Part 53 : Dimple
"Hanya ada harapan lima persen diantara seratus persen keberuntungan."
,
(Author **** POV)
Jungkook tersedak saat nasi di mulutnya begitu penuh, bagaimana tidak? Yoongi menjejalkan satu sendok penuh nasi dengan sayuran tersebut ke mulutnya. Tak akan disangka makanannya sampai mengenai kerongkongannya. Daya tampung yang memenuhi penuh mulutnya, dan tentu saja perlakuan Yoongi mendapatkan jitakkan dari sang ibu.
"Sakit eomma." Tentu saja dia memprotes, rasa sakitnya masuk hingga tulang dahinya dan Yoongi hampir menumpahkan nasi dari tangan nya. "Lakukan dengan benar, kau ikhlas tidak?" Kenapa dia harus mempunyai anak segarang ini, lebih kalah dari anak perempuan yang sedang merah. Sang ibu sempat berfikir apakah anaknya dulu hendak menjadi yeoja akan tetapi tidak jadi?
"Memangnya apa salahku aku juga begini kalau memberi makan orang!" Sedikit ambigu dengan ungkapan Yoongi seakan ucapan itu punya makna lain yang lebih kasar spesifiknya. "Kau ini, seharusnya memberi makan orang sakit bukan dengan cara kasar. Lebih lembut, atau eomma yang menyuapinya sini."
"Eomma aku tak papa, Yoongi Hyung tidak salah. Aku saja yang terlalu lambat mengunyah." Jungkook berusaha mencairkan suasana. Dia tahu betapa bencinya sang kakak jika dia disalahkan, bagaikan sebuah mukjizat ini adalah hal yang paling tak akan dia duga. Melihat kakaknya yang mau menyuapi nya saja sudah membuat dia sangat bahagia melebihi apapun. Dia merasa bahwa Yoongi di depannya adalah kakak kesayangannya. Sama seperti kakaknya yang sudah tiada, Kim Myungsoo.
Bagaikan sebuah fantasi, bukan hanya sebuah mimpi yang terlintas dalam bunga tidurnya saja. Yoongi yang ada di depannya bagaikan manusia yang penuh sabar. Bukan hanya dia yang heran sedari tadi akan tetapi Taehyung, Seokjin begitu juga ibunya mereka seakan terjebak dalam fantasi kebaikan yang tak terkira darinya. "Jin hyung, aku tidak melihat tanduk iblis di kepalanya. Aku rasa tak ada lagi setan yang merasukinya." Berbisik dengan tatapan penuh tanya, dia merasa penasaran ramuan apa yang membuat Yoongi begitu berubah dengan cepat.
"Jangan sembarangan, sebaiknya kita bersyukur karena sudah berubah. Semoga saja..." Seokjin sengaja menyikut bahu Taehyung, merasa bahwa ucapan adiknya tidaklah sopan.
"Hei aku kan hanya berpendapat, apa tidak aneh orang itu mau melakukan hal manis dan perhatian pada Jungkook. Bukankah selama ini dia merendahkan-"
"Hentikan pembicaraanmu bocah, kau pikir ini gazebo untuk bergosip!" Yoongi baru saja memotong pembicaraan Taehyung. Bukan hanya itu, dia juga mematahkan garpu plastik di tangannya. "Ak-aku hanya berpendapat..." Karena gugup membuat namja dengan senyum kotaknya itu mengusap lengannya merinding. Yoongi mendengar apa yang dia katakan dan tentu saja dia ketakutan dengan tatapan elang seseorang disana.
Sang ibu yang menatap pasrah dengan sikap Yoongi dan Jungkook yang menahan tawanya. Oke dia juga tidak tahu apa yang akan dilakukan jika kakaknya kesal seperti sekarang. Sementara Seokjin bersiul-siul saat adik sepupunya meminta bantuan padanya, sifat masa bodoh darimana itu? Bagaikan sebuah kesialan yang jatuh bertopang padanya membuat Taehyung ingin menangis saja, meski itu ada di dalam hati.
Sepertinya Taehyung hampir saja mampus dengan ucapan pedas Yoongi.
"Kau cukup bodoh untuk melindungi ku Jeon! Jangan merepotkan." Apa yang membuat Yoongi seakan mengatakan demikian. Tak seperti nasihat akan tetapi nampak seperti maklumat. "Maafkan aku hyung, aku janji tak akan sakit seperti ini." Jungkook mengulas senyum, dia juga tak akan lagi melakukan hal bodoh. Akan tetapi kemarin adalah kejadian dimana sang kakak menghadapi bahaya dia tak akan mungkin berdiam diri bukan?
"Sudahlah kita lupakan kejadian itu, kalian semua tidak apa-apa itu lebih penting. Kau Yoongi kau harus merawat Jungkook karena ini juga tanggung jawab mu." Perintah absolut dari sang ibu. Taehyung juga Seokjin mengangguk pelan menyetujui nya.
Ada wajah datar disana...
Jungkook tak akan memaksa ataupun terlalu berharap mana mungkin sang kakak akan membantunya. Pada kenyataannya dia akan selalu menjadi manusia yang mandiri tanpa bantuan siapapun. "Aku akan melakukannya."
Taehyung tersedak air mineral dari botol, tak sengaja air itu mengenai lengan Seokjin hingga membuat namja tampan itu berteriak tidak terima. Bau mulut Taehyung sungguh keterlaluan hingga dia memasukan kepala adik sepupunya ke dalam ketiak seakan mencekiknya. Keduanya nampak seperti anak kecil yang ribut satu sama lain, hampir saja membuat kegaduhan jika nyonya Min tidak menghentikan kelakuan absurd mereka.
Apakah ada yang salah dengan ucapan Yoongi? Namja sipit itu mengangkat sebelah alisnya. Merasa kebodohan dari namja itu sungguh keterlaluan. "Kenapa, apa ada yang salah apakah aku salah bicara." Darimana wajah sombong itu?
"Tidak, hanya saja terlihat ini pertama kali setelah kau kehilangan Jimin. Ibu sangat bahagia padamu sayang..." Tangannya hendak mengusap, dia berusaha mengacak rambutnya. Akan tetapi tangan sang ibu di tepis pelan oleh Yoongi, disana juga Jungkook melihat kalau kakaknya nampak kacau.
"Apa yang kau pikirkan Yoongi hyung, sebenarnya apa yang kau-" suara hati itu menggantung. Dia juga tak bisa mengatakannya dengan jelas, akan tetapi dominan dalam hatinya tak akan bisa bohong. "Jangan paksakan dirimu hyung, bukankah kau sangat sibuk?" dia mengatakan demikian tak ingin menjadi manusia merepotkan untuk lainnya. Perasaan bodoh menyelimutinya ketika Yoongi menyindirnya.
"Aku tidak peduli, hanya orang bodoh yang menolak bantuan orang lain." Kakak sudah membelakanginya, semua orang seakan diam mengalah apa yang hendak dilakukan oleh Yoongi tak akan ada yang tahu. Hanya tebakan ambigu juga belum tentu benar jawaban mereka.
Jungkook menoleh ke arah sang ibu, dia melihat wanita cantik itu menganggukkan kepalanya. Alasan yang jelas akan terlihat jika Jungkook mengikuti alurnya. Hingga pada akhirnya dia memilih untuk mengiyakan. "Terima kasih hyung, aku akan senang menerima bantuanmu." Tersenyum dengan sangat manis. Akan tetapi Yoongi tak nampak sangat ambisius.
,
Mama baru saja merapikan beberapa pakaian kotor yang sempat berserakan di lantai akibat ulah anak-anak panti suka membuat kerusuhan. Tabiat wajar yang dimiliki seorang anak untuk mengisi sebuah permainan, menjadikan wanita ini lebih sibuk dari biasanya. Apalagi tak ada yang membantunya untuk hari ini karena asistennya saja sedang melahirkan. Apa yang terjadi dia begitu menikmatinya, bahkan tak merasa lelah sedikitpun saat melihat canda dan tawa dari mereka di luar jendela sana.
"Lihatlah Myung, mereka tumbuh dengan cepat. Apakah kau melihat kesenangan mereka?" Dia menatap ke atas langit dan memperhatikan daun hijau yang bergerak pada dahannya. Hembusan angin begitu lembut seakan tak ingin menyakiti siapapun di bumi ini. Pemandangan yang sangat cantik dengan kedamaian yang tercipta meninggalkan sisa kunjungan seseorang yang tak disangka.
Sebotol Coca cola yang belum habis bekas namja sipit dengan marga Min miliknya. Dia mengambil dan masih sisa separuh dengan rasa apel di dalamnya. Cukup menarik karena jarang sekali orang menyukai teh rasa apel. Jungkook juga termasuk menarik, dan entah kenapa subjek kesukaan mereka sama.
"Aku merasa ada kemiripan diantara pemuda itu dengan Jungkook. Apakah hanya perasaanku saja?" Tidak mungkin jika keduanya adalah sekandung, mana mungkin nyonya Min pelaku pembuangan Jungkook. Dia wanita baik begitu pula sifat anaknya yang tak menunjukkan sikap kurang ajar di depannya. Terlalu banyak persamaan antara Jungkook dengan pemuda yang menjadi kakak angkatnya itu, bahkan seperti DNA yang sama dalam tubuh mereka.
Apakah ini semboyan melucu?
"Tapi benarkah anak ibu Min sangat keras kepala, aku heran saat dia melihat gambaran Jungkook dengan bocah itu. Sepertinya... Kau belum menemukan siapa dia ya..." Dia melihat permukaan gambar itu di depan matanya, bukan kebohongan yang majemuk akan tetapi dia merasa wajah Yoongi tidaklah asing. Apakah dia salah mengira hingga orang lain itu adalah Min Yoongi, ah... Ini sangat memusingkan.
Tapi.... Ada firasat aneh yang dirasakan olehnya. Angin berhembus dengan lembut tapi sedikit kencang, sebuah cakrawala yang membentang di atas langit. Bagaikan pelik diantara burung terbang membelah angkasa. Apa yang membuatnya menampakkan wajah sedikit sendu?
Perasaan sang ibu tak akan salah...
,
Jungkook hanya terdiam menyaksikan bagaimana Yoongi yang memasak dengan cukup cekatan. Memasukan daun bawang ke dalam panci sup dan memberinya bawang goreng juga sosis di dalamnya. Meski baunya tak seenak masakan Jungkook akan tetapi masakan sang kakak tidak lah buruk.
Di sana namja kelinci itu tidak sendiri dia juga ditemani oleh Taehyung yang menatap serius ke arah Yoongi yang sedang mengaduk sup dengan tenang. Jungkook melihat betapa menyebalkan nya wajah Taehyung yang tertekuk seperti karung beras. Ada mood yang hancur seperti nya, seorang namja yang manjanya seperti bocah.
"Kau tak apa Taetae hyung?" Tak ingin mengabaikan nya, Jungkook tidak mau jika kakaknya merasa terabaikan. Jika dia melihat sejak sedari tadi Taehyung seakan enggan percaya dengan Yoongi kakaknya. Ya, dia juga merasa canggung meski dia sudah tinggal beberapa bulan disana.
"Tidak, aku justru tidak percaya dia ada di dekatmu." Seseorang melirik tajam ke arah manusia alien tersebut, dia juga menekan pisau pada sebuah wortel di atas talenan miliknya. Suara yang nyaring sekali hanya untuk membayangkan seorang Taehyung serasa dipenggal kepalanya.
Jungkook tersenyum canggung hingga nampak gigi kelincinya. Dia juga merasa bingung dengan situasi sekarang, jujur saja mendapatkan sifat sang kakak yang demikian membuat dia merasa aneh untuk kali ini. "Siapa yang menyuruhmu untuk ke sini bocah. Kau ingin membuat keributan denganku lagi heh! Mau aku hajar lagi, aku bisa memasukkan mu dalam ruang ICU!" benar saja ada tanduk yang sekali lagi keluar.
Pisau itu juga menekan dengan sangat keras. Bagaimana tidak keduanya bagaikan dua sekutu yang hendak perang dunia. Di tengahnya Jungkook menahan mereka agar tidak melakukan baku hantam. "Apakah kalian gila jika harus bertengkar lagi. Taetae hyung tolong hormati kakakku, dan Yoongi hyung ingat siapa yang sudah membuatmu pingsan waktu itu." Ucapan yang begitu menohok dengan sebuah sindiran keras membuat keduanya menjadi merah pada pipi dengan rasa malu yang mencuat dahsyat.
Sejak kapan namja muda itu pintar menyindir. "Beruntung Jungkook menahan ku kalau tidak aku akan menghajar mu." Kim Taehyung dia duduk dengan malas tak menatap punggung manusia yang menurut nya biadab. Najis baginya untuk menghajar sekali lagi namja itu, dia akan selalu menang dengan kedudukan. Sial sekali bagi dirinya yang hanya seorang pelajar belum lulus sekolah.
Rasanya ini sangatlah pusing kenapa keduanya menjadi seperti musuh besar seperti ini. Apa yang Jungkook dapatkan dari sebuah kutukan Tuhan? Seperti berbicara dengan anak kecil saja.
"Hei adik angkat apa kau suka dengan daging serta kulitnya?" Yoongi meracik salah satu bumbu di dalam mangkuk itu lalu mengaduknya hingga rata. Taehyung melotot saat mendengar kata adik angkat. Bukan hanya itu saja ucapan dengan nada acuh seperti itu membuat Jungkook seperti hewan baginya. Apakah itu sebuah maklumat sialan yang sengaja di lakukan untuk sahabatnya.
"Aku akan menghajar mu dengan jurus ku kalau mengatakan hal sialan itu, sialan!"
Salah seorang terkejut bukan main saat Kim Taehyung baru saja menggebrak meja kuat. Dia tak akan sangka kalau sahabatnya menjadi marah sebesar ini. Padahal jika didengar Yoongi kakaknya mengajak dia berbicara. "Hyung kenapa kau harus marah, kakak hanya mengatakan hal yang biasa dia katakan padaku."
Menyebalkan menurut Taehyung karena Jungkook terlalu membelanya. Sempat terlintas dalam otak sederhananya mengenai 'apakah Jungkook terlalu polos dan bodoh untuk membela kakaknya yang lucknut?!' wajahnya nampak menyebalkan sekali dengan alis kanan terangkat.
"Jangan terlalu membela kakakmu yang kurang ajar itu Kook, dia akan menjadi kebiasaan! Aku pikir dia lebih dewasa rupanya otaknya tak ada bedanya dengan anak ayam." Tatapan yang berubah menjadi sangat sinis. Dia sangat menjatuhkan harga diri Yoongi, sayang baginya karena orang sengaja disindir tidak peka sama sekali
Yoongi peka, dia tahu... Dia hanya mencoba untuk tak menjatuhkan harga dirinya hanya karena menuruti seorang bayi besar. Dia akan menganggap ucapan pengganggu itu bagaikan angin lalu. "Jangan dengarkan aku adalah orang yang sukses!" Terucap dengan sengaja juga keras. Dia tahu bahwa seorang bayi akan diam jika dia tak punya kuasa.
Skakmat, sudah ketahuan siapa yang menang dalam adu debat ini.
Saking sibuk dengan keributan mereka berdua Taehyung tak tahu bahwa Jungkook memejamkan matanya lelah. Dia lelah dengan yang namanya debat. Taehyung dan kakaknya Yoongi sama-sama naif, dia sebagai seorang adik menjadi sangat pusing. Oke, dia akan meninggalkan mereka jika lagi-lagi membuat rusuh. Orang yang sakit akan menjadi sakit karena mereka.
,
Sebuah buket bunga sudah ditaruh pada sebuah batu dekat sungai. Memberikan penghormatan bagi seseorang yang sudah berada di Surga sana. Dia mendoakan nya dengan mengapit kedua tangan serta memejamkan matanya. Kim Seokjin menyempatkan waktu untuk berziarah.
"Aku harap kau tenang dan bahagia di sisi Tuhan." Sudah habis dia memanjatkan doa hingga ada kata amin pada akhirnya. Dia melihat ke atas langit yang sedikit mendung, tumben sekali di sini cuaca tak sinkron. Dia bisa saja kena flu demam pilek dan batuk. Sungguh bodoh dia kena demam saat bekerja, dia akan ditertawakan.
Akan ada yang berteriak, Kim ingusan Seokjin. Ayolah itu akan menjadi hal yang bodoh untuk ke 12 dalam hidupnya. Maksudnya hal bodoh yang terbesar dalam buku catatan hidupnya. Tak akan mau lantaran dia sudah terlahir tampan sejak lahir dan tetap ingin mempertahankan gelarnya ini.
"Jimin, aku heran dengan kakakmu. Kemarin dia begitu membenci adikmu lalu dia malah menjadi baik. Apa yang membuatnya demikian? Menjadi sahabatnya sejak lama membuatku hafal dengan tabiatnya. Apakah ini adalah sebuah kewajaran?" Taehyung melihat sebuket bunga penuh mawar putih itu. Dia melihat dengan wajah datar dan seolah polos meski itu gagal dia lakukan.
Dia merasa curiga dengan temannya, apakah boleh dia mengatakan hal yang penuh curiga pada sahabatnya itu. Akan tetapi dia merasa bahwa sikap Yoongi yang berubah mendadak adalah sebuah kebohongan terbesar. Mungkinkah semua itu hanyalah sandiwara untuk mencapai tujuan tertentu? Dia merasa bahwa Yoongi adalah orang yang gigih termasuk membenci seseorang dengan sangat besar.
"Apa yang dilakukan kakakmu Jim, aku merasa bahwa dia tak jujur melakukan perubahan itu. Di matanya aku masih melihat kebencian yang masih sama. Hanya saja... Yoongi seperti memiliki banyak tipuan. Apa yang harus aku lakukan, agar aku tak membiarkan suatu hal buruk terjadi lagi?" Membiarkan dia pusing dengan masalah yang pelik ini adalah salah satu janji Seokjin untuk berusaha mengubah seorang kakak yang disayangi adiknya.
Dia tak dibayar untuk bekerja keras dalam melakukan misinya itu. Akan tetapi hutang miliknya sangat besar, jika dia merasa pusing dengan masalah yang disebabkan oleh Yoongi dia akan kesini. Menenangkan sekaligus mencoba untuk mencari jawaban melalui ciptaan Tuhan.
"Aku tidak ingin membuat mereka menjauh akan tetapi sifat Yoongi membuatku marah. Kau tahu Jungkook, kau pasti melihatnya dari atas sana. Apa yang akan kau lakukan jika seorang adik tak mendapatkan kasih sayang kakak. Sementara dia terus berusaha dan membuatnya bahaya. Lihatlah Jim beruntungnya kakakmu yang tak pernah bersyukur." Rasanya Seokjin sedikit putus asa.
Dia mendirikan pantatnya pada sebuah pinggiran sungai, dengan wajah yang cemberut menatap sungai di depannya. Seandainya ada ikan melompat pasti dia sudah terhibur. Akan tetapi di sungai ini hanya air yang tenang dengan sampah yang mengapung pelan. Sama saja.... Ini bagaikan penggambaran dimana masalah tak akan selesai tanpa usaha.
"Aissshhh.... Yaaaakkkk Tuhan kenapa ada manusia sepertinya." Saking sebalnya dia mengacak rambut kecoklatan nya dan berteriak sedikit seperti orang gila. Oh ayolah dia tak akan malu karena saat ini urat malunya sudah pergi.
Oke dia akan berteriak kencang, mengambil ancang-ancang dengan menghisap oksigen dengan hidungnya.
"AAARRRRGGHHHHHH SIAAALLLLAAAANNNNN!"
Semua orang melihat, semua orang memperhatikan tingkah manusia aneh disana. Dia juga seperti orang bodoh yang putus cinta dengan menendang batu kerikil hingga memantul mengenai jidatnya. Kebodohan yang terlampau sangat dan juga sangat tak manusiawi bagi Seokjin yang meluapkan seluruh amarahnya.
Nampak seperti orang gila yang tertekan ekonomi atau mau bangkrut dan orang yang seperti kurang kerjaan. "Kasihan sekali orang tampan sepertinya gila." Salah seorang wanita menyindir. Mendadak minatnya pada lelaki tampan hilang sudah saat melihat realita bahwa pacar tampan itu tak seindah yang dia bayangkan. Pergi begitu saja dengan mengusap dadanya seperti orang berdoa agar dijauhi dari hal buruk.
"YAAAAKKKK MIN YOONGI AKU AKAN MENGHAJAR MU!!"
Berani mengatakan hal itu dengan ucapan yang sangat keras dan juga tegas. Hanya saja dia mengatakannya di belakang orang yang baru saja di sebutkan. Kalau Seokjin berteriak di depan orang nya seperti ini, bisa saja dia menjadi sebuah perkedel.
Hal itu tentu saja berlangsung kisruh untuk diri Seokjin karena dia justru jatuh terjerembab hingga masuk pinggiran sungai lantaran terpleset daun kering. Kebodohan siapa yang punya sekarang?
.
Jungkook untuk pertama kalinya tak memasak, justru dia yang dimasak sejak keberadaan nya disini. Perhatian sang kakak membuat dirinya bahagia bukan kepalang. Bagaimana dengan dirinya yang kemarin sempat putus asa? Entah dia akan mengatakan bahwa dia seperti mengalahkan soal fisika yang rumit.
Albert Einstein, salah satu ilmuwan favorit Jungkook bisa saja tak mampu memecahkan keinginan hatinya yang begitu dalam. Perasaan...
Tuhan...
Alangkah indahnya kau sudah mengabulkan keinginan namja ini. Alangkah menyenangkannya bagi hamba mu jika apa yang menjadi impiannya terkabul. Jungkook tak berhenti untuk tersenyum.
"Aku tak menyangka jika Yoongi hyung, sangat baik..." Dia mengatakan hal itu di depan sebuah foto yang memiliki senyum manis seperti kue mochi.
"Jimin hyung, apakah seperti ini rasanya menjadi seorang adik? Aku merasa menjadi adik yang sesungguhnya. Aku sangat senang..." Dia memeluk selembar foto itu dengan sayang, dia melakukannya untuk melepas rindu pada sang kakak. Harapan terbesar nya adalah dia bisa membuat sang kakak berubah.
"Apakah aku sudah maju selangkah?"
Dia seperti anak kecil dengan wajah manis yang memiliki rona merah di pipinya. "Apakah aku akan mendapat kan hal yang menyenangkan seperti apa yang menjadi bagian dari hidupmu hyung?" aksen lucu dengan kesan semangat. Bertingkah polah sebagai anak tujuh tahun yang tak menghadapi ketakutan.
"Aku bisa menjadi adik hehehe..."
Gigi yang lucu seperti kelinci, siapa sangka bahwa kebahagiaan itu sangat keterlaluan luar biasa. Melupakan satu fakta bahwa Jungkook belum merasakan kepekaan. Tiba-tiba saja Jungkook merasa bahwa ada panggilan alam yang datang dia dengan segera turun dengan cepat dari ranjangnya.
Berjalan dengan sedikit gontai akan tetapi dia tersenyum tanpa mengatakan kesusahan pada wajahnya. Ya, hatinya sudah bahagia sejak mendapatkan perhatian monogami dari sang kakak.
"Eh Yoongi hyung aku kira sudah tidur."
"Jangan ganggu aku bajingan aku ingin sendiri."
Apa yang dikatakan Yoongi barusan, apa yang membuat dia mengatakan seperti itu. Terlampau kasar... Jungkook tak suka.
"Kenapa kau bicara begitu hyung?"
Bugh!!
Tubuh Jungkook ambruk mengenai dinding, rasanya sakit sekali pada bagian perut. Yoongi seperti kesetanan dan apa yang membuat dia menjadi sangat sedih saat...
"Aku membencimu Jeon! Enyah dalam hidupmu."
Dia mengatakan hal itu dengan menunjuk bahu Jungkook dan sengaja menekannya dengan kuat. Dia ingin Jungkook menyerah sekarang juga.
Detik itu juga!
......
TBC...
Hai semua apa kabar kalian semoga kalian sehat selalu ya jangan sampai lupa istirahat dan tetap minum vitamin banyak.
Pingin deh pandemi segera berakhir dan bisa masuk kerja serta melakukan aktivitas normal lagi. Sudah kangen berat dengan rutinitas ku.
Jangan kapok dan jangan lupa buat setia sama ff ini ya. Semoga bisa rampung bulan ini dan aku bisa alih ke ff lainnya.
Terima kasih buat dukungan kalian, gomawo and saranghae...
#ell
19/07/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro