Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 56 : Blanket Kick

"Satu pertanyaan dengan seribu jawaban tapi diantaranya hanya satu saja yang paling tepat."

(Author ***** POV)

Jungkook tak akan bisa berhenti untuk berkata bahwa dia bahagia hari ini. Dia masuk ke dalam ruangan penuh dengan akuarium, melihat banyaknya ikan yang melayang di samping dan diatas kepalanya merupakan sebuah keajaiban menarik dalam pengalaman hidupnya. Ya, Jungkook merasa kehidupannya bagaikan seorang anak kecil seakan kembali dan merasuki raganya.

Yoongi dia juga melihat dengan tatapan datarnya akan tetapi dalam hatinya dia juga menyimpan perasaan kagum tersendiri. Melihat bagaimana ikan hias seakan menyapa keduanya datang, Jungkook lupa bahwa dia sudah dewasa hingga dia melambaikan tangannya ke arah ikan hiu. "Bodoh sekali melambai pada seekor ikan." Yoongi mencemooh dia juga menjaga jarak dari adik angkatnya, lantaran terlalu malu jika orang tahu bahwa dia mengajak manusia aneh.

"Hyung lihat deh, banyak sekali ikan disini. Ini pertama kalinya aku kesini selama hidupku." Wajah itu terlampau ruang dan Jungkook begitu menyukai warna biru. Eksotisme kelautan hayati di dalam sebuah ruang kaca membuat dia menjadi makin semangat untuk memutar segala tempat, sebelum dia melihat bayi paus yang digadang-gadang sebagai pertunjukan utama. Yoongi awalnya tak menggubris tapi semakin lama dia melihat langkah kaki itu dia seperti melihat bayangan Jimin dari kejauhan.

Siapa sangka jika sifat keduanya hampir mirip, membuat Yoongi pontang-panting dengan perasaan aneh yang menyelimuti dirinya. Apakah ini bentuk perhatian yang tulus untuknya? menggelengkan kepala untuk menolak kebodohan sekejap. "Oh ayolah Min Yoongi kau tidak akan tertipu dengan bocah lugu itu bukan? Ingat misi mu, buang adikmu dan kau akan tenang."

Menimpuk kepalanya sendiri dengan keras dan mencoba menolak semua hal yang ada dalam otak cerdasnya. Jangan ada Jungkook... Jangan ada Jungkook. Begitu terus hingga dia nampak seperti orang bodoh yang putus cinta dan frustasi. Namun, hal itu tak berlangsung lama saat Jungkook mengejutkan kakak angkatnya dengan menepuk pundak itu pelan.

"Apa, hah!!" aura garang itu mengejutkan beberapa orang disana. "Yoongi hyung bantu aku terjemahkan satu bahasa." Pintanya dengan polos dia juga mengatakan hal itu dengan nada memohon persis seperti anak kecil dengan ayahnya. Oh ayolah, apakah ini namanya diskriminasi tipuan. Jungkook terlihat mencurigakan di mata namja sipit itu, dia juga menjadi momok awal semangat Yoongi untuk selalu menyingkirkannya. Ketika jari itu menunjuk pada satu hal dia melihat satu bahasa hinggap disana. Itu bahasa Inggris, bersyukur lah dia sangat jago. Mungkin Dewi Fortuna ada disana untuk memberikan keberuntungan padanya.

"Kau meremehkan ku, itu hal kecil yang akan aku tunjukan padamu seberapa pintarnya aku." Yoongi menggeser tubuh Jungkook ke sisi kanan membuat namja muda itu sedikit keheranan. Ya, kakaknya berjalan di salah satu akuarium yang ada di 30 derajat bagian Utara. "Yoongi hyung aku tidak meminta untuk diterjemahkan tapi-" dia sadar kalau kakaknya tidak mau disalahkan, jika dia melanjutkan ucapannya yang ada malah kisruh.

"Kau seharusnya mengatakan dengan jelas bodoh." Sifat menyalahkan itu muncul membuat Jungkook sudah hafal bagaimana tabiat kakaknya. Dia langsung menarik Yoongi dari zona peradaban A. "Ayo ikut aku." Melakukan pemaksaan sedikit, "jangan menarik ku, hei kau tidak punya hak menyentuhku. Sialan jangan tarik tanganku, lepaskan aku bocah!" sekarang Jungkook yang merasa malu dipandang beberapa pasang mata penuh penasaran dari pengunjung.

Sepertinya mereka harus langsung ke pertunjukan bayi paus.

"Lepaskan aku sialan, kau curang dengan membawaku sebelum tantangan aku jawab."

"Tidak, aku tentu tidak akan memberikan pertanyaan semudah itu. Bukan pertanyaan namanya jika tidak sulit. Sekarang ikut aku."

Dia sudah mulai berani membawa kakaknya, seakan Yoongi yang memberontak hanya angin lalu saja. Meski mereka tak akur hanya karena pihak sang kakak enggan mengalah dan selalu kasar tak membuat cemistry keduanya hilang sebagai kakak beradik. Ya, keduanya bahkan membuat beberapa pengunjung tertawa dan iri lantaran interaksi mereka yang dianggap lucu.

Apalagi keduanya sama-sama tampan dan menjadi dambaan beberapa kaum hawa yang sedang mencari pasangan. Sadar atau tidak seorang wanita yang bekerja sebagai penjual makanan kecil-kecilan dalam cafre day melihatnya. Seakan dia mengenal salah seorang dari mereka, wajahnya yang mulai keriput dengan perawakan badan yang kecil. Wanita itu seakan nampak tenang ketika dia melihat wajahnya. Wajah yang serupa dengan seseorang yang dia kenal.

Siapa dia?

,

Shi Hye menyeduh teh hijau miliknya, rasa pegal di leher belakangnya membuat dia menjadi beban yang dia tanggung sendiri saat dia selesai dari kegiatan super sibuknya. Ya, tulang punggung keluarga ini tentu saja menyimpan banyak beban sendiri tanpa harus mengumbar. Dia merasa bahwa tanggung jawabnya semakin besar ketika usianya sudah bertambah.

"Bagaimana kalau nanti kita ke spa, sekaligus relaksasi. Aigu, kakak cantikku sangat kelelahan hari ini." Kedatangan Shi Ah tak mengejutkan wanita cantik itu dari menikmati kesenangannya, dia justru heran sejak kapan adiknya itu suka ke perawatan kecantikan. "Kau, membuatku terkejut dengan perubahan hobby mu. Aku pikir kau masih suka naik gunung." Adiknya yang tomboy memang menyimpan sejuta kejutan tak terkira.

"Sudah saatnya aku menjadi wanita sesungguhnya. Aku berusaha agar tampil cantik untuk suamiku." Dia memamerkan cincin hadiah ulang tahun pernikahannya. Shi Hye yang merupakan penggila berlian langsung terpukau dengan kecantikan warna dan corak itu. Dia suka koleksi berlian dan emas maka tak ayal jika adiknya yang keterlaluan itu pamer padanya.

"Pamer padaku dengan gaya suka mengajak bersama, aku tahu kau akan melakukannya. Kau ingin membuatku iri bukan?"

"Tidak, aku tidak ingin lakukan itu padamu. Aku hanya ingin menunjukan betapa indahnya pernikahanku, kau bilang dulu jika aku menikah aku harus menunjukkan kebahagiaan ku. Tentu ini tidak salah bukan?"

Adiknya memilih duduk di sampingnya, sang kakak menarik tangan wanita cantik itu dan melihat bentuk cincin yang menggoda mata. "Suamimu pintar memilih, benar bukan dia pas menjadi kriteria mu." Dia bangga dengan restu yang dia berikan, karena pada kenyataannya adiknya bahagia dengan pilihannya. Membuat hatinya menjadi lega dan dia bisa fokus dengan anaknya waktu itu.

"Ya, dan kau yang memilihkannya untukku. Aku menyayangi kakak ku yang cantik ini, tapi sayang kau tidak mau menikah lagi. Pria seperti apa sepertinya tak akan bisa meluluhkan hatimu kecuali mendiang kakak ipar."

Shi Ah mencoel hidung kakaknya, dia merasa gemas dengan jalan hidup kakaknya yang sepi. Beruntung masih punya anak, jika tidak... Akan semakin malang. Hanya saja Shi Ah menganggap bahwa sang kakak akan terbantu jika punya suami, dia akan fokus mengurus rumah tanpa harus memikirkan pekerjaan kantor.

"Menikahlah eonni, agar hidupmu lebih mudah. Aku bisa mencarikan mu orang yang baik, tenang saja." Dia ingin menjadi Mak comblang bagi kakaknya, sedikit membujuk dengan senyuman tengilnya. "Aku tidak ingin menikah lagi, aku menyukai kehidupan ku sekarang kau ini... Lebih baik jaga penampilan dan sikapmu agar hubungan pernikahan kalian tetap awet." Tersenyum dengan lembut dan menepuk lengan adiknya yang senang sekali merangkul dirinya.

Shi Ah tahu apa yang menjadi pemikiran wanita di depannya pasti sangat sulit kehidupan rumah tangga kakaknya. Dia tahu jika apa yang dilihat orang mengenai kehidupan kakaknya tak seperti di bayangkan. Sempat mengalami sebuah perceraian dan Jimin yang berhasil menyatukan keduanya lagi. Jika semua itu terjadi bisa saja kedua keponakannya itu menjadi lebih buruk dari sekarang, atau lebih parahnya Yoongi.

"Aku dulu ingin menalaknya, akan tetapi kehamilanku membawa berkah. Jimin datang disaat aku sedang terpuruk dan hubunganku renggang, dia seperti membawa suamiku ke pelukan lagi. Aku tidak tahu siapa wanita itu, akan tetapi aku juga tak menyalahkan nya. Aku berfikir bahwa itu semua adalah manusiawi ketika orang mencintai lebih dari satu wanita. Tapi sesuai akal dan logika semua itu adalah kesalahan."

Dia mengingat begitu dalam sejarah kehidupannya, dia mengingat bagaimana rasa mual itu ada saat pertengkaran keduanya berlangsung dengan Yoongi yang mengurung dirinya sendiri. Dia juga tak suka ayah dan ibunya bergelut. Waktu itu Shu Hye juga ingat bagaimana Yoongi kecil yang menangis dan berlari ke adiknya, meminta pelukan dan pada akhirnya dia datang menjemput bocah itu. Hingga Yoongi sendiri menolak untuk pulang karena merasa muak dengan rumah bagaikan neraka.

(Flashback **** ON)

"Ini semua salahmu Yoongi jadi kabur, seharusnya kau bisa menjaganya dan bukan mencurigai ku selingkuh!" Suaminya tak terima dan merasa kalut ketika tahu anak sulungnya hilang tak ada di kamar. Dia menyalahkan istrinya dan menjadikan istrinya sebagai tersangka dari semua pertengkaran mereka.

Di dalam mobil saja mereka berdebat satu sama lain, membuat wanita cantik yang sempat kehilangan akal menghadapi suaminya yang tempramental menjadi tak terkendali. Dia juga menangis karena memikirkan keadaan anaknya di luar sana, bagaimana... Jika ada orang jahat. Yoongi masih kecil dan butuh pengawasan, jika dilihat ini salah mereka berdua bukan satu pihak.

"Kau seharusnya jangan selalu menyalahkan ku, kita semua salah. Apa kau tidak sadar jika kemarin kita mendapati Yoongi bersembunyi di bawah meja makan dia mendengarkan pertengkaran kita!"

Min Shi Hye nama dari wanita yang menikah delapan tahun silam dan kini sedang mengalami masa dimana pernikahan nya sedang diuji. Berbagai waktu dihabiskan dengan keributan karena keduanya tidak mengalah dan sibuk dengan pekerjaan. Min Yoongi bahkan sudah sejak kecil mengalami korban dari keributan orang tua mereka yang sedang mengalami pernikahan muda. Keduanya tidak menemukan solusi kecuali salah satu dari mereka mengalah dan mengakui kesalahan.

Andai kata keduanya tak egois mungkin saja Yoongi tak akan pergi ketakutan seperti ini.

Ya...

Dia menangis di depan rumah adik dari ibunya, suara rintihan sendu yang terdengar sampai masuk dan membuat pemilik rumah membuka pintunya. Sungguh terkejut saat mereka menemukan bocah menangis dengan memanggil ibunya.

"Yoongi astaga kenapa kau bisa kesini sendirian?" Wanita cantik dengan rambut diikat kuda juga memakai jaket serta celana jeans yang sobek pada pahanya. Dia tak menemukan kedua kakaknya disini, bukan hanya itu saja dia melihat terkejut saat mendapati lutut Yoongi yang berdarah.

"Aku akan obati lukamu hem, jangan menangis sayang. Apa kau datang kesini?" Yoongi menjawabnya hanya dengan tiga gali anggukan sembari mengusap air matanya cengeng. Dia menggendong tubuh tujuh tahun Yoongi. Diusap dengan lembut wajahnya yang merah dengan kelopak mata sembab. Kasihan... Itu yang terlintas dalam benaknya, apa mungkin kakak dan kakak iparnya bertengkar lagi? Ketika itu dia juga melihat hal sama saat Yoongi menangis seperti ini.

Malam juga larut dengan cuaca mendung yang mendominasi sekitar. Seperti akan turun hujan dan badai. Dia membawa masuk Yoongi ke dalam kamarnya dan mulai mengobati lutut kecil itu dengan obat merah. "Sakit..." Cicitnya lemah dengan rengekan sedih yang kentara. Shi Ah meniup luka itu penuh sayang dan memperhatikan bagaimana kulit itu tergores oleh benda kasar diatasnya.

Tak tega...

"Apa kau berlari, kenapa kau berlari. Lihatlah lutut mu terluka, jika tidak mau sakit jangan lakukan lagi sayang." Dia membalut kaki itu dengan perban dan menambahkan beberapa tetes alkohol agar kuman di kulitnya mati. Yoongi menangis dalam diam saat rasa perih menjalar di sendi lututnya, tentu saja ini sangat menyakitkan baginya yang pertama kali jatuh hingga berdarah.

Begitu sayang nya adik dari ibunya ini hingga mau menghibur si kecil Yoongi yang kebingungan dan takut. Mengherankan juga bagi Shi Ah lantaran rumah kakaknya dengan dirinya jauh, sekitar dua kilo lebih. Lalu, langkah Yoongi kecil begitu kuat untuk membawanya.

"Tante, bolehkah aku tidur disini. Aku ingin tidur disini..." Yoongi memohon dengan sangat agar permintaannya di kabulkan. Dia juga mengatakannya dengan nada sedih. "Hei jangan menangis, tentu saja kau boleh tidur disini. Aku tak ingin kau sedih ataupun sakit. Apakah kau sudah ijin ayah dan ibumu kesini?" Shi Ah tak ingin memberi pertanyaan yang sulit untuk keponakannya. Bagaimana bisa dia melakukannya jika Yoongi saja sudah mau menangis seperti itu.

"Tidak... Mereka bertengkar. Kepalaku sakit dan aku lari, Tante.. aku tidak bisa tidur maafkan aku yang tidak ijin sama ayah dan ibu." Yoongi menjewer telinganya, dia cukup pintar jika dia salah dan mengakuinya. Akan tetapi alasan kecilnya begitu menohok hati Shi Ah untuk menahan tangis.

Oh, yang benar saja... Yoongi masih kecil dan dia harus tahu mengenai peperangan rumah tangga. Apakah memang separah itu dan tidak ada mediasi, membuat wanita muda cantik itu akan menanyakan langsung pada kakaknya. "Kajja, sekarang kau tidur. Kalau tidur larut kau bisa di culik kelelawar besar. Sini Tante akan temani, ayo sayang..." Yoongi mengangguk dan kaki kecilnya turun begitu saja dengan wajah muramnya.

Dia menggandeng tangan Shi Ah dengan kuat dan mengikuti langkah wanita cantik itu. Ya, dia akhirnya bisa mendapatkan ketenangan yang dia mau. "Tante, jangan beritahu kalau aku disini."

"Eh, kenapa Yoongi? Jika orang tuamu mencari mu bagaimana. Apakah kau tidak kasihan?" Yoongi menggelengkan kepalanya sebagai jawaban, melihat hal itu membuat Shi Ah menggelengkan kepala. Dia mendudukkan bocah itu di atas tempat tidurnya dan melepaskan sepatunya, mengambil sisir lalu menyisir rambut itu penuh sayang. Wajah jelek Yoongi nampak kalau dia menangis. Dia berusaha membuat lelucon untuk anak kecil agar keponakan kesayangannya mau ceria lagi.

Sayang hal itu tidak berhasil, hingga dia menyerah sendiri dua puluh menit kemudian. Benar... Membujuk Yoongi tidaklah mudah. "Selamat malam sayang, mimpi yang indah." Dia mencium keningnya dan dibalas senyuman manis Yoongi yang begitu polos. Dia seperti gulali kecil, begitu sayang untuk dimakan.

Cukup lama untuk menidurkan pangeran kecil itu, Yoongi sudah pulas meski dia sedikit rewel saat hendak memejamkan matanya. Ini bukan pertama kalinya dia mengalami kesusahan saat menidurkan keponakannya.

Membiarkan seorang Min Yoongi kecil mengarungi imajinasi mimpi yang indah. Menghiburnya dari dunia nyata yang kejam.

,

"Maafkan kami Shi Ah karena kami Yoongi menjadi kabur dan merepotkan mu."

Kakaknya menatap menyesal dia baru saja memeluk tubuh adiknya dengan penuh penyesalan. Dia juga tak menyalahkan suaminya karena dia tidak mau egois dan malah membuat suasana menjadi keruh. Beruntung tanpa sepengetahuan dia, suaminya juga ikut memahami.

"Ini kesalahanku sebagai ayahnya, aku tidak berguna dan malah membuat kakakmu menderita setelah menikah denganku." Pria yang ada disana juga menundukkan kepalanya, dia merasa menjadi pria pengecut.

Shi Ah menjadi pusing sendiri, dia melihat kedua kakaknya dengan pandangan bingung. Dia juga tidak tahu permasalahan tentang pernikahan. Hanya saja dia ingin mereka berdamai agar Yoongi tidak sedih dan kabur.

"Aku tidak tahu permasalahan kalian akan tetapi Yoongi tidak ingin pulang karena takut pada kalian, dia menangis dan bilang tidak bisa tidur karena keributan kalian. Aku mohon... Jangan saling egois. Demi anak kalian, berbaikan lah, tidak ada gunanya menyalahkan satu sama lain."

Mencoba membuat suasana menjadi dingin, apa yang dia katakan mempunya beribu alasan untuk kebaikan.

"Kami mengerti, tolong jaga Yoongi sebentar... Kami akan memulai semuanya awal. Besok aku akan menjemputnya, terima kasih Shi Ah. Kau sudah membuatku sadar."

Wanita itu menangis, ya dia menangis... Dan memeluk tubuh adiknya. Menguatkan kakaknya dengan mengangguk dan menepuk pundaknya. Dia melihat bagaimana mental itu di tempa dengan kehidupan
ombak dan kuatnya sebagai istri.

"Jangan buat Yoongi trauma eonni, kau tidak tahu bahwa anak kecil sangat peka dan punya perasaan lebih kuat. Aku mengerti, dan lekas lah membaik dengan hubungan kalian."

"Ya, aku akan melakukannya..."

(Flashback ***** OFF)

Dia dan suaminya menjadi orang tua yang salah dan membuat keputusan untuk belajar menjadi lebih dewasa dan memahami satu sama lain dengan menyelesaikannya dengan kepala dingin. Demi anak mereka, pihak sang ibu mengubur semua rasa keingintahuan dan cemburunya hingga tak berani membuka ponsel suaminya lagi. Dia cukup tahu dan cukup paham bahwa suaminya adalah suaminya bukan yang lain. Tentu saja, hal itu berhasil dengan Yoongi yang mau pulang dan dia tak menangis karena takut.

"Terimakasih karena bantuanmu aku bisa sejauh ini. Memberikan Yoongi kasih sayang lengkap sebelum ayahnya meninggal. Aku tak tahu apa yang akan aku lakukan jika saja kau tidak memberikan ku jawaban."

Dia memeluk adiknya dengan sayang, dia melihat masa lalu itu sebagai sebuah pengalaman. Dia melupakan konflik perselingkuhan suaminya, meski itu....

"Kau melupakan suamimu yang kau curigai dengan wanita lain. Sebenarnya aku tidak bertindak dewasa dan memikirkan Yoongi."

"Aku tahu, kau sangat peduli pada anakku. Kau yang mengajarkanku, bukan aku yang mengajarkanmu. Aku harap nasibmu lebih baik."

Shi Ah rasanya ingin menangis, dia terharu dengan doa kakaknya tulus. Siapa sangka bahwa kakaknya wanita hebat. Dia dengan segala permasalahan hidup dan Yoongi yang
semakin mempersulit kakaknya. Dia juga memikirkan hubungan dua keponakan nya, kenapa harus tidak mungkin jika di dunia ini menjadi mungkin.

Hanya saja....

Masalah semakin pelik dari waktu ke waktu, seperti tak ada kesempatan walau itu satu biji jagung.

,

Jungkook melihat bagaimana lucunya paus kecil itu ya... Walau paus kecil itu belum menampakkan wujudnya, mengabaikan kakaknya yang menjadi malas dan mengantuk karena rasa bosan. Dia merasa bahwa pengunjung disini juga penasaran sama halnya dengan dirinya. Mereka sudah menunggu sekitar sepuluh menit akan tetapi kenapa belum dimulai juga.

"Kenapa lama sekali apakah bayi paus nya sudah dibawa ke laut?" Jungkook bermain dengan kaca aquarium, beruntung bahan polemin di dalamnya sangat kuat dan bagaikan kristal yang kuat hingga bisa menahan air disana. Kabarnya paus yang ada disini ditemukan sendiri tanpa induknya.

"Lagipula apa untungnya melihat seekor bayi paus jika disini dia tidak bahagia." Yoongi mengatakannya dengan ucapan gamang, masih memperhatikan pemandangan air buatan di sekitarnya. "maksut Hyung?" Jungkook sengaja mendekat, sedikit demi sedikit posisi mereka sejajar sekarang.

"Apa hyung punya pendapat?" Jungkook mempunyai kesempatan, kesempatan berbincang banyak dengan kakaknya. Ada senyum tipis disana, bersyukur Yoongi fokus pada sebuah karang disana.

"Kau masih ingat dengan whalien, aku memahami maksut meski separuh." Yoongi menyentuh kaca di depannya, entahlah... Hanya saja dia merindukan sosok yang sering melakukan hal receh. Membayangkan gambar abstrak di kacanya. "Banyak sekali kebodohan termasuk ada pada dirimu. Jangan mendekat padaku, menjauhkan lima meter." Yoongi menyuruh Jungkook untuk menjauh dia sadar bahwa dia hampir terjebak dalam sihir itu. Kepalanya pasti sudah gesrek.

"Kenapa hyung menganggap ku menggunakan sihir ataupun memintaku menjauh. Memangnya kau tidak kesepian?"

Yoongi menganggap ucapan itu seperti sebuah kata menantang walaupun Jungkook tak bermaksud demikian. Dia hanya kasihan dengan kakaknya yang tak mau jujur dengan perasaan dan keadaan.

"Sebelum kau datang kesini aku sudah bahagia dengan rasa sepi ku. Aku manusia penyendiri. Kau salah jika aku mengharapkan kedatangan mu." Yoongi serius dia tak mengubah intonasi ataupun wajahnya, begitu dingin seperti kutub Antartika. Tapi, tak ada kata menyerah bagi seorang Jeon Jungkook.

"Tapi hidupmu pasti sudah tidak kaku sejak kedatanganku bukan? Hei, kau kurang satu pertanyaan aku akan memberikan mu di sesi terakhir." Jungkook merasa bahwa catatan yang dia tahu sudah lengkap semoga saja masih ada keberuntungan untuknya. Kejutan sebuah pertanyaan besar pun akan menentukan jalannya. Lanjut atau.... Berhenti sampai disana.

"Terserah, aku akan mengusir mu."

Jungkook tak akan menjawab, mungkin dia akan menunggu keberuntungan saat ini. Sesaat suara riuh muncul saat gelembung kecil muncul. Seekor bayi paus muncul akan tetapi keadaanya tidak seperti yang dibayangkan. Bagaimana tidak? Jungkook melihat sirip belakangnya terluka, sungguh miris dengan bagian bawah mulut bayi paus yang ikut terluka juga.

"Astaga kenapa bisa seperti itu." Dia melihat hewan laut itu berenang dengan lembut menyapa beberapa orang disana. Hanya saja paus itu nampak tak bahagia, seperti kata kakaknya.

"Aku pikir dia adalah korban dari pemburu liar, yang aku dengar dari pengunjung lain dia kehilangan suaranya karena pita suaranya rusak dengan kail pancing raksasa. Masih beruntung dia bisa makan, jika tidak mungkin saja dia tidak bisa jadi objek tontonan bodoh seperti ini." Yoongi masih menjelekkan acara ini meski pada akhirnya dia masih tetap ada disana, beruntung sekali pemilik tempat ini tidak sakit hati.

Jungkook menoleh sebentar dia melihat bagaimana bayi paus itu seakan meraung. Seperti apakah penderitaannya? Entah hanya saja ini terlalu menyakitkan bagi seekor bayi hewan. "Kau kehilangan induk mu ya... Kita sama aku juga tidak punya ayah atau ibu." Bagaimana tatapan memelas Jungkook seakan merasuki mata mamalia berjenis kelamin betina itu. Tangan Jungkook dengan lembut menyentuh kaca di depannya, dia mengatakan dengan segala kata sendu. Sialnya... Yoongi mendengarnya hingga dia seperti kehilangan ulah.

"Beruntung kau masih hidup, apakah kau disini baik? Pasti sangat sulit ya.. suatu hari nanti jika kau sudah kuat kau akan dilepaskan. Kau pasti berjuang untuk bertahan di area ini kan? Kuharap kau bisa bertahan lama hingga tubuhmu bisa menjaga dirimu sendiri. Kau kehilangan suara lalu bagaimana kau akan tahu arah jika kau kehilangan nya."

Yoongi melihat Jungkook menempelkan keningnya pada kaca aquarium itu bagaikan manusia bodoh, tapi apa peduli nya? Toh, dia juga tak mengganggu hanya saja tatapan risih juga diterima oleh Jungkook sendiri. Yoongi menarik tangan itu dengan kencang agar namja muda itu tak berulah lebih gila.

"Kau gila ya?! Kau seperti manusia hutan yang bodoh!" saking jengkelnya Yoongi melempar tangan adiknya hingga lepas. Jungkook kebingungan apa yang terjadi pada kakaknya, kenapa dia seakan menyimpan ketakutan tersendiri? Pada akhirnya dia melihat wajah sang kakak yang enggan melihatnya.

"Kenapa hyung harus peduli, bukankah kau membenciku? Jika iya kenapa harus menarik ku dan marah." Dia butuh penjelasan dia ingin mengetahui apa yang tidak dia ketahui. Secara tak langsung apa yang ditanyakan Jungkook adalah pertanyaan terakhir dari bagian tantangannya. "Apa kau bilang, aku hanya melihatmu sebagai kebodohan!"

Yoongi mengatakan dengan suara tegas dia tak peduli jika beberapa orang memperhatikannya. "Jika aku kebodohan kau tak seharusnya melakukan hal tadi seakan kau peduli. Pertanyaan ku, apa kau benar-benar kehilangan takdir, lalu apa aku bagimu sekarang Yoongi hyung." Dia menatap lekat manik mata kedua kakaknya dengan penuh harap, dia bisa tahu mana yang benar dan salah. Lidah bisa berbohong akan tetapi tidak dengan hati.

Berharap Yoongi tak bisa menjawab hingga dia punya kesempatan untuk dapat berusaha lebih lagi. Jangan sampai kehilangan dan tidak lagi...

"Kau membuatku jengkel Jeon!" Yoongi mendorong adiknya hingga Jungkook jatuh dengan pantat membentur lantai. Seketika namja muda itu meringis menahan ngilu dan sakit. Beberapa orang disana bahkan menganggap keduanya sedang ribut. Dalam keadaan buram Jungkook melihat punggung sang kakak yang pergi menjauh darinya.

Belum jauh....

Masih bisa dijangkau, meski dengan tubuh sempoyongan. Bangun dengan segera, dengan wajah tanpa putus asa. Tangan yang dia jangkau hingga dia....

"YOONGI HYUNG, AKAN ADA YANG MEMBENCIMU JIMIN HYUNG. AKU INGIN BERTEMAN DENGAN RASA EGOIS MU."

Yoongi terdiam, dia mendengar suara Jungkook mengatakan hal yang membuat dia, "jangan bawa nama adikku sialan. Aku akan menghancurkan mu!"

Keduanya saling beradu tatap hanya saja Yoongi paling mencolok dengan rasa tajamnya. "Kalau begitu lakukan jika ingin lakukan. Bisakah kau menjawab pertanyaanku. Apakah kau mulai percaya dengan takdirmu? Lalu siapa yang kau lihat sekarang aku atau Jimin hyung." Dengan lantang dia mengatakan hal ini, disini... Dia dalam ruangan yang sama. Pengunjung mengacuhkan hal itu hingga demi apapun rasa ketegangan diantara keduanya ada.

"134340, jawablah... Apa kau tahu jawabannya? Jabarkan hyung jika kau tahu. Jabarkan sampai benar dan buat aku menyerah untuk meyakinkan dirimu. Membuat mu benar untuk membuang ku, katakan dengan jelas. Bukankah kau cerdas?"

Yoongi tercekat, apa yang dia dengar bukan lah sebuah kesalahan dari pendengaran nya. Dia mendengar apa yang dikatakan Jimin waktu itu. Ungkapan itu....

"Yoongi hyung, ayo bermain tebakan. Jika kau tidak bisa menjawab maka kau harus menuruti keinginan ku. 134340, apa jawabannya Yoongi Hyung?"

Sial...

Benar-benar sial, kenapa bisa Jungkook mengatakan suatu hal yang semestinya tak ia lakukan. Bukannya apa hanya saja... Darimana dan bagaimana dia mendapatkannya.

Jimin...

"Siapa yang mengatakan hal itu Jeon Jungkook, darimana bisa kau-"

"Aku tidak perlu menjelaskannya, karena pada dasarnya kau orang yang paham sesuatu yang kecil. Aku berfikir bahwa kau... Mengerti dengan tujuanku. Aku berusaha untuk tetap mengejar mu, walau aku tahu ini sia-sia."

Tak ingin nampak lemah di depan kakaknya, dengan cepat dia membalikan badannya. Dia tak ingin Yoongi melihat bahwa dia begitu menyedihkan, apalagi ini untuk mendapatkan haknya dan mengubah Yoongi sesuai janji pada sang ibu.

Dia pulang jika disuruh pulang, dia akan kembali jika diminta kembali dan dia akan pergi jika tugasnya selesai. Untuk apa dia pergi jika tak ada hasil.

Meski...

Kakaknya seakan tak mampu menjawab, maniknya menunjukkan kebingungan. Jungkook juga tak tahu apa yang terjadi dengan dirinya. Secara tiba-tiba pertanyaan ini muncul begitu saja. Sesuai naluri...

Ditinggal sendiri, dengan senyum palsu yang Jungkook tinggalkan. Masuk ke dalam sana, hanya untuk menemui whalien.

Nama paus kecil yang malang nasibnya.

,

Taehyung sadar akan tetapi kedua matanya terasa buram bersamaan dengan suara yang memanggil namanya. Kim Seokjin... Dia disana sembari mengamit tangan adiknya. Tak bohong jika dia kebingungan sekarang. "Taehyung syukurlah kau sudah sadar, kau tak apa?! Kenapa kau bisa terluka?"

Hampir saja....

Ya, hampir saja kakaknya yang menyebalkan itu menangis. Dalam keadaan terluka Taehyung bisa melihat bagaimana wajah kakak sepupunya yang menyimpan kekhawatiran besar padanya. Sejujurnya belum tentu ayahnya akan menangis demi dia, khianat... Ayahnya melampaui batas. Wajar saja... Taehyung menjadi orang gila.

"Aku sakit hyung, sakit dan gila. Appa membuat segalanya hancur aku tidak mau bertemu dengan nya dan tolong selamatkan eomma."

"Apakah kau dimarahi, apa kau dipukul oleh ayahmu Tae?"

Taehyung diam tapi matanya menangis, dia merasa kekecewaan dan sakit hati yang mendalam. Lebih dari sekedar dipukul.

"Aku membenci appa..."

Taehyung mengatakan dengan segala ucapan ambigu. Rasanya dia lelah dan ingin melanjutkan tidurnya... Membiarkan sang kakak tenggelam dalam rasa bingungnya. Taehyung sebenarnya tak sanggup untuk menceritakan kebusukan sang ayah.

Dia tahu ada batasnya...

,

TBC...

Hai semua, apa kabar kalian. Sehat selalu dan jangan lupa jaga kesehatan ya... Oh iya tolong berikan masukan ya supaya lebih baik di next chapter.

Jangan bosan dengan cerita saya, aku akan berusaha lebih baik buat hibur kalian.

Salam cinta untuk kalian...

Gomawo and saranghae....

#ell

24/07/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro