Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 61 : Persona

"Siapa yang salah siapa, bisakah ada keajaiban ketika dia ingin mencoba untuk memperbaikinya?"

(Author ****** POV)

Taehyung bosan....

Dia merasa bosan dan mengalami kesialan karena dia diusir dari kelas karena mendapatkan pelanggaran salah seragam. Hal gila yang dia alami adalah ketika dia tidak sengaja dan murid melakukan tindakan kejam. Ingin rasanya dia pindah sekolah lokal biasa tanpa ada kata elit. Di sana dia melihat sebuah spanduk dengan tulisan cerdas dan bermartabat.

"Sangat disayangkan, tidak sesuai visi cih!" Taehyung merangkul tasnya dia sudah muak dengan keadaan seperti ini. Sama sekali tak peduli akan tetapi kenyataannya dia juga tidak bisa membuat ibunya dalam jurang kemiskinan di masa depan. "Sial sekali, jika tahu seperti ini seharusnya aku ikut pelatihan laut atau udara. Sepertinya aku akan lebih sukses disana, cih menyebalkan sekali."

Menyesal....

Tidak, Taehyung sama sekali tak berfikir seperti itu. Hanya saja dia kurang beruntung. "Hei kenapa kau begitu muram, dasar Kim Alien Taehyung." Suara itu datang dari belakang dan mengejutkannya hingga namja muda itu menunjukkan wajah jeleknya. "Yaaaaaakkkk namjoon hyung kenapa bisa kau disini?!"

Menurut Namjoon definisi orang bodoh adalah manusia sepertinya dia bahkan mendorong jidat itu dengan wajah kesalnya. "Kau manusia bodoh yang aku kenal, sayang aku menjadi akrab denganmu alien." Mengambil sakunya dan memberikan amplop berisi uang padanya.

"Apa ini?" Taehyung kaget dia sedikit segan menerima lantaran dia tidak paham dengan apa yang diberikan untuknya. "Apa kau lupa kau sudah bekerja setiap malam di tempatku seminggu ini gaji mu atau kau memang tidak ingin digaji?" sepertinya dia sedikit maklum dengan daya ingat Taehyung yang rendah.

"Baiklah sepertinya kau tidak ingin uang gajiku." Baru saja Namjoon ingin memasukkan amplop itu dalam kantongnya Taehyung sudah menghalanginya dan memasang wajah memelas meringis nya. Siapa mau orang bekerja tanpa digaji, sementara tenaga itu butuh usaha. "Aku mau jangan begitu, aku baru saja sadar bahwa kau juga punya utang bayaran padaku. Terimakasih hyung, ini pertama kali aku mendapat uang hasil jerih payahku." Dia begitu bahagia sampai mencium amplop dengan senyumnya.

Namjoon tertawa dia menganggap Taehyung sebagai anak kecil yang mendapatkan ampau. Hanya saja dia juga senang karena bisa membantu orang meski tidak seberapa. Melihat keanehan dari segi seragam dan tas sekolah juga waktu di jam tangan yang menunjukkan jam sekolah. "Kau membolos ya, kenapa kau menjadi anak nakal Tae?"

Taehyung mengelak dia bahkan menampik dengan keras seperti anak kecil yang tidak mau makan sayur brokoli. "Kau ini bagaimana bisa menuduhku seperti itu, kau tahu ada penyihir jahat yang mengusir ku hanya karena aku salah seragam." Mendengar hal itu membuat Namjoon melongo, serius... Dia mendengar ada pihak sekolah melakukan hal seperti itu walaupun hanya sepele. "Kau jangan bercanda aku tidak suka pembohong." Ingin dia melangkah pergi dengan wajah marahnya.

Tapi Taehyung menghalangi jalannya dengan membuka lebar kedua tangannya. Dia menggelengkan kepalanya dengan menampilkan wajah polosnya, "dengarkan aku dulu. Aku tidak berbohong." Ada manik mata kesedihan disana, dia juga merasa bahwa Namjoon saja tidak mempercayainya. Apalagi ibunya nanti jika dia bercerita, dalam pemikiran panjangnya Taehyung menyadari bahwa tidak semua orang percaya dengan dirinya. Secara perlahan dalam benaknya jatuh dan kecewa.

"Tae..."

"Tak apa hyung bisa pergi, hehe maafkan aku menghalangi jalanmu. Aku akan pulang karena aku juga bingung mau melakukan apa."

Taehyung pergi dia menyembunyikan wajah sedihnya dengan ringisan bodohnya, hanya saja dia berhadapan dengan seseorang peka rasa. "Kau tidak harus berpura-pura. Maafkan aku karena tidak percaya padamu, bagaimana kalau kita pergi memancing bersama." Dia memperlihatkan senjata pamungkas nya dan menawarkan satu buah lagi untuk Taehyung. Ada senyuman mengembang disana dan dia merasa bahwa rupanya masih ada seseorang memahami perasaannya.

"Tentu saja aku mau, kalau aku dapat uangnya aku bawa pulang ya." Taehyung mengambil alat pancing itu, lagi pula dia juga disuruh meninggalkan jam sekolah jadi tak ada alasan kenapa dia harus dimarahi nantinya. "Apakah kau tidak mengganti bajumu, jika kau menggunakan seragam kau akan digunjing orang-orang karena dikira membolos." Namjoon menunjuk baju namja itu dengan menggerakkan dagunya, secara logis orang sekarang lebih suka mengatakan sesuatu yang belum tentu jelas kebenarannya.

"Ah iya, aku lupa. Kalau begitu bisakah kau menunggu ku. Aku akan menggunakan jaket dan celana olahraga, supaya tidak ada manusia dusta mencemooh." Rasanya sangat senang jika harus mencela meski dia sadar itu dosa. Dengan langkah kaki semangat dia menuju toilet yang tak jauh dari lokasinya.

Namjoon melihat dari kejauhan bagaimana punggung manusia riang itu berlari. Hanya saja dia menjadi ikut sedih saat ingat bagaimana Taehyung menangis dan mengatakan uneg-unegnya ketika dia mabuk. Ya, hatinya tercabik dengan kisah tak sengaja dia dengar ketika namja itu mengatakannya. Apalagi dia tak menyangka jika ada seorang ayah begitu bajingan, andai saja dia ada disana. Dia akan menjadi orang pertama yang menghajar dan menyeretnya masuk dalam penjara, dia juga yang akan menghakiminya.
Karena orang bejat tak pantas untuk mendapatkan hidup.

Motto begitu mengerikan memang.

"Kau akan selalu mendapatkan bantuan dariku." Ucapnya seperti sebuah janji dan mendongak ke atas langit.

,

Jungkook nampak tak semangat ketika dia melihat jendela disana, dia tak melihat temannya lagi dimana dia pergi dan apa yang akan dia lakukan. Nyatanya saat dia melihat wajah guru di depannya perasaannya menjadi muak, sebal dan marah.

Bagaimana bisa? Taehyung tak diberi kesempatan hanya karena sebuah seragam. Jika salah pasti akan mendapat teguran, tapi ini lebih dari sebuah teguran dan kesalahan melebihi orang yang membuat atau menghajar teman. Ini tak adil, saking lama melamun Jungkook kena tegur dari guru yang sama.

"Kenapa kau melamun ini pelajaranku apa kau tidak ingin mendapat nilai bagus!" Dia memukul mejanya dengan penggaris kayu membuat semua siswa dia dalam kelas sana menjerit terkejut. "Aku minta maaf." Wajahnya tertunduk, dia meminta maaf dengan apa yang terjadi, termasuk kesadarannya mengenai ketidak konsentrasinya.

Jungkook sendiri juga sudah malas dan jenuh. "Maafkan aku pak, aku ingin ke UKS." Dirinya tak ingin basa basi, dia bahkan pergi tanpa mendengarkan teriakan kerasnya. "HEI JUNGKOOK MAU KEMANA KAU?!!" Dia mencoba menghardik muridnya, membuat langkah Jungkook diam bergetar.

Meski dia sempat berani ingin mengabaikan amarah meledak dari gurunya itu. "Mau kemana kau, jika kau sakit wajahmu harus pucat. Oh apa kau ingin membolos atau kau ingin menyusul temanmu yang kurang ajar?! Jangan mencoba membohongi anak keparat. Masuk dan kerjakan soal jika kau sukses kau juga yang merasakannya."

Cukup gila karena seharian banyak murid yang menderita akibat tempramental orang tersebut. "Aku memang sedang sakit, makanya aku ke UKS pak." Jungkook menunduk akan tetapi harga dirinya begitu dijatuhkan ketika sebuah tangan mendorong jidatnya hingga bergerak mundur.

Hampir semua murid disana tak bisa melakukan pembelaan pada temannya lantaran mereka juga takut dihukum, apa yang merasuki guru gila itu dan kenapa orang sepertinya bisa menjadi guru. Meski kebanyakan guru yang tegas merupakan senjata dari berbagai sekolah untuk mendidik muridnya.

"Otakmu bodoh dan kau mulai berbohong aku tidak akan membiarkan kuman sepertimu melakukan tindakan bodoh, kalian lihat jika kalian sepertinya masa depan kalian akan hancur. Dia dengan Kim Taehyung itu sama saja, sama-sama pembuat onar."

Merasa begitu sangat di rendahkan ada bibir yang dia gigit. Apakah dia jengkel? Tentu.... Apakah dia marah? Ya... Dia juga merasa bahwa sahabatnya menjadi korban ucapan kasar gurunya itu. Andaikan dia mengadu pada kepala sekolah sudah pasti dia akan dipecat.

"Aku akan mengadukan anda pada kepala sekolah, anda bermain kasar pada murid."

Jungkook menatap guru itu dengan marah dia juga menahan tangisnya hingga semua teman sekelasnya merasa kasihan sekaligus takut. Siapa sangka bahwa seorang Jungkook bisa mengatakan seberani itu padahal selama ini tidak ada yang ada banyak yang memilih diam atau malah pindah sekolah.

"Kau murid kurang ajar, berani kau mengancam ku hah? Aku akan memukulmu, dasar anak nakal. Apakah kau tidak diajari sopan santun orang tuamu. Aku tidak suka anak brengsek sepertimu!" beberapa kali dia mengacungkan penggaris kayu itu di depan Jungkook seakan hendak menimpuk nya.

Meski beberapa kali juga kelopak matanya menutup tanpa sadar saat itulah dia tahu bahwa ucapan gurunya sudah kelewatan.

"Aku anak yatim piatu yang diasuh jadi aku tidak tahu bagaimana dan siapa orang tuaku. Aku hanya punya seorang ibu yang mengangkat ku, beliau begitu baik padaku."

Jungkook tidak bisa mendongak begitu saja saat dia mendapatkan tamparan dadakan dari gurunya. Rupanya guru itu tidak suka dengan ucapan muridnya dia bahkan menimpuk bibir Jungkook hingga terluka. Tentu saja dia jatuh ambruk dan membuat beberapa siswa disana bangun dari bangku dan membantu Jungkook.

"Pak jangan pukul teman kami, anda keterlaluan." Si ketua kelas menghadang pria itu agar tidak mendekat tubuh Jungkook yang ambruk. Bukan hanya itu saja salah satu guru juga keluar untuk meminta bantuan, akan menjadi besar jika masalah ini dibiarkan begitu saja.

"Kenapa kalian menghalangiku dia kurang ajar aku akan memukul kepalanya agar tidak kotor. Kau murid sialan!" pergerakan guru itu juga ditahan murid disana, beberapa siswa menahan kedua lengannya dan meminta agar guru itu menjadi tenang.

"Kook kau tak apa, kami akan membantumu. Hei bibirmu berdarah." Si ketua kelas membantu temannya berdiri dia juga merasa kasihan dengan Jungkook yang pucat. Bahkan dia berfikir bahwa benar Jungkook membutuhkan UKS saat ini.

Bagaimana dia tidak jengkel ketika muridnya pergi dengan alasan kecil. Beberapa murid disana juga menatap penasaran dengan Jungkook yang begitu berani melawan guru killer itu.

"KALIAN CEPAT SELESAIKAN TUGASNYA!"

Mereka ketakutan apalagi di wajah masing-masing yang seakan tak bisa melawan. Bagi kebanyakan peraturan mengatakan bahwa guru selalu benar.

Hanya saja untuk sekarang itu tidak benar hingga satu kelas seakan memboikot guru tersebut dan mendorong tubuh itu hingga keluar dari kelas. "Apa yang kalian lakukan huh! Hei aku akan menghukum kalian!" Seluruh siswa laki-laki mendorong tubuh guru itu. Mereka masih punya hati untuk melindungi kawannya bukan berarti mereka kurang ajar. Cukup logis bukan karena mereka melindungi satu sama lainnya.

"Jungkook maafkan aku tapi aku akan menempelkan plester ini, nanti akan infeksi." Hara dia datang dengan membawa p3k kelas, dia adalah bagian sekretaris dalam kelas ini. Beruntung kekasihnya juga ikut membantu dengan memberi aba-aba pada murid laki-laki untuk bekerjasama.

"Hei kunci pintunya dengan meja dan kursi jika pak guru masuk kita akan habis."

"Apakah tidak apa jika kita melakukan ini, bagaimana kalau kita akan kena marah kepala sekolah."

"Jangan menjadi penakut begitu, apa kau tidak lihat Taehyung dikeluarkan dari jam kelas karena salah seragam dan Jungkook saja dihina begitu."

"Ah benar juga ya astaga kenapa aku bisa tahan dengan guru seperti itu dulu."

"Kita saja yang bodoh sampai banyak teman kita yang keluar dulu. Ah Jungkook kau jangan takut kita akan melindungimu karena kita teman. Kau lihat kan kita kompak?"

Jungkook mendengarkan bagaimana siswi perempuan disini seakan membelanya begitu juga dengan siswa laki-laki yang menjaga keutuhan kelas. Sayang sekali Taehyung tak melihat hal ini jika iya Jungkook yakin dia akan menjadi orang paling heboh.

Merasa bahwa tubuhnya sudah tidak nyeri dengan gerakan cepat dia langsung membantu kawannya dan mengangkat meja atau kursi untuk menghalangi jalan masuknya. Pada dasarnya mereka akan kena hukuman karena sikap mereka walaupun mereka sudah berniat dan siap untuk dihukum.

Kompak walau berjarak. Ah bukan kompak jika bersama.

1

2

3

"Ayo semua jangan menyerah!"

Teriakan ketua kelas membangkitkan semangat.

,

"PERGI KAU SIALAN PERGI! JANGAN GANGGU AKU!"

Suasana sudah berantakan ketika Yoongi melempar hampir semua barang pecah disana. Dia melempari seorang pemuda yang merupakan kawan lamanya, hanya saja Yoongi terlalu membencinya karena masa lalu.

"Yoongi tenanglah nak jangan lakukan itu. Apa kau ingin menghancurkan kamarmu?!" Ibunya bahkan susah payah untuk menenangkan putranya. Kepayahan dengan tenaga Yoongi yang selalu menolak suntikkan, dia membawa dokter Jung sebagai orang kepercayaan jika menghadapi situasi ini.

"Pergi kau sialan kau pembunuh adikku, pergi kau!" Yoongi mengacungkan pisau di depannya. Bukan hanya itu saja benda mengkilap itu seakan mengumbar cahaya di titik benda tajam itu hingga namja di depannya itu ketakutan.

Hanya saja sudah cukup untuk dia bersembunyi. "Yoongi turunkan pisau mu tolong dengarkan apa yang aku katakan." Berharap jika dia mau mendengarnya, bahkan langkah kakinya berani walau selangkah. "Jangan mendekat sialan, aku akan membunuhmu!" Yoongi kalang kabut kedua siluet matanya menyimpan dendam begitu besar apalagi melihat bagaimana namja itu masih bisa hidup dan bernafas dengan apa yang dia dapatkan.

Ibunya meminta agar namja itu tidak terlalu memaksakan dirinya agar Yoongi tidak terlalu berdebat dan membahayakan beberapa orang lagi. Apalagi ketika Jungkook merasa kecewa dan hancur karena anaknya. Dokter Jung secara spontan menusuk jarum suntik itu ke lengan Yoongi dimana namja itu sempat lengah.

Butuh waktu lima menit agar bius itu mempan, perlahan pandangan Yoongi memburam dia juga tidak kehilangan keseimbangan. "Yoongi tenanglah, eomma akan merangkul mu sayang." Tubuh itu dia rangkul dan melihat anaknya sudah mulai sayu dengan pandangannya yang mengabur.

"Tolong jangan dekati aku sialan..." Semakin lirih dengan kepala jatuh di atas tempat tidurnya. Bantal putih itu juga menjadi korban tumpuan kepala penuh dengan rambut berantakan itu. Secara tak langsung kawannya menatap dengan wajah sedihnya. Sehancur inikah kehidupan seseorang setelah ditinggal pergi jauh ke akhirat?

Jika bisa dia tidak akan menerima donor jantung ini jika ada yang tidak mengijinkannya. "Apakah kau tidak apa-apa Hoseok?"

Dia menggeleng dengan senyuman sebagai jawaban, dia juga tak tahu harus berkata apa lagi. Rasanya dia merasa bersalah dan tentu saja dia juga tidak bisa mengatakan pada siapa dia jantung itu ada sekarang. "Maafkan sikap Yoongi, aku tahu kau pasti lelah setelah kedatangan mu dari luar negeri. Kau menjadi dokter yang hebat."

"Terimakasih nyonya Min tapi aku tetap bukan dokter yang hebat karena aku punya kesalahan pada Yoongi."

Semakin tak bisa melupakan kesalahan di masa lampau ketika batang luka itu seakan belum dimaafkan. "Lupakan masa lalu sayang, aku tidak akan memaksamu tapi kau tahu pilihan Jimin menyelamatkan nyawa seseorang." Itu cerita lama tapi kisahnya akan dikenang selamanya.

"Aku tidak akan mengatakan hal apapun selain terimakasih karena Jimin sudah menyelamatkan orang lain. Hanya saja karena kesalahanku Yoongi membenci ku padahal kita berteman akrab dan tinggal sebagai tetangga." Hoseok menatap sedih dia dan Yoongi memiliki umur sama dalam jangka satu hari kelahiran mereka. Dulu keduanya suka bermain dan menghabiskan waktu seakan dunia anak kecil adalah hal membahagiakan bagi mereka.

"Yoongi akan segera mengerti dan ini bukan kesalahan mu, hanya salah paham lagi pula aku sudah mengangkat seorang anak untuk menjadi adiknya. Aku harap Yoongi bisa melupakan kesedihannya dan hidup dengan baik." Harapan kecil dalam hatinya dia juga tak bisa mengatakan hal banyak termasuk sikap Yoongi yang begitu buruk pada Jungkook.

"Syukurlah aku harap dia bisa menjadi yang aku kenal. Aku merasa dia lama menderita dalam masa lalu dan rasa bersalahnya. Jimin dia pasti sedih melihat kakaknya. Aku hanya ingin meluruskan salah paham ini, karena aku tidak bisa tenang meskipun aku ke luar negeri sekalipun."

Dia menatap wajah lelah kawannya hanya saja dia tidak bahagia dengan keadaannya. Apakah bisa waktu di ulang sehingga kala itu dia berani jujur dan mengatakan hal sebenarnya, bahwa... Jimin memberikan organ terbaik dan juga organ yang masih sehat untuk salah satu pasiennya. Dimana pasiennya adalah salah seorang menjadi nilai tambah dalam pekerjaan magangnya dulu.

Pantas jika Yoongi menganggap dia jawab brengsek.

Banyak tingkah dan sebagainya, banyak gelar yang diberikan akan tetapi semua itu tidak benar.

Semua itu ucapan Yoongi bahkan dia juga sempat merasa kesal dan marah meski itu dia lupakan begitu saja. "Apa kau ingin menginap, aku akan siapkan kamar untukmu." Tawar Shi Hye dia juga melihat bahwa cuaca mendung, mungkin saja jika dia bisa bersama Yoongi juga Jungkook salah paham akan segera membaik.

"Tidak aku sudah mengecewakan Yoongi jika aku disini dia akan semakin marah. Lagipula aku sudah menyewa apartemen besok aku akan datang dan meminta penjelasan."

Kasihan...

Putranya memang keterlaluan akan tetapi jika keadaan psikologis pemicunya dia juga tak sepenuhnya menyalahkan Yoongi. Sudah banyak orang yang sakit hati dengan anaknya, lalu sekarang harus berapa lagi. Padahal mereka orang baik.

"Baiklah tapi jika kau butuh bantuan hubungi aku. Kau ingat kau sudah aku anggap sebagai anak sendiri. Salam untuk ibumu dan ayahmu jika mereka menelfon mu." Diusapnya penuh sayang dan cinta, dia sama sekali tak membedakan bagaimana anak sendiri atau orang lain. Sikap hangatnya memang menjadi momok kebahagiaan bagi orang lain.

Hoseok pamit dia juga melihat wajah damai tidur Yoongi, rasanya dia bukan orang baik. "Aku akan mengatakan hal sebenarnya sesuai dengan janjiku pada Jimin."

Banyak yang mengatakan hal tersebut, baik Seokjin dan Jungkook. Seakan Jimin meminta pesan pada orang berbeda dengan takdir yang beda. Hanya saja tanpa sadar permintaan itu seakan menyatukan mereka. Seperti sebuah persona.

Persona ..

Kata baru yang belum ada makna tapi akan segera dijabarkan sang penemu. Seperti timbal balik dalam kehidupan yang mana ada karma sebab dan akibat.

Lalu, apakah ini dampak dari perbuatan ketika Jimin masih hidup ataukah kesalahan Yoongi ketika adiknya masih ada.

"Aku akan segera kesana terimakasih Bu, tolong jaga Jungkook." Wanita cantik itu baru mendapat telfon dia menjadi khawatir setelah pihak sekolah menghubunginya. Anaknya dalam masalah dan di juga tidak ingin Yoongi tahu atau putranya akan marah.

Beruntung sekali karena Yoongi terlelap akibat obat bius.

Sebagai seorang ibu dia segera cepat bergerak, demi anaknya dia akan lakukan apapun dan pasti ada alasan kenapa putra angkatnya melakukan itu. Dia tidak akan marah dengan sebuah masalah yang belum jelas akarnya. Apalagi dia mendengar suara Jungkook yang sendu.

,

Taehyung terlalu senang dengan kegiatan memancingnya sampai dia tak tahu bahwa waktu menjelang siang. Dia terlalu menikmati masa libur paksaan nya dan bisa menggunakan waktu tanpa terbuang sia. "Apakah aku bisa membawa satu baskom ikan ini untuk makan malam?" Taehyung ingin meminta jika dia boleh.

"Ambil saja jika kau mau dengan syarat kau menghabiskannya karena kulihat kau tidak gendut." Tangannya menepuk perut itu dengan kepalan tangannya membuat Namjoon tertawa terbahak karena melihat ekspresi Taehyung yang lucu. "Apa kau bilang kenapa semua ingin aku gendut memangnya aku sekurus itu?" Dia melihat keadaan tubuhnya mengungkapkan bahwa dirinya adalah manusia sispack.

Oke kita lupakan kebanggaan semu Taehyung, realitanya dia adalah bayi macan lucu kita. "Kau adalah bayi besar yang cacingan, paham." Mendorong jidat itu hingga dia kembali lagi terpingkal tak akan ada habisnya jika dia harus menggoda temannya itu apalagi mentertawakan nya adalah sebuah rileksasi begitu lengkap.

"Eh, banyak sekali panggilan di ponselku." Taehyung tak akan menyangka jika banyak panggilan dari nomor tak dikenal, dia melihat sebuah pesan dan membuat dirinya diam seribu bahasa. Raut wajah yang ditunjukan olehnya membuat Namjoon menghentikan tawanya. "Ada apa Tae, kau tak apa?" siapa yang tak heran jika dia melihat wajah Taehyung mendadak pucat dengan bingung serta gumaman kecil keluar dari bibirnya. Seperti sebuah ketakutan saja.

Taehyung merasa jika tangannya lemas, dia tak peduli dengan seruan Namjoon yang memanggilnya. Tanpa sadar menjatuhkan baskom berisi ikan hasil tangkapan hingga jatuh berserakan di tanah. "Taehyung kau mau kemana, apa yang terjadi?!"

Namjoon ditinggalkan begitu saja dia juga tak tahu dengan bocah tersebut. Mungkinkah ada sesuatu buruk terjadi? Tapi, mendadak ada firasat tak enak dalam hatinya muncul. Seperti sebuah pesan yang datang membuat dia tak nyaman. Jika memperhatikan ikan dalam baskom yang mati di daratan membuat dia ngeri sendiri.

Sementara pemuda itu sudah lari cukup jauh dengan kedua kelopak mata diusap cepat, kedua matanya mendadak perih dan berkaca hingga dia tak bisa bersuara kecuali menangis. Semakin cepat dia berlari semakin cepat dia sampai di rumah sakit.

Sialan!

Makian kerasa dalam hatinya.

"Bohong... Ini pasti bohong, aku tidak percaya, bohong... Ini pasti tipuan!"

Bisa saja...

Jika Taehyung seperti mendapatkan sebuah musibah.

,

Jungkook berakhir di ruang BK. Dia sendiri juga diam mendengarkan apa yang dikatakan pembimbing di depannya. Dia menyadari bahwa sebagian juga salahnya meski itu alasan membela hak sebagai siswa.

Untuk pertama kalinya dalam sejarah sekolah elit seperti ini mendapatkan masalah dalam satu kelas. Itu karena Jeon Jungkook menjadi korban ketidakadilan seorang guru. Ini masalah serius dan satu kelas orang tua mereka diambil.

"Seharusnya ibumu datang apakah kau menipu kami Jeon, siapa yang kau hubungi tadi." Pembimbing di depannya tak galak tapi tegas. Dia juga menatap murid di depannya dengan tajam, hanya orang tua Jungkook yang belum datang.

"Aku tidak bohong, aku yakin eomma saya akan segera sampai." Jungkook menatap wanita killer itu di depannya, dia memainkan jemarinya dengan gelisah. Akan tetapi dia bukan tersangka kejahatan jadi rasa tegang itu tak sebarat dengan para penjahat dalam sel. "Kau cukup merepotkan pihak sekolah, akibat ulah mu dsn satu sekelas temanmu. Kuharap kau jera dsn tidak melakukan propaganda lagi." Dia menimpuk kepala itu dengan penggaris disampingnya, sedikit kesal dengan tingkah anak muda sekarang.

Jungkook menjadi sasaran panjang jika dibandingkan lainnya. Apalagi dia bisa saja di keluarkan dari sekolah karena sikapnya itu.

Perlahan namun pasti langkah kaki sepatu terdengar dia membawa tas dan menggunakan jaket tebal di musim cukup dingin ini. Wanita itu datang menuju ruang konseling, dia juga mengusap tangannya untuk mendapatkan sedikit kehangatan dari sentuhan kulitnya. Mendadak dia juga gemetar karena tegang.

Hingga pada akhirnya...

"Ah anda pasti ibu dari Jeon Jungkook, silahkan duduk dan mohon maaf mengganggu waktu anda." Jungkook merasa bahwa kursi disampingnya bergeser dia tahu bahwa ibunya akan datang, sedikit lega karena dia tidak menghadapi ketegangan lebih lama. Semoga saja semua baik-baik saja.

"Tidak apa aku kesini karena putraku."

Tunggu!

Jungkook sepertinya tidak lupa bagaimana suara ibunya, akan tetapi dia tidak tahu bahwa wanita tersayangnya ini sakit tenggorokan. Tapi... Apakah benar sementara dia tak merasakan aura sang ibu seperti yang dia rasakan selalu.

"Siapa nama anda nyonya..."

"Jeon Myeong Han saya ibu dari Jeon Jungkook."

Jungkook menoleh dia tidak salah mendengar sebuah nama, nafasnya menjadi memburu kala kedua matanya melihat wanita asing tak dia kenal duduk disampingnya. Lebih anehnya lagi dai mengatakan marga yang sama dia miliki sejak lahir.

"Dia, bukankah dia wanita yang menyelematkan ku itu. Lalu eomma... Siapa dia?"

Jungkook seakan tak bisa bicara dia merasa bahwa dia ditempa batu besar diatas pundaknya. Dia merasa sesak di dadanya ketika dia mendengar ucapan wanita di sebelahnya. Drama gila apa ini sementara dia tak bisa berhenti untuk menatap mata terkejutnya. Dia melihat bagaimana wanita paruh baya sederhana itu mengulas senyum ke arahnya.

"Ini eomma nak, bagaimana keadaanmu anakku sayang."

Tak bisa bicara tak bisa menjawab. Dia hanya bisa mengatakan pada dirinya sendiri untuk sadar dari sebuah mimpi. Apakah ini mimpi, apakah dia pingsan.

"Kenapa anda bisa..." Jungkook berucap lirih dia mengatakan hal itu dengan kedua tangan meremat satu sama lain. Menyembunyikan kegugupan di wajahnya juga hatinya. Wanita itu juga melihat bagaimana sikap anaknya hingga dia mengulas senyum lembutnya. Hanya saja... Dia seperti bukan biasanya.

"Bahkan rasa gugup mu sama seperti ayahmu dan aku. Senangnya melihat mu dewasa sayang, aku ingin memelukmu untuk melepas rindu." Dia menggenggam tangan kanan Jungkook hingga namja itu merasa bahwa dia tidak bisa bergerak. Memprotes... Tapi apa yang akan dia lakukan sementara dia baru mengetahui hal yang tak dia tahu.

"Apa... Kenapa kau-"

Tes....

Tes....

Tes....

Ada air mata jatuh disana dia juga merasa setiap ucapan yang akan dia katakan menyangkut. Dia tak peduli jika pihak pembimbing akan melihatnya hanya saja dia tidak bisa berpaling dari wajah wanita yang mengaku ibunya.

Mendadak hatinya hancur berantakan, bagaimana tidak. Dia dibesarkan di panti asuhan, lalu sekarang wanita itu datang ke sekolah dan mengatakan bahwa dia ibunya. Sementara hidupnya mulai membaik setelah nyonya Min mengangkatnya sebagai anaknya.

Apakah ini takdir Tuhan, apakah ini jawaban dari segala pertanyaannya.

Entah... Jungkook merasa bahwa dunia begitu jungkir balik mempermainkannya, dia kesal dan berdiri dengan membiarkan air mata itu turun serta hati berkecamuk. Ketika dia hendak keluar dari ruangan sebuah suara pintu terbuka dengan keras menampilkan sosok wanita datang dengan nafas tersenggal.

Tiba-tiba saja tangan Jungkook ditahan oleh seseorang dan ketika dia menoleh melihatnya ternyata wanita itu juga yang melakukannya. "Jangan pergi anakku." Suara lirihnya terbaca oleh Jungkook, hingga ketegangan terjadi.

Min Shi Hye yang datang terlambat akibat mobil mogok di jalan, dia melihat wajah Jungkook pucat dan sedih. Sementara dia melihat seorang wanita yang duduk di bangku sana dengan tangan memegang lengan anak angkatnya.

Tatapan benci sekaligus terkejut. Shi Hye mengepalkan tangannya termasuk menggenggam tas Selempangnya begitu erat.

"Pelakor!" Gumaman lirih seakan begitu banyak dendam disana, dia juga menatap benci begitu sangat hingga. Jungkook baru pertama melihat ekspresi itu. Dia juga tidak tahu harus apa, lantaran hal seperti ini berjalan begitu cepat.

"Eomma..."

Wanita itu mendongak ke atas tak terima, dia baru saja mendengar bahwa...

Istri pertama suaminya menjadi ibu dari anak kandung yang dia lahirkan susah payah di musim semi.

Siapa lagi kalau bukan dia, namja dengan marga Jeonnya. Marga dari ibunya dan bukan ayahnya.

Jungkook....

..........

TBC...

Semoga kalian suka dan jangan bosan. Bahagia selalu juga sehat selalu. Berharap bisa ketemu langsung dengan kalian dan kita ngobrol bareng.

Terimakasih untuk dukungan dan waktu kalian, tetap sejahtera semua...

Gomawo and saranghae...

#ell

04/08/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro