yoongi, memastikan kabar dan jam berapa ia akan pulang. Nalurinya sebagai sang adik tak pernah pupus, walau tercabik. Ingin sekali Jungkook menelfon kalau bisa, ya.. dia hanya berani menatap ponsel hitamnya yang tergeletak di atas kursi. Takut jika dia emosi karena terganggu.

Jungkook hafal betul bagaimana sifat Yoongi. dari nada bicara dan sikap membandingkan dirinya dengan mendiang Jimin. Sakit memang, tapi Jungkook bisa apa. dia sudah punya tekad untuk menyadarkan Yoongi bukan?

Menyadarkan jika dia sepenuhnya ada, sebagai dirinya. Adiknya... Jeon Jungkook. tanpa ada kata melekat, 'Kau tak sebaik Jimin...'

Itulah yang selalu dikatakan Yoongi hampir tiap hari jika berdebat. Dalam hatinya Jungkook terlalu takut membenci Jimin yang sudah bahagia di surga. Hanya karena sikap Yoongi yang selalu membandingkannya. Itulah ketakutan Jungkook paling mendasar dan sebisanya ia menahan hasrat emosi dan iri akan suatu hal. Agar tidak terjadi hal yang lebih buruk lagi.

Melepas nafas pelan, sudah lewat sepuluh menit rupanya. Menatapi susu hangat yang sudah merata karena terus diaduk, membuat Jungkook mengambil roti isi selai kacangnya. Berjalan menuju ruang santai yang terdapat televisi layar lebar. Disana di pertontonkan sebuah drama sekolah yang beberapa episode baru tayang. Mungkin melihat drama dapat menghilangkan rasa bosannya.

Sebenarnya Jungkook sudah berniat mengajak Yoongi sang kakak ke karnaval. Tapi melihat situasi waktu yang sudah lewat dan mendung gerimis membuat ia membatalkan niatnya. Kemungkinan ia akan menerapkan niat itu besok, jika Yoongi libur kerja esoknya. Karena yang Jungkook tahu karnaval tersebut akan menunggu pengunjung dalam waktu tujuh hari.

Semoga saja, sampai...

Dan disinilah dia, dengan roti selai kacang yang ia gigit di mulutnya dan segelas susu putih hangat di atas meja. Teman yang pas untuk kencan menontonnya.

Jungkook sangat menikmatinya, disini... di sofa empuk ini. menunggu waktu yang terus berjalan dengan harapan terbukalah pintu.

Terus...

Terus....

Terus....

Dan terus...

.

.

.

.

.

Sampai akhirnya, waktu menunjukan pukul 10.00 malam. Rasa kantuk menyerang dia yang duduk menonton acaranya. Kelopak ini sangat berat dan sulit untuk dibuka. Kepalanya beberapa kali jatuh bangun dengan mata terpejam dan terbuka. Istirahat sejenak mungkin.

Perlahan dan pasti...

Kelopak itu mendayu....

Tubuh bersandar pada empuknya sofa. Terpejam sesekali dan terbuka sesekali. Mengantuk dan terbangun, terus saja begitu.... hingga menit menunjukan angka dua puluh. Dimana Jungkook yang akhirnya menjatuhkan kelopak matanya tertutup. Posisi memeluk bantal dan menyandarkan kepalanya pada sofa bagian belakangnya.

Satu kata yang pantas, nyaman....

Tapi akan terasa pegal ketika bangun.

Sungguh perhatian, namja satu ini. penuh sabar dan kasih sayang....

...

...

...

...

...

Ceklek!

Suara handle pintu berbunyi. Bunyi khas dari perabotan tersebut. ketika terbuka, terlihat seseorang masuk, dengan jas yang sudah tersampirkan di bahunya. Tas yang seketika ia gantungkan dan dasi yang ia longgarkan. Wajah berantakan namun masih putih itu menandakan kalimat 'aku lelah.'

Keringat dan juga mata mengantuknya sangat jelas. Ditambah lagi perutnya yang sudah keroncongan. Lupa waktu dan dia belum makan malam, terlalu banyak pekerjaan yang harus ia lakukan. Bukti jika Yoongi dikejar deadline.

Melepas sepatu dan menyisakan kaus kaki hitam yang melekat di kakinya. Sungguh badan ini terasa malas untuk melakukan sesuatu yang kecil. Dalam otaknya Yoongi sudah menyusun rumus untuk hari ini. pulang, mandi, tidur, dan bangun.

Cukup monoton bukan?

Lupakan fakta dan harapan kalian jika Min Yoongi akan bosan dengan semua itu. sebagai penerus yang baik dan bertanggung jawab. Ia akan menjadikan point itu menjadi proposal hidupnya. Jalan untuk menjadi manusia sukses seperti orang tuanya.

Menurutnya membuang banyak waktu jika dihabiskan untuk bersenang-senang.

Dia terus berjalan, memasuki lebih dalam tempat tinggalnya. Dilihatnya lampu rumah masih menyala, hingga dapur menjadi tatapannya kala makanan yang enak tapi dingin itu menyapa dirinya. Begitu banyak dan lengkap, bak restorant cepat saji. Ini sangat....

Merepotkan...

Mudah ditebak, pastilah makanan itu berasal darinya yang sangat ia benci. Dimana akta saudara tak akan pernah ia terima, meskipun sang ibu selalu memaksa untuknya membuka hati. Jika saja Jimin masih ada pastilah Yoongi akan bahagia dengan kehidupannya.

Jika sang adik masih bersamanya, pastilah ia akan melanjutkan cita-citanya yang tersembunyi. Dan Jika Jimin yang membuat semua masakan di meja ini, pastilah dia akan menjadi orang pertama yang memakannya. Karena bagi Yoongi tak ada yang bisa menandingi masakan sang adik, dan baginya Jimin adalah kado yang tak tergantikan.

Prinsip yang selalu di pegang oleh Yoongi selama hidupnya. Dulu, kini dan sekarang, atau selamanya....

Merasa tercampakan, makanan itu seakan menangis. tak ada yang menyentuhnya, bahkan sang pemilik rumah pun hanya melirik mereka tanpa minat. Andaikan makanan yang dihidangkan itu mampu berbicara, kemungkinan besar Yoongi akan ketakutan karena protes hidangan itu. protes karena mengabaikan makanan, protes karena Yoongi menatap mereka jelek, dan protes karena tak menghargai ketulusan seseorang.

Ah, sayangnya semua itu hanyalah dongeng anak-anak.

Dongeng yang tak akan pernah terjadi di kehidupan nyata....

.

.

.

.

"Hyung?" Jungkook yang tak sengaja terbangun dari tidurnya. Ketika derap langkah menapak sebuah tangga, menimbulkan deritan tangga yang memekikan telinga. Rasa kantuk itu ada, tapi Jungkook melawannya. Mengucek kelopak dengan tangannya, melihat punggung tegap sang kakak samar-samar. Jungkook kira ia hanya bermimpi, tapi melihat bagaimana lirikan tajam ke arahnya. Bisa ia katakan kalau ini semua benar.

"......" diam, tak ada jawaban darinya. Memandang sinis ke arahnya, memberikan sedikit kebaikan untuk berhenti dan melirik dengan mata elangnya. Bukannya mengacuhkan dan meninggalkan bocah mengesalkan itu seperti biasa.

Dimata Yoongi Jungkook adalah orang asing.

Lalu, lihat sekarang. Dengan bodohnya Jungkook mengulas senyum kelinci itu. wajah manis itu tak mampu membuat hati sekeras batu milik pemuda Min itu luluh. Yang ada hanya, ketidaksukaan yang berlebih.

"Dasar idiot!" batinnya, melihat ekspresi bocah kelinci itu.

Sadarkah Yoongi jika ucapan itu akan menyakiti hati seseorang jika keluar secara langsung dari bibirnya. Merasa tak berdosa memang...

"Hyung kau sudah pulang?" Jungkook berdiri dari duduknya, dengan langkah kecilnya namja berwajah tampan nan manis itu menghampiri sang kakak. Kedua tangannya bergerak menyentuh Yoongi. mungkin membantu sang kakak adalah niat pertamanya.

Hanya saja....

Jungkook mengurungkan niatnya kemudian. Saat dilihatnya Yoongi yang menatap tangannya lebih tajam dan dingin. Menimbulkan rasa tak enak pada pemuda Jeon itu. bersusah payah Jungkook menyembunyikan ketakutannya terhadap tatapan sang kakak yang seperti itu.

"Apa kau begitu buta, bukankah kau melihatku disini!"

Ketika tuturan kata lembut itu terjawab dengan ungkapan sinis yang menyakitkan. Seketika itulah Jungkook menggigit bibir bawahnya, sedikit berkaca pada netranya. Tiba-tiba saja hatinya terasa sakit ketika sang kakak tiri mengatakan hal seperti itu.

Kasar dan menyakitkan....

"Maaf hyung, ak-aku khawatir denganmu. Makanya aku bertanya, emmm... apa hyung mau makan? A-aku sudah me-menyiapkan makanan untukmu." Dengan penuh kegugupan, disusul dua jari tangan yang bermain dan bertautan, Jeon Jungkook mengontrol rasa sakit, nyeri dan takutnya. Jauh di lubuk hatinya, dia mengatakan 'aku tidak apa-apa' terus berulang dan berulang. Anggap saja itu sebagai penyemangat untuknya.

Jangan lupakan Yoongi yang begitu bodoh dan tak peka akan rasa sakit yang berasal darinya.

"Aku makan atau tidak ini bukan urusanmu! Jangan sok memperhatikanku, kau hanyalah pecundang tak waras!" lelah dan emosional, pemicu Yoongi mengatakan hal sekasar itu. tapi kemungkinan besar ia melakukan hal itu secara sengaja bukan?

Berusaha menyakiti hati yang tulus agar segera menyerah.

Jungkook tertunduk, ia cukup sadar diri akan posisinya. Memang benar ia bukan adik kandung namja di depannya. memang benar dia hanyalah anak beruntung yang dipungut ibu pemuda di depannya. memang benar jika Jungkook terlahir tanpa status. Tapi, apakah dirinya yang terhina ini harus menerima sakit hati yang datang dari keluarga barunya. Membuat ia semakin terhina begitu dalam, dalam... dan sangat dalam....

Tak pernah terpikirkan memang....

"Aku hanya tidak ingin kau sakit seperti waktu itu hyung." mencoba tegar, memberanikan dirinya untuk langsung menatap manik sang kakak. Jungkook harap sang kakak berbelas kasih dan tidak berkata kasar lagi.

Yoongi terdiam, dia menatap dengan dingin dan arogant. Bisa kalian bayangkan bagaimana tatapan benci itu ada. Memandang Jungkook hanyalah seonggok manusia yang asing dan beruntung karena ibunya. Oh... sebenarnya apa yang dilihat sang ibu hingga membuat ia sudi mengangkat Jungkook bagian keluarga ini dan berstatus sebagai adiknya. bahkan Yoongi dengan keras menolaknya.

"Tak berguna!" dengan kasar Yoongi menepis Jungkook. membuat Jungkook mundur beberapa langkah, ingatkan Yoongi jika dia tidak ingin satu oksigen dengan bocah kelinci itu. memuakan dan terlihat hina.

Jungkook secara refleks mundur, bibirnya meringis. Kala tak sengaja jemari Yoongi mengenai matanya. perih dan sedikit berair, Jungkook tak sadar akan kecepatan tangan sang kakak. Membuat ia menerima perlakuan seburuk itu. mengabaikan Jungkook yang menutup kelopaknya dengan jemari tangannya, Yoongi seperti tak melakukan hal yang salah. Berjalan dengan langkah kaki tegas, hingga telapak kaki itu mampu menimbulkan suara di lantai.

Mengabaikan dan tak ada perminta maaf atas kesalahan yang cukup besar dan menyakitkan bagi seseorang. Seseorang yang kini hanya menatapnya nanar dan sendu...

Tes...

Tes...

Tes...

Kau hanya menjatuhkan air matamu sia-sia Jungkook.

"Kau menyakitiku itu benar, kau menghinaku itu benar, kau merendahkanku itu benar, kau selalu membandingkanku itu benar, dan kau tak menganggapku itu benar. Yoongi hyung kau orang seperti apa?" lagi-lagi Jungkook terlihat lemah, membuat ia benci dengan dirinya yang seperti ini.

Merasa putus asa....

Merasa lelah....

Bisakah ia bertahan dengan semua ini.....

Hidupnya yang hina malah lebih terhina. Seperti manusia yang paling bersalah lebih dari penjahat. Dimana hukuman yang tak pernah ia lakukan kesalahannya ia dapat, sederhana namun menyakitkan. Yaitu jika kau dibenci orang secara terang-terangan. Sama halnya dnegan Jungkook yang dibenci oleh sang kakak, Yoongi.

"Jim hyung, aku harus apa?"

Tes...

Tes...

Tes...

Terdengar putus asa, dan lirih...

Terus saja begitu, sampai air mata itu jatuh merosot di pipi kanan dan kirinya. Memejam dengan bibir yang mengambil oksigen. Mengobati sesak dan sakit hatinya, berharap ia tidak jadi orang pendendam esoknya.

Bertahan atau menyerah....

Jungkook seperti berdiri antara dua pilihan....

Yang dia sendiripun belum bisa menentukan pilihannya....

Kenapa ini begitu sulit?

Adakah yang bisa membantunya?

Jika iya, apa yang akan kalian lakukan?

Tolong....

................................................................

Tbc...

Akhirnya aku bisa menyelesaikan satu chap ini dengan baik. Btw aku mengetik chapter ini dengan beberapa lagu yang menurutku bisa membantuku mengembangkan imajinasiku untuk berkeliaran luas. Dengerin lagu BTS : yang berjudul I NEED U untuk awal chapter. Setelahnya, di bagian konflik Jungkook dengan Yoongi, aku pakai lagu epiphany milik Seokjin. Ada juga sih lagunya Pied Piper, ah entahlah aku suka ama musiknya yang bikin ser-ser gimana gitu.

Lalu di bagian Jungkook menangis aku pakai lagu Young Forever. Btw aneh gak sih? menurut kalian ehe. Tapi kalian bisa kok baca chapter selanjutnya dengan lagu lain. Ataupun baca ulang chapter ini dengan lagu lain yang menurut kalian bikin baper.

Jika kalian berkenan bisakah kalian membagikan vote dan membagikan komentar kalian mengenai chapter ini?

Terima kasih karena telah mampir dalam fanfic ini. semoga tidak ada kata bosan dalam kamus kalian, ehe.

Thank you and saranghae...

#el

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro