Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 54 : Filter

" Seperti tak bisa membedakan apa dan mengapa ketika hati ini tidak bisa diajak bercanda untuk tertawa."

.

(Author **** POV)

Bohong jika tatapan wajah itu tak akan kosong, bohong jika Jungkook sendiri tidak akan mengatakan bahwa apa yang dia rasakan adalah menyakitkan. Berjalan dengan gontai hanya dengan tangan yang bersentuhan dengan dinding rumahnya, dia tak bisa berfikir jernih saat ini. Siapa bilang bahwa dia baik-baik saja.

"Aku tak ingin berharap. Akan tetapi..." Jungkook memperhatikan bagaimana wajah Jimin yang tersenyum disana. Apakah ini hanya sebuah gurauan semata? Sementara Yoongi seperti menghancurkan ekspetasinya untuk bahagia.

Dia ingin berbaring saat ini, wajah sedihnya tak bisa ia tutupi dengan kebahagiaan yang sempat ada. Apakah Yoongi berhasil menghancurkan pondasi kebahagiaan adiknya dengan begitu gampang nya? Sepertinya jelas... Ini semua juga bukan sebuah tipuan. Ini juga bukan April mop untuk melakukan sebuah prank.

Melihat jendela dengan bulan purnama yang masuk cahayanya juga bagaimana tubuh itu menyamping melihat kenyataan abstrak di matanya. Seperti sebuah dedikasi yang tak akan ada jalan pintasnya.

Lehernya sakit hingga dia menyentuh dengan sangat hati-hati. Bagaimana tidak? Rasanya terasa dia akan mati hanya karena tangan juga tatapan dari kakaknya yang begitu menjatuhkan seluruh wacana hidupnya. Apakah tadi kakak kerasukan? Sepertinya tidak...

"Jangan mencoba untuk berharap, kau pikir kau layak. Memuakkan, tolong kembalikan gelang itu."

Jungkook sempat terdiam, dengan pelan dia menoleh ke belakang. Apa yang dia lihat adalah kakaknya. Dia sedang menatap dirinya dengan tajam seolah penjahat dan menyenderkan bahunya di sisi pintu masuk menuju kamarnya. "Apa yang kau mau Yoongi hyung." Jungkook dengan wajah ramah yang sudah menghilang.

"Apa yang ku cari kau juga tahu, kenapa kau harus menyimpannya. Apa kau pantas?" Yoongi mendekat akan tetapi dengan ekspresi begitu geram dia menolak dengan apa yang terjadi jika itu menjadi kemungkinan maka dia akan membuat hal itu terjadi menjadi tidak mungkin. Melewati batas kuasa.

"Aku tidak punya apa yang kau cari hyung." Jungkook mengatakannya dengan wajah yang datar. Oke, dia tak ingin di katakan begitu naif meski dia memiliki sifat demikian. "Kau membuatku jijik dengan segala tingkah mu, apa kau sadar jika sikapmu membuatku begitu bodoh."

Terjadi sebuah perdebatan awal dari keduanya, Yoongi yang begitu mendikte dengan Jungkook dengan berpegang teguh pada kepercayaan mengenai bahwa hati yang baik bisa mengalahkan egois. Mencoba menjadi sahabat dari rasa egoisme.

"Ya, aku sebodoh yang kau kira. Tapi aku benar tidak memiliki apa yang kau cari Yoongi hyung." Idealisme Jungkook lebih besar dari badannya, dia merasa bahwa Yoongi seakan menuduhnya berulang kali hanya untuk mengusirnya.

"Kau dan kesetaraan sikapmu, kenapa kau tidak mengatakan dengan jujur siapa kau?! Apa yang kau mau Jeon!" Dia menunjuk wajah adik angkatnya dengan telunjuknya. Mata elangnya mengatakan bahwa seseorang di depannya pantas menerima segala kesialan dunia.

"Aku hanya mau pengakuanku." Jungkook mengatakan hal itu dalam setiap gejolak kemarahan yang dia rasakan. Bagaimana tidak? Yoongi orang yang dia anggap sebagai kakak mencoba membantainya sedemikian rupa. Seperti menuduhnya dalam suatu kejahatan yang besar, hingga keduanya menatap satu sama lain dengan tatapan berbeda.

Mata Yoongi yang hitam legam bagai elang dan mata Jungkook yang datar dengan segala pertanyaan di maniknya.

"Berikan padaku benda itu." Apakah Yoongi seakan melakukan negosiasi. Demi apapun bahkan namja muda di depannya tak mengerti sama sekali. "Aku hanya ingin tahu apa yang kau cari. Kenapa kau seperti menuduhku melakukan kejahatan, lalu kenapa kau baik padaku jika kau mencoba untuk menjatuhkan ku."

Jungkook tak terima dengan permainan sang kakak, dia hampir terbang bahagia dengan harapan muncul dalam setiap Kuarta hatinya. "Apakah kau mencoba memanipulasi ku, apa kau hanya melakukan sandiwara untuk mencapai tujuanmu?" dengan berani dia mengatakan hal seperti itu. Seperti bukan Jeon Jungkook yang biasa Yoongi hadapi, meskipun pada akhirnya dia mengulas senyum remeh.

"Apakah ini sosok asli darimu, wow.. kau selalu mengatakan hal baik dengan wajah polos mu. Apa yang kau mau apa? Aku mencoba menebak siapa kau." Siapa yang percaya jika Min Yoongi tak selalu fokus dengan hidupnya yang serba ada. Ternyata Jungkook juga menjadi perhatiannya meski dalam black list.

"Tak apa jika kau tak menganggap ku tapi jangan pernah mengatakan sesuatu yang menjatuhkan mama dan anak panti, kau sangat keterlaluan dengan ucapanmu tadi hyung." Jungkook seakan tak terima, ya... Dia dan Yoongi juga sempat berdebat di luar ruangan ini dan Jungkook juga menjatuhkan bogeman kerasnya ke pipi putih kakak angkatnya. Hingga kini sakit itu masih terasa dan ngilu.

"Kau terlalu sombong Jeon, dan kau akan kehilangan akal di rumah ini. Aku akan membuatmu demikian."

Apakah ini sebuah tantangan dari dia yang bersandiwara?

"Aku akan berteman dengan egois mu." Dengan berani Jungkook menyentuh pundak Yoongi, seperti sesuatu masuk dalam auranya. Yoongi tak menduga jika ternyata ada yang berani dengan dirinya. Itu adalah keputusan yang salah membawa dia dalam lubang setan.

"Benarkah kau bisa membuktikan nya? Apakah kau mampu. Sementara..." melirik ke bawah sana dan melihat kedua kaki Jungkook yang menapaki lantai. Disana namja bergigi kelinci itu diam seribu bahasa.

"Kakimu gemetar." Begitu angkuh dia mengatakan hal itu. Senyum tipis yang memanipulasi semua keadaan di dalamnya. Bukan sebuah candaan dari pelawak papan atas yang sering dilihat di televisi. Bau adrenalin ada saat keseriusan ucapannya membawa dampak bagi psikis di tempa.

Benar, ada yang ketakutan setengah mati akan tetapi keyakinan dalam dirinya seakan tak mati. Apa yang menjadi landasannya menjadi lebih berani adalah keyakinan Jimin sudah terwakilkan olehnya.

"Kau hanya berubah hyung, bukan mati. Aku akan mengembalikan keyakinan mu. Kau dengan jalan aslimu, orang yang kehilangan keyakinan sama saja dengan sampah." Jungkook tak absen untuk mengatakan hal yang ada dalam setiap benaknya. Kemelut dalam otaknya dia curahkan begitu saja dengan gampangnya. Menghadapi apapun di depannya. Yoongi jatuh dalam keyakinan dua bola mata berkaca. Dia menjatuhkan tarikan lehernya dengan mudah enggan menatap lagi bola mata tadi.

Sial! Merasa bahwa ada sedikit sihir untuk meluluh lantakkan hasil kesombongan yang dia buat. Seakan Jungkook menjanjikan dirinya sebuah kejutan.

Tak ingin bicara karena dia terlalu kalut dengan segala kebingungan dalam otaknya. Yoongi menjatuhkan seluruh minatnya untuk mencari satu barang yang menjadi momok dalam masalah ini. Dia terbayang akan angka kode yang membentang di gambaran coretan khas anak kecil mendamba.

"Aku akan menemukan barang yang kau maksut aku janji hyung, jadikan ini sebagai sebagian kisah kita sebagai saudara. Bukankah akan berwarna jika seorang kakak dan adik sempat mengalami bersitegang." Yoongi melirik Jungkook yang mengulas senyumnya, dan dia menjadi sangat-sangat kehilangan kecerdasan dalam otaknya untuk argumentasi.

Tak ingin lama disana dia pada akhirnya memilih pergi meninggalkan kamar namja dianggapnya muak. Sedikit melirik foto adiknya Min Jimin yang mengulas senyum manis nan bahagia.

"Kenapa kau seakan tersenyum remeh padaku Jim."

Keyakinan absolut yang di tempa dalam hati, berbisik bagaikan angin terlahir dari awan mendung. Masih malam dan matahari tak tahu kisah ini. Hanya bulan purnama dan dia akan bercerita pada bintang serta semesta. Bagaimana seorang manusia bertindak egois hingga kehilangan rasionalitas dalam hidupnya. Potensi apa yang dia punya hingga ingin menjatuhkan seseorang begitu saja.

Keceriaan yang palsu itu hilang dan senyum itu berganti sendu. Apa yang menjadi kebodohan nya kali ini, menantang seorang kakak yang tak akan bisa mengakuinya meski dia memulai terlebih dahulu. Jungkook menyadari bahwa dia terlalu meremehkan sifat baik hati dan lembutnya, air mencoba menghancurkan batu meski dia tahu bahwa lava api bisa mencairkannya dengan mudah.

"Jimin hyung, apakah Yoongi hyung selalu seperti itu. Dia seperti besi yang sulit dibentuk. Begitu susah untuk di tempa, dan itu membuatku untuk membangun perisai baja lebih kuat. Apa yang diingkan Yoongi hyung..."

Jujur saja, dia sedikit bingung dengan atensi dan aspek dalam hidupnya hingga kepalanya menjadi sangat pusing.

,

Taehyung memang pulang sedikit larut itu karena dia baru saja menolong seorang nenek yang tersesat di sebuah jalan. Dia membersihkan kakinya pada sebuah kasut lantai di depan rumahnya.

Melihat sekeliling yang sepi dengan nuansa remang hingga dia memutuskan untuk menghidupkan saklar. Apa yang menjadi kendala dalam hidupnya adalah... Permasalahan menuju kedewasaan yang rumit.

Taehyung sedikit sempoyongan karena dia sangat lapar, bodohnya dia yang tak membeli makanan dengan uang jajan yang di berikan Seokjin padanya. Ngomong-ngomong dia ingat jika ada ramen di dalam lemari dapur yang sengaja dia siapkan stock nya.

Jago dalam membuat hal instan ketimbang mempersulit hidup. Jika ada yang mudah kenapa harus dibuat susah. Beruntung dia tak harus merebus air karena sudah ada termos. Rasa ayam bawang dia pilih sebagai jamuan favoritnya.

"Aku rasa aku bisa jadi chef terkenal." Dia mengatakan hal itu dengan kekehan lucunya. Apa dia akan menikmatinya dan memakan sendiri? Ya... Dia akan melakukannya.

"Ponsel siapa ini? Apakah punya eomma." Namja tampan itu menatap ke atas sana, dia melihat kamar orang tuanya yang sepi. Dia melihat bagaimana gelapnya disana, kemungkinan sudah tertidur. "Aku akan memberikannya nanti, setelah ini matang." Jika tak makan dia lapar, dan jika lapar dia tak bisa tidur. Beruntung sekali karena kamar Taehyung berpindah lantai di kamar bawah. Dia tipe pemalas untuk naik ke atas sana.

Hanya lima menit untuk ramen cup itu matang...

Taehyung yang sibuk dengan ponselnya bahkan mencium aroma lezat itu dan semangat empat lima dia segera memakannya. Sedikit teledor karena kepul asap keluar dari mulutnya. Oh ayolah... sangat payah jika kau kepanasan hanya karena kebodohan dalam ketidaksabaran.

Yang aneh adalah saat Taehyung tak sengaja mendengar suara sedikit kegaduhan disana. Di kamar orang tuanya...

"Apakah ayah dan ibu bertengkar?" Taehyung memainkan mie cup dalam diam, dia melihat bagaimana kuah dengan bumbu itu seakan mengaduk menyatu dengan bahan tepung terigu itu. Dia mendengar dengan samar dan mendengarkan keanehan lainnya. Apa yang terjadi?

Semakin lama Taehyung mengabaikannya dengan dirinya yang tak bersuara. Semakin jelas dia mendengar bahwa, seseorang sedang melakukan suatu hal. "Eomma?" terkejut dengan apa yang dia dengar, cukup aneh bahwa dia mendengar ibunya merintih kesakitan. Apakah mereka bertengkar, Taehyung merasa bahwa ada kejahatan dalam rumah tangga yang dilakukan ayahnya. Tak ayal jika Taehyung tipikal orang yang mudah marah.

Dia pada akhirnya memilih untuk lekas berdiri, melihat situasi yang tak memungkinkan itu. Berjalan cepat lantaran rintihan semakin terdengar dan Taehyung yang menemukan kamar pintu sang ibu yang sedikit hancur pada engselnya.

"EOMMAA??!" terkejut bukan main saat melihat tubuh tergeletak dengan baju yang sobek juga selimut yang membentang menyelimuti tubuh ibunya. Pelipis yang biru dengan wajah lebam yang menghiasi wajah ibunya. Apakah ini perbuatan ayahnya?

"Taehyung, anakku..." wanita cantik itu langsung tenggelam dalam pelukan sang anak seperti minta perlindungan. Taehyung yang tak tahu menahu dengan apa yang terjadi langsung membawa ibunya turun. Di sini sangat berantakan dengan beberapa pecahan botol juga bau alkohol yang kuat. Sialnya kakinya tak sengaja menginjak puntung rokok yang masih menyala hingga dia menjerit kesakitan.

"Anakku kau tak apa?" ibunya masih menangis dia memeriksa kaki putranya. Akan tetapi, Taehyung dengan cepat menahan tubuh itu untuk berjongkok dan menggelengkan kepalanya mengatakan dia tidak apa-apa. Taehyung meringis dan sesekali tersenyum juga membantu ibunya turun.

Jujur, ibunya seakan tak sanggup mengatakan banyak hal pada putranya. Dia bahkan tak berhenti menangis hingga di bawah ruangan. Hatinya sangat hancur hingga Taehyung mencoba menenangkannya. Beruntung karena putranya adalah namja yang pengertian dan tak pernah melakukan hal kasar pada dirinya.

"Eomma katakan padaku apa yang terjadi?" Taehyung memberikan sebuah teh hangat untuk ibunya. Dia menyentuh begitu dingin kulit wanita yang dia sayangi ini. "Aku tidak apa-apa Tae." Dengan lembut dia menyentuh punggung telapak tangan sang anak, dia juga menatap wajah anaknya dengan kepastian. Akan tetapi putra kesayangannya tak begitu percaya dengan ucapan ibunya yang satu ini.

"Jangan berbohong padaku eomma, jangan lindungi appa jika dia memang salah. Apakah dia melakukan hal buruk lagi." Kali ini wajahnya menjadi sangat tegas, dia mendapatkan perubahan sang ayah yang begitu drastis.

"Tae..." Ibunya hanya memanggil nama bayi besar kesayangan nya. Dia menundukkan kepalanya dan mencari cara kata apa yang membuat sang anak untuk tidak melakukan kesalahan. Dia menggigit bibir bawahnya yang sudah terluka dan meremat seluruh selimut di tubuhnya. Beban ini sangat besar lalu kenapa anak kesayangannya harus tahu kejahatan ayahnya.

"Katakan padaku eomma, apa yang dilakukan ayah." Suara gebrakan meja terdengar, tak ada wajah ramah Taehyung karena sudah terlanjur kesal. Dia melihat apa yang dia lihat dengan mata kepalanya, ibunya terluka dan itu secara fisik dan batin. "Aku tidak apa-apa sayang." Berkali-kali dia mencoba membohongi putranya akan tetapi semua itu seakan tak bisa dia lakukan karena anaknya pintar.

"Aku akan membunuh ayah, jika dia melakukan hal itu. Dia menjual eomma bukan?! Katakan padaku apa eomma di paksa melayani temannya yang bejat!" Taehyung dengan seluruh kemarahannya, dia juga tak merasa lapar karena emosinya. Siapa bilang dia itu tega. Ayahnya jauh lebih biadab.

Wanita yang memasuki usia empat puluh lima ke atas itu menggelengkan kepalanya, darimana putra kesayangannya itu tahu? Apakah suaminya mengatakan hal demikian. Selama ini dia sudah berusaha menutupi kesalahan suaminya dengan hal yang tak akan dicurigai oleh Taehyung. Tetapi kenapa dia tahu, tak ingin sedikitpun putra kesayangannya itu terluka.

"Tae, darimana kau tahu. Jangan buat ayahmu marah nak." Sang ibu menghalangi, dia dengan baju compang camping membuat Taehyung menjadi tersenyum miris. Kenapa semua itu bisa terjadi pada ibunya? Sementara dia tidak tahu hal ini dan justru suka bermain di luar menikmati masa muda.

"Lepas eomma! Aku akan menemuinya aku akan membunuhnya. Lepaskan aku eomma! Lepaskan aku!" dengan modal nekat dan mengepalkan kedua tangannya Taehyung berjalan keluar hendak membuat pemberontakan. Membela hak ibunya sebagai seorang istri.

"Aku mohon Taehyung, jangan gegabah. Ayahmu akan membunuh mu sayang." Dia memeluk anaknya, dia menahan tubuh anaknya. Dia melihat bagaimana wajah murka yang persis dengan suaminya. Taehyung pasti sangat terpukul dalam kemarahan. Dalam hati kecilnya dia berharap bahwa hal seperti ini tidak terjadi dengan dia yang membawa masalah dengan baik tanpa anaknya tahu.

"Tolong lepaskan aku eomma, jangan melindungi appa. Dia keterlaluan dan kejam!"

Dengan tenaga yang dia punya ibunya menahan putranya dia menangis meraung meminta agar Taehyung tak keluar mencari ayahnya. Dia tak ingin ada yang menyakiti anaknya, dia tidak peduli dengan suaminya meski dia masih cinta. Akan tetapi, kenyataannya semua perasaan dan hal pahit yang diterimanya membuat dia harus mengalami hal ini.

"Hiksss... Kumohon dengarkan eomma, aku tidak ingin kehilanganmu nak hikss... hikkss..." Air mata itu jatuh untuk sang anak bukan untuk nasibnya yang malang. Kelopak sembabnya tercipta karena air mata kekhawatiran yang disebabkan kemarahan anaknya. Tak ingin jika segala kebahagiaannya hancur sia-sia.

Taehyung tak mengerti karena amarah sudah menumbuhkan tanduk di atas kepalanya. "Taehyung aku mohon nak hikksss... Jangan mengejar ayahmu dia bisa membunuhmu, ibu mo- arghhh.." wanita itu ambruk saat tubuhnya oleng karena dorongan anaknya. Taehyung terlalu lupa diri hingga dia kelepasan dan membuat kedua matanya terbelalak tak percaya. Dia melihat bahwa ibunya jatuh pingsan setelah kepalanya membentur tembok.

"Eomma..." Lirih dengan segala rasa bersalah yang mencampur menjadi satu. Taehyung menepuk pelan kedua pipi ibunya dan meminta agar dia segera bangun. Dia sangat ketakutan hingga kedua matanya juga hampir mau menangis.

"Eomma maafkan aku, tolong maafkan aku." Dia ingin meminta tolong tapi tak ada siapapun, dia terus memanggil sang ibu karena rasa panik datang saat melihat wajah penuh ketakutan itu muncul. Ya, kening sang ibu mengeluarkan darah dan itu disebabkan dirinya.

"Hikksss... hikksss... Jangan tinggalkan aku eomma, maafkan aku." Tetap sama, ibunya masih tak sadarkan diri dengan lemas dan dia juga tak merespon. Masih bersyukur karena masih bernafas membuat dia merangkul tubuh ibunya. Serta membawanya ke atas sofa, dia ingin mengobati ibunya dan melupakan ayahnya  yang bajingan. Dia juga tak lupa mengunci segala pintu dan jendela rumah.

Dia memastikan di luar sana jika ayahnya tak ada di sekitar. Dia ingin fokus dengan ibunya dan menjaganya. Mengusap wajahnya dengan cepat karena air mata yang sudah runtuh seketika. "Eomma, maafkan aku..." Taehyung mencoba menjadi anak yang berbakti dengan mencium kaki ibunya. Dia melakukannya atas dasar bahwa dia menyayangi dirinya lebih dari apapun. Kenyataannya... Taehyung dia bahkan menangis di bawah telapak kaki ibunya.

"Appa, kenapa kau jahat. Aku sudah bersabar melihat sikapmu pada eomma. Selama ini aku diam karena aku tak tahu apa yang akan aku lakukan. Tapi kau kejam appa..." Taehyung membanting begitu saja foto pigura sang ayah dengan dirinya. Kacanya juga berserakan dan hancur begitu saja. Dia memandang bingkai foto retak itu. Balas dendam dan kebencian bisa saja dia lakukan.

Ada siluet ganas disana, dan itu dilihat dari bagaimana tangan yang mengepal itu menjadi putih. Dia tak terima dan selalu akan begitu.

"Demi eomma, aku akan diam... Karena aku tahu eomma sangat peduli pada pria bajingan sepertimu, appa."

Taehyung sudah lupa apa itu sopan santun.

Bohong jika Taehyung tak menangis, sekuat pria... Pasti akan menangis jika itu menyangkut seorang wanita yang dicintai pertama kali dalam hidupnya.

Ibu...

Cinta pertama bagi anak laki-lakinya.

,

Jimin tak tahu untuk apa dia lahir dan untuk apa dia hidup. Dia menatap langit biru dengan segala senyum yang menghiasi wajahnya. Bocah kalem dengan segala keramahtamahan dalam dirinya nampak jelas.

Siapa sangka bocah semanis dia memiliki kakak yang galak. Dia baru saja diganggu dan kakaknya justru mengejar pengganggu itu dengan ayunan tongkat bisbol untuk menakuti mereka. Celetuk lucu keluar begitu saja dan membuat Jimin tertawa terpingkal saat melihat beberapa remaja disana begitu takut dengan tanduk sang kakak yang garang.

"Jangan ganggu adikku atau kalian akan mati!" Itu Yoongi dengan segala teriakan mautnya yang membuat beberapa anak di taman bergidik ngeri. Bagaimana bisa Jimin yang baik hati punya kakak segalak itu. Bahkan jarang Yoongi dapat teman karena sikapnya itu.

"Yoon hyung, jangan kejam pada mereka aku tak papa. Mereka hanya ingin mengenalku." Mengatakannya dengan sangat enteng. Jimin mengedipkan matanya sombong sebagai seorang bocah. Oh, hei... Ajaran siapa itu. Hingga Yoongi pura-pura pikun tak mengenalinya.

"Yakkk... Kau sangat menjengkelkan kenapa kau sangat rupawan. Aku tak terima!" Yoongi membanting kuat bolanya. Dia memang seperti manusia apatis terburuk di dunia. Lihatlah bagaimana dia menatap tak suka pada adiknya yang terpingkal hingga jatuh di tanah lapang. Tontonan yang sangat menggemaskan baginya siapapun pasti tertawa melihatnya.

Sosok Jimin membawa warna pada taman itu, dan Yoongi menekuk mukanya sebal. "Aigu jangan mengambek anak ku yang  cantik." Yoongi langsung melemparkan bola ke arah ibunya dan hampir mengenai wajahnya jika sang ibu tak menangkapnya cepat.

"Astaga hyung jangan lakukan itu pada eomma." Siapa lagi kalau bukan Min Jimin yang berteriak, dia mengatakan hal itu hingga menarik perhatian beberapa orang. Dengan langkah kakinya dia memakai sanda hingga pada bagian kanannya lupa. Dengan aksen lucu saat kedua pantatnya bergerak berlari menyusul ibunya dan membentangkan kedua tangan untuk memeluknya.

Min Jimin melindungi ibunya dengan sangat manis.

"Hei jangan sok manis begitu, yakkkk...Jimin kau membuatku kesal." Yoongi mengejar adiknya dia menjadi remaja savage dengan iri luar biasa. Dengan kaki kecilnya dia berlari tubuh pendek itu melakukan aksi kejar mengejar dengan tangan yang membawa boneka iron man. Tentu saja dia menyukai superhero dan terlalu banyak koleksi dengan sang adik.

Jimin jatuh tersandung batu akan tetapi dia tak menangis dan justru mengaduh kesakitan. Dia melihat bagaimana kakaknya begitu posesif hingga lari dengan cepat dan menanyakan keadaannya. "Jimin kau tak apa? Ayo aku bawa ke rumah sakit." Yoongi membelakangi dia nampak sangat ketakutan hingga tak sadar bahwa tindakannya begitu bodoh. Membuat Jimin menggelengkan kepalanya lelah.

"Aku tidak apa-apa memangnya aku luka parah. Lagipula dengan obat merah saja aku akan sembuh. Hyung sangat lebay." Adiknya mencibir dia melihat kakaknya dengan wajah yang mengesalkan. Tunggu saja... Dia sendiri malah meninggalkan Yoongi yang membelakanginya. Memilih menyusul dan menuju pelukan sang ibu ketimbang mendengarkan ceramah kakaknya kemudian.

Oke, dia adalah seorang kakak yang diabaikan oleh adiknya. Alasannya simpel kenapa Jimin bisa melakukan pengabaian skala kecil, karena dia ingin membuktikan pada kakaknya bahwa dia kuat.

"Kenapa kau malah mengabaikan ku Jim...."  Tetap dalam posisi berjongkok. Dia mengatakan pada dirinya sendiri bahwa adiknya hanya keras kepala sama sepertinya. Siapapun tahu bahwa dia adalah adik kesayangannya, Yoongi juga siap rela mati jika sesuatu buruk terjadi pada adiknya. "Aku ingin kau tetap aman, karena aku tak ingin kau pergi..." Ucap lirih dengan sedih.

Mengabaikan, entahlah.....

Tatapan Yoongi sekarang menjadi sangat dingin. Dia menatap rumput yang melambai kearahnya.

"Apa yang kau lakukan-"

"Jungkook?"

Yoongi membuka matanya, dia bangun dari mimpinya. Mendengar seseorang memanggil nama seseorang membuat Yoongi sadar bahwa itu semua hanyalah mimpi yang berasal dari memori buruk yang sayangnya dia simpan. Ya, bagi Yoongi semua dianggap sama. Buruk...

Seokjin datang mengejutkan namja muda yang bangun dari meja makan. Bukan sesuatu yang mengejutkan untuknya akan tetapi, berbeda dengan Jin yang datang menghampiri namja muda itu dengan tangan menenteng bekal.

"Jin hyung..." Dia mengumpulkan nyawa, apa itu tadi... Dia memimpikan Myungsoo kakaknya yang sedang memeluknya dan memberikan ketenangan. Seakan kakaknya itu tahu bahwa dia mengalami kesedihan yang teramat sangat. Dia buru-buru mengusap wajahnya hanya untuk menghilangkan bekas kesedihan di wajahnya dan tersenyum.

"Kenapa kau tidak tidur di kamar, hei disini sangat dingin. Apa kau disini semalaman?" melihat ke sekitar dan tak ada Yoongi disana. Rasanya menjadi sangat aneh saat suasana suram dia rasakan, tak ada yang namanya aura ketenangan itulah firasatnya.

Jungkook ingin memberi alasan, dia akan menutupi masalah yang terjadi.

"Aku-"

"Mau apa kau kesini?" Suara dingin itu menusuk. Yoongi datang dengan memasang celemek nya dia juga memasang wajah seperti biasa. Seokjin merasa mungkin saja hanya perasaan nya saja jika terjadi yang buruk.

"Aku kira kau membuang Jungkook dari kamarnya." Ada sebuah spontanitas dalam ucapannya. Dia juga menaruh makanan di tangannya dekat dengan namja muda disana. Yoongi melihatnya, Seokjin kira namja sipit sahabatnya itu lapar hingga menyunggingkan senyum dan melihat makanan yang dia bawa. Tapi pemikirannya salah karena Jungkook menatap senyuman kakaknya dengan perasaan berkecamuk.

"Kau pikir aku jahat." Yoongi datang dan menyambut kedatangan sahabatnya itu dengan sebuah tos dan Seokjin membalasnya. "Ya, aku tahu kau itu siapa..." Ungkapan dalam hati terdalamnya dan mengatakan bahwa Yoongi bukan orang yang mudah untuk di lihat dari persepsi mata.

Jungkook tak akan mengatakan permasalahan ini, dia akan menyimpannya. Meskipun Seokjin akan memaksanya juga. "Jungkook apa kakakmu itu tidak membuang mu?" tanyanya dengan perasaan penuh curiga. Seokjin ingin menelisik lebih jauh keadaan. Dia juga duduk disamping Jungkook melakukannya dengan sengaja ingin menjaga sesuatu yang mulai rapuh.

"Tidak, dia menjagaku semalaman."

Jungkook mengatakan hal itu dengan bohong gelagatnya terbaca oleh Seokjin. Merasa kecewa dari namja berbahu lebar itu karena dia tak melihat kejujuran yang pasti darinya. "Kau tidak berbohong bukan? Katakan dengan jujur karena aku siap membantu." Pinta Seokjin dengan sangat.

Jungkook menjadi serba salah, akankah dia berkata dengan jujur.

"Aku menjaganya semalaman, jangan urusi dia. Kau urusi saja urusanmu seperti hutang mobilmu." Yoongi memotong pembicaraan mereka berdua, datang dengan membawa segelas air putih penuh dan menaruhnya tepat di depan Jungkook.

Apakah ini adalah salah satu tipuan Yoongi juga?

Jungkook melirik kakaknya dengan tatapan penuh pertanyaan. Yoongi sangat pandai menggunakan tipuan, dia juga memandang adik angkatnya dengan sebelah mata saja.

Seokjin diam mendengarkan apa yang dikatakan oleh Yoongi meski dia tak akan percaya dengan mudahnya. Akan tetapi dia melihat Jungkook tak merengek dan mengatakan masalahnya dia bisa tahu bahwa... Mungkin saja Yoongi belajar untuk berubah.

"Kau jangan curiga padaku aku menjaganya dengan baik, benar bukan hem." Dia merangkul Jungkook menatapnya dalam senyum tipis namun menyimpan makna seakan dia sangat membenci adiknya itu. Hanya saja dia membohongi semua dengan senyum manis itu.

"Kau mencurigakan dengan senyum manis itu Min." Tidak ada panggilan akrab hanya saja Seokjin sekedar mengatakannya. " Lalu kau, apa yang kau inginkan dengan mendekati adik angkat ku." Seperti sebuah semboyan yang merendahkan seseorang disana.

Seokjin menaruh kedua tangannya, dia tersenyum dengan segala pemikiran jawaban yang berkualitas. Yoongi pasti akan bermain dengannya
melalui kata-kata unlimited miliknya.

"It's simple because I only need someone to be my brother, I'm interested in Jungkook. " ucapnya dengan senyum menawan.

Skakmat!

Jungkook diantara dua orang yang saling bergelut.

.......

TBC...

Hai semua maafkan daku karena aku libur up kemarin aku gak enak badan jadi harus istirahat. Oh iya maafkan aku kalau jalan ceritanya aneh ya...

Jangan lupa jaga kesehatan semua, maaf kalau pesan saya pendek.

Salam cinta dan bahagia...

Gomawo...

#ell

21/07/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro