Part 49 : The Truth Untold
"Siapa yang kau peduli, siapa? "
,
(Author ***** POV)
Jungkook menunggu kedatangan sang kakak untuk pulang, dia tadi bilang bahwa dia ingin mencari sesuatu yang bisa membuat mood naik. Jungkook sempat ingin ikut akan tetapi dia tak mau mengambil resiko dengan dia yang akan mendapat cacian pada akhirnya. Waktu sudah menunjukan pukul empat sore, rasa khawatir mulai tumbuh hingga kedua tangannya bergerak gelisah dengan sendirinya.
Dia ingin mencari akan tetapi sedikit takut jika sang kakak kembali ke sini, dia hanya berjaga-jaga lantaran Yoongi tidak hafal dengan jalan sekitar sini. Dia tahu karena dia sudah mengenal sifat kakaknya yang keras kepala itu. "Jungkook, dimana Yoongi?" Seseorang datang dia mengambil nafas dengan buru-buru.
"Seokjin hyung...." Jungkook sedikit tenang karena bantuan sudah datang dan dia sengaja memanggilnya. Hanya saja dia tidak yakin bahwa situasi bisa ditangani dengan baik karena dia sendiri termasuk orang yang cukup heboh.
"Bagaimana kau bisa berpisah dengan Yoongi, astaga dia pasti tidak tahu jalan pulang. Dia buta arah." Seokjin ikut gusar, dia hafal kelemahan sahabatnya itu. Bukan hanya itu saja Yoongi juga tidak mau bertanya tentang alamat lantaran rasa gengsinya. "Aku tidak boleh mengikutinya karena dia sangat marah, kalau aku mengikutinya dia akan berteriak bahwa aku penjahat. Dia mengajakku hyung."
Oke, Seokjin paham bagaimana perasaan namja muda itu. Dia juga kadang tidak tahan akan tetapi si pemuda sipit itu memang keterlaluan. Dia juga ingin sekali menjitak kepalanya jika sudah sampai, ini saatnya dia yang menyebalkan menjadi lebih dewasa dan tidak membuang kesempatan. Dia juga tidak tahan dengan penderitaan seseorang disana yang sangat keterlaluan.
"Hyung tolong bantu cari dia, ayo... Kumohon." Jungkook berjalan terlebih dahulu meninggalkan Seokjin yang berada di belakangnya. Tentu saja namja berbahu lebar itu membantunya. Keduanya sibuk dalam pencarian dan memanggil nama seseorang yang seakan tak punya hati.
"Yoongi hyung..."
"Hei Min Yoongi, kau dimana kenapa kau suka menghilang?"
Keduanya seakan mencari anak yang hilang, dia merasa Yoongi sudah dewasa tapi kenapa begitu merepotkan?
"Aiishhh, dia seperti anak ayam!" Namja tampan itu menghentakkan kakinya kesal. Bagaimana tidak? Dia bahkan sudah menghubungi nomor ponselnya dan belum juga diaktifkan. Seakan dia sengaja mematikan semua akses perhubungan itu.
"Hyung bagaimana? Aku menghubungi tidak ada balasan sama sekali. Yoongi hyung, tidak bisa dihubungi." Jungkook melihat waktu di jam tangannya dan ternyata menunjukan pukul lima petang. Bukankah ini sudah hampir malam?
Seokjin menggeleng dia juga tak bisa menemukan jawaban tepat agar namja muda itu tidak sedih akan tetapi melihat Jungkook yang nampak kelelahan dengan wajah sendunya membuat semakin tak tega.
Sesuatu memberontak, mencoba untuk keluar dari dua katup bibirnya. Pada saat itulah keyakinan dalam hatinya nampak jelas.
Dia tak ingin memberikan harapan palsu sama seperti yang Yoongi lakukan.
"Kook, kalau kakakmu membuang mu aku siap membawamu. Kau tahu jika kau tidak tahan dengan Yoongi cukup lepaskan, aku tidak ingin ada orang yang benar-benar menderita karenanya." Seokjin mengatakan hal itu dia seperti bertarung dengan kemelut hatinya yang mencoba menghalanginya sejak kemarin. Akan tetapi dia tak bisa menahan lebih lama hingga membuat dia pada akhirnya menyatakan hal sebenarnya.
"Apa maksud hyung?" Dia menjadi bingung sendiri, akan tetapi dia sedikit mengerti apa yang dikatakan oleh kakaknya. Seokjin paham pasti ini sangat sulit terlebih dia tahu bagaimana besarnya peduli Jungkook pada orang yang dia anggap salah. Yoongi salah... Dia salah dalam mengambil keputusan untuk membuang semua yang peduli padanya.
"Jika Yoongi keterlaluan, aku yang akan menarik mu. Membawamu keluar dari halamannya. Kau tahu, dia menganggap mu orang lain dan aku tidak akan menyetujui pemikirannya. Dengarkanlah aku sekali dan kau akan mengerti." Seperti meyakinkan, dia sudah seperti seorang kakak yang begitu perhatian dengan adiknya. Akan tetapi kenyataannya Jungkook tak sama dengan Taehyung.
"Aku tak mengerti maksutmu aku hanya ingin mencari kakakku." Sepertinya ada yang mencoba untuk mengalihkan pembicaraan. Ada wajah ketidaksukaan dengan ucapan Seokjin, apa ini? Kenapa dalam gaya bahasanya dia ingin dirinya menyerah.
"Kau tak mengerti Yoongi, dia... Sudah melakukan banyak keterlaluan untuk membuatmu semakin kesusahan. Tak sadarkah kau dengan sikapnya yang apatis?!" Seokjin hendak menyentuh pundak namja muda itu akan tetapi Jungkook menepisnya dengan mudah dia bahkan tak menjawab secara langsung, hanya ketidaksetujuan yang garang di wajahnya, wajah yang biasa menunjukan kepolosan.
"Sudahlah hyung, kalau kau tidak ingin membantu tak apa. Bukankah kau sahabatnya kenapa kau malah membuat pikiran buruk?" Dia tak ingin berhadapan langsung, justru dia membelakanginya. Apalah daya kecewa itu memang ada dia tak menyangka kalau ternyata ada yang berfikir lebih picik.
Ingatlah, kalau beberapa manusia pada masing-masing memiliki pemikiran yang berbeda.
Tentu saja ucapan Jungkook tak disetujui oleh namja itu, dia menatap sedikit marah. Bukan hanya Taehyung saja yang harus diomeli olehnya ternyata. "Aku mengenal Yoongi lebih lama, kau salah menganggap ku sebagai seseorang yang tak menghargai pertemanan akan tetapi aku mengatakan hal ini agar kau tidak kesulitan." Dia mengatakannya dengan sedikit wibawa, suara tegas yang belum di dengar oleh siapapun termasuk dirinya.
"Aku tidak kesulitan, aku menikmati setiap hal yang aku lakukan. Yoongi hyung, dia butuh seorang adik. Jika kau mau aku juga bisa menjadi adikmu, tapi prioritas ku adalah orang yang kau anggap sahabatmu." Ada senyum manis disana, dia melihat kekuatan besar dalam dirinya untuk terus mencoba dan mencoba. Sepintas otak cerdasnya mengingat sebuah ucapan yang mengatakan suatu hal yang dia dengar.
'Jika Jungkook tulus dia tak akan meninggalkan sesuatu yang dianggap orang lain adalah sebuah beban. Kau bisa mengawasi mereka bukan, Seokjin?'
Tak butuh satu menit untuk dirinya mengulas senyum, dia bahkan tahu bahwa memang pada dasarnya takdir Tuhan itu nyata. Kebalikan dengan takdirnya yang tak beruntung dan itu dulu, sebelum dia mendapatkan pengalaman hidupnya. Menjadi kakaknya Taehyung saja sulit, tapi untuk menjadi adik dari namja di depannya dia pun tak masalah. Hanya saja, dia memang menyadari bahwa Yoongi juga berhak mendapatkan hak. Hak yang belum tentu semua orang dapatkan.
Berharap dengan sangat bahwa dia segera mensyukurinya.
"Kalau hyung keberatan aku-"
"Tidak... Tak apa aku sudah tahu jawabanmu apa, maafkan aku yang berfikir aneh. Aku tahu kalau kau sangat peduli padanya. Aku akan membantumu dan lupakan ucapanku yang tadi, aku hanya bercanda hahahaha..." Seokjin terpingkal di akhir kalimat, dia bahkan masang wajah menyesalkannya yang nampak lucu. Dia mencoba menjadi humoris untuk menyembunyikan ucapan bodohnya tadi.
Awalnya Jungkook semakin bingung, dia juga tak tahu kenapa dan apa yang menjadi momok sang kakak untuk mengatakan demikian. Tapi, dia sudah menyimpulkan secara dewasa bahwa apa yang dikatakan olehnya sesuatu yang baik. Pastinya Seokjin mempunya maksut baik dia mengatakan hal demikian, tak akan dia buat kecewa dan membuktikan bahwa Yoongi bisa lebih baik karenanya. Menjadi motivasi, dan di balik tenggelamnya matahari yang perlahan dia mendapatkan makna tersendiri.
"Ayo kita berpencar agar lebih cepat, kalau kau menemukannya hubungi aku oke." Dia mengacungkan jempolnya, Seokjin langsung memacu kakinya untuk berlari. Dengan senyum yang masih semangat dia berlari ke arah sana, di jalan raya yang belum padat kendaraan dan memanggil nama sang kakak.
Ada senyum dari sana dan itu semakin membuat senja semakin syahdu, melupakan sedikit ketakutan dan pemikiran buruk pada akhirnya.
,
Yoongi...
Siapa sangka jika namja dengan segala tingkah keras kepalanya akan memilih disini. Duduk di bawah pohon besar di perbukitan. Tempat dimana dia dengan sang adik selalu menghabiskan waktu ketika senja hari.
Dia menangis...
"Kau membuatku semakin sulit, eomma dia bahkan belum mengerti keinginanku. Apa yang aku lakukan jika kenyataannya Tuhan masih saja memintaku untuk bertahan dengan namja bodoh itu."
Mungkin kalian akan berfikir bahwa inilah sisi cengeng Yoongi, kedua matanya yang sembab dia usap dengan sedikit kasar. Bibir bawahnya juga sudah terluka dengan kulitnya yang tergores dengan mengeluarkan sedikit darah. Dia tak menunjukan sisi seperti ini pada siapapun, entah lah hanya saja tempat ini mempunyai banyak kenangan yang belum bisa dia lupakan.
Mendadak gambaran dalam otaknya berputar, seseorang yang selalu diadili olehnya sendiri dengan berbagai banyak hal yang mengatakan bahwa dia orang munafik itu ada. Kebencian itu juga sangat jelas saat dia melihat senyum yang menyebalkan itu. Jungkook yang dianggap sebagai bajingan sialan yang begitu mengganggu hidupnya.
"Aku membencimu Jeon!" seperti menyimpan sebuah dendam besar, dia mengepalkan kedua tangannya. Dia juga tak bisa menendang apapun untuk meluapkan kesal nya. Dia merasa harga dirinya jatuh saat melihat kedua kakinya yang seperti lumpuh. Jika bukan karena obat dia sudah memilih untuk pulang dan enggan melihat manusia menyedihkan sepertinya.
"Jimin, apakah kau sengaja..." Seperti ada nada menyerah darinya, Yoongi mendongakkan kepalanya. Dia melihat bahwa sesuatu jatuh di atas kepalanya, satu daun hijau yang tak kekuningan sedikitpun. Bukan karena angin atau musim. Hanya cuaca dingin yang menemani dengan dia yang menatap langit sendu. "Aku tak ingin membencimu Saeng, aku tidak bisa dan aku hanya membencinya." Dia mengatakan itu dengan sangat tulus, akan tetapi ketulusannya membuat seseorang pasti sakit hati.
Ini sudah malam dan waktu menunjukan pukul enam petang, dia seperti tak takut dengan keadaan malam. Padahal dia seperti orang cacat yang siapapun bisa menjadikan dia korban perampok. Yoongi dulu mantan kingka bukan berarti dia akan takut, hanya saja dia juga enggan membalas perbuatan manusia biadab di bumi ini. Baginya semua ini terlalu membuang waktu.
Terlebih dia juga sudah lelah dengan keributan yang dia alami dengan Jungkook. Ya sore tadi adalah emosionalnya yang meledak dan membuat dia selalu menyalahkan Jungkook. Bisa saja jika Seokjin sahabatnya juga ibunya akan menyalahkan dirinya seperti biasa. Seperti tak ada keadilan baginya yang ingin keinginannya terwujud.
Harapan agar si pengganggu hidupnya pergi.
"Bajingan, aku harus menahan seluruh urat marahku. Dia sangat merepotkan." Mengumpat tak ada larangan tak ada salahnya dan dia juga akan melakukan umpatan ratusan atau ribuan kali agar bisa membuat Jeon itu pergi dari hidupnya yang sudah menyedihkan. Realitanya, Yoongi enggan diusik dengan sebuah pengganti yang mencoba untuk menipu ibunya.
Suatu anggapan yang bodoh bukan?
Dian ingin disini, kenangan sang adik tak akan terganti oleh apapun, sudah tak ada cahaya matahari lagi untuk dia lihat.
Hanya saja saat dia sudah merasa cukup disini, dan memilih turun yang ada dia dihadang oleh beberapa orang yang menampilkan tawa seakan kejam. "Cih, mental preman!"
Yoongi tak merasa takut dia bahkan tersenyum remeh dengan segala pemikiran bahwa mereka hanya kunyuk sialan yang pengangguran. Dia juga tidak ingin membuat acara dengan mereka yang tak menghasilkan keuntungan baginya. Ketika kaki itu berani menapaki pegangan kursinya, Yoongi dengan sedikit keras menggeser dan memukul bahu itu keras. Dia tak ingin di remas oleh para kecoa yang gelandangan.
"Kau mengutang pada kami." Dia mengadu, meneriakkan sedikit agar suaranya terdengar saat beberapa jarak Yoongi sudah pergi menjauh. Dengan tatapan tajamnya dia melirik meskipun dia tak mengeluarkan suaranya. "Pergilah bajingan bodoh!" Salah satu hujatan bagi mereka, tak ada lagi tatapan sendu yang sempat menapaki wajah Jungkook. Dia melihat bagaimana orang disana seakan menantang dirinya. Tak ada nyali takut satupun darinya.
Dianggap sebagai kecoa kecil? Tentu Yoongi tak akan segan bahkan dia akan melawan jika mereka mencari masalah. Meski dalam fisik dia dalam keadaan dianggap tak normal. "Kau cacat tapi belagu! Dasar manusia rendahan." Dia tertawa dengan beberapa teman yang ikut mentertawakan nya. Ia bahkan mengacungkan tongkat bisbol ke arah Yoongi yang tak bergidik sedikit pun.
"Turunkan sedikit tanganmu, atau kau akan patah tulang. Kau hanya berwajah monyet yang buruk rupa."
Sadar atau tidak, anak buah pria yang sempat mencoba mengintimidasi Yoongi tertawa terbahak. Bahkan mereka juga menganggap hal itu sebagai gurauan yang luar biasa.
Tentu saja, hal itu membuat pria itu murka dan langsung melayangkan dengan keras tongkatnya hingga salah satu anak buah yang berada di sudut delapan puluh derajat darinya. Yoongi melihat salah satu kekejaman yang dia anggap sebagai pengabdi setan karena telah membuang satu orang yang menjadi pergaulannya mati dalam satu pukulan telak, ataukah pingsan?
Sungguh malang namja yang sepertinya pelajar itu jatuh ambruk pingsan tak sadarkan diri. Yoongi hanya tertawa remeh dengan ketidakadilan ini. Bukan dia, dia tak peduli siapa orang itu hanya saja dia melihat begitu banyak orang bodoh sialan yang lahir dari orang tua munafik. Kemungkinan yang akan melahirkan kemungkinan lainnya.
Seperti psikopat gila. Pria itu malah menghantamkan tongkatnya lagi hingga kepala namja malang itu bocor. Beruntung kedua temannya itu menahan amukan pemimpin mereka.
Membuat Yoongi tersenyum dengan ucapan lirih yang mengatakan...
Kasihan...
"Kau hanya berani dengan kemarahan mu. Otakmu dangkal dan kau malah membuat salah satu anak buah mu celaka. Dasar kunyuk, heh." Oke dia sangat malas, bahkan dia akan memilih untuk tidur berbaring di atas kasur dan di bawah kungkungan selimut hangatnya. Tidur lebih menyenangkan ketimbang harus memilih bertarung, karena yang ada tubuh makin sakit dan bukannya sehat.
"Mulut sialan, aku akan menghancurkannya dengan tongkatku!" Mengancam... Hanya salah satu yang dianggap sebagai lelucon oleh Min Yoongi.
"Oh benarkah, aku bahkan tak yakin kalau kau akan menang melawanku."
Sepertinya ada yang sombong saat ini...
Aku akan menikmati waktuku, meskipun aku akan mati.
Mungkin saja motto diatas merupakan pemikiran gila Yoongi saat dia ingin sebuah cuti. Akan tetapi kenyataannya, dia serasa tidak mendapatkan cuti. Karena pengganggu hidupnya tinggal dengannya dan itu membuat dia memutuskan untuk gila kerja.
Mengingat hal itu saja sudah membuat Yoongi makin buruk suasana hatinya. Mungkin melawannya akan menjadi hiburan sendiri yang dapat membuat dia sangat terhibur.
Tapi seakan tak bergeming Yoongi tak bergerak dari kursi rodanya. Meskipun dalam benaknya dia ingin segera menghajar mereka semua. Tapi, dia ingin melihat seberapa payahnya mereka.
"Siapa kau yang berani mengatakan hal itu kau hanya pria cacat tak sadar diri!" Terlalu percaya diri hingga tak menyadari bagaimana Yoongi sangat meremehkannya. Bukan hanya kelakuannya saja yang bodoh akan tetapi otaknya demikian.
"Harusnya aku yang mengatakan ini, kalian siapa. Para bedebah yang dibuang dari kota? Heh, sangat memuakkan aku harus selalu berurusan dengan para idiot. Aku sudah mendapatkan saudara bodoh dan aku harus mengurus kalian yang bodoh, sungguh malang bagiku tapi... Ya bagaimana lagi. Aku akan meladeni kalian." Yoongi mengeluarkan bunyi di jemarinya dalam sekali tekuk. Membuat mereka yang ada disana merasa merinding melihat aura Yoongi yang sangat kelam.
Efek dari hidupnya yang kelam.
"Kau, aku akan membunuhmu!" Dia mengancam kali ini bukan dengan tongkatnya melainkan menunjukan kepalan tangannya yang mempunyai otot di lengannya. Sesuatu yang tak di gubris oleh Yoongi sedikitpun.
"Buktikan kalau bisa, kau hanya manusia yang membuatku repot." Rasa malas muncul dan itu majemuk, Yoongi tak bohong kalau dia sangat malas dengan para kunyuk yang kurang kerjaan disana. Tapi sepertinya pertarungan keduanya tak akan terhindar kan.
Pada akhirnya, aura itu semakin gelap dan muncul dari keduanya yang menahan amarah. Dari kejauhan itu juga seseorang datang dengan nafas tersenggal. Bagaimana dengan ekspresinya? Tentu saja dia tak akan sanggup melihat kakaknya dalam bahaya.
"Sialan, aku akan menghancurkan mu. Kau-" tatapan nyalang dengan ucapan yang terjeda karena ada gangguan.
"Yoongi hyung!!!" Jungkook disana, dia membuat perhatian keduanya teralihkan. Melihat disana seorang namja muda yang tersenggal dengan memanggil namja sipit yang menatap kaget kearahnya. "Kenapa dia bisa ada disini." Tak ada rasa senang di wajahnya yang ada Yoongi menjadi merasa terbebani.
Sadar atau tidak kedatangan Jungkook membuat seorang pria yang berwajah kejam itu menatap senyum menantang. "Kau lihat, seseorang datang dengan menyebut dirimu sebagai kakak. Ya, aku melihat bahwa kau sangat dekat dengannya." Pria itu seperti mendapatkan sebuah umpan saja.
"Mau apa kau! Cih dia bukan adikku." Yoongi enggan menoleh dia juga tidak mau bertatap langsung dengan Jungkook yang ingin mengganggu nya saja.
"Benarkah?" Dia mengatakan hal itu dengan remeh bahkan melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Interaksi menarik mungkin?
"Jangan ganggu kakakku, siapa kalian." Bukan Jungkook namanya jika dia harus takut dengan sesama manusia yang mencoba menyerang saudaranya. Dia juga sudah siap dengan kuda-kudanya. Melihat hal itu semakin membuat Yoongi makin jengah, suasana tidak menjadi asyik lagi.
"Siapa yang menyuruhmu kesini bodoh!" Dia membentak adiknya, membuat Jungkook melirik ke belakang. Dilihatnya manik tak terima dengan berat hati dan mata yang penuh kebencian di balik mata elangnya. "Aku ingin melindungi mu hyung, mereka sepertinya berbahaya." Jungkook memperhatikan mereka yang seperti tak sabar ingin membantai keduanya. Dengan tubuh yang masih memasang siap siaga untuk pertahanan dan menyerang.
Yoongi meminta dia pergi dengan nada tak santai dan membentak dan mengatai Jungkook bagaikan hama yang sangat rendah. Pertengkaran seperti nya terjadi dan membuat Jungkook menahan sekali lagi rasa sakitnya, bisa saja Seokjin akan sangat marah jika tahu Yoongi melakukan hal demikian padanya. Apalagi dia memberikan sebuah penawaran bukan main.
"Pergilah Jeon! Kau mengganggu ku sialan! Aku tak ingin melihat wajahmu lagi!" Dia mengatakan itu dengan nada yang sangat kasar di depan mereka para preman yang ingin menghadapi Yoongi.
Tertawa...
Mereka meledek kesialan Yoongi yang dianggap sebagai kegagalan hidup. Seperti sebuah pertunjukan melow drama yang indah atau bisa dikatakan kehancuran dua saudara dalam satu waktu. "Kau sangat parah bung! Sial sekali kau mendapatkan dia yang bodoh. Kau benar dia sangat bodoh, mukanya saja sudah membuatku merasa kau payah dude."
Sentimental....
Yoongi ingin mengutuk mereka. Ucapannya tadi membuat seluruh atensi amarahnya muncul. Entah dia sadar atau tidak perasaan yang sempat membuat dia seperti terjebak dalam sihir itu tampak. Akan tetapi yang ada malah...
"Sudah kubilang dia bukan adikku!" Dia mengatakan hal itu sekali lagi. Jungkook merasa bahwa hatinya hancur seperti debu dan retak seperti kaca. Ada yang pecah...
"Hyung... Apa yang kau katakan bukankah kita ini saudara." Mencoba tersenyum meski itu sulit dan Yoongi sangat menolak akan kelebihannya yang mendapatkan adik baru. Dia tak menyukai kedatangan Jungkook dan sekalipun tak pernah sampai dia sempat bersumpah.
"Kau hanya pembawa sial dan aku sial karena kau." Hanya hati yang mengatakannya dan seakan bibir itu tak berani mengatakannya dengan nyata. Siapa sangka kalau Yoongi itu tak bisa mengutarakan hampir semua pemikiran nya. Tapi sayangnya Jungkook mampu membaca semua mata Yoongi yang penuh dendam.
Tapi....
Seseorang ingin membuat kerusuhan dia dengan senjata tingkat yang dimilikinya sukses memukul punggung Jungkook yang menghadang kakaknya. Mencoba menolong sang kakak yang lengah dengan sebuah senyum yang begitu jelas menghiasi wajah tampannya. Sial, kedua mata Yoongi melihat bagaimana bayang Jimin yang seakan menjadi benteng untuknya.
"Saeng...." Dia mengatakan hal itu, beruntung jarak Jungkook tak jauh dengan nya. Akan tetapi telinganya juga tak tuli saat mendengar panggilan adik penuh dengan sayang dan khawatir.
Bugh!
Sangat keras... Terlampau menyakitkan karena mengenai kepala nya hingga keluar darah sedikit yang kental disana. Bukan goresan melainkan luka hantaman kuat dari tongkat kayu yang besar itu. Mendadak bayangan Jimin pudar dari matanya. Menyisakan wajah Jungkook yang menahan sakit dengan hantaman menyakitkan di belakangnya. Dia menjadi benteng sang kakak dan mencoba bertahan di tengah kakinya yang bergetar.
"Rasakan ini sialan! Aku akan menghabisi mu! Hahaha sialan! Sialan!!" Seperti kesetanan dia terus menghantamkan tubuh itu hingga kepala Jungkook jatuh diatas paha sang kakak yang diam dengan segala pemikiran dalam otaknya. Dia berfikir kenapa ada bayang Jimin lalu menghilang. Dia juga pernah berharap bahwa Jungkook akan mengalami hal seperti ini. Disiksa hingga mati, meskipun kenyataannya ini sangatlah kejam.
"Uhuuukk... Hyung..." Sangat kasihan, apalagi hantaman kuat itu seakan membuat darah keluar dari mulutnya. Jungkook seakan tak sanggup dengan mata berkunang dia juga mengeluarkan sedikit darah yang langsung dia usap dengan cepat. Untuk apa rasa sakitnya terlihat oleh sang kakak karena dia tak ingin nampak lemah. Dia tahu kalau mendiang Jimin sangat kuat hingga kakaknya sangat bahagia. Tentu dia juga harus begitu bukan?
Darah Jungkook muncrat di wajahnya. Bau amis yang ada di hidungnya tercium. Sungguh ironis akan tetapi kenyataannya kalau Jungkook, dia sangat lemah dan membuat masalah.
Sang kakak menganggap ini hanyalah sebuah tingkah bodoh yang mencoba untuk melindunginya.
"Ak-aku menyayangimu Yoongi hyung...."
Brukk!!
Jatuh ambruk tentu saja, dia sudah tak mampu menahan nya dan jatuh tak sadarkan diri dengan luka di keningnya. Yoongi melihat tubuh ambruk itu dengan diam dan juga tatapan yang seakan kehilangan manusiawi.
Dibiarkan tubuh teronggok? Mungkin ide gilanya akan dia lakukan. Dia juga melihat bagaimana pria yang bos itu sedang bertepuk tos dengan anak buahnya yang memuji hebat.
Tindak bodoh manusia yang anarkis.
Apa yang akan kau lakukan Yoongi? Sementara dia terlalu banyak berfikir dan seperti membiarkan tubuh itu mati tak berdaya.
"Hei kau, apakah kau mau uang?" Itu suara Yoongi dan tentu saja kalian akan menebak apa kisahnya.
,
Seokjin menemukan tubuh Jungkook yang lemah diatas bukit, demi Dewi Fortuna dia meminta keajaiban dan juga keberuntungan pada sang adik.
"Tuan lutut Anda terluka, sebaiknya gunakan antiseptik ini." Salah seorang perawat hendak ingin mengobati nya. Hanya saja rasa besar Seokjin dengan keadaan Jungkook membuat dia tak bisa berfikir jernih untuk melakukan interaksi. Tak peduli dengan lengannya yang sakit akibat menubruk pohon dan juga kakinya yang berdarah lumayan banyak karena membentur aspal.
Itu semua untuk menyelamatkan Jungkook yang terluka lumayan parah.
"Kau menyalahkan ku karena bocah itu terluka, kenapa kau sangat menyalahkan ku sialan!" Yoongi menatap nyalang sangat kejam dengan sahabatnya yang lebih tua dalam usia. Yoongi bahkan melepaskan dengan paksa cengkraman namja yang sudah sangat berani dengannya. Hal yang tak akan bisa tolerir.
"Kau bayar berapa mereka untuk menghabisi adikmu ini, huh! Bajingan jawab aku!" Dia menunjuk ke arah pintu, Jungkook dirawat dan dia bisa melihat bahwa punggung itu juga lebam saat beberapa dokter menemukan luka lainnya. "Sial, bukan aku! Apa yang kau katakan! Kau kira aku bodoh bangsat!" Yoongi ingin mencekik, bahkan tangannya beringsut menarik kerah itu namun gagal.
"Jika Jungkook sekarat aku akan menghajar mu sialan!" Seokjin sangat kesal dia mendorong tubuh Yoongi hingga membentur dinding. Tenaga yang kuat saat melakukannya, entah bagaimana jika Seokjin sampai memukulnya dengan bogeman.
"Kau tidak tahu apapun sialan!" Harga diri Yoongi itu bagaikan emas. Berat untuk diangkat dan harganya mahal.
"Ya, dan kau menyuruh mereka untuk menghabisi adikmu, manusia keji!" Seokjin menjadi benci dengan situasi ini. Dia bahkan tak akan bisa menyangka bahwa sahabatnya adalah seorang monster. Bahkan keduanya seperti tak bisa terelakkan, Yoongi jatuh dengan pantat menghantam lantai terlebih dahulu dan si empu kesakitan.
"Aku bahkan akan melupakan masa buruk ini." Bersyukur bahwa orang yang dia anggap sebagai pengganggu itu terbebani.
Tapi, satu hal yang tak dia tahu bahwa seseorang datang dengan murka dan membuat perhatian beberapa pihak rumah sakit di Seoul berhenti sejenak.
Plakkkk!!!
"KETERLALUAN MIN YOONGI!"
Tebak siapa dia, akan ada kisah lanjutannya....
,
TBC...
Kemarin aku updete gimana Seokjin nemu Jungkook kan? Akan kebalas di next chapter. Jangan lupa ditunggu ya dan tetap semangat. Aku sudah baca komentar kalian dan maaf aku balas komentar kalian telat.
Aku tunggu ungkapan semangat kalian yang menjadi semangat ku...
Salam cinta dan juga sayang...
Gomawo and saranghae...
#ell
13/07/2020
Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro