Chào các bạn! Vì nhiều lý do từ nay Truyen2U chính thức đổi tên là Truyen247.Pro. Mong các bạn tiếp tục ủng hộ truy cập tên miền mới này nhé! Mãi yêu... ♥

Part 40 : Tear

"Menangis bukan suatu kebutuhan dan juga bukan sebuah larangan. Siapapun bisa menangis bahkan penjahat sekalipun karena menangis itu berasal dari sebuah hati. Hati yang sengaja di sakiti. Katakanlah bahwa menangis merupakan suatu pemberontakan, untuk tidak lagi menerima pisau yang menyayat dan jarum yang menusuk. Jangan malu untuk menangis karena Tuhan menerima manusia yang mau mengadu padanya."

.

(Author ***** POV)

Suasana desa tak membohongi kedua mata Jungkook yang terbangun di subuh hari, kicauan burung bagaikan alarm yang membangunkan dia dari mimpi indahnya. Kemarin malam dia merasa lelah lantaran membantu sang nenek berjualan gerabah di salah satu pasar yang dia tahu selama seumur hidupnya, dimana di pasar itulah dia menjual tepat di malam hari.

Mungkin banyak yang berfikir bahwa itu sama dengan seperti pasar malam, akan tetapi hal itu berbeda karena suasana tradisional yang masih kentara. Jungkook merasa mendapatkan energi positif baru karenanya dan memilih untuk melakukan lari pagi.

Dia melangkah kecil dengan kecepatan sedang memakai sepatu yang sengaja dia bawa, pemberian sang ibu dengan warna hitam dan putih bermerk terkenal. Harganya nampak mahal itulah sebabnya keawetannya luar biasa. Jungkook melihat begitu besar sawah membentang di jalan setapak dan begitu hijaunya rumput di sekitar jalan.

Merasakan arcade kebahagiaan yang acak. Jungkook sama sekali merasa semua masalahnya hilang seketika walau hanya keluar untuk mencari angin. Sudah hampir tiga puluh menit dia berlari, sudah cukup jauh juga dia dari kawasan desa. Memilih duduk di bawah pohon apel yang kebetulan belum matang buahnya.

"Sepertinya aku akan beristirahat disana." Jungkook bergegas kesana, dia menyandarkan tubuhnya di batang pohon besar disana. Ada suara kicauan burung di atasnya dan membuat hal itu menjadi tenang hatinya. Bagaikan sebuah lagu pengantar semangat untuk pagi hari ini, sekilas dia ingat Taehyung sahabatnya yang pasti belum bangun walau sekarang hari sekolah.

"Astaga, kenapa aku merindukan sahabatku itu. Aku akan membangunkannya dengan pesanku." Jungkook terkekeh dia sendiri membayangkan wajah kesal Taehyung yang sering menjadi merah. Ditambah lagi dengan bibir tipisnya yang cerewet.

'Yambulia bangunlah sebelum matahari terbit dari barat. Jangan sampai kau merengek padaku karena ibumu marah.'

Send

Jungkook memasukan kembali ponselnya ke dalam saku, dia menyandarkan kepalanya dan memejamkan matanya. Hawa dingin yang begitu menenangkan segala pikirannya yang berkecamuk.

Pemikiran mengenai bagaimana dia menenangkan Jimin dan bagaimana dia mengalahkan egoisnya Yoongi.

"Apa yang harus aku lakukan? Semakin aku mencoba mengejar tapi aku malah gagal. Apakah Tuhan benar menyiapkan impianku?" Jungkook mengadakan kepalanya, menatap ke atas dan melihat cahaya matahari yang menyilaukan kedua matanya. "Cantik sekali, begitu hangat dan menenangkan. Selamat pagi dunia..." Jungkook bak seorang anak kecil yang baru saja keluar dari ruangan.

Dia tak menggubris rasa malu jika ada seseorang yang menangkap basah dirinya berbicara pada diri sendiri. Bahkan dia melewati batas untuk sekedar menunjukkan kegilaannya yang membuat orang lain tertawa, itu dulu saat dia berada di panti dan menemani adik-adiknya.

Dia dulu humoris dan periang juga penuh semangat dengan banyak impian yang tak bisa disepelekan. Tapi dia juga pemalu.

Ya, dia seperti kue pelangi. Memiliki karakter campur aduk dan berwarna. Tak monoton ataupun membosankan, seperti gula kapas yang meleleh di lidah.

Ponsel Jungkook bergetar rupanya ada pesan yang masuk dan dia melihat bahwa itu berasal dari sahabatnya yang gila.

"Oh ternyata dia sudah bangun." Dengan cepat jemarinya menyentuh simbol pesan. 'Kau mengatakan hal gila lagi. Apakah kau sedang ingin mengadu padaku, tentang badak bercula satu?'

Jungkook meringis, yang benar saja... Bahkan dia tak membawa nama sang kakak dalam pesan sebelumnya. Untung dia sudah terbiasa dengan sikapnya membuat dia memutar bola matanya malas.

'Hei uciha jangan membuatku mendepak mu dalam daftar pertemanan ku.'

Send

Oke Jungkook rasa dia akan membalas pesannya lama karena demi apapun angin yang berhembus membuat dia mengantuk, sangat mengantuk bahkan tadi malam dia merasa bahwa tidurnya sudah cukup.

Sampai kantuk itu datang dan entah dia merasa bahwa pagi kali ini seperti sebuah nyanyian untuk dirinya tidur. Rasa nyaman seperti ketika dia tidur saat seseorang memeluknya ketika masih kecil. Mama, satu nama yang muncul dalam benaknya ketika dia merasa bahwa semakin dia terpejam maka semakin lelap dia. Mencoba menenggelamkan dirinya sendiri untuk terjebak dalam ketenangan.

.

"Kenapa kau bisa senyenyak itu?"

Suara seseorang seperti menginterupsi, dia duduk berjongkok di depan nya. Menatap namja muda di depannya dengan sebelah alis yang terangkat. Dia baru saja membuang seekor ular berukuran kecil, berwarna hijau seperti daun yang hinggap di pundak yang sedang terlelap. Yoongi membuangnya dengan tangan kosong dan melemparnya jauh, dia seperti tak takut dengan reptil itu.

"Bagaimana bisa dia tidur sembarangan? Bagaimana jika ular itu menyerangnya?" Yoongi tak habis pikir dengan jalan cerita namja muda itu, dia sendiri menggelengkan kepalanya heran. Sadar atau tidak dia melakukan sebuah kebaikan dan membuat dia sendiri sadar dari suatu kebodohan yang tak jelas.

'sial, apa yang aku lakukan? Seharusnya aku biarkan saja dia.'

Menepuk jidatnya dengan sedikit keras, menyadarkan otaknya yang bodoh dan sangat gila. Entah kenapa rasa benci itu seperti tenggelam dalam manusiawi. Apakah karena kemarin malam Jungkook sempat melakukan mantra padanya? Ketika keduanya sedang membantu berjualan nenek. Sementara Yoongi selalu menjaga jarak dari adik angkatnya seperti sebuah virus atau kuman.

Lagi-lagi dia bertindak bodoh dengan cara mendekati Jungkook dan memperhatikan wajah lelah itu seperti dia ingin memastikan keadaan. Padahal niat utamanya hanya mencari udara segar agar jauh dari hal gila dan juga emosional. Kedua matanya saja nampak seperti sebuah panda, karena tak bisa tidur dengan lelap.

Pada akhirnya dia memilih berdiri, memilih enggan menyamakan tinggi dengan Jungkook yang terlelap. Dia sendiri menelan ludahnya dengan cepat dan mengambil sebotol air mineral yang mulai habis. Wajahnya sedikit panik dan dia mulai tak waras dengan suasana hatinya. Sepertinya cahaya matahari pagi belum bisa menolong nya.

"Dia namja sialan yang selalu menyusahkan, kenapa aku harus peduli. Aku sejak dulu ingin menyingkirkan dia aissshhh..."

Dilemparnya botol bekas yang sudah ia remas, maksut hati ingin membuang botol itu kesamping akan tetapi tangannya malah melemparnya ke arah belakang. Membuat botol itu menimpuk kepala Jungkook dan membuat namja yang terlelap itu mengaduh sakit.

"Eh, Yoongi hyung." Dengan pelan mengusap kepalanya yang sedikit nyeri, dengan mata yang sedikit buram dan tubuhnya seakan mengumpulkan nyawa. Jungkook, dia berdiri dan sedikit kaget sekaligus senang dengan keberadaan sang kakak di sekitarnya. Sementara si pemilik nama bergerak seperti melakukan gerakan senam hanya untuk menyembunyikan hal yang dia anggap kebodohan.

Jungkook sedikit penasaran karena sangat tumben sekali Yoongi mau bersusah payah mencari angin di pagi hari. Biasanya dia akan bangun sedikit siang jika tidak bekerja dan memilih memainkan ponselnya.

"Apa yang kau lihat?!" Suara sentakan itu membuat nyali seseorang untuk melakukan sapaannya menjadi ciut, "aku tidak melakukan apapun, hanya terlalu senang karena Yoongi hyung disini." Mengulas senyum tipis agar dia tidak tenggelam karena tatapan kedua mata sang kakak.

Jika Jungkook berharap jika sang kakak akan membalas senyumnya itu sebuah kesalahan lantaran yang ada Yoongi malah menatap jengah ke arahnya, ah tak apa... Itu bisa diatasi dengan dia yang akan selalu menjadi adik yang hangat. Dia seolah melupakan ucapan pedas sang kakak kemarin.

"Kau pikir aku mengikuti mu hah! Jangan salah paham aku hanya mencari hiburan sendiri dan kau malah tidur seperti sapi." Ada nada sedikit kebingungan disana, kedua mata Yoongi seolah mencari suatu kebohongan apa yang akan dia katakan. Sementara dia merasa yakin bahwa bocah itu pasti merendahkannya dalam hati.

Ya, itu pikiran buruk seorang Min Yoongi yang tak tahu bagaimana majemuknya takdir.

"Siapa yang menuduh hyung begitu, aku malah senang kalau hyung mau berolahraga. Jarang sekali." Dia dengan wajah polosnya, dia mengatakan hal itu jujur dan membuat Yoongi nampak orang percaya diri yang bodoh. Wajahnya berubah menjadi merah menahan rasa malu yang mentah itu. Bahkan dengan tawa sombongnya lah dia menutupi rasa malu itu.

Membuat namja muda itu mengangkat alisnya bingung. "Apakah hyung sakit?" tanpa basa-basi Jungkook menyentuh kening sang kakak dia memeriksa suhu tubuhnya dengan suhu tubuh sang kakak. Membuat Yoongi menatap semakin tajam dan berfikir bahwa bocah itu sembarangan. "Kau pikir aku gila? Jangan sembarangan menyentuh ku aku tidak suka tanganmu yang banyak kebodohan disana." Dia menunjuk tangan itu dengan jemarinya yang sadis.

Sementara Jungkook memperhatikan kedua tangannya dengan tatapan bingungnya. Memangnya ada puing-puing kebodohan di kulitnya? Terkadang ucapannya mengandung unsur ambigu majemuk yang dalam. Membuat otak sederhana Jungkook berputar memikirkannya. Kesulitan yang dia pelajari adalah, kenapa dia tidak tahu hal seperti ini.

"Cara bicaramu sulit aku mengerti, kenapa suka sekali melakukan tebakan yang rumit?"

"Kau saja yang bodoh, pantas kau membuat masalah dan merepotkan."

Terlalu lama dan matahari semakin naik, Yoongi menatap dengan sebal dan melihat seseorang yang tersenyum di belakang Jungkook. Seorang pria yang menampilkan senyum bodohnya dengan tubuh yang luntang-lantung dan jorok.

Orang gila. Tentu saja Yoongi yang sangat membenci orang seperti itu dia langsung peka. Dan lagi itu berada di belakang Jungkook, dengan rambutnya yang gembel juga sedikit gimbal. Giginya ompong saat nyengir, serasa Yoongi menatap dengan tatapan kosong dengan mulut tergagap.

"Apa yang kau lihat hyung?" Jungkook ingin sekali menoleh ke belakang dimana mata sang kakak menatap kesana, akan tetapi suara dominan milik Yoongi telah berhasil membuat Jungkook menjadi beku mendadak.

"Aku bilang jangan menengok, ulurkan tanganmu!" Yoongi menatap was-was kesana dan itu membuat Jungkook semakin takut dengan banyak pikiran aneh, seperti apakah ada hantu di belakangku?

"Me-memangnya ada apa di be-belakang." Gugup mulai merasukinya dan Jungkook menggigit bibir bawahnya hingga Yoongi menyuruh agar Jungkook segera mengulurkan tangannya sekali lagi. " Jika aku bilang lari, kita harus lari." Dengan tubuh yang sedikit gemetar membuat Yoongi tanpa sadar memegang tangan sang adik dan membuat lipatan jari yang kuat satu sama lain. Orang gila dibelakang sana berusaha mendekati mereka dengan membawa sebuah balok kayu.

Oh, astaga mereka bagaikan berada dalam suasana seperti di film resident evil. Bayang-bayang tentang manusia setengah zombie terlintas di benak Yoongi, dan dia menyesal telah menonton film itu lima tahun silam.

"Satu..." Yoongi menggenggam erat tangan itu dan Jungkook ikut jua dia tidak menoleh tapi perasaannya menjadi campur aduk.

"Dua.." Yoongi mengucapkan hal itu dengan nafas yang dia ambil sebanyak mungkin, seperti melakukan sebuah ancang-ancang. Sementara orang gila disana tersenyum bego serta mengeluarkan tawa gilanya yang membuat bulu kuduk Jungkook merinding.

"Tiga!!"

"LARIIIII!!" Yang tua berteriak dan Jungkook secara refleks mengikuti larinya.

Saat orang gila itu seperti ingin melempari mereka dengan kayu, secepat kilat Yoongi menarik Jungkook. Dia mengajak namja bergigi kelinci itu untuk ikut melakukan langkah seribu nya. Jungkook merasa bahwa itu semua mimpi saat dia memperhatikan bagaimana sang kakak seakan membawa dia lari bersama.

Ada senyum tipis yang nampak di wajahnya.

"Heiii, mau kemana kalian? Jangan tinggalkan aku hahahaha anak-anakku ayah rindu kalian, jangan tinggalkan ayahmu..."

"Yaaakkk orang gila kau bukan ayahku dan jangan dekati kami, shit kenapa dia tidak punya rasa lelah?"

Yoongi menoleh ke belakang dia bahkan mengomel pada pria tua gila yang menganggap kedua nya sebagai putranya. Jungkook tak sengaja berlari dan dia secara reflek membelalakkan kedua matanya. Apakah ini? Oh tidak... Dia takut dengan orang gila sungguhan. Jika dulu Myungsoo kakaknya yang selalu meminta dia lari terlebih dahulu sekarang dia harus ikut berlari bersama Yoongi.

"Heiii putraku sayang jangan tinggalkan ayah..." Dia merengek dengan tawa gila yang membuat keduanya berteriak heboh. Bahkan Yoongi menarik Jungkook hingga sampai di perbatasan masuk desa.

"Jangan ikuti kami! Jungkook lempari dia dengan apapun!" Yoongi memberi titah, "aku tak mau melakukan hal kasar, aku tidak tega." Ungkapnya, membuat Yoongi mengumpat hingga pada akhirnya dia menggenggam erat tangan namja di belakangnya dan mempercepat langkahnya diikuti sang adik di belakang.

Namja berkulit pucat itu tidak punya pilihan lain selain melarikan diri sampai orang gila itu kelelahan.

"Ayo cepat!" Rutuk nya dan berbelok arah guna menghindari orang gila yang semakin cepat mengejar mereka. Dari belakang sini Jungkook melihat sosok Yoongi yang tak diketahui oleh siapapun. 'aku tahu dia orang baik.' tumbuh keyakinan itu lagi dan seakan dia menikmati acara kejar mengejar ini.

Sepertinya....

Orang gila di belakangnya seperti sebuah utusan untuk membantunya, melakukan keakraban yang tercipta atas ketidaksengajaan. Bisa melihat bagaimana pedulinya Yoongi sang kakak, meskipun dia melakukannya tanpa sengaja.

Terasa sangat membahagiakan....

Katakanlah Jungkook gila menganggap kesialan adalah sebuah anugerah lantaran dia bisa dekat dengan kakaknya, sesuatu yang sangat jarang dia dapatkan.

.

Nyonya Min datang dengan wajah yang sedikit pucat, beberapa hari ini dia terkena flu dan dia harus masuk ke dalam kantor untuk mengadakan rapat dengan beberapa karyawannya. Tanggung jawabnya sebagai pemegang perusahaan membuat dia bekerja lebih keras dan mau tidak mau menjadi tulang punggung untuk kedua anaknya. Kedatangannya di sambut oleh salah seorang yang mungkin saja sudah menunggunya sejak tadi.

Sang adik Jung Shi Ah terkejut saat seseorang datang mendekati mereka, lebih tepatnya ke arah kakaknya Min Shi Hye yang memang banyak orang untuk mencoba mendekatinya. Siapa yang tak ingin melakukan hubungan lebih dekat dengan salah satu janda sukses seperti sang kakak? Sementara sang adik memeluk erat lengan kakaknya, untuk melindungi sang kakak dari tatapan mesum pria yang datang dari arah sana.

"Oh astaga, kau sangat cantik Shi Hye. Kau masih awet muda meski sudah berumur." Dia seperti menggoda akan tetapi gombalannya termasuk hal yang tidak masuk dalam list ibu perusahaan itu. "Untuk apa kau datang kesini, bukankah aku sudah mengusir mu?" Sedikit tajam dengan tatapan elangnya yang mana hal itu juga dimiliki anak sulungnya. Dia mendapatkan sebuket bunga yang sengaja disiapkan untuknya. Sementara sang adik menatap jengah lantaran pria tanpa diundang sana berani merayu kakaknya.

Well, sang kakak memiliki cinta setia dengan suaminya sampai mati.

"Mumpung aku sangat bebas hari ini, bisakah kita makan siang nanti. Aku tahu ada restoran yang masuk recomended. Tempat yang banyak sekali pilihan seafood. Kita juga bisa minum kopi bersama jika anda berkenan, bagaimana?" Dia masih menyodorkan buket bunga itu di depan meskipun dia belum menerimanya dan diacuhkan oleh ibu dua anak ini. "Aku tidak punya waktu, aku ada rapat dengan para kolega, maafkan aku tuan Park tapi sepertinya anda punya janji dengan putri anda."

Ternyata pria di depannya itu adalah seorang duda satu anak, usia sekitar lima puluh tahun dan mencoba untuk mendapatkan hati wanita di depannya. "Eonni, lebih baik kita makan di restoran Cina diseberang jalan. Bukankah kita ingin mencoba menu disana?" Sang adik mengedipkan sebelah matanya, dia mengulas senyum sindiran dan menarik sang kakak untuk mempercepat langkahnya. Benar ternyata bahwa Shi Ah adik yang peka bahkan dia yang menyuruh pria itu pergi saat nekat berusaha mengejarnya dari arah belakang.

"Permisi lalu bagaimana dengan ajakan kencan ku apakah anda mau?" Dia datang dengan menghalangi pintu lift yang hendak tertutup, membuat ketiganya berada disana dengan Aji Ah yang menatap tak suka dengan pria itu. "Maaf tuan kau jangan membuat suasana semakin buruk, kakak ku sedang tidak enak badan dan anda membuat dia semakin buruk." Dia bahkan menunjukan kepalan tinju bak seorang preman hanya untuk mengancam pria yang sedang pedekate dengan kakaknya.

Shi hye terkejut dan dia menurunkan tangan adiknya, sembari mengucapkan maaf pada pria disampingnya. Ada perasaan tak enak hati akibat ketidak sopanan adiknya sementara dia malah menjadi salah tingkah untuk sekedar menolak ajakan makan siang. " Kakak, bukankah kau tidak suka padanya? Kenapa kau malah seperti membelanya?" Dia mengatakan hal itu seperti sebuah protes. "Aku memang tak menyukai nya akan tetapi kau juga harus jaga sikap bagaimana kalau suamimu tahu bahwa sifat tomboy mu lahir. Dia pengusaha dan aku  khawatir jika dia kenal dengan suamimu." Teguran yang masuk akal dan itu bisa diterima.

"Tapi kau tidak menyukai nya kan? Aku tidak ikhlas sebagai adikmu." Dia mengatakan hal itu berbisik dan membuat kakaknya membelalakkan matanya. " Tenang saja aku masih setia dengan mendiang suamiku. Jika aku suka dan menikah aku juga harus dapat restu dari Yoongi, dan kau tahu bukan bagaimana sifat anak muda itu."

Shi Ah sekarang lega dia akhirnya tahu kenapa kakaknya begitu menikmati menjadi seorang janda. Disamping itu pria yang ada disebelahnya mendengar seluruh percakapan keduanya hingga membuat ide dalam benaknya. Dia mendengar bahwa wanita idamannya mengatakan bahwa Yoongi sebagai restunya, jika dia mendapatkan pendekatan dari wanita yang dia suka dan mendapatkan sang anak yang akrab padanya, bukan tak mudah untuk dia bisa menikahinya.

Akan tetapi dia tahu siapa itu Min Yoongi, bahkan satu perusahaan disini sangat mengenalnya. Lantaran sikap egois dan juga ketegasannya yang terlalu besar. Ada sedikit senyum miring yang sengaja dia tak tunjukan dengan jelas, mungkin saja dia bisa bertemu dengan putra Presdir terbesar di sampingnya?

Butuh keberanian besar untuk mengatakannya akan tetapi dia juga ingin melakukannya jika mendapatkan seseorang. Menelan ludah kesusahan dan juga menarik kerah kemeja putihnya, pria yang mencoba menarik perhatian itu pada akhirnya menggunakan cara pintar. "Bisakah aku bertemu dengan putra anda Min Yoongi?" dengan nada santai. Sadar atau tidak pria itu seakan masuk dalam kandang buaya. Dimana dia mencari masalah dengan seseorang yang bisa membahayakan rohani.

Shi Hye tersenyum dia menatap sang adik dengan anggukan pelannya, mungkin bisa dicoba akan jadi apa pria itu besok saat sudah bertemu dengan anak muda itu. "Kau bisa bertemu dengannya jika dia sudah pulang, karena putraku adalah orang yang paling sibuk dan tertib." Sengaja membanggakan sedikit anaknya, untuk menunjukan sisi lain dari keluarga Min. Yang terjadi adalah dia memiliki senyum tipis yang terlampau santai. Nyatanya buah tak jauh dari pohonnya, ibu dan anak sama saja... Sama-sama memberi kejutan.

Ada pemikiran picik sepertinya.

.

Yoongi akan bersumpah jika ini terakhir kali dia melakukan hal memalukan dan menjatuhkan mentalnya. Perasaan jijik dan bau busuk menyengat hingga masuk dalam kedua lubang hidungnya. Dia merasa bahwa kedua matanya perih karena bau tak sedap yang membuat perutnya terasa sangat mual, belum cukup kesialannya justru sang nenek memberikan sebuah tugas yang dinamakan tugas negara.

"Oh astaga! Yaaakkk menjijikan sial, kenapa harus kena aku!!" Yoongi memasang wajah kesal dia juga merasa mual dengan dua pipi yang menggembung seperti ingin mengeluarkan muntahan. Dia bahkan menjatuhkan sekopnya yang berisi kan kotoran sapi yang masih basah.

"Yoongi hyung, kau tak apa?!" Bocah itu bergerak mendekat ke arah sang kakak, dia yang sangat khawatir sampai menyentuh pundak sang kakak dan membuat Yoongi merasa jengkel secara mendadak. "Apa yang kau lakukan, jauhkan tanganmu yang najis itu huh!" Dia bahkan menepuk pundaknya membuat Jungkook menatap sedih akibat perlakuan kasar dengan lidahnya itu.

Jungkook mengira bahwa sang kakak berubah, dia mengira saat dalam aksi dikejar orang gila hingga bersembunyi di atas pohon adalah hal yang membuat kedekatan mereka semakin akrab. Tapi mendengar ucapan yang tajam bagaikan sebuah samurai membuat dia....

"Aku tak ingin disalahkan eomma, jangan mengira aku peduli. Aku berharap bahwa kau gila dan kembali ke panti asuhan agar tidak jadi adikku."

"Kenapa kau setega itu mengatakan hal tersebut?" 

"Kenapa! Kau tak terima. Jika iya silahkan kau pulang, kalau perlu kembali ke rumah maha kuasa!"

Dia dengan wajah sendunya menggigit bibir bawahnya, dia menghela nafas berat dengan menggeleng kan wajahnya, dia merasa bahwa ini semua bukanlah hal yang besar, bukan masalah yang berat. Dia hanya perlu terbiasa.

Tapi tetap saja dia akan menangis jika dia tak bisa menahan, Yoongi disana dia enggan membalikan badannya hanya untuk menatap dirinya yang mencoba selalu ada. Dia mencoba untuk menjadi seorang adik yang baik, meski dia diabaikan seumur hidupnya.

"Lakukan pekerjaan kita masing-masing, aku tak akan peduli meski kau akan masuk jurang sekalipun. Kau mengira aku peduli padamu? Itu tidaklah mungkin. Kedua matamu terlalu percaya diri ketika menganggap ku demikian. Aku bahkan ingin sekali meninggalkanmu disini." Dia mengatakannya sembari memasukan kotoran sapi pada sebuah kereta pendorong. Wajahnya juga nampak serius dan tak melakukan sebuah candaan, apakah benar? Ya... Jungkook adalah anak pungut apapun bisa terjadi.

Tubuhnya hanya diam membeku dengan segala pemikiran yang tak ada habisnya, harus dengan apa agar sang kakak luluh? Apakah dia harus berhenti berjuang?

Tapi nyatanya dia teringat akan wajah Jimin yang sendu penuh harapan ke arahnya.

Sepertinya tak mungkin jika dia harus menyerah sekarang dia masih dalam tahap tengah dan Yoongi semakin memberikan tanda untuk melepaskan dirinya dari keegoisan disana. " Kau memintaku untuk menjauhi mu, tapi kenapa kau selalu menolongku seakan kau tidak ingin kehilangan adikmu ini."

"....."

Pergerakan Yoongi terdiam, kedua tangannya seakan kaku dengan rematan kuat hingga gagang sekop yang dia pegang bergetar. Sial, kenapa dia bisa seperti ini saat Jungkook berusaha mendobrak visi egoisme tebalnya. Dia ingin mengatakan bahwa itu semua hanya perasaan dangkal dari salah satu pihak, akan tetapi bibirnya kelu untuk mengatakan demikian dan yang ada dia seperti orang bodoh yang menjadi bahan candaan.

"Kau peduli dan itu bukti nyata, meski kau berusaha menepis. Tapi nyatanya tanpa sadar apa yang kau lakukan membuatku percaya bahwa masih ada kesempatan." Seolah dia mengatakannya dengan begitu akrab, kedua tangannya bergerak sembari bekerja dan bibirnya mengulas senyum. Dia nampak menikmati tugasnya kali ini dan seperti enggan untuk mengeluh.

"Kau tak tahu apapun tentangku sialan! Apa hak mu dan kenapa kau sembarangan?!" tatapan yang begitu tajam dengan lirikan mata yang menyimpan sebuah kebencian mendalam.

"Penyakit hati... Kau tahu Jimin hyung mungkin akan sedih melihatmu belum membaik." Dia mengatakannya dengan wajah yang seolah kuat, ucapan yang begitu tegar meski kuat. Jungkook seperti memancing konflik dengan sang kakak. Meskipun dia tahu bahwa Yoongi seorang tempramental.

Merasa tak terima bahwa nama sang adik disebutkan secara sembarangan membuat Yoongi menjatuhkan bogeman miliknya, membuat Jungkook jatuh tepat di atas kotoran dengan bokong yang mendarat dahulu. Separuh tubuhnya kotor karenanya dan itu bukan sesuatu yang harus ditakuti. Nyatanya kedua manik mata sang adik memberi harapan penuh dengan bertatap langsung pada sang kakak.

"Tahu apa kau soal adikku huh! Sudah kubilang jangan sebut nama adikku, karena kau tidak pantas!" Dengan sedikit keras dia menarik kerah namja yang kini meringis tanpa sadar. Jungkook merasa bahwa tarikan di kerahnya merupakan bentuk protes sang kakak. Tak apa, dia hanya ingin berteman dengan keegoisan sang kakak, merdeka dengan perasaan itu dan menciptakan sebuah kedekatan seperti ucapan Jimin dalam mimpinya.

"Aku tahu aku memang tidak pantas, akan tetapi Jimin hyung juga menjadi panutan ku, meski aku tak mengenal sebaik dirimu akan tetapi aku yakin dia adalah orang yang baik. Kau adalah orang tertutup yang mengenalnya begitu baik. Itulah mengapa aku percaya bahwa kau orang yang peduli dibalik ucapanmu yang kasar. Kau hanya terpuruk dan ijinkan aku membantumu."

Bugh!

Yoongi kembali menghajar sang adik, dia merasa bahwa ucapan Jungkook begitu jauh dalam mengurusi urusannya. Rasa sialnya sudah makin terasa banyak dan dia juga tak akan mengalah dengan rasa kemanusiaan yang tumbuh. Meski dalam diam dia selalu memperhatikannya tanpa sadar.

"Aku akan menghajar mu, aku akan membunuhmu, sampai kapanpun aku tak akan menganggap mu saudara. Kenapa kau harus datang huh! Apa mau mu sialan, kenapa kau dan kenapa selalu kau?" Kedua mata elang itu semakin tajam, terasa urat nadi di punggung tangannya nampak. Jungkook melihat bahwa inilah titik benci sang kakak terhadapnya.

"Kau mengatakan hal itu, tapi di balik kedua matamu kau tak sungguh-sungguh. Kau, sudah mulai mempercayaiku-" ucapannya terpotong saat dia mendengar teriakan Yoongi meminta dia untuk diam. "DIAM KAU SIALAN! kau... Kau hanya lemah, kau hanya manusia yang mencoba menghancurkan ku! Apa aku salah jika aku selalu menolak mu mentah!" Dia membentaknya lagi, meski tangannya tak sampai untuk menghajar wajah namja muda itu ketiga kalinya.

Keduanya bertatap muka, dia melihat dengan jelas bagaimana wajah amarah Yoongi yang mengalahkan seluruh aura di sekitar. Jungkook melihat kedua manik mata sang kakak yang menyimpan beban begitu besar. Beberapa detik dia membaca setiap emosional nya hingga dia tersenyum tipis.

"Hyung...."

"....."

Yoongi mendengar suara lirih Jungkook dalam diam, tangan sang kakak mengepal, dia berusaha melampiaskan bogeman nya lagi akan tetapi dia seperti tertahan akan sesuatu hingga membuat dia memilih untuk memejamkan matanya sebentar.

Dia melihat wajah bocah yang dia sendiri anggap sebagai manusia sialan, terdapat bayang Jimin disana.

Tes...

Tes...

Tes...

Jatuh tepat di pipinya, dia melihat butiran cairan bening itu membasahi pori kulitnya. Dia menangis sembari memejamkan matanya dan Jungkook dapat merasakan apa yang menjadi beban sang kakak. Ada suatu hal yang tak bisa dikatakan karena keadaan.

"Jimin hikksss.... hiksss..." Meski di tempat yang dikatakan tidak semestinya akan tetapi aura kesedihan itu tidak mengenal tempat. Namja bermata sipit itu pada akhirnya roboh, dia jatuh duduk di belakang dimana disana sebuah tanah lapang dengan rumput. Terlihat sekali bagaimana tubuhnya sangat lemas hingga Jungkook mengiba.

"Apakah aku salah berkata?" rasa bersalah timbul dalam hatinya, dalam diam dia melihat bagaimana Yoongi bangun dengan tubuh yang sedikit limbung. Dengan langkah gontai dia mencoba mencari keseimbangan dengan kedua tangan yang berusaha dia jadikan penopang. Pada akhirnya dia memilih melangkah kan kakinya untuk pergi. Dia akan menyusul sang kakak dan melepaskan baju khusus yang dia dan sang kakak pakai selama membersihkan kandang. Meninggalkan tempat bau dan becek disana, walaupun bisa saja sang nenek akan mengomel pada mereka berdua.

Melihat punggung sang kakak yang menjauh dengan dia yang melepaskan baju khusus itu juga dan meninggalkannya di tanah lapang begitu saja. Seperti jejak yang sengaja di biarkan agar orang mencari nya. Tanpa diberitahu pun Jungkook akan mencarinya, dia mengikuti kemana Yoongi pergi untuk menuntaskan sesak di dalam perasaan nya. Demi apapun dia tahu bahwa... Ada hati yang lebih terluka dibandingkan dengan dia.

Takdir yang merengut segalanya....

.

"Jin hyung! Kau mimisan?!" Taehyung berteriak heboh, tangannya refleks menggebrak meja dan membuat namja tampan yang baru saja mengeluarkan leluconnya ini syok.

Cairan basah yang jatuh melalui lubang hidungnya, dan terakhir rasa pusing di kepalanya. Serasa buram dan membuat dia....

"HYUNG?!"

Gelap...

............

TBC..

Hai semua maaf jika chapter ini kurang feel atau kurang sesuatu untuk kalian. Aku lagi gak enak badan jadi mungkin hasilnya kurang maksimal. Tapi karena aku dah janji updete sehari satu kali biar ff ini tuntas makanya aku belain buat ngetiknya. Dan ya aku cukup puas dengan karya originalku.

Buat kalian semua pembaca yang baik hati, terima kasih udah dukung ff ini. Jangan lupa jaga kesehatan dan tetap di rumah supaya gak diserang virus di luar.

Salam cinta untuk kalian semua...

Gomawo and saranghae..

#ell

03/07/2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen247.Pro