Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 46 : Blood, Sweet and Tears

"Katakan pada dunia apa yang kau rasakan, percuma jika kau mengadu hanya pada manusia. Mereka hanya mencela tak membantu, mereka hanya memperhatikan dan tak tanggap juga mereka hanya mencaci tanpa simpati. Lalu apa yang kau banggakan dari sesama manusia, jika kebanyakan dari mereka ingin bersaing memasuki surga. Seakan mereka paling baik diantara keburukan, terkadang menjadi bobrok adalah hal menguntungkan karena masih bisa diperbaiki dari pada hancur lebur seperti debu."

(Author **** POV)

Taehyung dan Yoongi tak ingin mengalah satu sama lain, keduanya seakan saling menyerang baku hantam masing-masing. Taehyung tak ingin mencari keributan akan tetapi namja di depannya lah yang membuat
dia menjadi sangat ingin menghabisinya.

"Kau mengatakan dengan sembarangan, rasakan ini!" Taehyung berhasil meloloskan pukulan mautnya, mengenai pipi Yoongi yang menjadi lebam di sisi kanannya, dia juga menggempur tubuh itu dengan cara menghantamnya hingga jatuh. Apakah Yoongi akan diam? Sepertinya kalian salah karena dia juga menghantam dan meninju balik namja yang masih SMA itu. Sepertinya keduanya sama-sama imbang walaupun memiliki perbedaan umur.

"Brengsek!" Namja bermata sipit itu seakan tak terima saat dia mendapatkan bogeman mentah yang mengenai hidungnya, rasa sakit dan nyeri itu terasa hingga dia merasa ngilu. "Kau yang brengsek, apa masalahmu huh! Kau mengatakan aku beban hyung ku, tau apa kau sialan!" Taehyung mendekat kan jarak keduanya dengan cara menarik kerah dengan sangat kasar dia menatap sangat tajam, keduanya sama-sama babak belur dan Yoongi juga sempat meludah membuang darah nya yang keluar. Taehyung rasa jika di depannya hanyalah orang lemah yang banyak bicara.

"Kau pengecut sekali dengan beribu ucapanmu, sangat memalukan!"

"Tau apa dirimu, kau seperti anak mama. Dan lagi kenapa kau sangat marah saat aku menghina anak sialan itu, apakah kau yakin kalau Jeon pungut itu menganggap mu sahabatnya!" Yoongi ingin sekali menjatuhkan semangat namja di depannya, dia juga membentaknya meski dia tak melihat manik ketakutan dari namja muda itu. Taehyung tak akan pernah membiarkan seseorang menginjak salah satu keluarganya, dan Taehyung menganggap Jungkook adalah saudaranya.

"Kau bajingan, kau menganggap rendah dia. Kau manusia atau setan!" Taehyung sangat kalap dia lupa dengan siapa dia bicara. Dia merasa bahwa tak ada tata Krama jika sudah dengan manusia di depannya. Ingin menghabisinya jika dia tidak ingat dosa. "Kau yang lemah, kau sudah menjadi beban saja sudah sombong. Kau pikir Jeon pungut itu peduli padamu. Kau dan dia sama saja, sama-sama menyusahkan. Kenapa Tuhan butuh kalian lahir-"

Bugh!

Sukses sudah hingga pukulan keras itu mengenai tubuh itu hingga jatuh. Yoongi jatuh tersungkur di jalan dan membuat beberapa orang disana berusaha untuk memisahkan mereka, kericuhan harus sudah selesai agar tidak terjadi keributan. "KEPARAT KESINI KAU, AKU AKAN MEMBUNUHMU SIALAN! KAU SANGAT SIALAN, SIALAN SEKALI!!" Tubuh kurus Taehyung ditahan oleh tiga orang di belakangnya, suara amukan itu terdengar sangat keras dan membuat mereka cepat untuk menjauhkan antara mereka.

Yoongi sampai terbatuk darah saat dia merasa perutnya nyeri dan itu karena tendangan maut Taehyung yang tak sengaja mengenai bagian ulu hatinya, ada satu hal yang tak dilakukan Yoongi. Jika dia mengajak ribut seseorang dia tak akan menyerang bagian sensitif seperti perut dan dada, tapi sepertinya Taehyung tak tahu bahwa apa yang di lakukan adalah sebuah kesalahan tak disengaja.

Dia muntah dan disaksikan oleh beberapa orang yang mencoba menolongnya, semakin terkejut karena banyak sekali darah yang keluar hingga Taehyung dia sendiri melihat hal itu dengan tatapan kebingungan. "Apa yang terjadi, apa kau tidak apa?" Taehyung melepaskan paksa tubuhnya yang ditahan, dia merasa bahwa ada yang salah dengan namja itu. Dia memilih mendekat dan mencoba mencari tahu keadaan kakak dari sahabatnya dengan cara menepuk pundaknya.

Tapi dia sempat di tepis mentah oleh Yoongi yang masih mengeluarkan batuknya. Ngomong-ngomong batuknya semakin berdahak dan membuat muntahan darah itu menciprat di atas aspal. "Hei sepertinya dia parah." Salah seorang wanita mengatakan hal itu, "ya, kau benar mungkin saja dia kena serangan yang membahayakan. Bisakah kita panggil pihak rumah sakit. Aku kasihan dengannya dan dia sepertinya sakit." Begitu kekeh para pengunjung ini untuk menolong. Bahkan Taehyung pun tak tahu harus dengan apa yang dia lakukan.

"Kau dengar aku, apa kau tak apa?" Taehyung sempat memegang pipinya yang sakit, giginya rasanya sangat ngilu dan lidahnya juga merasa luka karena tak sengaja tergigit saat adu jotos tadi. Dia sangat emosi akan tetapi melihat hal itu dia menjadi manusia yang iba. "Jangan sentuh aku uhuuukkk... Uhukkk..." Yoongi berjalan merangkak menuju rumput, dia mengeluarkan ludah dan darah yang memaksa untuk keluar. Beruntung dia belum memakan apapun. Akan tetapi sakit itu menjadi saat dia mencoba untuk duduk.

Beberapa orang pun menawarkan bantuan untuk Yoongi akan tetapi namja itu seakan menolah tawaran mereka mentah dia merasa tak butuh dan lupa keadaannya. Satu hal yang membuat Taehyung merasa bahwa manusia ini yang lemah karena sombong. "Ayo aku bawa kau ke dokter." Taehyung ingin merangkulnya dia akan bertanggung jawab dengan yang dia lakukan, ini kesalahannya karena menyerang begitu telak.

Yoongi terus memaksa dirinya untuk tetap sadar walau kedua matanya sudah buram, dia menyadari bahwa Taehyung telah membuat ulu hatinya tertinju dan ini sakit sekali. Seperti dia merasakan bekas operasi sewaktu dia masih kecil dan itu membuat dia tak bisa tidur. Bukan hal yang mudah saat dia mencoba bangun dan pada akhirnya dia jatuh dengan lutut yang membentur.

"Jangan sentuh aku bajingan!" Yoongi begitu keras kepala hingga membuat Taehyung kesal. Dia merasa bahwa kebaikannya hanya ingin dibuang begitu saja. "Brengsek!" Sadar atau tidak pekikan itu terjadi, saat dia meninju dengan keras wajah Yoongi yang sedang lengah hingga dia menjadi pingsan.

"Astaga apa yang kau lakukan, apakah kalian memperebutkan seorang gadis hingga seperti ini. Dan lihatlah dia habis muntah darah kenapa kau memukulnya sampai pingsan."

"Ya benar sekali, anak muda sebaiknya jangan berkelahi bagaimana kalau dia sampai meninggal oh astaga!"

"Sebaiknya kita panggil bantuan dan jangan sampai terlambat."

Taehyung tak tahu apa yang dia lakukan tadi akan tetapi dia memperhatikan tangannya yang gemetar dengan tatapan kosongnya. Dia melihat hal itu seperti sebuah tangan yang habis menghabisi seseorang. Menelan ludah kesusahan dan dia juga harus mendengar orang di sekitar yang menyalahkan nya. Namja muda ini juga harus menelan pil pahit saat dia mengetahui bahwa kakak sahabatnya itu tak sadarkan diri karena pukulan kerasnya.

"Apa yang aku lakukan?" Taehyung sangat bodoh dengan dirinya sendiri, kedua matanya menjadi cemas dan manik kebingungan itu sangat terasa. Dia juga menarik rambutnya kencang dan berdiri dengan gelisah seperti orang tak waras. Wajah yang menunjukan bahwa dia itu sangat kebingungan membuat beberapa orang takut dan berfikir bahwa Taehyung adalah pasien yang lepas dari rumah sakit jiwa.

"Apa yang aku lakukan hiksss... Hikksss...." Jiwa labilnya kembali lahir dengan dia yang mengguncangkan tubuh tak sadarkan diri itu. Dia menangis dan berteriak agar bantuan segera datang. "Tolong aku panggil bantuan cepat, tolong aku!" Beruntung salah seorang mau melakukannya dengan segera, dan Taehyung nampak seperti orang yang hancur. Dia bahkan sempat memangku kepala namja itu dan semakin menangis saja saat melihat kedua kelopak mata itu tak terbuka.

Ini bukan lelucon atau lawakan.

Apakah Jungkook akan membencinya karena hal yang tak dia lakukan tadi? Entah rasanya dia ingin melaknat dirinya sendiri. Ini sangat menyakitkan saat kau sadar kau telah menyakiti orang lain dengan tanganmu, bagaikan seorang calon psikopat yang berusaha membalas dendam. Dia akui bahwa amarahnya tak terkontrol tapi dia juga tak tahu mengapa, sampai dia sendiri sadar bahwa dia harus mencari tahu jati dirinya.

Akan tetapi ini seperti bukan dirinya dan kehidupannya. Merasa asing dan aneh hingga dia tahu bahwa, Kim Taehyung seperti orang bodoh yang mengikuti cara hewan untuk bersaing.

Ambulance akan segera datang dan dia punya waktu untuk menghubungi seseorang. Mungkin dia akan di benci tapi dia juga tak mau jika harus melihat bahwa, seseorang mati karena ulahnya.

'Maafkan aku Jungkook!' ketakutan Taehyung teramat sangat hingga dia takut tak ada yang mau menjadi temannya lagi dan malah membuat dia kesepian.

Kau bodoh Kim!

.

Jungkook merasa membuat semangkuk teh hangat bisa membuat suhu badannya menjadi lebih sehat dan menyenangkan. Dia memotong sayur itu dengan rapi dan cantik. Membuat hal ini sangat mudah apalagi jika kau hidup sendirian. Jungkook yang sudah biasa memasak bukanlah hal yang pertama.

Dia sering memasak untuk kakaknya yang keras kepala meskipun sampai sekarang tak pernah dia melihat Yoongi mau memakannya. "Sepertinya akan enak jika aku beri udang dan juga bawang goreng banyak." Dengan sangat telaten memasukan sayuran tersebut. Dia bagaikan seorang koki yang terkenal, dia juga yang menyiapkan semua masakan. Bau harum tercipta dan tentu saja sang ibu yang baru masuk begitu menyukai harumnya.

"Sepertinya aku akan berguru padamu karena kau sangat handal. Rasanya cukup beruntung aku menjadikanmu putraku." Dia memperhatikan sup milik sang anak yang menggumpal. Sayurannya begitu menggoda hingga sang ibu ingin mencicipinya. Sadar jika wanita di samping nya seperti ingin menjadi kolektor rasa membuat sang putra mempersilahkannya. "Silahkan eomma aku persilahkan anda, tapi tolong katakan dengan jujur bagaimana hasil ku." Dia tersenyum menampilkan gigi kelincinya. Oh ayolah dia juga suka pujian, ingin tahu bagaimana rasanya pujian dari seorang ibu. Orang bilang rasanya akan seperti hidup lagi jika kehabisan semangat.

Jungkook memperhatikan bagaimana sang ibu mengambil dan mencoba masakannya, saat ekspresi itu muncul betapa senang hati Jungkook jika sang ibu begitu memuji masakannya. "Aku akan menghabiskannya satu panci jika aku sanggup, kenapa masakanku kalah denganmu sayang. Oh aku akan mencarikan kursus memasak bakat mu harus diasah."  Dia mengusap sayang rambut nya bagaimana Jungkook meringis senang, tak ada yang tahu jika hatinya begitu berbunga. Apalagi dia mendapatkan saran dari orang tua yang bisa membantunya dan harus di syukuri.

"Eh, sebentar sayang aku ada telfon." Dia baru saja ingin mengambil sup tiba-tiba suara ponsel di mejanya berdering membuat sang ibu pergi keluar sebentar untuk mengangkatnya, Jungkook tentu saja menurut dia tahu ibunya wanita sibuk yang hebat. Dia melanjutkan kesenangannya, hingga di lima menit kemudian Jungkook juga menerima sebuah telfon dari seseorang.

"Tumben sekali dia menelfon, apakah dia butuh jawaban untuk soal sekolah?"

Kim Taehyung.

Jungkook bahkan tak tahu kalau sebenarnya sahabatnya sedang dirundung masalah. Dia hanya mengira bahwa mungkin sahabat bawelnya kesusahan dalam mata pelajaran, dia akan membantu dan tentu saja tanpa imbalan.

"Halo-"

Belum selesai dia mengatakan satu kalimat akan tetapi panggilan itu menjadi satu daya tarik yang membuat Jungkook sedikit terganggu.
Pemikirannya menjadi pecah saat dia khawatir dengan apa yang terjadi pada temannya sementara Taehyung dia tidak pernah memutuskan telfon sebelum dia mengatakan sesuatu.

Dan anehnya hal itu berlangsung selama tiga kali, dengan Taehyung yang selalu mematikannya sepihak lagi. Terakhir yang di dengar Jungkook adalah helaan nafas yang seperti disana ragu mengatakan nya, "ada apa oppa, kenapa kau-" lagi-lagi dia memutuskan sepihak. Membuat namja bergigi kelinci itu sebal dan membanting ponselnya di atas meja dengan tak berarti.

"Menyebalkan sekali..." Keluh kesahnya dengan kedua bola mata yang memutar malas.

,

Kesibukan Jungkook sepertinya tidak terlalu repot akan tetapi fokus memasaknya terganggu lantaran ada pesan masuk. Sontak saja dia langsung menaruh spatula nya dan membersihkan minyak di tangannya menggunakan serbet.

Kim Taehyung.

Nama sang sahabat kembali terbaca setelah sebelumnya dia tidak tahu kenapa pihak dia memanggilnya tanpa mengatakan satu kata apapun.
Sempat berfikir ada sebuah prank.

Mendadak perasaan nya tidak enak, bukan hanya itu saja dia melihat sesuatu yang membuat semakin tidak enak pada perasaanya. Padahal dia juga belum membuka pesannya, dia pergi ke ruang tengah dan mencari sumber suara barang yang jatuh, alangkah terkejutnya dia saat...

Foto pigura Min Yoongi yang jatuh dan pecah.

"Astaga, kenapa bisa pecah?" Dia mengedarkan pandangannya ke seluruh arah untuk memastikan apakah ada kucing atau sesuatu yang lain tengah menjatuhkannya. Tak ada apapun selain hamster kecil sang kakak yang masih berada di dalam kandangnya, cukup aneh jika hewan sekecil itu mampu menjatuhkan figura foto sebesar kaca jendela di kamarnya. Sementara itu dia juga meremat ponselnya dengan kuat.

Dia berjongkok untuk membereskannya atau pecahan kacanya akan membahayakan seseorang, tetapi saat kedua matanya melihat foto wajah sang kakak yang terkena retak kaca saat itulah dia melihat bahwa sesuatu yang buruk pasti sedang terjadi.

Dadanya sesak.

"Apakah sesuatu terjadi? Kenapa aku merasa ada yang buruk." Dia bergumam pada dirinya sendiri setelahnya menggelengkan kepalanya untuk menepis segala pemikiran yang buruk datang. Jungkook tak ingin pemikiran ini menjadi sugesti untuk dia negative thinking.

"Jungkook! Ayo kita ke rumah sakit." Tiba-tiba suara sang ibu menginterupsi, dia bahkan belum mengambil pecahan kaca satupun, dilihatnya oleh sang ibu kaca pigura foto sang anak yang pecah. Membuat wanita ini bertanya, namun dia enggan mengungkapkan nya karena tidak mau terlalu percaya dengan mitos. Sesuatu yang pecah pertanda hal buruk terjadi. "Ada apa eomma? Kenapa, eomma sangat panik." Jungkook yang teramat sayang ibunya juga merasa cemas dia melihat kedua manik mata sang ibu yang menjatuhkan air matanya.

"Yoongi." Ibunya mengatakan dengan ungkap menggantung, membuat si bungsu itu menjadi sangat kaget mendengarnya. Apa yang terjadi dengan kakaknya, kenapa sangat membuat dia sedikit tertekan oleh suatu beban?

"Eomma katakan padaku, apa yang terjadi padanya." Jungkook ingin segera kesana, menemui sang kakak tapi dia juga harus mendengar penjelasan ibunya walau dia sadar bahwa dia sendiri sangat cemas. "Temanmu Kim Taehyung dia menelfon ku dan mengatakan bahwa kakak mu pingsan, ayo nak kita harus kesana aku tidak ingin Yoongi-ku terluka." Sang ibu mengusap air matanya dan dia juga bergerak cepat mengambil kunci mobil di atas nakas.

Sahabatnya, Kim Taehyung.

"Apa yang terjadi, apakah...." Dia menimbang segala pemikiran dalam otaknya, dia berfikir bahwa banyak kemungkinan yang membahayakan. Taehyung, dan kakaknya. Sejak kapan mereka bertemu secara langsung apalagi Taehyung dia sama sekali tidak menyukai tabiat sang kakak, kecuali jika...

Yoongi yang memancing amarah Taehyung?

Terlalu kacau jika harus menerka, membuat dia berlari keluar setelah mematikan kompornya. Dia memeriksa ponsel di tangannya, satu pesan dari sahabatnya yang membuat Jungkook semakin kuat dalam hal perasaan. Kim Taehyung yang mengirim pesan dan Kim Taehyung yang terlalu takut mengatakan kebenaran karena tak ingin, dia menjauhinya.

Dia hanya diam, berdiri di sisi mobil dengan menundukkan kepalanya dan menggenggam erat ponselnya. Apakah dia harus marah atau kah kesal? Maafkan aku, kawan. Pesan yang datang padanya dua menit lalu sudah dia baca. Dia mengatakan bahwa dia meminta maaf dengan suatu yang besar. Kejadian ini sangat kompleks dan majemuk, sisi kemarahan Jungkook hampir meruah jika dia tidak sadar dengan kewarasannya. Ingin sampai kesana dan menanyakan semuanya.

Semua, dengan apa yang terjadi secara detail. Meski begitu, dia bisa saja membenci lantaran alasan yang jelas. Siapapun yang menyakiti kakaknya sama saja menyakiti dirinya, motto yang bodoh dan masuk akal.

"Hyung..." lirih bukan berarti dia lemah.

,

"Apa yang kau lakukan Tae, kenapa kau lakukan hal itu. Aku tahu kau marah tapi, tak seharusnya kau-"

Seokjin merasa frustasi saat dia menatap sang adik dengan ribuan kenapa, kenapa dan kenapa. Dia menjambak rambutnya sendiri sampai ingin copot sampai ke akar. Bagaimana bisa Taehyung melakukan hal segila itu, menjotos Yoongi dan menendangnya padahal dia bisa saja mengabaikan ucapan Yoongi yang melebihi batas wajar.

"Dia mengatai ku hyung." Taehyung tak suka jika dia disalahkan sepihak, dia sendiri juga punya alasan kenapa dia bisa melakukan nya. Entah kenapa darah dalam dirinya mendadak mendidih. Rasa manis yang sempat dia rasakan untuk menenangkan segala pemikirannya pudar. Dia menjadi sedih dan kecewa saat dengan nyata sang kakak sepupu menyidang nya dengan menyalahkan dirinya yang mencoba untuk melindunginya dari ucapan kasar orang itu.

Ya, namja yang sedang di rawat dokter dalam ruangan unit gawat darurat.

"Tapi kau bisa pergi begitu saja bukan? Aku sudah mengatakan padamu kalau Yoongi memang seperti itu. Tapi kau bisa mengabaikannya dan tidak terlalu menanggapinya. Apakah kau marah karena dia mengatai Jungkook?" Jin merasa bahwa dia benar-benar harus memperhatikan kuasa emosional Taehyung yang besar. Tak dapat dipungkiri jika masalah seperti ini bisa serius dan dia juga tak mau sang adik mendapatkan masalah lebih besar.

"Bagaimana aku bisa pergi kalau dia mengatakan hal buruk tentangku, kau juga harusnya sadar kalau aku membelamu dan dia juga mengatakan hal buruk pada Jungkook!" Taehyung berada dalam lorong rumah sakit yang cukup sepi, dia sangat marah hingga menghantam tembok di belakang nya. "Sadarkah kau jika kemarahan mu sangat brutal." Mengguncang kan kedua bahu adiknya dan menatap sangat dalam kemelut masalah apa bagi sang adik?

"Lepaskan aku hyung, kenapa kau sangat menjengkelkan! Aku membela mu karena temanmu sangat kurang ajar!"

"Jangan membuatku marah padamu Tae, kau ini kenapa. Apa yang membuatmu emosi meledak seperti ini." Jin hanya ingin tahu apa yang terjadi dan dia ingin tahu kenapa sang adik menjadi Sekadau ini. Dia belum beritahu kepada paman dan bibinya atau Taehyung akan kena masalah. "Aku tidak suka dengan sikapnya, dia juga menghajar ku." Seperti enggan menatap manik mata sang kakak membuat dia memalingkan wajahnya.

Seokjin melihat bagaimana wajah sang adik yang terpasang hansaplast. Dia juga tak menyalahkan adiknya sepenuhnya, di sisi lain ada perasan terharu karena Taehyung membelanya saat dia tidak tahu bahwa Yoongi sengaja memancing emosi labil adiknya. "Tapi aku khawatir jika kau mendapatkan masalah yang besar setelahnya. Hal itu yang membuatku marah padamu, kau tidak bisa menjaga emosimu dan itu buruk. Aku hanya ingin tahu apa yang membuatmu mudah berontak." Dia meyakinkan sang adik, bahwa dia akan baik saja jika dia mengatakan dengan jujur.

"Tidak ada." Dia mengatakan hal itu dengan nada lirih tapi dia juga tak memandang wajah sang kakak sama sekali. Membuat Seokjin berfikir keras bahwa adiknya menyembunyikan sesuatu. "Kau berbohong Saeng, katakan padaku dengan jujur." Ada yang salah dan itu bukan manik mata sang adik yang ceria seperti biasanya. Apakah memang ada hal berat yang membuat dia menjadi terganggu?

"Aku sudah bilang bukan? Jangan ganggu aku, dan aku tidak mau memaafkan namja gila itu. Dia sudah sangat keterlaluan."

Mungkin ini akan jadi sulit, adiknya sangat keras kepala dan lagi dia akan takut dengan sifat Yoongi jika sampai sahabat nya itu membawa adiknya dalam meja hijau. Dia memang tau bahwa sahabatnya itu berlebihan tapi terkadang membahayakan juga. Sudah sepantasnya namja berbahu lebar ini pantas merasa khawatir.

"Taehyung yang aku kenal bukan orang seperti ini. Kau bukan seperti yang aku tahu. Kau ini periang dan sangat aktif tapi tiga hari ini kau sangat menakutkan dengan masalah yang membuatmu terjebak. Lalu jika Yoongi sadar dia pasti akan membawamu ke hukum dan aku kenal bagaimana dia. Haruskah aku tega melihat adikku menjadi tersangka?"

Taehyung terdiam, dia menghentikan langkah kakinya saat mendengar ujaran kakaknya yang mengatakan seluruh kekhawatirannya. Cukup dramatis dan realistis karena Taehyung sendiri pun anak tunggal dan dia tidak tahu bagaimana posisi menjadi seorang adik.

"Kau melakukan kekerasan dan memukul lebih dari dua kali dengan orang berbeda. Apakah kau akan menyembunyikan ini semua? Bahkan Jungkook bisa tidak tahan dengan sikapmu yang sangat brutal. Apakah aku bisa membantumu Saeng."

Seakan ada gerbang yang terbuka lebar Seokjin menawarkan bantuan dan membuat semua nampak jelas bahwa Taehyung merasa jika dirinya bagaikan sebuah robot yang dikendalikan. Dia tak punya instuisi untuk berfikir waras. "Apa yang membuat mu yakin jika aku punya masalah hyung. Bahkan orang tuaku sendiri menganggap ku kurang ajar karena memukul pak Jo, padahal aku korban. Bisakah mereka mengetahui posisiku saat aku benar-benar tidak tahan dengan sebuah penindasan?" Dia mengatakannya dengan nada sendu, dan tak ada kebohongan disana.

Seokjin tahu bahwa terkadang ada batas manusia untuk bertahan dalam kemelut masalah dia tahu bahwa Taehyung anak muda yang hampir terjebak dalam permasalahan yang serius. Sebagai kakak yang baik dia tentu saja akan membantu adiknya untuk keluar. Dia akan ada di belakang menjadi sangga untuknya dan di samping untuk menjadi pondasinya. Dia hanya bisa berharap bahwa Taehyung mau mengatakan semuanya agar dia tahu dan membantu.

"Aku tahu karena manik matamu sangat berbeda, ada beban yang tak bisa kau tandu disana dan kau memaksa dirimu. Aku akan membantumu menyelesaikan masalah dengan pihak keluarga Yoongi. Aku juga rela jika harus dipecat jika mereka tidak mau memaafkannya. Hanya saja kau memang harus sadar kesalahanmu, dokter bilang ulu hati Yoongi terluka karena tekanan kuat. Dia bisa saja meninggal jika tidak cepat ditangani, dan kau masih beruntung saeng."

Sepertinya Taehyung sadar bahwa dia memang melakukan kesalahan dan dia melihat ketulusan sang kakak untuk membantunya dengan mencari jalan keluar yang lain. Akan tetapi dia tidak suka jika harus melihat kakak sepupunya menjatuhkan pekerjaannya hanya untuk masalahnya. Dia menjadi tidak enak hati.

"Aku akan membantumu, karena aku menyayangimu. Ayo kau harus minta maaf aku menemanimu."

"Tapi bagaimana dengan Jungkook, dia pasti marah padaku bukan? Aku bahkan melihat dia tak menggubris ucapan ku." Taehyung nampak sedih, jika kalian tahu dia baru saja mengalami masa dimana perselisihan antara sahabat terjadi. Taehyung ingin mengatakan semuanya akan tetapi temannya juga menjadi kecewa padanya. Ya, dia melihat wajah Jungkook yang kesal padanya. Sesuatu yang membuat Taehyung semakin menyalahkan dirinya sendiri dan mengatakan kebodohan.

Melihat Jungkook di depan pintu sembari menenangkan sang ibu membuat hatinya mencelos. Dia juga tak bisa membayangkan bahwa bagaimana jika ibunya yang menangis disana.

"Aku akan menjelaskannya untukmu, Jungkook akan mendengarkan ku. Kau hanya perlu meminta maaf pada nyonya Min, karena dia yang paling terpukul. Aku harap setelah kau tahu bahwa Yoongi tidak boleh sembarang terluka kau bisa hati-hati." Mengatakannya dengan sangat yakin dia juga tak akan membuat sang adik kecewa.

Taehyung mengangguk, menerima rangkulan tangan sang kakak untuk mendekati dua orang yang disana. Melihat kedatangan Taehyung membuat hatinya sedikit mendidih marah. Ya, kabar dari sang dokter yang mengatakan bahwa Yoongi hampir mati membuat dia tak bisa berfikir jernih. Sahabat nya hampir menjadi pembunuh dan pembuat onar. Dia bahkan tak mau mendengar alasan lantaran dia juga tidak suka dan kecewa.

Itu pasti, karena korbannya adalah sang kakak. Jungkook hanya bisa memalingkan muka dan tak ingin berbicara dengan Taehyung untuk sementara. "Aku tahu aku pasti tidak termaafkan." Bahkan Taehyung mengatakan hal itu dengan wajah sedih menunduk. Dia bahkan sadar kalau Jungkook sudah sangat membencinya, itu terasa disaat setiap menghirup nafasnya.

"Jungkook aku-"

"Aku ingin sendiri hyung, jangan ganggu aku. Katakan nanti setelah kakakku membaik, Jin hyung harap pengertian nya." Jungkook mengatakannya dengan nada dingin. Dia bahkan tak memalingkan wajah sama sekali, membuat Taehyung menatap datar. "Apa salahku jika aku membela-" Taehyung menghentikan ucapannya saat dia merasakan pundaknya sedang di tekan kuat. Dia lupa bahwa emosi tidak akan membuat hasil.

Taehyung menghembuskan nafas sabar...

"Baiklah aku tak akan menemui mu sampai kau tenang, aku juga tidak sepenuhnya salah. Jika kau mau hubungan pertemanan kita berjalan aku harap kau mau mendengarkan ku, dan untuk kakakmu aku sungguh minta maaf. Aku memang salah..."

Lega rasanya saat Taehyung selesai mengatakan demikian. Tak ada beban dan rasanya hatinya menjadi lebih tenang. Akan tetapi sayang sahabatnya enggan menoleh atau menjawab dia pasti mendengar hanya saja dia sengaja berpura-pura. Taehyung tahu bahwa waktu akan mengatakan semuanya. Sang kakak juga memaklumi dan dia akan membantu, dengan nyonya Min yang sudah menangis dengan tenang membuat Seokjin berani untuk menemuinya.

Taehyung memilih pergi meninggalkan tempat itu. Untuk apa dia disana jika dia saja tidak bisa membuat orang percaya dengan apa yang dikatakan. Sementara Jungkook juga semakin marah bukan?

Dia sendiri mengusap air matanya karena menangis. Dia menjalankan hidup yang cukup pahit sekarang dan maslahat manusia dewasa seakan dimulai.

,

"Maafkan aku Tae hyung, tapi aku tidak mau emosi membuatku kehilangan sahabat sepertimu. Aku juga tak ingin kakakku terluka, karena kau juga entah kenapa sedikit berbeda."

Jungkook memperhatikan kemana punggung itu pergi.

Semua tampak menyedihkan.

........

TBC...

Jangan lupa buat tunggu next chapter ya. Jangan lupa jaga kesehatan ya, dan juga tetap semangat dalam menjalani aktivitas.

Mungkin gak banyak cuap cuap disini. Oh iya masukan buat chapter ini dan ungkapkan perasaan kalian pada tokoh dalam chapter ini, bebas....

Jangan lupa apresiasi nya sayangku...

Gomawo and saranghae...

#ell

09/07/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro