Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 55 : Whalien 52

"Manusia mencoba menjadi tangan Tuhan akan gagal, karena Tuhan tak butuh bantuan manusia. Dia hanya menunggu kalian untuk meminta bantuan padanya. Sayangnya, kebanyakan manusia sekarang lupa diri..."

(Author **** POV)

Dia sudah merasa kenyang, dan perutnya serasa membuncit karena makanan yang dia makan begitu banyak. Rupanya Seokjin juga membawa cemilan yang kebetulan menjadi kesukaannya, yang membuat aneh adalah dari mana sahabat kakaknya ini tahu kesukaannya. Dia seperti seorang peramal yang tahu segala dari dalam dirinya meski dia hanya menganggap itu hanya sebuah tebakan semata.

"Jin hyung terima kasih untuk makanannya." Suasana hatinya menjadi membaik sekarang apalagi dia memakan makanan enak. Sementara Yoongi di pergi dengan alasan belanja. Mungkin... Akan tetapi Jungkook yakin jika kakaknya pergi hanya untuk maksud lain. Hanya memainkan kedua tangannya canggung.

"Kau tak apa?" Jin mengejutkan nya memberikan potongan kata yang membuat namja muda itu menoleh sembari membulatkan matanya. "Aku tidak apa..." balasan yang begitu menggantung, dia seperti tak signifikan pada salah satu ucapannya yang menunjukan sebuah keyakinan. Seperti sebuah kata rancu.

"Jangan simpan masalah mu sendirian, aku tahu bahwa kau masih menyimpan kesedihan." Mengaduk kopi hitam dalam cangkir kecilnya, ya dia sengaja meminta minuman ini pada Yoongi beberapa menit sebelumnya. Dia hanya ingin membuat lidahnya pahit agar emosinya tidak menjadi senjata pada organ pengecapnya. Sebenarnya dia benci pahit...

"Aku tidak menyembunyikan apapun." Mengatakannya dengan hal yang wajar seperti mengembangkan senyum tipis. Dia menapaki setiap inci goresan meja kayu di bawahnya, arsitektur begitu teliti, dia sendiri mungkin tak akan bisa jika belum diajarkan. Ya, seperti manusia yang tak bisa apapun sebelum diajarkan.

"Begitu ya... Ku pikir aku bisa membantumu. Tapi aku tahu kau orang gigih, jangan terlalu menutupi kesalahan kakakmu. Dia bisa saja melakukan hal yang tak dia sadari." Kepalanya dia sandarkan hanya untuk mencari kenyamanan, bukan hanya itu saja dia juga memikirkan hal ini begitu pelik. Jika tidak ada dosa... Dia ingin menjadi orang yang sedikit curang.

"Yoongi hyung dia membantu ku, jangan khawatir hyung. Dia orang yang baik.."

Seokjin menghembuskan nafas seperti kelelahan, bagaimana tidak... Dia mendengar hal itu berulang kali walau pada kenyataannya itu tak seperti pada kenyataannya. Ya, kebaikan untuk Jungkook sepertinya hanya menjadi momok kecil semata.

"Aku tahu kau akan mengatakan hal itu, tapi jangan terlalu melindungi Yoongi. Aku tak akan capek mengatakan hal seperti ini. Kau pantas mendapatkan apa yang kau dapat sekalipun itu dari orang lain."

Jungkook mendengar kan dengan seksama dia melihat bagaimana Seokjin begitu peduli padanya. Apakah benar jika selama ini dia salah mengiyakan dan hanya memungkinkan satu seseorang saja. Akan tetapi dalam mimpinya Jimin membujuknya.

Jungkook tersenyum dalam diam, jujur saja dia juga tak tahu apa dikatakan selanjutnya. Dia hanya berharap bahwa Yoongi bisa mengerti seiring waktu, mungkin sulit karena itu sudah menjadi tabiatnya sejak lahir. Akan tetapi, dia masih memikirkan benda apa yang dicari olehnya. Awalnya... Dia ingin bertanya langsung pada seseorang di sampingnya mengenai benda yang di cari kakaknya.

Tapi, tak ingin menemui sebuah kekalahan.

"Apa kau mau bermain ke pusat kota. Ada wahana, sebelum kehabisan hari karena disana tidak buka permanen." Dia melihat waktu di jam tangannya, dia ingin mengajak sedikit kesenangan pada sahabat adik sepupunya itu. Mungkin dia akan mendapatkan suasana yang beda jika mengajak Jungkook sekaligus memberikan pengalaman seorang adik padanya.

"Wah seru sekali, apakah disana ada jumping coster?" Jungkook berjingat, dia merasa senang saat mendengar wahana permainan. Seokjin tak akan menyangka jika namja muda itu haus akan permainan, dengan semangat dia langsung mengambil kunci mobilnya dan mengatakan siap maju seperti membawa pasukan. Dia mencoba melucu dengan maksut menimbulkan gelak tawa dan itu berhasil, sampai dia melihat tawa bahagia Jungkook yang tak pernah dia lihat.

"Teruslah tertawa agar kau tetap hidup..."

Hati yang berbicara dengan satu harapan dan tujuan yang hendak dia usahakan. Menariknya untuk memacu dalam adrenalin besi baja miliknya dan pergi bersenang-senang. Seperti lainnya, menghabiskan waktu liburan seperti seorang kakak dengan adiknya.

,

Yoongi sejatinya hanya mencari alasan untuk bisa keluar dari rumah yang dia anggap sebagai kutukan. Persepsi mengenai kenyamanan di dalam rumah hilang begitu saja semenjak seseorang masuk dalam galeri kehidupan nya. Dia benci dengan munafik bahkan dia sendiri mengakui bahwa dia munafik telah berbaik hati dengan Jungkook.

Merokok....

Ya, hembusan kepulan asap yang dia keluarkan dari mulutnya. Seperti seorang pemuda nakal yang bisa dikira menggunakan narkoba oleh beberapa orang. Dia melihat perbatasan kapasitas mengenai akhlak dirinya mencapai sebuah batas. Yoongi ingin melepaskan semua beban dalam otaknya dan menolak dengan keras bahwa dia tak ingin adik yang baru.

"Sudah aku duga bahwa kau membuang uangmu untuk benda yang mengurangi nyawamu." Seseorang menyapanya dengan cara tak halus, suara seorang wanita yang begitu dikenal oleh Yoongi dan tanpa melihatnya saja dia sudah mengetahui siapa gerangan.

"Kenapa kau ada disini, apa mau mu." Sedikit tajam memicingkan kedua matanya, dia mengenal wanita itu sebagai teman masa sekolahnya. Tentu saja dia juga mempunya banyak sekali nama, hanya saja dia ingin memanggil nama samaran sebagai batas pengenalan. "Aku hanya merindukanmu...." Kata-kata yang menampik sebagian besar kaum jomblo di dunia.

Yoongi tersenyum sinis, dia melihat tak ada perubahan sama sekali untuk wanita aneh di depannya. "Menyingkir lah, aku tidak ingin berurusan denganmu. Kau pikir ayahmu bisa membujukku dan kau sudah mengganggu pemandangan ku." Yoongi tak ingin kedua matanya sakit hanya karena melihat gadis bermodal baju seksi disana.

"Itu karena kau tidak punya minat. Tapi jika kau mau mencoba aku akan mempersilahkan." Wanita cantik dengan rambut di gerai panjang, baju putih yang terbuat dari satin akan tetapi menggunakan jaket lengan pendek dengan bahan jeans disana. Serta celana pendek yang melingkupi paha kecilnya dengan kulit putih yang dia miliki. Menggoda Yoongi dengan memainkan bahunya agar tampak lebih menggetar bagi siapapun. Ya, kecuali pada Yoongi tentunya.

"Kau punya masalah, apa kau mau sedikit bermain." Dia sedikit nakal dengan memainkan kerah leher Yoongi yang sibuk memainkan permen pedas di mulutnya. Dia melihat sungai di jembatan ini dengan tatapan fokus, dia tak ingin wanita ini mengganggu sebenarnya. "Jauhkan tanganmu, aku tak minta kau. Jika masuk neraka pergilah sendiri jangan ajak aku Hera."

Jung Hera, dia sangat kecewa dengan perlakuan kasar Yoongi. Bahkan dia memasang mimik sedih agar Yoongi mau mengasihaninya atau setidaknya bisa tidur bersama hingga sebuah hubungan di restui. Termasuk oleh wanita yang menjadi latar belakang hubungannya sangat sulit siapa lagi kalau bukan ibunya.

"Kau kasar sekali, aku hanya ingin menghiburmu." Dengan mudahnya dia menjatuhkan kepalanya pada pundak Yoongi. Mengaitkan erat tangannya dan mengatakan pada semua orang yang ada di sekitar bahwa namja ini miliknya. Terlalu risih memang hingga dia menghempaskan kepala wanita itu dengan sedikit dorongan.

"Let me go, you bitch." Meski tak memukul dan membuat wanita itu sakit secara fisik, akan tetapi ucapan Yoongi mampu membuat wanita ini seakan kalah telak dengan segala perdebatan yang ada. Dia marah dan justru melampiaskannya dengan berusaha mencium Yoongi walaupun itu hanya sebuah pipi. "Lepaskan aku! Kau pikir aku apa, jangan membuatku menghajar mu. Kau cukup beruntung karena kau wanita." Yoongi masih memikirkan ketentuan bahwa dia tidak boleh memukul wanita. Hanya saja di depannya adalah manusia yang begitu menjengkelkan.

"Kau keterlaluan, bagaimana bisa kau selalu menolak. Aku begitu menyukaimu tapi kau tidak pernah ingin tahu."

"Kau pikir aku peduli, pergilah. Aku bahkan tak akan memilihmu meski di dunia ini wanita itu hanya kau."

"Kau keterlaluan, apa kau pikir kau ini kuasa hah! Yaaakkk bajingan!" Dia melempar Yoongi dengan sepatu yang dia pakai. Melampiaskan rasa sakit seorang wanita memang tidak mudah terkadang harus merasakan lebih sakit lagi agar hatinya menjadi lega. Meski itu menyakiti dirinya secara fisik.

"Kalau begitu kau bisa mencari bajingan lain selain aku. Jangan mengejar ku dan aku juga tak ingin menghabiskan waktu menjadi milikmu. Kau terlalu berharap." Yoongi membuang permennya dia juga merasa lidahnya pahit karena moodnya menjadi buruk.

"I will give anything to you, as long as you become my lover. "

Yoongi mendecih dia tertawa dengan sangat meremehkan, bagaimana tidak dia merasa bahwa wanita itu bercanda. Dia juga tahu bahwa kenyataannya itu hanya dalam mimpi saja. Pada akhirnya wanita itu menangis dengan jutaan kesedihan juga kecewa.

Seakan tak peduli bagaimana dengan perasaan wanita itu membuat Yoongi nampak sebagai pria yang kejam. Hera bahkan menangis dengan tersedu-sedu seperti wanita yang begitu disakiti. Tentu saja itu membawa perhatian bagi beberapa orang disana, salah satunya mobil Seokjin yang berhenti untuk memastikan sesuatu.

Jungkook juga keheranan dari dalam mobil sana saat melihat kakaknya berhadapan dengan wanita yang menangis. Apakah kakaknya melakukan sesuatu yang buruk, tapi melihat wanita itu membuat kedua mata Jungkook merasa tak asing. Seperti dia pernah melihatnya sebelumnya. "Jungkook, tunggu disini." Seokjin meminta dia hanya ingin Jungkook aman dan tentu saja agar Yoongi tidak terganggu akan privasinya.

Yoongi beberapa kali mencoba menyingkirkan tangan yang sudah berani menyentuh tangan juga kemejanya. Dia memang membenci wanita jalang ataupun tak ingin melakukan hubungan serius. Dia benci dengan sebuah pemaksaan hingga tanpa sadar dia mendorong jatuh wanita itu, cukup beruntung karena tak ada luka serius disana. Meskipun kesannya kasar.

"Yoongi hentikan, kau jangan membuat nama baikmu rusak." Seokjin datang bagaikan pahlawan dia meminta agar sahabatnya itu tak membuat kekacauan lebih parah lagi. Apalagi ini kawasan publik bisa saja ada orang yang akan membuat praduga dan membuat Yoongi sendiri merugi.

Secara tidak langsung Seokjin bertatap muka dengan wanita itu. "Hera aku sudah memperingati jangan mendekati Yoongi, kau bahkan masih kekeh. Apa kau tidak lelah mengejarnya, sementara sudah ribuan kali dia menolak mu." Wajah tidak suka dari orang yang berbeda membuat wanita ini mengumpat kasar dalam hati.

"Jangan campuri urusanku, aku hanya ingin minta tanggung jawab dengan Yoongi." Menunjuk wajah itu dengan tegas hingga sebuah penekanan kata itu terdengar. Jungkook yang melihatnya sedikit penasaran dan dia membuka jendelanya separuh ingin memastikan apa yang terjadi.

"Kau pikir aku menghamili mu! Tanggung jawab dalam hal apa kau bukan kekasihku!" Siapa yang terima? Bahkan seorang Min Yoongi pun langsung membantah kata wanita kurang ajar di depannya. Demi apapun dia sangat tidak suka dengan wanita seperti dia. "Kau ini pacarku, aku menyukaimu tapi kau menolak ku."

"Itu karena aku tak menyukaimu, apa kau tuli. Jangan ganggu aku, carilah pria lain yang bisa menerimamu. Kau akan sia-sia." Yoongi sudah menahan emosinya dia juga memberi sedikit nasihat untuk ungkapan rasa simpatinya lantaran wanita itu tak mendapatkan dirinya.

"Hera lebih baik kau menyerah, jangan mengganggu Yoongi dia tidak akan menerima mu." Ucapan yang begitu menyakitkan dan penuh kejujuran. Rasa nyeri yang begitu besar memang dan itu dirasakan Hera saat mendengar bagaimana dia ditolak lagi.

Wanita itu mengusap wajahnya kasar dia melihat di dalam mobil sana ada seorang namja. Merasa tak asing dengan wajah itu membuat wanita itu berfikir keras. "Yoongi hyung dia siapa?" Benar.... Namja itu jika tak salah adalah saudara pria kesukaannya. Dia merasa bahwa disini dia akan kalah, memang benar meluluhkan hati seorang pria memang membutuhkan usaha begitu besar.

"Kau Seokjin akan menyesal karena sudah mengusirku dan kau Yoongi kau lihat saja nanti." Meski dia hancur baik dalam raga dan hati karena siapapun wanita manapun akan hancur jika seseorang menyepelekannya. Dia juga masuk dalam mobil mahal miliknya yang terparkir tak jauh disana, dia melihat sekali lagi wajah Jungkook yang begitu polos menatapnya. Mungkin dia akan kembali hanya saja dengan sesuatu yang gila.

Disaksikan oleh keduanya bagaimana mobil mewah itu memacu pergi. Yoongi dan Seokjin keduanya sama-sama merasa pusing dengan tingkah wanita itu, bukan hanya itu saja Yoongi paling merasa dia sial untuk hari ini.

"Kau tak apa Yoon." tanya Seokjin dengan menepuk pundak sahabatnya itu. Yoongi membalasnya dengan anggukan meskipun dia juga merasa dongkol dalam hatinya. Tak sengaja kedua matanya melihat Jungkook yang berada di dalam sana, samping kemudi mobil Seokjin.

Mendadak wajah dingin itu menyerang Jungkook secara langsung.

"Ikut aku dan Jungkook ke wahana, aku lihat kau tidak berbelanja. Apakah tokonya tutup semua?" ada sebuah sindiran pada ucapannya, dia mengatakan pada Yoongi seolah-olah dia bercanda meskipun ada bumbu serius disana.

"Tidak." Ingin pergi, tapi sayang tangannya ditahan dan ditarik begitu saja oleh Seokjin. Dia tak ingin mendengar kan sebuah alasan dan melakukannya dengan sengaja. "Aku pikir kau akan menyempatkan waktumu pada adikmu, meskipun kau sudah mengalami perubahan sikap." Menarik masuk hingga menuju mobil kesayangannya.

Yoongi nampak acuh dia tak ingin berkomentar atau dia akan kalah. Tak ingin menjadi orang bodoh ke sekian juta dari populasi manusia di bumi. Dia akan diam dan menuruti tanpa mengatakan apapun.

Jungkook tersenyum saat melihat kakaknya masuk ke dalam mobil di bagian belakang. Disana dia sama sekali tak membalas senyuman sang adik dia malah melihat jendela dengan acuh. Seokjin melihat Yoongi yang mengabaikan Jungkook dengan sangat sarkatik.

"Kau mau coklat ambil saja di laci mobil juga ada beberapa camilan lain." Seokjin membuka lacinya dia memaksa agar Jungkook mau mengambilnya dia juga tak ingin makanan disana menjadi sia-sia karena tak ada yang mencicipinya. "Tapi aku tidak mau membuat hyung kehabisan stock makanan." Jungkook seperti mengatakannya dengan malu dan Yoongi meski dia mendengar dia pura-pura acuh.

"Hei aku surganya camilan kau curi satu pun aku tak tahu dan kau bebas mengambilnya. Kalau kau makan camilan aku akan senang, dan tolong berikan saja coklat putih itu untuk seseorang di belakang mu." Seokjin melirik wajah sombong itu dengan spion mobilnya. Yoongi merasa bahwa Seokjin sengaja menjatuhkan harga dirinya dengan cara santai, dia meringsut dan mengatakan tidak sudi. Akan tetapi tangan Jungkook sudah teracung ke belakang dengan sebungkus coklat putih disana.

Coklat kesukaannya berada tepat di depan matanya.

"Ambil saja Yoon, jangan malu-malu aku kehabisan stock untuk itu. Ambil atau aku akan memberikannya pada Jungkook." Dia mengancam sahabatnya itu, Yoongi merasa kepalanya akan meledak jika dia tak mengambilnya sekarang juga. Itu makanan kesukaannya dan dia juga tidak rela adik sial itu mendapatkan nya. Dengan wajah gengsi tangan itu menerima, berdehem pura-pura haus kemudian. Baik Seokjin atau pun Jungkook keduanya saling tersenyum, akhirnya ada kucing besar yang menurunkan taringnya.

"Mau musik?" tawar Seokjin dengan mudahnya dia seakan memberikan hiburan agar tidak mengalami kebosanan yang parah. Jungkook mengangguk mengiyakan dan dia juga menyukai lagu lama, lagu membuat dia bernostalgia saat kakaknya suka sekali mendengarkannya di bawah ayunan dengan radio kuno di dapat dari hadiah.

Beruntung sekali Seokjin mendapatkan seseorang yang cocok dengan kesukaan nya. Dia melihat Yoongi memakan coklat dengan tatapan dingin, dia tak menyukainya. Tapi, apa peduli Seokjin. Jika pun dia suka dengan apa yang di dengar wajah Yoongi juga sama saja menyebalkan.

"Kita akan bersenang-senang yeeee...." Dia seperti manusia yang tak punya beban hidup. Berjalan dengan mobil kesayangan juga menikmati masa mudanya. Yoongi memutar bola matanya malas saat melihat dua orang aneh di depannya bernyanyi lagu lama dengan tawa juga canda. Oke dia tidak suka lelucon, hidupnya kaku seperti dirinya.

Hanya saja dia menyembunyikan fakta menarik hidupnya...

,

Taehyung mengatakan bahwa dirinya tak akan memaafkan pria yang merupakan ayahnya. Pria kasar dan juga gila karena sudah membuat dia merasa kecewa sebagai anak. Ibunya masuk rumah sakit dan itu karena ayahnya, sementara ponselnya juga rusak. Wajah babak belur itu sudah semakin membiru karena ayahnya begitu sial melakukannya.

"Enyah lah, kau hanya pengganggu Taehyung!" Dia membentak sang anak hingga ludahnya menjerit keluar dari kerongkongan. Tatapan yang tajam dengan darah ingin menghabisi anak kandungnya sendiri. Kenapa dia harus terpaksa menghakimi anaknya, karena memang dia merasa jika Taehyung terlampau mengganggu urusannya.

"Aku tidak akan memaafkan mu appa, kau membuat eomma masuk rumah sakit." Dengan modal keberanian dan mengepalkan tangan, Taehyung juga tak akan kalah jika harus membentak. "Hei, ibumu saja tidak memprotes kenapa kau malah tidak terima. Kau pikir biaya sekolahmu bukan dari hasil kerja ibumu." Dia menampik pelan wajah Taehyung dengan sedikit merendahkan. Anaknya memang mirip secara fisik akan tetapi sikapnya seperti ibunya, lemah.

Sial... Sial dan sial... Tentunya wajah itu sangat memuakkan bagi Taehyung. Kenapa bisa pria jahat di depannya bisa menjadi seorang ayah. Seharusnya dia menjadi iblis saja, dia menjadi kecewa karena lahir menjadi anaknya.

"Kau membuatku membencimu, aku tidak akan memaafkan mu appa. Jadi selama ini kau pura-pura baik dan saat ini kau menunjukan kebusukan mu." Demi semesta, Taehyung bahkan akan memutuskan hubungannya dengan sang ayah sekarang juga. Melihat di sekitar dimana orang yang tak berani membantunya menyaksikannya, seakan dia adalah tontonan jalan.

Dia tidak bisa memukul ayahnya atau membalas sikap kekerasannya seakan di dalam dirinya ada benteng begitu besar yang menghalanginya. Taehyung bahkan mengumpat pada dirinya sendiri karena tidak bisa menjadi lebih berani. "Kau payah dan itu membuatmu nampak bodoh. Seharusnya kau anak yang kuat tapi kau lemah seperti ibumu. Kau hanya harus menyelesaikan sekolahmu agar hidupmu tak terlalu menyedihkan kau lihat Seokjin, dia bahkan bisa membanggakan kedua orang tuanya meski mereka sudah meninggal."

Taehyung meringis marah, dia juga kesal, kenapa semua orang membandingkan dirinya begitu juga orang tuanya yang ikut andil menyakiti nya. Dia bahkan berteriak kesetanan hanya saja tubuhnya tak bisa berdiri dengan tegak karena hantaman pada perutnya membuatnya menjadi sakit.

"Aku tidak akan membuang mu, atau pun membunuhmu. Tapi kau malah berteriak ingin membunuhku, ibumu dulu adalah pelacur dan aku hanya meneruskan kegiatannya saja. Tapi kau malah mengatakan hal buruk pada ayahmu ini."

Taehyung tidak akan mengakui itu, sampai kapanpun dia tak akan percaya dengan perkataan ayahnya yang mengatakan bahwa ibunya adalah wanita malam ketika masa mudanya. Meski dia begitu menolak akan tetapi tetap saja ayahnya juga mengatakan dengan jujur. Apakah benar dia keturunan dari orang yang sangat malang, apakah ini jadi karma untuknya karena perbuatan ibunya di masa lalu. Akan tetapi, ibunya wanita baik. Dia juga tumbuh dan menjadi seperti sekarang karena dia.

Lalu, kenapa dia harus malu. Seharusnya yang membuat dia malu adalah ayahnya yang memiliki sikap tak baik dan semakin memperburuk keadaan ibunya.

"Bedebah aku membencimu ayah aku membencimu kau sudah menyakiti ibuku!" tak ada jeda, mengatakannya dalam satu tarikan jawaban. Taehyung begitu menyedihkan saat ini ketika suaranya hampir habis karena teriakannya yang memilukan.

Apa yang salah dengannya? Apa yang dia lakukan di masa lalu. Begitu kelam hingga dia sekarang sulit bernafas. Dia kira dia cukup bahagia dengan kehidupan nya yang sederhana dengan orang tua yang menyayanginya. Akan tetapi ini semua palsu dan dia juga merasa runtuh sekaligus.

Ditinggalkan sang ayah begitu saja dengan tubuhnya jatuh ambruk. Taehyung memburam tepat di kedua matanya yang merasa letih, nafasnya juga tak beraturan dengan seluruh badan yang nyeri. Dia melihat sekitar menjadi pening, kepalanya berputar dengan sangat cepat.

"Appa... Eomma..."

Tes...

Tes...

Taehyung menangisi hidupnya yang miris.

,

"AAAAAAAAAAA... WUAAAAAAAAAAAA ASTAAAGGAAA CEPAT SEKALIIII... "

Teriakan Jungkook paling menggema, dia duduk di samping Seokjin dan juga kakaknya Yoongi memilih di barisan belakang mereka. Menatap keduanya dengan wajah sebal juga berpegang erat pada pegangan roller coaster yang dia naiki. Demi apapun, hanya dia seorang yang tak menyumbang suaranya untuk ikut berteriak dalam adrenalin.

Yoongi bukan takut hingga dia tegang dengan keadaan, dia bahkan menganggap benda ini sama halnya menaiki sebuah mobil. Dia seperti tak ingin beban dalam hidupnya lepas. Siapa yang sangka jika dia memang berhati kaku.

Jungkook menampilkan wajah lucu tidak dia sadari, saat dia seakan menabrak angin dan ruang udara dengan kecepatan sekitar 160 km per jam, dia juga mengangkat kedua tangannya lantaran pengaman terpasang dengan kencang. Seokjin memejamkan matanya berteriak, suaranya paling dominan karena dia memanggil ibunya dalam satu teriakan keras dan satu tarikan nafas.

Semoga saja dia tidak pingsan, dan Yoongi adalah saksi dimana jiwa pengecut sahabatnya itu sangat jelas saat menghadapi permainan ekstrem ini.

Dia juga sedikit menikmati ketinggian dan kecepatan ini, kalian jangan kagum atau nanti namja mata sipit itu akan besar kepala.

Pada akhirnya mereka sudah menikmati hampir setengah jam permainan disini. Sebenarnya kurang beberapa lagi hanya saja ketiganya sudah merasa lelah, terlihat ketiganya yang memijat tangan dan kaki pada salah satu bangku di dalam area wahana disana.

"Apa kalian berdua lapar?" Seokjin manusia paling inisiatif disini. Dia melihat kedua kakak beradik ini kelelahan bukan hanya itu saja perutnya juga keroncongan. Mungkin hamburger dengan milkshake akan membuat semangat mereka untuk melanjutkan liburan dadakan ini.

"Iya hyung, aku merasa lapar sekarang." Jungkook menepuk perutnya, sadar atau tidak dia seperti seorang bocah. Yoongi yang ada di sampingnya hanya mengangguk pelan dengan mempertahankan rasa gengsinya. Sayangnya, suara perut keroncongan miliknya mengundang tawa dua orang disana hingga terpingkal.

"Aku akan membeli makanan untuk kalian, tunggu disini oke."

"Aku ikut."

Seokjin menghentikan pergerakan Yoongi dengan tangannya, dia menggelengkan kepalanya tak setuju. Yang benar saja meninggalkan Jungkook sendiri bukan hal baik, meskipun dia bukan anak kecil lagi akan tetapi tetap saja dia akan merasa bosan dan kesepian. Membuat Yoongi berdecih dan sedikit menyenggol bahu Seokjin kesal.

"Kau harus tahu tugasmu Yoon, jangan tinggalkan Jungkook. Kau harusnya menemaninya. Jangan membuatku mendepak mu sebagai sahabatku."

"Bukankah kau hanya menjiplak ucapanku. Justru aku yang akan mendepak mu!!"

"Cukup, telingaku sakit Yoon..." Seokjin mengorek kupingnya dia berharap semoga telinganya tak dibawa ke tempat THT. "Untung kau lebih tua, aku bisa saja memasukkan mu dalam lahar Merapi." Pada akhirnya dia kalah debat, Yoongi duduk disana tepatnya di samping Jungkook dengan jarak beberapa meter. Beruntung kursi itu cukup panjang, tentu saja Yoongi tak akan mau kalau berdekatan sekali.

Tak ingin meninggalkan dua bayi domba ini kelaparan dia melangkahkan kakinya segera dan pergi ke suatu kedai. Jungkook tak memulai pembicaraan begitu pula dengan Yoongi, dia saja tak akan sudi. Tapi, semua itu terasa sulit dan semakin canggung lantaran sudah hampir dua puluh menit Seokjin tak kembali.

"Sial, sebenarnya dimana kau bangsat." Yoongi mulai jengah dia menarik kedua tangannya pegal dan sesekali tiduran di kursi itu hingga tempatnya hampir penuh. Jungkook? Jangan ditanya dia begitu betah hanya dengan duduk manis seperti kelinci penurut.

"Seokjin sialan, aku akan benar-benar memecatnya!" begitu angkuh dalam kalimatnya. "Hyung, sebaiknya kita cari Seokjin hyung, aku rasa dia pasti dalam kesusahan."

Yoongi ingin menimpali tapi dia menyetujui ucapan Jungkook. Dia mengalah dan memilih untuk mencari Seokjin dengan membiarkan Jungkook mengikutinya.

"Mau permen?" menawarkan sebuah permen lollipop untuk sang kakak, keduanya berjalan beriringan dengan langkah yang sama. Yoongi diam tapi tangannya tak menolak, dia menatap kakaknya dengan wajah penuh syukur. Dia tak menerima tatapan kebencian itu seharian, mungkin saja... Kemarin kakaknya memang punya masalah yang besar.

"Yoongi hyung, boleh aku bertanya?" Jungkook berharap jika kakaknya tidak akan marah, dia melihat kakaknya hanya meliriknya tajam.

"Katakan."

"Aku... Eh paus."

Suara Jungkook membuat namja sipit itu menoleh. Dia melihat sebuah spanduk yang menampilkan hewan raksasa dari laut. "Kau bodoh sekali berteriak seperti itu." Cibirnya, sajak apa yang dia lakukan hingga dia tanpa sadar akrab.

Awalnya Jungkook terkejut dia tak tahu jika kakaknya akan menanggapi ucapan singkatnya. Senyuman itu tak jadi pudar dan dia,

"Whalien..."

Sebuah nama yang membuat Yoongi terdiam sementara. Memikirkan sesuatu terdengar jelas. "Paus yang kesepian." Yoongi menambahkan, dia mengatakan hal itu dengan memejamkan matanya. Mengingat sesuatu yang dia ketahui pada salah satu sumber, Jungkook menjadi amat antusias hingga dia berlari menyusul langkah kakaknya dan menyamainya. Apa yang terjadi Yoongi? Dia seakan menanggapinya dengan semangat.

Akankah ini sebuah tipuan?

Terlalu memikirkannya hanya akan membuatnya sakit, Jungkook melihat pada spanduk itu bahwa pertunjukan dimulai malam ini. Bagaimana wajah tampan nan manis ini mengembangkan senyumnya. Bagaikan menyambut cahaya matahari.

"Hyung aku akan mentraktir mu. Kita masuk kesana bagaimana, aku akan buat taruhan. Kalau kau tidak bisa menjawab keingintahuanku satu dan kau salah satu saja, aku akan meminta waktu dan pertemanan dengan egois mu. Tapi kalau kau benar semua dan bisa membuat keingintahuanku puas, aku akan pergi. Benar-benar pergi."

Yoongi mendengarkan itu semua, ada senyum tipis disana. Sepertinya menarik... Apalagi dia sendiri yang meminta untuk bertaruh. "Kau akan pergi jauh dariku."

"Tentu saja, aku menepati janji. Asal kau menerima tantangan ku." Jungkook mengatakannya dengan tangan seperti melakukan sumpah serapah. Tak ingin membuang kesempatan Yoongi menyetujuinya, ya... Tentu saja dia akan melakukannya karena pada dasarnya dia ingin orang itu pergi. "Baiklah, aku akan membuatmu segera enyah dari rumah dengan kecerdasanku."

"Ya, dan aku senang kakak kesayanganku mau memberiku ilmunya." Menganggapnya sebagai sebuah keberuntungan, dia merasa bahwa pada dasarnya Yoongi ingin dimengerti. Seperti dirinya ketika masih kecil, yang selalu ingin tahu begitu banyak hal besar disana. Bantuan sang kakak Myungsoo sangat berarti dan sekarang dia bisa menjadi pandai, lalu Yoongi... Dia akan memberikan jawaban untuk penantian seluruh jawabannya. Apakah dia akan semakin rumit atau semakin mudah?

"Aku berharap semoga kau gagal mengharapkan ku." Doa Yoongi dengan nyata dia ucapkan di depan adik angkatnya. Sama sekali tak melihat wajah tersenyum itu, percuma dia menyiapkan bagaimana manisnya sang adik. Pondasi baru dalam dirinya dia bangun dan satu hal yang membuat dia menjadi berbeda adalah, dia menjelma menjadi sesuatu yang siapapun belum tahu.

"Aku sangat menantikan kegagalanku dan aku masih bisa membuatmu yakin jika aku bisa lebih baik. Karena Jimin hyung, telah merestui ku menjadi adikmu. Adik yang akan kau sayangi di masa depan."

Wajah tersenyum dan itu nampak seperti Jimin.

"Jungkook..."

Kau mencoba membuat diriku makin tenggelam dalam samudra Pasifik. Membiarkanku berteriak dengan suaraku yang mulai keruh dan hanya keras di awal saja. Kau menganggap ku berisik dan menganggap ku sebagai
pengganggu. Kak..  lalu jika aku mulai mengganggu mu kenapa kau tidak membantuku untuk menjadikan diriku seperti yang kau mau. Dan bukan mematahkan semangatku dengan sikap kerasmu.

Whalien... Entah aku hanya mendengar nama itu dari sebuah lagu atau sebuah buku. Tapi membuatku semakin yakin jika semua itu punya seribu makna. Aku bukan makhluk luar angkasa yang harus kau singkirkan. Aku tak ingin menguasai duniamu, aku hanya ingin menjadi seseorang yang bisa kau jadikan keluarga dekat. Aku hanya manusia yang mencoba menjadi kau inginkan agar bisa diterima. Akan tetapi kau punya seribu cara untuk menyingkirkan ku dan nyatanya, aku hanya punya...

52...

Ya, lima puluh dua cara untuk bisa membuatmu percaya padaku. Jika kau punya sejuta kebencian maka aku akan meruntuhkan hal itu dengan cara yang terbilang sedikit. Lalu...

Aku hanya tahu bahwa... Kau memang membutuhkan seseorang mengerti dirimu dari sisi yang berbeda. Karena ego kau mungkin malu untuk sekedar,

Mengakui...

..........

TBC...

Hai semua kembali lagi dengan chapter ini, maaf ya mungkin kalian merasa bahwa cerita ini alir lambat. Tapi memang author menuliskan ff kebanyakan seperti ini lantaran membuat kisah secara mendetail dan sesuai emosi membuatku puas.

Aku tidak menuntut kalian suka kok, jadi santai saja. Kita sama-sama mencari hiburan disini. Kalian adalah semangat saya, kuharap kita bisa berjumpa.

Terimakasih untuk dukungan kalian yang membuatku semakin yakin untuk terus berkarya.

Jangan sampai sakit dan maaf aku belum bisa balas komentar kalian satu-satu tapi aku membaca dengan senang hati setiap dukungan kalian juga masukannya.

Tetap di rumah dan semangat...

Saranghae dan gomawo..

#ell

22/07/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro