Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 67 : ON

"Ada dua orang macam di dunia ini, pertama manusia yang berkuasa dan kedua ada manusia yang ditindas. Ying dan Yang bukan sebuah legenda hanya saja ada cara bagi sebagian orang memanfaatkan manusia lainnya. Tetap di sana dan jangan bergerak."

(Author ***** POV)

"- aku tidak tahu kalau sebenarnya badak setan itu sakit parah karena kau tidak mengatakannya. Tapi sungguh aku ingin melihat dia melewati jembatan shiratalmustakim." Keluh kesah seorang Kim Taehyung yang berceloteh bebas dengan Hoseok, jujur hanya dia lah yang menganggap Taehyung itu lucu.

Taehyung sadar bahwa yang dia maksut adalah seseorang diantara tiga orang dibelakangnya dia juga mengatakan hal itu dengan sangat sungguh-sungguh. Si pemilik nama justru menendang kaki itu dengan tenaga sedang hingga membuat Taehyung terpekik kejut. "Bisakah kakimu tidak melakukan kekerasan aku akan segel kau ke gunung badak seperti julukan murah mu." Sadis, Taehyung tak akan pernah lembut pada orang itu sepertinya. Tapi Yoongi menganggap itu hanya sebagai sebuah kebodohan dari sperma yang gagal menjadi bintang.

"Aku tidak peduli meskipun kau anak paling suci di dunia alien." Oke, keduanya tak akur dan Jungkook datang hingga berdiri berada diantara mereka karena takut akan ada acara adu jotos. Lalu Taehyung tak melihat sang kakak lagi yang ada di belakang sana.

"Eh kemana Jin hyung, adakah yang melihatnya?" Jungkook menoleh dia tidak menemukan namja itu, kemungkinan saja dia pergi ke toilet atau membeli sesuatu saat melihat. "Dasar manja kakakmu bukan bocah lagi cepat jalan anak setan kau membuatku geram." Seekor harimau menyalak dengan anak macan, Taehyung bahkan sempat ingin memanggil dukun santet untuk mengerjai namja sipit itu jika dia tak punya hati. Melihat Jungkook menyembunyikan tawanya membuat perasaan sahabatnya itu menjadi lebih tenang, ah... Sadar atau tidak interaksi keduanya membuat ada yang tersenyum.

"Kita coba lihat kesana." Hoseok menarik tangan Taehyung, begitu pula dengan Taehyung menarik tangan Jungkook dan Jungkook yang menarik tangan Yoongi. Persis seperti sebuah kereta yang meluncur dengan cepat. Dasar para kaum bocah lupa usia, tapi mereka tidak tahu bahwa seseorang disana tengah mendapatkan sebuah pukulan dan juga ancaman. Mata nyalang penuh amarah dan juga kekesalan luar biasa dalam hidupnya. Dia sendiri sengaja mengunci pergerakan itu di tempat sepi.

Ya, karena kenyataannya adalah Seokjin berhasil membuat seorang pria itu bertekuk lutut. "Siapa yang menyuruhmu sialan!" Membekap mulut orang tersebut dan sesekali menahan perut pria malang itu dengan lututnya dan menekan kuat. "Aku tidak akan mengatakannya padamu, aku akan membunuhmu."

Tangan itu bergerak cepat membuang pisau lipat di tangannya saat Seokjin berhasil mengambil dan meringkusnya. Dia juga menendang jauh pisau lipat itu agar tidak sampai dalam jangkauan manusia pembuat onar ini. "Siapa yang menyuruhmu, cepat katakan padaku atau aku akan menyeret mu di depan Yoongi dan menghajar mu!" bukan main ancamannya bahkan Seokjin sendiri merasa keberatan ketika dia melakukan ancaman ini. Ada alasan lain lantaran ini seperti bukan dirinya.

"Tidak!" begitu kekehnya manusia itu hingga Seokjin melihat kedua manik mata penjahat di depannya itu. Sedikit melihat tebakan dan memperhatikan bagaimana gelagat pria bodoh di depannya itu. "Apakah kau anak buah Hera?" sepertinya pria itu tidak bisa berkutik sangat jelas dari wajahnya yang gelisah dengan beribu alasan yang keluar dari bibirnya.

"Kau- aku tidak tahu siapa dia aku tidak kenal." Memalingkan wajahnya dia sendiri juga sedikit takut, dia habis dihajar dan diintimidasi. Seokjin melirik salah satu saku baju yang menampilkan bagian atas lembaran uang baru. Sepertinya dia tidak asing dengan salah satu cap lipstik yang nampak itu. "Aku tidak akan memberi kau ampun. PAK KEAMANAN TOLONG KEMARI!"

Suaranya terdengar hingga dua orang petugas keamanan yang berpatroli menoleh, keduanya juga baru saja membeli kopi di salah satu stand. "Tolong saya, ada pencopet!" Seokjin menunjukkan rupa pria dibekuknya dengan senyum kemenangan. Sedikit membanggakan diri sendiri adalah hal yang paling mutu menurutnya. Sesuai rencana pria itu diringkus dan dibawa ke post keamanan. Seokjin menatap lembaran uang dengan noda lipstik berwarna merah muda itu. Dan juga bau uang ini.

"Apa yang kau rencanakan Hera, apakah kau akan membawa paksa Yoongi? Dasar wanita licik!" Seokjin tersenyum kecut dia juga memasukkan uang itu dalam dompetnya. Bukan... Dia bukan pencuri melainkan salah satu pengumpul bukti. Haruskah dia menceritakan banyak sekali usaha Hera untuk membawa Yoongi termasuk menculik dan memaksanya untuk menikah dengan gadis gila itu.

Dia terlalu obsesi, dan itu membuat siapapun ketakutan. Seokjin berfikir bahwa musuh yang dia takuti bukan hanya para perusuh kerja ataupun penagih hutang galak. Akan tetapi wanita gila itu.

"Jin kau darimana saja?" Yoongi sukses membuyarkan lamunannya saat dia ditepuk pada pundaknya. Melihat Yoongi yang menikmati permen di mulutnya juga muka datarnya, haruskah dia menceritakan kejadian tadi pada sahabatnya itu? Memang ini adalah hal fatal lantaran Hera bisa saja melakukan kebodohan lainnya. Hanya saja, di sisi lain ini kesempatan Jungkook untuk menghabiskan waktu bersama Yoongi juga lainnya. Termasuk adiknya Taehyung.

Baiklah, dia akan merahasiakannya seperti biasa dia lakukan. Mengulas senyum palsu dan mengatakan kebohongan kecil meski berkali-kali. "Aku tidak apa hanya saja aku sedang memikirkan berkas di kantor."

"Apakah kantorku dalam masalah?" Yoongi rasa dia mendengar ucapan Seokjin yang meragu. "Tidak ini adalah berkas pribadi, kau tidak perlu cemas ibumu hebat menanganinya hahaha." Sengaja mengatakan hal itu dengan senyum lebar, dia melakukannya untuk mencairkan suasana.

"Apakah kau sedang gila, oh astaga otakmu harus banyak ion." Yoongi memutari jemari tangannya di samping keningnya sendiri. Dia rasa bahwa temannya semakin gila saja, lalu apakah dia akan merasakan hal itu juga? Sepertinya dia harus menjauhi Jungkook dalam jarak beberapa meter. Meski kelihatannya jahat akan tetapi Yoongi memang orang seperti itu.

"Hyung kenapa kau membuatku khawatir ayo traktir aku makanan disana aku sudah lapar." Taehyung datang dengan langkah kaki cepat dia memaksa sang kakak agar mentraktirnya. Seokjin menampilkan wajah masamnya lantaran adiknya tak ada sopan santun. "Kau selalu manis jika ada maunya, jika kau bukan adikku aku sudah mendepakmu lama."

"Hahaha coba saja karena aku adalah super power yang akan membuat Kim Seokjin terhormat jatuh dengan rasa malunya. Aku punya seribu aib yang bisa aku sebarkan kapan saja kkkk..." Kekeh Taehyung dengan wajah liciknya. Tentu saja sang kakak berteriak tak terima dan mengancam Taehyung dengan kata sedikit absurd.

Hal itu membuat Jungkook iri, kapan dia dan kakaknya akan bercanda seperti mereka.

Sementara Jungkook hanya mampu melihat kakaknya dengan senyum tipisnya dan Yoongi menatap dirinya dingin. Seperti gunung es yang tak akan mencair. Keberanian itu muncul ketika dia memainkan kedua jemarinya gelisah, hanya saja dia tak bisa untuk diam saja. Mungkin ini adalah cara yang tepat untuk membuat hatinya tidak mengganjal.

"Yoongi hyung jika kau berkenan tolong dengarkan aku." Langkah kaki cepat dan menarik tangan Yoongi pergi sengaja memisahkan diri dari lainnya, dia akan mengatakan hal serius. Meskipun kenyataannya dia tidak selalu di dengar, "apa mau mu Jeon?"

Di sana Taehyung yang ingin melihatnya serasa mau menyusul akan tetapi tangan kanan kakaknya menghadangnya dan meminta agar Taehyung tak mengganggu. "Ingat Tae, ini bukan urusan kita jika pun itu terburuk bagi Jungkook sendiri setidaknya kita semua bisa tahu jawabannya."

"Aku hanya tidak mau orang angkuh itu membuat sahabatku menderita. Apakah Jin hyung tidak melihat sedihnya Jungkook." Taehyung seakan ingin menyibakkan tangan sang kakak akan tetapi Seokjin selalu berhasil menahan adiknya. Kali ini dengan mata seriusnya juga jemarinya yang mendorong jidat hingga ke belakang. "Kau ini akan merusak usaha Jungkook, kau tidak boleh ikut campur. Percayalah dia bisa jika kau ingin membantunya akan ada waktu kau akan menolongnya Saeng."

Taehyung terdiam, dia sudah banyak mendengar kata bijak bahkan ribuan kali. Dilihatnya Hoseok yang ada disana dan pria itu justru mengangguk seakan setuju dengan ucapan kakak sepupunya. Oke, Taehyung memang akan selalu dengan orang dewasa. Dia hanya bisa bersungut dongkol akan hal ini.

Disini sudah agak jauh dari ketiga temannya lebih tepatnya di bawah wahana komedi putar. Semakin erat genggaman tangan pada lengan kakaknya semakin besar ketakutan dalam diri Jungkook untuk mengatakannya, meski hembusan oksigennya sudah diatur akan tetapi ketakutan itu terus berputar dalam otaknya. Yoongi memperhatikan sikap gemetar adik angkatnya yang begitu menyedihkan.

Anehnya kali ini Yoongi tak mencoba untuk melepaskannya dan dia hanya menurut mengikuti langkah kaki Jungkook, tapi Jungkook sendiripun merasa bahwa kakaknya akan selalu menolak penjelasannya.

"Lepaskan aku Jeon!" tangan itu ditampik, ya... Tentu saja dan itu membuat Jungkook sendiri menghela
nafasnya. "Apakah kau sekarang sangat membenciku hyung..." apakah Jungkook sengaja mengatakan dengan lirih? Entahlah hanya saja kerongkongan nya terlampau sulit untuk bisa mengatakan dengan nada keras.

Kedua matanya terpejam dan kedua tangannya juga terkepal, dia seakan tidak siap mendengar kebenaran secara lebih lagi. "Pertanyaan mu sangatlah bodoh." Eskpresi yang tak bisa ditebak akan tetapi tatapan kebencian itu seakan berkurang jikalau sang adik menyadari hal itu. Sayangnya, tubuhnya hanya bisa berbalik dengan kepala menunduk.

Tapi demi Jimin dia melakukan hal ini walaupun harus menenggelamkan harga dirinya sekalipun, kini dengan jelas namja bergigi kelinci itu bisa melihat manik mata sang kakak tajam. "Kau selalu melihatku dengan tatapan elang dan mengatakan kata kasar bahwa kau membenciku. Lalu kenapa sekarang kau melakukan tindakan aneh yang membuatku sulit untuk memutuskan bahwa kau benar tidak menginginkan seorang adik."

"......"

"Kenapa kau diam saja saat aku bertanya seserius ini. Kau bahkan membuang ku. Kalau begitu kenapa kau menolongku, biarkan saja aku."

Mata berkaca tapi kalimat yang dia ucapkan nampak sangat judes dan tegas. Sesekali tangan kanan Jungkook mengusap kelopak bawahnya dengan cepat.

"Kalau begitu apa karena Jimin, bagian darinya ada dalam diriku. Lalu apa kau sekarang membenciku hanya karena aku membawa bagiannya. Katakan hyung! Katakan!" Jungkook merasa marah dan dia juga menuntaskan kekesalan dalam seluruh otaknya.

"...." Bukan... Yoongi bahkan diam dengan otak berpikir keras. Siapapun akan jengkel termasuk Jungkook yang memikirkan dan menunggu jawaban itu dengan lama. Ingin rasanya kaki itu menendang kaki belakang kakaknya dengan keras agar dia bisa tertawa dengan keras dan puas.

Jungkook seakan dilema dengan jawaban kakaknya, jika seperti ini siapa yang bodoh. Yoongi seakan mempermainkan takdirnya dan mengatakan hal buruk tapi selalu menolong. Lalu pada saat yang sama Jungkook seakan dihempas ketika dia percaya bahwa kakaknya akan menerimanya sebagai Jeon Jungkook.

Tapi...

"Kau memikirkan hal bodoh yang tak ku ketahui, tapi kuakui kegigihan mu untuk mendapatkan predikat sebagai adikku. Mungkin benar kalau kau memang bodoh tapi kenyataannya aku juga tidak tahu kenapa aku terkadang bisa tidak menyepelekan mu." Ucapan itu terdengar resah.

Jungkook tercengang dia menatap antara percaya dan tidak percaya. "Lalu kenapa apa alasannya jika kau melakukannya hanya karena ada jantung ini. Aku rasa kau sangat keterlaluan hyung...." dia tak menangis hanya saja dia menggigit bibir bawahnya dengan jengkel. Dalam kesekian kalinya untuk pertama kalinya Yoongi melihat sisi Jungkook yang dia anggap sebagai kelumpuhan.

"Kau bodoh dan ambisi mu tolol!" puaskan dia melakukan hal ini, jika iya... Apa yang menjadi tujuan dia melakukan hal membuat adiknya meragu. Kenyataannya ketika atensi manik kelinci itu mencoba melihat yang ada hanya ketidakjelasan.

Perlahan Yoongi mendekat akan tetapi ekspresinya tidak berubah. Dia seperti menggantungkan Jungkook dalam beban yang berat melebih batu gunung. "Aku tidak tahu jawaban tepatnya, jika aku mengatakan bahwa dalam dirimu ada jantung Jimin itu benar. Akan tetapi ada hal lain yang tak ingin aku akui meskipun kau memaksa. Jujur saja kau nampak menyedihkan dengan ini semua, jika kau menyerah lakukan saja aku selalu membiarkanmu untuk menyerah. Akan tetapi kau sendiri memilih untuk lanjut."

Dia mencengkram kedua bahu adik angkatnya dan mengintimidasi dengan tatapan kerasnya. Kakaknya sangat keras melebihi batas kapasitas yang dibayangkan, sampai kapan Jungkook bisa dengan mudah menelan ludah. Jika dia melihat manik mata elang itu tak bersahabat, bahkan tangannya seakan tak bisa untuk melepaskannya. Dia bukan yeoja akan tetapi sikap lemah lembutnya memang ada sejak dilahirkan.

"Jika aku menyerah kau akan menang, dan aku tidak ingin kau menang. Kau akan tertawa senang sementara aku bisa saja tidak akan bisa melanjutkan hidup hanya karena aku gagal." Suara tegas dengan kerongkongan serak. Tubuhnya bergetar tapi bukan berarti takut.

Beberapa orang yang melihatnya hanya bisa mengabaikan keduanya meski dari mereka menganggap keduanya aneh dan ada yang mengira kalau keduanya gay. Seakan mereka membuat kontroversi.

"Kau bahkan bisa menebak pikiranku tapi kau terlalu bodoh untuk percaya kau bisa. Jika benar bahwa kau sahabat adikku sejauh mana kalian tahu dan kenapa bisa kau dan kau. Otakku mendidih dan aku selalu muak bahkan memanggil namamu saja membuatku sakit tenggorokan. Marga mu hanya itu saja yang aku katakan meski kenyataannya aku tidak pernah Sudi."

Dia menghentakkan Jungkook dengan menarik kerah itu keras, dia tak peduli jika kenyataannya adik angkatnya ini akan mengaduh sakit. Hanya saja dia seperti meringis dan mengamati hal bodoh dalam otaknya lagi. Jika Jungkook adalah Jungkook dan Jimin adalah Jimin tapi kenapa Yoongi bisa menjadi terlunta seperti ini? Jujur, kepalanya hampir mendidih karena hal ini.

Jungkook sebenarnya tak mau pertikaian hanya saja dia mencoba untuk menghadapi kakaknya yang seperti ini. "Jika kau kasihani aku hanya karena jantung Jimin hyung apakah kau bisa mengatakan bahwa aku adikmu, dengan kau menyebut namaku sesuai kewarasan mu?"

Yoongi seperti diserang oleh kumpulan logika menggumpal dalam darahnya. Haruskah dia menjawab hal tak penting ini? Akan tetapi dia sungguh merasakan bahwa detakan jantung Jimin adiknya itu ada. Jika beberapa orang kehilangan keluarganya mereka tak bisa mendengar dan merasakan kehadiran itu. Tapi seakan Tuhan memberikan kesempatan, Jimin dia seperti hidup kembali dalam diri Jungkook dan segala tabiat apa adanya.

"Kau mengatakan hal bodoh tak berujung, sampai kapan kau ingin mengalahkan ku dengan bodoh mu itu? Bahkan kau tak tahu aku begitu membencimu karena kau ingin menggantikan adikku." Dia tak melepaskan kerah baju itu akan tetapi setiap kaya dia ucap seakan mendikte dengan sangat menohok.

"Jika saja Jimin hyung hidup aku tidak tahu apakah dia masih mengenal mu atau tidak. Tapi yang jelas jika kau benci aku, sama saja kau benci dia. Kau pasti paham bukan? Jimin hyung dia memperhatikanmu." Jungkook melepaskan begitu saja cengkraman itu ketika dia sadar bahwa Yoongi lengah. Dia juga tak akan pergi atau menghalangi langkah kakaknya yang mencoba melarikan diri.

"Jika saja kau tidak beruntung kau pasti sudah mati." Ancamnya dengan jawaban tatapan begitu tegas dari seorang Jeon. Dia juga menahan tangan Yoongi sekali lagi agar dia bisa mengatakan satu hal.

"Aku tak akan menyerah karena kau pun begitu. Siapa yang menang siapa, dan siapa yang kalah siapa. Kurasa jika aku begitu kekeh kau akan percaya sama halnya aku percaya bahwa kau begitu kekeh untuk membuang ku."

Apakah dia seorang Jeon Jungkook yang berbeda.

Kegilaan Yoongi dan penyakit skizofrenia kambuh dia juga tak menyangka jika pada akhirnya dia melihat bayang Jimin. Hanya saja dia begitu sadar langsung menggelengkan kepalanya dan sedikit mendengus kesal. Kenapa dan apa lalu kenapa dan mengapa?

"Kau bodoh!"

Hanya itu yang di dengar Jungkook terakhir setelah dia melihat punggung sang kakak menjauh, mungkin dia tak akan pergi menemui lainnya.

"Sampai kapan kau berdusta, kau bahkan tak mengatakan satu kata padaku jika kau peduli dan secara jujur mulai percaya dan menyayangiku." Mata itu menatap penuh permohonan walau ada banyak kemungkinan dia gagal.

Membuat seekor elang untuk percaya bahwa dia bukan mangsa itu terlampau sulit.

Seseorang datang dari arah belakang dia langsung menepuk pundak sahabatnya itu dan mengatakan hal ajaib yang bisa membuat dia kehilangan rasa sedihnya. "Jungkook jangan risau ada kami disini."

Tak menoleh dan tersenyum tipis, dalam hatinya namja muda itu sangat berterimakasih. Kim Taehyung dia seakan tahu segalanya. Kuasa Tuhan memang adil.

,

Mama seakan tak ingin bicara dan tak bisa menolak dengan seseorang di depannya. Apakah ini adalah sebuah masalah lagi? Seorang tamu tak diundang datang dan dia membawa berkas juga narasi minta maaf atas kesalahan besar. Jika dia biasanya welcome dengan orang dan sekitar maka sekarang tidak sama sekali.

"Untuk apa anda melakukan hal itu jika anak anda yang sudah dibuang bahagia." Mendekap pegangan kursi disisinya dengan erat. Bahkan sang mama pun nampak menunjukkan wajah tak bersahabat nya. Dia bukan orang baik dalam keadaan tertentu, hanya saja seorang pengacara di samping wanita itu jua membuat kedua matanya sakit. Siapa yang mengharapkan kedatangan mendadak mereka.

"Bahagia? Bagaimana anda bisa mengatakan itu dengan mudahnya sementara anakku selalu di kucilkan saudara tirinya. Dia anak pungut dianggap seperti itu dalam keluarga barunya, wanita itu juga yang membuat hidup Jungkook harus berakhir disini." Wajahnya tak terima, hanya saja dia seperti tersirat akan kesedihan.

Pengacara disampingnya juga berusaha untuk menenangkan kliennya, apa yang menjadi derita wanita itu dirasakan. Karena dalam hal apapun dia adalah seorang ibu.

(Flashback **** ON)

Sebelas Maret menjadi hari terakhir hubungan keduanya harus berakhir. Dia masih menggendong bayi dalam dekapannya ini masih siang akan tetapi ini bukan siang indah yang biasa dia dapatkan. Keinginannya untuk bisa menghabiskan waktu dengan seseorang yang dicintai pupus sudah.

Meski dia tak menangis tapi dia tidak tegar, hanya saja dia melakukan ketegaran itu di depan pria yang menjadi ayah dari anaknya.

"Kau mengatakan hal ini saat kau sudah menyepelekan ku dan anakku." Dia mendorong bahu kanan pria di depannya, dia juga tak ingin bahwa tekanan batinnya besar karena emosional meledak. Hanya saja dia seakan sulit untuk menahan itu semua apalagi si kecil yang menggeliat.

"Aku sudah bilang kalau hubungan kita ini salah, istriku sudah melahirkan lagi dan anakku juga tumbuh besar. Aku tidak bisa mendua." Dia mengatakan hal itu dengan kalut sekaligus tergagap dia juga tak ingin membuat satu wanita terluka, hanya saja dia terjebak dalam penyesalan terdalam.

Myeong Han mendecih, dia merasa pria di depannya adalah manusia biadab. Haruskah dia mengatakan bahwa dia sangat membencinya sekarang, akan tetapi hatinya serasa tak ikhlas untuk mengatakan demikian. "Lalu siapa yang aku gendong ini? Dia adalah darahmu dan dia juga laki-laki yang akan tumbuh dengan kuat." Dia menunjukkan wajah mungil di depan pria itu berharap jika Han Dong akan luluh. Ya dia adalah pria yang dulu menjadi salah satu angkatan ketika mereka SMA.

Jatuh cinta itu tak terelakkan ketika Myeong Han bekerja di sebuah karaoke. Akan tetapi hubungan mereka terlarang dan sempat membuat konflik dari istri prianya. "Aku melakukan kesalahan sebaiknya kau pergi dan aku akan memberikan lima juta won dan ini tiket untuk pergi kau ke Daegu."

Bajingan!

Satu kata yang dia ucapkan dalam hatinya, tangannya juga tak langsung menerima begitu saja tawaran itu. "Kau mengusirku secara halus, dasar brengsek! Apa yang kau mau huh! Apa kau takut dengan istrimu itu, aku bisa jadi istri keduamu ketimbang menjadi wanita simpanan!" Tenggorokannya secara tak sadar menjadi kering dengan tatapan mata berkaca.

"Maafkan, aku tidak bisa pergilah dan jangan temui aku." Dengan santainya dia menjatuhkan tiket kereta di atas telapak tangan itu dan pergi masuk ke dalam rumah sakit. Ya... Mereka ada di depan rumah sakit saat salah satu anak Han Dong tengah di rawat.

"Kau bajingan sialan, aku tidak akan pernah memaafkan mu. Aku melakukan ini untuk anakku. Dia butuh kau brengsek!" Terlanjur kasar, tapi biarlah karena dia juga sudah sangat kesal dengan orang disana.

Han Dong terdiam wajahnya juga seakan bingung dan tertunduk dia memainkan kakinya untuk sembunyikan gugup. "Aku tidak punya anak itu, anakku hanya Yoongi dan Jimin. Jangan ganggu keluargaku lain aku ingin memulai dengan hal baru bersama mereka."

Ucapannya sudah menghunuskan segala atensi perasaan dan harapannya sebagai seseorang yang memiliki masa depan untuk bisa menikah. Myeong Han pada akhirnya menjatuhkan air matanya meski dia tak mengeluarkan isakkan nya. Bayinya semakin keras menangis akan tetapi ibunya mendekapnya begitu erat seakan menahan kekesalan.

Ada tatapan ketidakpercayaan disana, juga tangisan seorang bayi yang pecah. Tangisan seakan dia tahu bahwa sang ayah menolak dirinya juga ibunya.

"Lihatlah nak betapa jahatnya ayahmu dia bahkan membuang kita dan kau baru saja lahir seminggu. Tapi kenapa kau tidak bisa membuat ayahmu luluh dengan ibu Hem..."

Meskipun Han Dong sudah tidak ada disana akan tetapi tatapan ibu ini justru berpindah di tubuh mungil bayi tampannya. Seakan dia tak ramah seperti di rumah tadi.

"BERHENTILAH MENANGIS KENAPA KAU MENANGISI AYAHMU YANG BAJINGAN ITU HUH! KAU ANAK EOMMA BUKAN ANAK AYAHMU, DIAMLAH SAYANG!"

Tes...

Tes...

Tes....

Apakah dia ambruk? Bukan tubuhnya yang ambruk akan tetapi hatinya demikian. Sampai akhirnya dia menatap penuh dendam, pada seorang bocah yang melihat dia dengan tatapan bingungnya dan juga dia yang membawa sebuah kantong berisi makanan. Wajahnya mirip dengan pria brengsek disana hingga dia mendecih.

"Dia-" satu alasan agar dia bisa membalas rasa sakitnya. Wanita itu datang menghampirinya dan menatap bocah itu dengan tatapan marahnya. "Bibi kenapa menatapku seperti itu, apakah aku mengenal anda?" Kerut itu terangkat alisnya juga bergerak dengan heran, apa dan siapa. Satu kata yang terlintas dalam bibi itu adalah.

"Ini karena ayahmu yang brengsek."

PLAAAAKKKK!!!!

Tamparan sangat keras dan bertenaga itu mengenai pipi bocah itu hingga merah dan seorang pria berlari menghampiri bocah itu dan berkata, "KENAPA KAU MENAMPAR TUAN MUDA YOONGI!"

Sementara Yoongi jatuh tak sadarkan diri dan kepalanya terbentur. Ada sedikit darah keluar dari sana dan wanita itu pergi dengan cepat membawa anaknya yang menangis. Kesalahannya adalah dia melampiaskan semua kekesalannya pada seorang bocah yang tidak tahu apapun.

Ada skandal cukup besar saat dia menjadi seorang ibu untuk pertama kalinya.

(Flashback **** OFF)

"Aku ingin membuat hidup baru dengan anakku, kesalahan di masa laluku akan aku bayar setelah membawa Jungkook bersamaku. Mungkin aku jahat sebelumnya tapi aku benar-benar ingin anakku kembali." Mengusap air mata itu secara dramatis. Akankah dia mengatakan hal lainnya lagi agar wanita itu luluh dan percaya sementara dia membutuhkan seseorang yang bisa membantunya di pengadilan.

Hanya saja mama menolak hal itu dan mengatakan dengan nada culas. "Tapi sayangnya Jungkook bahagia dengan ibu Shi Hye, dia memberikan apa yang diinginkan Jungkook sejak dulu."

Apakah ini merupakan suatu kebanggaannya saat dia mengatakan bahwa Jungkook bahagia tanpa ibu kandungnya. Iya, dia mengatakan itu dengan lantang dan apa kabar dengan ibu kandungnya saat mendengar nama wanita bagaikan musuh bebuyutannya itu. "Aku tidak akan rela wanita itu merebut anakku."

Untuk pertama kalinya mama dalam panti asuhan ini sangat serius dia menatap wanita di depannya dengan tatapan atraktif. "Dia tidak merebut anakmu hanya saja kau kehilangan kesempatan menjadi seorang ibu karena kesalahanmu."

Ucapan itu membuatnya tercekik rasanya dia tertohok dengan hal itu. "Anda bisa mendapatkan pasal hukum karena sudah melakukan pencemaran nama baik." Pengacara di sampingnya menambahkan akan tetapi maklumat yang dia ucapkan itu sama sekali tak membuatnya takut.

"Jika menurutmu, lalu bagaimana dengan seseorang anak yang membuang darah dagingnya. Apakah itu bukan kejahatan lebih parah dari yang aku sengaja lakukan. Anda pengacara dan pasti hafal masalah hukum, kenapa anda bisa mengatakan bahwa aku punya kesalahan sementara klient anda memilikinya jauh lebih besar."

"Apakah anda ingin menantang ku?" Sikap seorang pengacara brutal sama seperti yang dipilih oleh wanita itu. "Kalian sama saja membuang waktuku, aku ingin melanjutkan pekerjaan tertunda. Kalau begitu silahkan pergi dan jangan kembali, jika kau ingin Jungkook kembali padamu kau harus bertanya apakah dia mau bersamamu."

"Apa yang kau katakan aku ibunya, dia jelas mau bersamaku. Dia butuh ibu kandungnya anda paham!"

"Tapi sayangnya Jungkook terbiasa memiliki banyak ibu. Tanpa ibu kandungnya yang jahat pun dia bisa hidup, dan tanpa kau sekalipun dia bisa memliki pilihan. Jangan yakin kau akan mendapatkan anak sapi jika kenyataannya kau memelihara ayam dalam kandang."

Sempat berselisih akan tetapi hal itu menjadi kesudahan dan itu bukan berarti bahwa dia mau membantu untuk membuat Jungkook kehilangan kebahagiaan yang dia baru dapatkan. Dengan cara sedikit tak manusiawi dia mengusir bagaikan mengusir seekor kucing yang nakal. "Jangan kembali ke sini karena aku wanita yang sibuk." Menutup pintu dan membuat keduanya dongkol. Beruntung beberapa anak disana seakan mengabaikan keduanya.

"Apa yang harus dilakukan, apakah anda ingin melanjutkan gugatan?" Pertanyaan yang sama terlintas dari bibirnya setiap kali dia mendapatkan hal gagal sekalipun. "Aku akan melanjutkannya aku akan menemui Jungkook. Aku tak ingin kehilangan putraku kedua kalinya."

Siapa yang menang siapa, dan siapa yang kalah siapa. Babak pertama baru saja dimulai. Jika pada akhirnya dia yang akan menang kemungkinan dia akan memberikan apapun yang Jungkook mau.

Bahkan itu nyawanya sekalipun.

...

TBC...

Hai semua apa kabar, bagaimana dengan chapter ini semoga kalian suka ya dan ketegangan akan berlangsung sekaligus detik" ff ini akan selesai.

Kalau kalian berkenan beri dukungan dan masukan ya kawan, sarangheo...

Jangan lupa jaga kesehatan dan semoga bahagia selalu....

Thank you very much...

#ell

13/08/2020


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro