Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 48 : Moon

" Kenapa malam membutuhkan bulan? Jawabannya mudah, karena tanpa cahaya bulan, bumi bukan sesuatu yang indah."

.

.

(Author ***** POV)

Percayakah kalian jika miracle itu ada. Keajaiban yang begitu besar dan membuat manusia merasakan keajaiban seperti di dunia sihir. Yoongi selalu tak mempercayai cerita dongeng yang dikisahkan atau fiksi yang selalu di bacanya. Akan tetapi dia juga tak menolak jika ada hukum alam bahwa tangan Tuhan bisa membantu hambanya.

Sejak kecil Yoongi tertarik pada bidang astronomi, akan tetapi seiring bertambah usia dia menjadi memiliki pemikiran realitas yang kadang tak ingin dibantah siapapun. Dia selalu ingin mendapatkan kesempurnaan dan juga nilai baik untuk mendongkrak nama baik keluarganya. Hingga dia tinggalkan hal yang dia kira sebagai mustahil dan juga keajaiban anak-anak yang pernah dia percaya begitu saja.

Hidup monoton...

Sesuatu yang timbal balik, antara keuntungan dan kerugian hingga beberapa orang pasti menganggap bahwa hal itu akan menjadi sesuatu yang jenuh. Sampai saat dia menyadari bahwa satu hal yang tak akan dia bantah kan di sekian banyak juta kemustahilan yang ada di dunia ini adalah ketika adiknya meninggal dengan berjuta pengalaman pahit yang membuat hatinya muncul sebuah titik hitam.

Semua dia anggap sebagai munafik....

Bahkan dia tak percaya lagi akan hal baru yang datang dan mengawali hidup. Hanya satu dari sejuta umat manusia yang memiliki sudut pandang sepertinya, hanya karena dia tak mempercayai bisa saja hal itu membuat kehidupan nya hancur perlahan. Dalam istilah, Tuhan sudah menyiapkan perbaikan hidup yang datang tanpa di duga.

"Kau punya adik yang sangat baik, dia bisa berinteraksi dengan anak-anak." Wanita yang berdiri di sampingnya mengulas senyum senang, melihat sang anak dengan beberapa anak lainnya bermain lompat tali dengan seorang pemuda yang bisa mengayomi mereka hingga membuat anak-anak itu seakan menjadi erat dengannya. Yoongi disana sudah hampir setengah jam, entah kenapa dia tak ada pergerakan untuk pergi walaupun otaknya berfikir untuk demikian.

"Dia hanya adik angkat." Yoongi tak ingin mengakui nya hingga dia mengatakan hal itu pada orang disampingnya, mendadak perasaan tak enak muncul dalam hati wanita itu. Sepertinya dia salah bicara akan tetapi dia merasa bahwa keduanya sangat cocok lantaran keseimbangan dalam diri mereka ada. "Aku kira dia adik kandungmu, tapi bagaimana pun kau kakak yang beruntung. Namja itu sangat ramah dan putraku jarang sekali bisa sedekat itu dengan orang asing sembarangan." Pujinya dengan wajah cantik yang mengembangkan senyumnya. Yoongi rasa bahwa sihir Jungkook sudah merebak di kawasan ini.

"......" Yoongi tak ingin berkomentar saat ini, dia bahkan melihat ponselnya hanya untuk melihat adakah pesan masuk. Alih-alih mendapatkan pesan penting dia malah mendapat kan sebuah pesan dari operator yang selalu mengingatkan SIM ponsel. Membuat wajah itu semakin jenuh dan merasa bosan. "Omo, pemuda itu sangat tampan juga dan sepertinya aku bisa tinggalkan anakku sebentar untuk membeli coklat untuknya." Dia pergi dengan langkah cepat sebelum Jungkook pergi dari sana.

Yoongi tentu saja sangat malas mendengarnya. Dia ingin sekali pulang dan tidur akan tetapi dia dalam keadaan tak menguntungkan membuat dia harus mengalah dan menunggu namja sialan itu berhenti sebagai penjaga bayi. Pada akhirnya Yoongi menopang dagunya dan melihat sebal.

"Hyung apakah kau lelah?" Jungkook memperhatikan sang kakak sesekali merasa kasihan dan juga cuaca yang panas dan menjadi teduh disaat turun hujan. "Tidak, jangan pedulikan aku!" Yoongi enggan mendapatkan pertolongan dia tak akan sudi. Dengan kasar dia mengusir Jungkook yang mencoba mendekatinya.

Merasa bahwa sang kakak tidak terlalu menerimanya dengan antusiasme, hal itu membuat Jungkook mengangguk pelan dia harusnya tahu bahwa tidak akan mungkin sang kakak mau apalagi dia hanya menjadi pengganggu waktu istirahatnya. Akan tetapi dia juga bingung lantaran dia tahu bahwa kakaknya sangat kelelahan. Meskipun dia hanya duduk disana hampir seharian. Dia pada akhirnya menemani sekitar sepuluh menit lagi para anak karena mereka merengek.

"Sepertinya aku sangat populer di kalangan mereka hahaha..." Adu Jungkook dengan tawa bahagianya, bahkan hidungnya menjadi putih karena salah seorang menempelkan ice cream disana. "Oppa sangat lucu, aku jadi ingin mencium mu." Tak disangka bocah manis dengan rambut pendek yang memiliki kelopak sipit itu mencium pipi Jungkook. Bahkan namja bergigi kelinci ini juga tak akan menyangka dengan serangan bocah yang mendadak itu.

Semua bocah disana termasuk Jungkook sendiri melongo dan beberapa orang disana tersenyum lucu, bagaimana tidak? Bocah disana tak malu dan justru lebih berani. Membuat Yoongi yang ada disana sedikit mengatakan dengan umpatan lirih. Oke... Mungkin ini sedikit berlebihan, akan tetapi semua itu terjadi secara spontan dan tanpa disengaja.

"Maafkan aku oppa, aku mencium mu, aku ingin menikah dengan mu jika sudah besar." Ucapnya dengan polos sembari memberikan sebuah bunga liar yang tak sengaja dia petik dan diberikan pada Jungkook yang beruntung di terima dengan senang hati. Jungkook meringis bahagia dia tahu bahwa anak kecil tetap anak kecil, mereka sedang ada di masa suka bermain nya. Beruntung dia bukan namja yang emosi.

"Hei bocah, apa kau pikir dia akan awet muda. Jika kau besar kau dia sudah tua." Yoongi menyahut tanpa ada seorang pun yang mengajaknya bicara. Membuat gadis cantik yang memiliki mata sipit sama sepertinya itu menampilkan wajah kesalnya. "Oppa siapa, kenapa oppa marah-marah?" Dia mengatakan hal itu dengan wajah ingin tahunya bahkan dia duduk mendekat ke arah Yoongi yang sedikit tergagap kemudian.

"Siapa yang menyuruhmu duduk disana?" Jungkook menimpuk jidatnya dia tak tahu harus apa dengan sang kakak yang tak bisa membedakan cara bicara dengan orang dewasa dan seorang anak kecil. Semoga Yoongi tidak mendapat masalah dari pihak orang tua bocah itu. "Oppa sangat galak, kata eomma kalau galak jodohnya jauh." Sungguh luar biasa ucapannya bahkan Yoongi sekalipun belum memikirkan masalah wanita atau pasangan, akan tetapi bocah ini dengan berani mengatakan soal cinta.

"Hei anak kecil, seharunya kau ini bermain dan belajar bukan mengurus jodoh orang dan lagi kau sembarangan mencium laki-laki. Bagaimana kau ini bisa menjadi benar kalau dewasa." Ada benarnya juga tak semua anak kecil itu tidak tahu dan polosnya mengatakan ini itu tanpa ada sebab musabab. Gadis itu sudah jenuh bermain dengan kedua kakinya yang dia gerakan hingga pada akhirnya dia berada di dekat Yoongi yang mengangkat sebelah alisnya heran. "Kau kenapa?" tanyanya dengan ketus.

"Jungkook oppa bilang bahwa orang baik akan selalu dengan orang yang baik, sifat oppa ini sangat nakal tapi kenapa Jungkook oppa mau menjadi saudara oppa. Sementara oppa banyak berkomentar, aku tidak suka." Dia mengatakan hal itu dengan figur tubuh yang dipraktekkan seperti orang dewasa.

Yoongi menatap masam dan tak sengaja melihat Jungkook yang tertawa terpingkal, dia saja mengalihkan pandangannya. Matanya menjadi sakit dan malas saja, akan tetapi ucapan bocah di depannya seakan membangunkan kekesalannya yang tengah tertidur pulas. "Berapa umurmu bocah?" Tak ada kecocokan antara Yoongi dengan bocah menggemaskan itu sepertinya. Bahkan dia sendiri jarang untuk banyak bicara, seperti bukan dirinya yang biasa.

Apakah ada sihir? Ah, terlalu buruk untuk menerka pada bocah di depannya.

"Aku berumur delapan tahun." Ucapnya dengan senyum manis dia memiliki lesung pipi yang bagus. Dan kulit putih serta bau tubuh seperti jeruk Jeju. Gadis kecil ini penyuka jeruk.

"Usiamu masih delapan tahun tapi kau nampak lebih dewasa seperti usia sepuluh tahun. Aku ingin tanya padamu, apakah kau memang benar mengatakan hal itu dengan yakin? Begini ya... Soal pasangan dan cinta hanya boleh orang dewasa yang merasakannya. Jika seusia mu harusnya bermain dan juga belajar bukan masalah rumit yang akan kau rasakan kelak. Kalau begitu siapa namamu?" Yoongi nampak dewasa jika dia serius seperti sekarang.

"Jang Nara, panggil aku Ara." Dia sangat manis hingga semut pun mungkin akan jatuh kena diabetes saking tidak kuatnya. Jika dilihat Yoongi merasa melihat dirinya yang masa kecil dalam versi pria. Meski kenyataannya dia mengatakan pada dirinya bahwa dia masih lebih manis dari bocah mengesalkan di depannya.

Hanya bisa mengulum bibir untuk menyembunyikan wajah marahnya lantaran dia enggan dikatai oleh bocah delapan tahun, tanpa dia sadari bahwa Jungkook melihat hal itu semua. "Jangan lakukan hal seperti itu, jika sudah besar kau harus bisa jual mahal agar pria mengejar mu. Bukan kau yang mengejar mereka."

Jungkook yang mendengar itu semua terkekeh, dia tak akan menyangka akan bertemu dengan si ahli cinta. Terlalu banyak ajaran yang diberikan oleh sang kakak, dan membuat senyum puas itu tercipta oleh bocah di sana. Dia membiarkan Ara melakukan hal yang dia suka, Jungkook juga sangat berterimakasih karena tanpa si menggemaskan Ara dia mungkin tak akan pernah melihat sang kakak menjadi sedikit menyenangkan dari tabiat aslinya.

Sedikit demi sedikit waktu akan menjawab...

Kesabaran...

Jalur prestasi yang harus digunakan untuk membuat Yoongi menyerah dan kalah dalam kebaikannya. Membuat namja itu berhasil mencairkan es membeku di hatinya, seperti yang dia harapkan dan mengharapkan sebuah pelangi.

"Kenapa kau menatapku seperti itu?! Aku tahu aku tampan tapi jangan kira aku aneh sepertimu bodoh!" Yoongi melirik tajam dan menjatuhkan sindiran setannya yang bisa membuat siapapun jantungan. Sementara si empu malah tersenyum manis dan mengatakan sesuatu yang membuat Yoongi melotot. "Aku tidak apa-apa kok Yoongi hyung."

Yoongi mengubah ekspresinya kaget saat melihat sisi ceria Jungkook yang belum dia lihat, seperti melihat sebuah penampakan dan membuat dia menjadi hal yang entah sesuatu yang bernama aura seorang kakak ingin meledak keluar dan dia tahan.

Pada akhirnya namja bermata sipit itu tak jadi pergi, dia tak diminta untuk tetap disana akan tetapi yang ada justru dia sendiri disana dengan suka rela. Entah karena dia menemani Jungkook atau hanya karena dia malas akan tetapi, hal itu menjadi momok yang membuat Jungkook semakin semangat.

Benar kata Jimin, ada banyak kemungkinan dan kesempatan untuknya.

Sadar atau tidak, Shi Ah kebetulan disana dan dia melihat kedua keponakan kesayangannya nampak akur dengan wajah dingin Yoongi dan juga sifat lembut Jungkook pada anak kecil. Kebalikan tapi nampak serasi hingga putaran Ying dan Yang seperti sebuah mitos atau kebenaran semata.

"Momen seperti ini bagusnya diabadikan bukan diabaikan." Selesai mengambil gambar menggunakan aplikasi ponselnya, dia merasa bangga karena mendapatkan hasil yang memuaskan. Bahkan dia akan membagikan ini pada sang kakak, tak sia-sia dia mampir di sebuah mall dan membuang uangnya untuk membeli alat kebugaran tubuh idamannya. Rupanya Yoongi dan Jungkook mau bersama dan menikmati alam.

Akan menjadi peristiwa paten dan langka...

"Semoga Dugong itu sadar bahwa ada kelinci yang mau menjadi bulunya." Terucap dalam hati dan dia lakukan dengan sengaja.

,

Taehyung nampak seru saat menarik alat pancing milik seseorang yang berteriak heboh. Keduanya dilihat oleh beberapa pengunjung lantaran kedua orang disana nampak seperti para penonton pertandingan sepak bola yang heboh. Bahkan beberapa di antaranya berjalan dan mengabaikan tanpa menegurnya meski telinga mereka sakit.

"Sial, kailnya lepas padahal aku dah cepat mengayuhnya." Menyesal karena ikan nila berukuran besar lepas begitu saja sebelum sampai ke permukaan air. Tentu saja membuat Taehyung yang setengah mati menariknya menjadi kecewa. Dia pada akhirnya duduk di atas rumput untuk mengistirahatkan jemarinya. "Kau sudah hebat dan hampir berhasil tadi itu nyaris." Namja itu membantunya berdiri dan diterima bantuan itu dengan senang hati oleh pemuda dengan senyum kotaknya itu.

"Kau sangat pintar memuji." Dia menjawab sembari membersihkan bajunya yang kotor. "Tapi kau layak dipuji karena kau memang hebat. Aku tak akan bohong karena hal itu berdosa." Dia mengatakannya dengan wajah sok keren yang dianggap sangat garing oleh Taehyung. Bahkan sempat berfikir untuk menabok wajahnya. Sayang dia lebih tua ketimbang dirinya.

"Aku pulang dulu ini sudah sore, aku punya pekerjaan lain. Apakah kau mau mampir ke kedai makan ku?" tawarnya dengan baik bahkan dia sengaja mengajak Taehyung untuk sekalian memakan beberapa hasil tangkapan.

"Kau punya usaha bisnis? Taehyung menyipitkan matanya dia tak sadar bahwa namja yang masih tergolong muda sepertinya sudah punya usaha. Dibandingkan dirinya yang mengenai pekerjaan pun masih bodoh apalagi dia dua tahun lagi akan lulus. Dia akan jadi apa jika perkembangan otaknya tak menjadi pandai?

"Aku meneruskan usaha orang tua, mereka meninggal jadi aku yang melanjutkannya?" Dia mengatakan hal itu dengan nada santai dan membuat Taehyung tersedak air yang baru saja dia teguk. Membuat beberapa semburan di mulutnya muncrat ke arah nya yang kini memberontak. "Astaga, kau sangat jorok." Dia mengusap kakinya yang basah dia sontak melakukannya karena dia tahu bahwa air bercampur dengan ludah bukanlah hal baik. Bukan salah Taehyung, dia sontak melakukannya karena mendengar nya.

Sedikit terbatuk tapi tak apa dia merasa kerongkongannya tak lagi sakit. Yang disana heran seperti melihat Taehyung manusia kuno yang tak keluar kemanapun. "Kau heran melihat ku pengusaha? Memangnya kau pedalaman dari mana. Hampir semua orang disini pengusaha muda hanya karena melanjutkan usaha orangtua." Dia sedikit tertawa kecil menanggapi bagaimana lucunya orang yang kini berada di sampingnya.

"Bukan, kau salah paham aku hanya tidak tahu kalau kau yatim piatu." Merasa tidak enak hati, hingga dia menundukkan kepalanya. Sepertinya tak sepenuh nya benar kalau Taehyung itu orang kasar seperti yang dikatakan beberapa orang. Dia hanya menunjukannya pada beberapa orang yang dia merasa nyaman dan cocok.

"Tidak masalah itu sudah lama, memang sudah takdir yang hidup tiada. Aku juga bersyukur karena mereka memberikan ku kasih sayang sampai aku bisa mengerti bagaimana peliknya hidup."

Taehyung kagum, selama hidupnya dia tak pernah kagum dengan kesederhanaan orang lain. Dia bisa melihat bagaimana namja di sampingnya ini telah melewati banyak hal. Itu ditunjukan melalu sikap dewasa yang dia berikan dan membuat Taehyung sadar, bahwa tak selamanya... Masalah itu bertahan lama.

"Kusaran kan kau segera pulang, aku yakin orangtuamu pasti sangat khawatir." Dia mengatakannya dengan senyum tipis di wajahnya. Dia bahkan mengatakan hal itu seakan menunjukkan pada Taehyung bahwa dia lebih beruntung dari pada anak yatim piatu. Mungkin ini tergolong menyedihkan akan tetapi dia menjalani hidup dengan tidak menyedihkan. "Terima kasih..." Sangat berarti hingga dia bisa merasakan bahwa, benar ini bukan sebuah kebohongan yang dibuat. Sepertinya menyenangkan jika hatinya bisa selega ini.

Belum sempat menjauh, Taehyung bangun dan sedikit berteriak. "Hei, siapa namamu?" Dia harus tahu karena bagaimanapun dia sudah sangat membantu. Sementara yang ada disana tersenyum dan menggerakkan tangan seperti memberi hormat bagaikan kapten pelaut. "Kim Namjoon, dan aku lebih tua darimu."

"Oke, baiklah. Aku akan mampir ke kedai mu." Wajah ceria itu muncul lagi dan wajah dimana sudah pudar beberapa hari itu ada. Bukan hal yang mudah untuk melupakan masalah keluarga akan tetapi selalu ada jalan keluar bukan?

Akan segera di perbaiki....

.

Yoongi merasa bahwa ini sangat membosankan, dia akan mencoba untuk bangun dan berjalan dengan kakinya sendiri. Dia tidak ingin dianggap cacat. Akan tetapi dia terlalu nekat dan tak mau tahu, dia bahkan menolak kepedulian Jungkook yang mencoba untuk membantunya bangun.

"Hyung, aku mohon jangan lakukan hal itu. Ingat kata dokter kakimu belum sembuh benar." Dia mencoba merangkul sang kakak walau pada akhirnya tangan itu dilepas paksa. Jungkook juga sedikit terdorong karena tenaga Yoongi yang cukup kuat untuk menjauhkannya dari dirinya. Dia bahkan menatap sangat tajam seolah dia penjahat, bukan pertama kali tapi ini menyakitkan. "Aku tidak butuh bantuanmu, aku harus bilang berapa kali brengsek!" Dia mengatakan dengan nada culas, tidak hanya itu saja dia juga memukul bahunya dengan sedikit keras.

"Sekali tolong dengarkan aku, aku begini karena aku peduli. Kau masih sakit tolong jangan keras kepala."

"Aku tidak ingin kau atur! Kau mengerti, aku bukan kakakmu sialan!" Yoongi jengah jika dia harus mengatakan hal yang sama agar namja itu mengerti. Dia juga akan melaporkan pada pihak berwajib tentang seorang pengganggu yang mencoba mengurusi hidupnya. "Aku tahu kau bukan kakakku, akan tetapi aku ingin kau menjadi kakakku. Karena aku menyayangimu. Bisakah kau mengerti juga hyung, aku tidak seburuk yang kau kira selama ini. Aku bukan Jimin tapi aku Jungkook yang mencoba menjadi adik yang kau mau. Kau pemaksa tapi tak apa hanya saja kau sulit menerima." Pada akhirnya dia sendiri yang mengatakan hal itu walau kelihatannya belum tepat.

"Kau menyerah?" Yoongi akan merasa bangga jika namja menyebalkan menurutnya menyatakan 'ya'.

"Tidak, aku tidak akan. Karena aku sudah berjanji pada seseorang untuk bertahan balam argumen tingkah mu. Kau hanya egois itu saja dan aku selalu paham dengan orang sepertimu. Tapi jika kau memintaku untuk menjauh dan mengabaikan mu, aku tak akan bisa." Dia mengatakan hal itu dengan tulus dan majemuk, sadar atau tidak Yoongi hampir terjebak pada sistem Jungkook yang mencoba untuk mendapatkan kepercayaan nya. Walaupun dalam kenyataannya, Yoongi seperti seekor banteng yang sulit untuk di taklukkan.

"Dalam mimpimu Jeon!" Dia tak ingin berlama disini, sudah sangat memuakkan. Pada akhirnya dia memutuskan untuk pergi, untuk apa? Dia tidak ingin berlama disini. Melihat wajahnya akan membuat dia semakin mual. "Tapi aku tidak akan mengganggap hal itu mimpi."

Meski jatuh berulang kali tak apa, meski terjerembab dan sulit bangun tak apa...

"Karena aku ingin melihat wajah ceriamu lagi hyung..." Tak menoleh akan tetapi hal itu bisa membuat Yoongi menghentikan gerakan tangannya memutari roda pada kursinya.

"Apa yang kau katakan?" Dia tak salah atau sekedar memastikan saja. Kenapa ucapan Jungkook bagaikan sebuah ungkapan seseorang yang selalu berhasil membuat rasa limpung nya hilang. Pada akhirnya dia mengatakan satu hal yang membuat Jungkook membisu dengan tubuh yang tak bisa bergerak.

"Darimana kau bisa mendapatkan kata-kata itu Jeon, itu milik Jimin adikku." Wajah tak terima datang, mungkinkah Yoongi akan murka?

"Bajingan sialan!"

Begitu kasar ucapan Yoongi pada akhirnya.

,

Seokjin berlari dia sengaja lantaran mobil yang dia pakai mogok dan dia juga tak ingin terlambat. Dia bahkan memaksakan kedua kakinya yang ngilu untuk terus berlari walau rasanya sudah tak mampu. Bukan dia ingin sampai kesana di atas sebuah bukit.

"Semoga saja aku tidak terlambat, dasar Yoongi sialan! Dia malah membuat ku ingin menghajarnya!" Bagaimana dia bisa menjelaskan rasa kesal itu jika pada akhirnya Jungkook menghubunginya dengan nada yang terdengar menyedihkan. Bahkan Seokjin sendiri pun mulai berfikir aneh.

"JUNGKOOK!"

Dia berlari hampir saja kakinya terkilir karena terpeleset. Tubuhnya juga menubruk pohon besar dengan tak sengaja. Seokjin merasa sakit hingga dia berhenti bergerak sebentar dengan menyentuh bahunya yang nyeri. Terasa tulang dalamnya bergetar ngilu. Apa yang terjadi? Dan sialnya dia tidak mengawasi dua kakak beradik itu sampai rampung.

Peluh keringat sudah jatuh hingga terasa basah kuyup entah itu di balik baju dan rambutnya. Nafasnya juga tersenggal dengan tenggorokan yang kering seperti dehidrasi. Bahkan Seokjin merasa pandangannya berkubang, akan tetapi tetap saja karena dia tidak menemukan Jungkook diatas bukit.

Apakah terjadi sesuatu yang buruk?

Oh sial, otak buruk yang terlintas di pikiran Seokjin saja membuat dia bertanya-tanya.

"Jungkook, kau...." Tercengang, apa yang dia lihat dengan kedua matanya? Meski ada bayangan gelap akan tetapi dia melihat bagaimana sebuah tubuh yang tak sadarkan diri dengan kening yang mengeluarkan darah. Apa yang terjadi?

"Jungkook, bangun. Tolong sadarlah!"

Panik...

............

TBC...

Author gak tau apa yang mau dibilang, takutnya pada bosen sama celoteh saya. Terimakasih buat dukungan kalian ya...

Tetap semangat okay...

Gomawo and saranghae....

#ell

12/07/2020













Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro